Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEKNIK PEMAKAIAN GAUN DAN HANDSCOON OPERASI

Disusun Oleh (Kelompok 3) :


1. Rysa Ayu Mizakira (P1337420318037)
2. Salma Nurul Izza (P1337420318038)
3. Nikita Putri Ramadhani (P1337420318039)
4. Dinda Ayu Lestari (P1337420318040)
5. Annisa Supriyatini (P1337420318042)
6. Zahrotun Nisa (P1337420318043)
7. Dyah Ayu Nastiti (P1337420318044)
8. Ifa Tri Asih (P1337420318045)
9. Zulfa Erika Oktaviani (P1337420318046)
10. Albasita Agustina A (P1337420318047)
11. Brilliany Yustisiana R (P1337420318048)
12. Puji Saraswati (P1337420318049)
13. Syarima Safitri (P1337420318049)
14. Ade Rokhmatul W (P1337420318052)
15. Alva Varah Suhaelifahmi (P1337420318053)
16. Moh. Faiq Kurnia Zuhdi (P1337420318054)
17. Fina Khumaedatun Nikmah (P1337420318055)

2 REGULER A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikantugas pembuatan makalah yang berjdul "Teknik Pemakaian Gaun dan
Handscoon Operasi". Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada rekan-rekan sekelompok atas bantuan dan kerjasamanya sehingga pembuatan
makalah ini dapat terselesaikan.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang membantu pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna
untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimaka.

Pekalongan, 29 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori tentang APD ........................................................................................................ 3
B. Cara memakai jas atau baju operasi dengan benar ....................................................... 8
C. Cara memakai handscoondengan benar ...................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kata OK berasal dari Operation Kamer atau kamar operasi bahasa ini berasal dari
bahasa Belanda. Kamar operasi merupakan salah satu kamar yang sangat dijaga. Tidak
semua orang bisa masuk ke ruangan operasi. Banyaknya kuman dan penyakit yang
mungkin bisa menjangkit dan juga suasana operasi yang membutuhkan keheningan
membuat tidak semua orang diijinkan berada disana, Kamar operasi adalah suatu unit
khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik efektif
maupun emergency yang membutuhkan keadaan steril. Kamar bedah adalah ruangan
dimana dilakukan tindakan-tindakan sehubungan dengan pembedahan. Ruangan ini
merupakan ruangan terbatas (HIPKABI, 2010). Pasien yang siap dioperasi, para dokter
bedah, dokter anastesi dan para perawat yang bisa berada dan merasakan dinginnya
kamar operasi.
Ruangan operasi memiliki beberapa area ada area free steril, semi steril dan steril.
Free steril adalah ruangan yang anda masuki pertama kali jika anda akan operasi.
Ruangan semi steril adalah ruangan recovery, ruangan ini digunakan setelah anda selesai
operasi dan menunggu pemulihan dari obat bius. Ruangan steril adalah ruangan operasi
itu sendiri. Sebelum anda memasuki ruangan operasi anda harus mengganti baju anda
dengan baju OK atau baju operasi. Bukan hanya pasien yang mengganti baju yang
dikenakan dengan baju OK namun juga seluruh elemen yang mengikuti atau
bertanggung jawab saat operasi seperti dokter bedah, dokter anestesi, perawat anestesi
dan operasi yang bertugas sebagai asisten serta perawat lainnya yang berkewajiban
mempersiapkan keperluan operasi.
Baju OK biasanya berwana hijau atau biru. Dokter menggunakan baju warna putih
atau jas warna putih tetapi mengganti dengan baju ini jika akan masuk ruang operasi.
Hanya ada dua warna ini yang digunakan di seluruh dunia. Penggunaan kedua warna ini
dimulai pada awal abad 20 menurut Today’s Surgical Nurse tahun 1998 dimana tujuan
dipilihnya kedua warna ini adalah membantu penglihatan dokter ketika sedang
melakukan operasi. Para ahli psikologi telah berpendapat bahwa dengan melihat warna
hijau, bisa menyegarkan pandangan dan sistem syaraf dalam otak. Terutama untuk
menyegarkan dan meringankan mata ahli bedah dan juga tim operasi lainnya (yakni
assistant, anastesi, circulating nurse dan scrub). Sebab selama tindakan operasi mereka
akan selalu melihat warna merah, selain darah, juga organorgan dalam tubuh pasien saat
dilakukan bedah. Apabila melihat warna merah secara terus menerus, maka akibatnya
adalah sinyal warna merah di dalam otak akan pudar dan akibatnya mata menjadi kurang
sensitif terhadap beragam variasi warna merah. Padahal dalam organ tubuh manusia,
berbeda-beda warna merahnya dan berbeda pula fungsi dari organ-organ tersebut.
Apabila salah melakukan tindakan akibat kaburnya sensitifitas terhadap warna merah,
akibatnya akan sangat fatal bagi keselamatan nyawa si pasien. Kemudian jika terlalu
lama berfokus pada warna merah, maka nantinya menyebabkan ilusi nofa dengan warna
hijau dengan latar warna putih atau terang dan itu akan mengganggu penglihatan serta
mengganggu jalannya operasi. Namun jika baju tindakan operasi yang dikenakan ahli
bedah berwarna hijau, maka ilusi tersebut akan memudar dan aman bagi penglihatan.
Bahkan sudah jelas jika warna hijau memang memberikan efek rasa aman, yang
menyegarkan, menyejukkan, bisa menyeimbangkan emosi dan juga meredam stres.
Dampaknya sangat baik untuk kondisi psikologis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori tentang APD?
2. Bagaimana cara memakai jas atau baju operasi dengan benar?
3. Bagaimana cara memakai handscoondengan benar?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana teori tentang APD
2. Mengetahui cara memakai jas / baju operasi dengan benar
3. Mengetahui cara memakai handscoon dengan benar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Alat Pelindung Diri (APD)


1. Definisi APD
APD adalah suatu peralatan yang dipakai oleh petugas kesehatan untuk
melindungi dirinya dari bahan–bahan yang infeksius (Depkes RI, 2010). APD
menjadi komponen utama Personal Precaution untuk kewaspadaan standar (standard
precaution) dalam melakukan tindakan keperawatan (Depkes RI, 2007).
APD yaitu pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk proteksi
diri dari bahaya fisik, kimia,biologi maupun bahan infeksius. Terdapat beberapa jenis
APD yaitu masker/Respirator Partikulat, pelindung mata (goggle), perisai/pelindung
wajah, gaun, apron, sepatu tertutup, penutup kepala dan sarung tangan (Permenkes RI
No 27, 2017).
Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan perawat dan
memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan kesehatan
secara holistic dan professional untuk individu sehat maupun sakit. perawat
berkewajiban memenuhi kebutuhan pasien meliputi bio-psiko-sosio dan spiritual
(Permenkes, 2010).
APD untuk review meminimalkan risiko kontaminasi silang antara pasien
dengan tenaga medis (Pang V, 2014 Penggunaan APD adalah bagian dari perawatan
sehari-hari oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Memberikan pelatihan tentang
penggunaan).
Pemilihan APD harus didasarkan pada penilaian dari risiko penularan
mikroorganisme untuk pasien atau tenaga kesehatan, risiko kontaminasi pakaian atau
kulit tenaga kesehatan dengan darah, cairan tubuh atau aerosol pasien.

Tabel 2. 1 PemIlihan APD sesuai dengan Jenis Pajanan


Jenis Paparan Contoh Pilihan APD
Risiko ringan : kontak Injeksi, Perawatan luka Sarung tangan tidak
dengan kulit, tidak terpajan ringan essensial
langsung dengan darah
Risiko sedang : kemudian Pemeriksaan pelvis, insersi Sarung tangan, mungkin
terpajan darah tidak iud, melepas iud, perlu gaun pelindung atau
terciprat pemasangan kateter IV, celemek
penanganan spesimen lab,
perawatan luka berat,
ceceran darah
Resiko tinggi : Tindakan bedah mayor, Sarung tangan, celemek,
kemungkinan terpajan bedah mulut, persalinan kacamata pelindung,
darah dan kemungkinan pervagina masker
terciprat, perdarahan massif
Sumber: Nursalam & Kurniawati, 2007
Fungsi dari APD adalah melindungi membran mukosa maupun kulit dari risiko
paparan sekret, ekskreta, darah, cairan tubuh, selaput lendir maupun kulit yang tidak
utuh dari petugas ke pasien ataupun sebaliknya. Indikasi pemakaian APD yaitu ketika
akan melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh atau membran mukosa petugas
terpercik bahan infeksius atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas
(Depkes RI, 2008 ; Permenkes RI, 2017).

2. Jenis- APD :
a. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan alat yang berguna untuk melindungi tangan dari
bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari
mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan. Sarung tangan harus
diganti antara setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang (Depkes RI, 2008). Sarung tangan tidak boleh
digunakan untuk membuka pintu ataupun mengumpulkan peralatan sebelum
kontak dengan pasien namun digunakan saat menangani pasien, benda tajam atau
perangkat yang terkontaminasi, mikroorganisme dapat bertahan di benda dan
menjadi risiko untuk transmisi infeksi (Loveday et al., 2014).
Sarung tangan harus segera dilepas setelah tindakan perawatan selesai dan
segera melakukan hand hygiene, ganti sarung tangan ketika kotor, sarung tangan
tidak harus dicuci atau didekontaminasi dengan alkohol antara prosedur atau
tindakan dan harus diganti untuk setiap perawatan pasien yang berbeda (Pang V,
2014). Tujuan menggunakan sarung tangan pada petugas yaitu untuk menciptakan
barier protektif dan cegah kontaminasi yang erat karena menyentuh bahan
infeksius, untuk menghindari transmisi mikroba dari tangan petugas ke pada
pasien, dan untuk mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien
transmisi kepada pasien lain. Terdapat tiga jenis sarung tangan yaitu sarung tangan
bedah (steril), sarung tangan pemeriksaan (bersih) dan sarung tangan rumah tangga
(Depkes RI, 2008 ; WHO, 2009; Permenkes RI, 2017).
Indikasi sarung tangan steril adalah setiap prosedur pembedahan, persalinan
pervaginam, prosedur atau tindakan invasif radilogikal, akses pembuluh darah,
total nutrisi parental, prosedur kemoterapi (WHO, 2009; Permenkes RI, 2017).
Indikasi sarung tangan pemeriksaan yaitu ketika menyentuh darah, cairan tubuh,
sekret, ekresi, dan daerah yag tampak kotor oleh cairan tubuh. Kontak langsung
dengan pasien: kontak dengan darah, selaput lendir, kulit tidak utuh, organisme
yang menular atau berbahaya, situasi darurat, pemasangan atau penyabutan saluran
IV, pengambilan darah, pemeriksaan pelvik dan vagina, penyedotan atau suction
endotrakeal tube. Kontak tidak langsung dengan pasien seperti penanganan atau
pembersihan instrumen, penanganan limbah, membersihkan tumpahan cairan tubuh
(WHO, 2009).
Apabila sumber daya terbatas dan jumlah sarung tangan periksa tidak
memadai maka sarung tangan pemeriksaan yang telah digunakan dapat diproses
ulang dengan cara membersihan dan disinfeksi dalam larutan klorin 0,5 % selama
sepuluh menit, kemudian dicuci dan dibilas serta dikeringkan. Sarung tangan yang
telah diproses ulang hanya dapat digunaka pada tindakan-tindakan yang tidak
menembus jaringan tubuh (Depkes RI, 2008). Tanpa sarung tangan ketika tidak ada
potensi terpapar darah, cairan tubuh atau lingkungan yang terkontaminasi (WHO,
2009). Sarung tangan rumah tangga dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan–bahan terkontaminasi, sewaktu membersihkan permukaan yang
terkontaminasi dan memegang atau menangani sampah (Depkes RI, 2010).
Gambar 2. 1. Bagan Alur Pemilihan Jenis Sarung Tangan
Sumber: Depkes RI, 2008
Menurut Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Direktorat Jendral
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan RI (2011), beberapa
hal yang perlu diperhatikan saat memakai sarung tangan antara lain dianjurkan
untuk memakai sarung tangan sekali pakai kecuali sarung tangan untuk
membersihkan tempat kerja, tidak diperbolehkan menggunakan sarung tangan yang
retak, mengelupas, tipis dan berlubang, serta tidak dianjurkan memakai sarung
tangan yang didisenfiksi tingkat tinggi atau disterilisasi lebih dari tiga kali. Hal-hal
yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan adalah menggunakan
sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, kuku sebaiknya selalu pendek untuk
menurunkan risiko sarung tangan robek, menarik sarung tangan ke atas manset
gaun (jika petugas memakainya) untuk melindungi pergelangan tangan, dan
menggunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk
mencegah kulit tangan kering/berkerut (Depkes RI, 2008).
b. Masker
Masker merupakan APD yang digunakan untuk menutupi bagian wajah
seperti mulut, hidung dan dagu. Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung,
mulut, bagian bawah dagu, dan jenggot (Depkes RI, 2008).
c. Alat pelindung mata (goggle) dan wajah
Goggle digunakan untuk melindungi mata petugas dari percikan darah atau
cairan tubuh lain, sedangkan pelindung wajah (visor) untuk melindungi wajah.
Kacamata koreksi atau kacamata dengan lensa polos juga dapat digunakan untuk
pelindung pada bagian sisi mata (Depkes RI, 2008).
d. Topi
Topi adalah APD yang digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala
yang harus cukup besar sehingga serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam
luka selama pembedahan serta melindungi pemakainya dari percikan atau
semprotan darah dan cairan tubuh (Depkes RI, 2008; Permenkes RI, 2017).
e. Gaun pelindung
Gaun pelindung adalah alat pelindung yang digunakan untuk menutupi atau
mengganti pakaian biasa atau seragam petugas pada saat merawat pasien yang ada
kemungkinan terpapar atau terciprat darah, sekresi, ekskresi atau cairan tubuh
Depkes RI, 2008 ; Pang V, 2014; Pemenkes RI, 2017). Gaun pelindung harus
menutupi seluruh badan dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan
tangan dan selubungkan ke belakang punggung, kemudian ikat di bagian belakang
leher dan pinggang. Gaun pelindung yang dipakai saat bekerja dapat menurunkan
kontaminasi 20-100 kali lipat (Depkes RI, 2008).
Menurut Permenkes RI (2017), indikasi penggunaan gaun pelindung yaitu
pada tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau
kontaminasi pada pakaian petugas, seperti tindakan drainase, menangani pasien
perdarahan masif, tindakan bedah, membersihkan luka sehingga wajib mengganti
gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi bahan infeksius. Terdapat berbagai
macam jenis gaun pelindung seperti gaun pelindung kedap air, gaun pelindung
tidak kedap air, gaun pelindung steril, dan gaun pelindung non steril. Gaun
pelindung steril dipakai pada unit bedah atau ruang operasi, sedangkan gaun
pelindung non steril dipakai pada unit yang beresiko tinggi misalnya unit
hemodialisis, kamar bersalin, kamar bayi dan Intesif Care Unit atau ICU (Depkes
RI, 2010).

Gambar 2. 6. Gaun Pelindung


Sumber: Permenkes RI, 2017
f. Apron
Apron merupakan penghalang air untuk sepanjang bagian depan tubuh
petugas, apron ada yang terbuat dari karet atau plastik (Depkes RI, 2008). Apron
digunakan petugas dibawah gaun pelindung ketika melakukan perawatan langsung
pada pasien atau melakukan prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan
tubuh atau sekresi untuk mencegah bahan infeksius tembus ke gaun dan kulit
petugas kesehatan apabila gaun pelindung yang dipakai tidak tahan air (Depkes RI,
2008 ; Loveday et al, 2014).
g. Pelindung kaki
Pelindung kaki atau sepatu dapat digunakan untuk melindungi kaki dari
cedera akibat benda tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak
sengaja ke atas kaki oleh karena itu tidak diperbolehkan memakai sandal, sandal
jepit, sepatu terbuka, sepatu yang terbuat dari bahan lunak atau kain. Sepatu boot
karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan tetapi tetap
harus dijaga dari tumpahan darah dan cairan tubuh sehingga tetap bersih dan bebas
kontaminasi (Depkes RI, 2010).

B. Memasang dan Melepaskan Gaun (Gown)


1. Pengertian
Pemeliharaan lingkungan steril dengan menggunakan jubah atau
pakaian khusus sebagai cara menutupi daerah tidak steril tanpa
mengkontaminasi bagian luar dari jubah. Memakai baju operasi adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seorang dokter, perawat, atau bidan sebelum melakukan
kegiatan operasi.
Gowning adalah suatu istilah yang merupakan suatu teknik/ seni dalam
menggunakan gaun steril setelah scrubing. Handscoon adalah sarung tangan yang
biasa di pakai oleh tenaga medis agar terhindar dari droplet pasien. Tujuan
Penggunaan Handscoon adalah untuk mencegah terjadinya infeksi silang serta
mencegah terjadinya penularan kuman.

2. Tujuan
a. Sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan mikroorganisme saat
merawat klien yang diisolasi.
b. Melindungi perawat dari penularan penyakit.
c. Mencegah terjadinya kontaminasi dari perawat.
d. Mencegah pindahnya mikroorganisme dari perawat (teknik pertahanan).
Tidak mengotori baju dinas yang dikenakan perawat.
Selanjutnya, sarung tangan terutama dipakai hanya oleh petugas yang merawat
pasien yang menderita infeksi patogen tertentu atau yang terpapar dengan pasien
yang berisiko tinggi hepatitis B. Sejak 1987, dengan adanya epidemi AIDS, terjadi
lonjakan dramatis penggunaan sarung tangan oleh petugas kesehatan dengan tujuan
mencegah penularan HIV dan virus lainnya dari pasien kepada tenaga
kesehatan.Dengan demikian, dewasa ini sarung tangan sekali pakai dan sarung
tangan bedah menjadi perlengkapan pelindung yang paling banyak dipakai. Sebagai
contoh di Amerika Serikat, penggunaan sarung tangan meningkat dari 1,4 milyar
pasang pada 1988 menjadi 8,3 milyar pada 1993.

3. Alat dan Bahan


a. Sarung tangan (handscoon)
b. Gaun
c. Penutup kepala
d. Masker

4. Prosedur
Menggunakan Gaun
a. Siapkan semua alat dan bahan
b. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
c. Cuci tangan sesuai prosedur cuci tangan
d. Keringkan tangan hingga betul-betul kering
e. Angkat secara langsung lipatan gaun pada bagian tepi ban leher
f. Pegang bagian dalam depan dari gaun tepat dibawah tepi ban leher
g. Dengan tangan sejajar bahu masukkan kedua lengan kelubang lengan
secara bergantian.
h. Ikat bagian pinggung
i. Ikat bagian perut dengan sebelumnya mengenakan handscoon
j. Perawat masuk keruang isolasi pasien
Melepas Gaun
a. Lepaskan handscon
b. Lepaskan ikatan atau tarik masker dari telinga dan buang dalam
wadah yang telah disediakan
c. Lepaskan penutup kepala dan balikkan sehingga bagian luar ada di
sebelah dalam lalu masukkan kedalam kantong cucian infeksius.
d. Lepaskan ikatan gaun pada bagian perut kemudian pada bagian leher.
Biarkan gaun jatuh dari bahu.
e. Lepaskan tangan dari lengan baju tanpa menyentuh bagian luar gaun.
f. Pegang gaun bagian dalam pada bahu dan lipat dari dalam keluar,
letakkan pada kantong cucian infeksius.
g. Cuci tangan sesuai prosedur cuci tangan minimal 30 detik.

C. Memakai dan Melepaskan Sarung Tangan (Handscoon)


1. Pengertian
Menggunakan sarung tangan (handscoon) merupakan komponen
kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan
lingkungan bebas infeksi.

2. Tujuan
a. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien
b. Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang
dapat berpindah dari klien satu ke klien yang lainnya.

3. Persiapan Alat
a. Handscoon steril (bila digunakan untuk prosedur steril)
b. Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
c. Handuk bersih
d. Sabun
e. Bedak untuk ditaburkan ke tangan
f. Bengkok (tempat barang barang kotor)
g. Korentang
h. Tromol

4. Prosedur
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b. Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
c. Cuci tangan sesuai prosedur cuci tangan
d. Keringkan tangan hingga betul-betul kering
e. Taburkan bedak ke tangan (apabila diperlukan sebelum memasang
handscoon)
Memakai handscoon
Pemasangan handscoon steril
a. Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati-hati
menyibakkannya ke samping
b. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang
bersih tepat diatas ketinggian pergelangan tangan.
c. Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam
pembungkus.
d. Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Pegang tepi sarung tangan
dan masukkan jari tangan yang sesuai, pastikan ibu jari dan jari-jari
lain tepat pada posisinya (sentuh hanya pada permukaan dalam
sarung tangan).
e. Tarik handscoon, lebarkan manset, pastikan manset tidak menggulung
pada tangan. Ulangi pada tangan kiri.
Pemasangan handscoon steril di dalam tromol
a. Buka tutup tromol dengan meletakkan tutup disamping tromol dalam
keadaan menghadap ke atas.
b. Ambil handscoon pada tromol menggunakan korentang dan ambil tepi
sarung tangan.
c. Pegang tepi handscoon dan masukkan jari tangan yang sesuai,
pastikan ibu jari dan jari-jari lain tepat pada posisinya.
d. Kembalikan korentang ke tempatnya menggunakan tangan yang
belum mengenakan handscoon.
e. Pegang tepi sarung tangan (menggunakan tangan yang sudah
mengenakan handscoon) dan masukkan jari tangan yang sesuai,
pastikan ibu jari dan jari-jari lain tepat pada posisinya (sentuh
hanya pada permukaan dalam handscoon). Setelah terpasang, kedua
tangan saling ditelungkupkan.
Melepas handscoon
a. Dengan menggunakan tangan yang dominan, ambil ujung handscone
dan lepaskan dengan cara menarik handscoon hingga terlepas dari
tangan.
b. Genggam handscoone yang telah terlepas menggunakan tangan yang
masih mengenakan handscoon.
c. Pegang dan tarik bagian dalam handscoon menggunakan tangan yang
tidak mengenakan handscoon hingga terlepas.
d. Letakkan handscoon pada bengkok / tempat sampah
e. Cuci tangan kembali sesuai prosedur cuci tangan (menggunakan air
mengalir)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien yang siap dioperasi, para dokter bedah, dokter anastesi dan para perawat
yang bisa berada dan merasakan dinginnya kamar operasi. Ruangan operasi memiliki
beberapa area ada area free steril, semi steril dan steril. Free steril adalah ruangan yang
anda masuki pertama kali jika anda akan operasi. Ruangan semi steril adalah ruangan
recovery, ruangan ini digunakan setelah anda selesai operasi dan menunggu pemulihan
dari obat bius. Ruangan steril adalah ruangan operasi itu sendiri. Sebelum anda
memasuki ruangan operasi anda harus mengganti baju anda dengan baju OK atau baju
operasi. Bukan hanya pasien yang mengganti baju yang dikenakan dengan baju OK
namun juga seluruh elemen yang mengikuti atau bertanggung jawab saat operasi seperti
dokter bedah, dokter anestesi, perawat anestesi dan operasi yang bertugas sebagai asisten
serta perawat lainnya yang berkewajiban mempersiapkan keperluan operasi.
Menggunakan sarung tangan (handscoon) merupakan komponen kunci dalam
meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas
infeksi. Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bakterial dari klien,
mencegah penularan flora kulit petugas pada klien, mengurangi kontaminasi
tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari klien satu ke
klien yang lainnya.

B. Saran
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD adalah sebaiknya selalu
tersedia di setiap ruangan dalam keadaan siap pakai, umumnya sekali pakai atau dipakai
terpisah untuk setiap pasien, setiap APD yang terkontaminasi harus disingkirkan dan
segera diganti, alat kotor ditempatkan dalam tempat penampungan.
DAFTAR PUSTAKA

1. HIPKABI.(2010).Konsep Dasar Kamar Bedah. https://www.jurnal.kes.com/TEKNIK-


PROSEDURAL-GOWNING-275-3-doc
2. Lindsary D. Crolt, Anthony D. Arris, dkk.(2012). Konsep Dasar Kamar Bedah
3. Pedoman Pelatihan, Modal dan Materi Dokter Kecil. Jakarta
4. Shodiq, Abror (2004), Teknik Asepsi Dan Anti Sepsis, Intalasi Bedah Sentral RS. Dr.
Sardjito Yogyakarta, Tidak dipublikasikan, Yogyakarta.
5. https://id.scribd.com/document/401426278/Makalah-operasi-2019
6. https://id.scribd.com/doc/170613449/SOP-masker-gaun-dan-handscoon-doc

Anda mungkin juga menyukai