Sejarah dan filosofi dokter gigi Sebelum tahun 1928, kan Indonesia tidak memiliki institusi-institusi dan tenaga dokter gigi profesional harus didatangkan dari Eropa, misal. akan, jumlah tenaga dokter gigi yang bersedia bekerja di Dutch East Indies (Indonesia) Sangat terbatas, dan umumnya mereka hanya melayani orang- orang Eropa yang tinggal di Indonesia. Apabila penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut, mereka mencari pengobatan tradisional ke dukun, tabib, atau dibiarkan saja. kebersihan gigi dan mulut belum dianggap sebagai suatu prioritas. untuk mengatasi keadaan tersebut, pada ada April 1928 Dr Lonkhuizen, Kepala Departemen Kesehatan Masyarakat, mengusulkan kepada direktur sekolah kedokteran NIAS (Netherlands indische artsen school) Agar sekolah tersebut membuka jurusan di bidang kedokteran gigi. sejak, institusi pendidikan dokter gigi didirikan dengan nama STOVIT ( School Tot Opleiding Van Indische Tandartsen) Di Surabaya, ya dengan jumlah murid di tahun pertama sebanyak 21 siswa. kurikulum pendidikan dokter gigi di desain untuk dapat diselesaikan dalam kurun waktu 5 tahun (Rintoko, 2012). Saat ini pendidikan kedokteran gigi di Indonesia telah berkembang menjadi berbagai bidang spesialisasi. bidang spesialisasi kedokteran gigi di antaranya: konservasi gigi, ortodonsia, bedah mulut, periodonsia, ilmu kedokteran gigi anak, ilmu penyakit mulut, prostodonsia, dan radiologi Kedokteran Gigi. bidang kedokteran gigi estetika juga semakin berkembang di Indonesia ( Sulistiani dan nakazawa, 2012). Peran profesi Dokter Gigi Dokter gigi adalah dokter yang bertanggung jawab menangani kesehatan gigi dan mulut. peran dokter gigi di antaranya: mendiagnosis masalah kesehatan gigi dan mulut, melakukan upaya promotif dan preventif, membuat rencana perawatan, menginterpretasi pemeriksaan penunjang diagnostik, Memastikan prosedur penggunaan anestesi yang aman, memonitor tumbuh kembang gigi dan rahang, dan melakukan tindakan Perawatan pada jaringan keras dan jaringan lunak gigi (American dental Association, 2018 ) Dokter gigi umumnya tidak bekerja sendiri dan memerlukan pendekatan tim untuk dapat memberikan pelayanan yang komprehensif, nyaman, efektif dan efisien. Dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, dokter gigi bekerjasama dengan perawatan gigi, teknisi Gigi, dan tenaga kesehatan lainnya. Dokter gigi tidak hanya mempertanggung jawab pada area gigi dan mulut, tetapi juga memperhatikan arahnya otot darah kepala, leher, rahang, lidah, kelenjar saliva, dan sistem saraf di area kepala dan leher. Berikut standar kompetensi dokter gigi Indonesia (SKDGI) yang menyatakan bahwa dokter gigi Indonesia harus memiliki kompetensi sebagai berikut, ( Konsil kedokteran Indonesia, 2015 ) : 1. Profesionalisme 2. penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran dan Kedokteran Gigi 3. pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik 4. pemulihan fungsi sistem Stomatognatic 5. Kesehatan gigi mulut masyarakat Peran Dokter Gigi dalam kolaborasi Kesehatan Peran dokter gigi dalam kolaborasi kesehatan, diantaranya adalah seperti yang diuraikan di bawah ini : 1. Dokter gigi menjadi barisan terdepan untuk menjaring pasien dengan kelainan sistemik, dan resiprokal kepada tenaga kesehatan lainnya. 2. Dokter gigi dapat berperan dalam memonitor beberapa tanda metrik kesehatan yang penting dalam pelayanan dasar. 3. Dokter gigi dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan memperhatikan efek samping obat-obatan tertentu serta manifestasinya di rongga mulut. 4. Dokter gigi dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan edukasi kesehatan yang terpadu. 5. integrasi perawatan kesehatan gigi dan mulut dengan bidang lainnya dapat meningkatkan keberhasilan suatu intervensi pencegahan. DECORATIVE ELEMENTS