Anda di halaman 1dari 19

ASKEP PADA IBU POST PARTUM

DENGAN
INFEKSI PUERPERALIS
 KELOMPOK 9 :
 SRI WAHYUNI
 SUGIARTO
 SUGIYANTI
 SUHERLIN
 SUPRIYADI
 Nifas atau puerperium adalah periode  Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
waktu atau masa dimana organ-organ semua peradangan alat-alat genitalia dalam
reproduksi kembali kepada keadaan tidak masa nifas. (Adele Pillitteri, 2007). Salah satu
infeksi pada masa nifas adalah : Tromboflebitis
hamil. Masa ini membutuhkan waktu
merupakan inflamasi permukaan pembuluh
sekitar 6 minggu (Varney, Helen, darah disertai pembentukan pembekuan darah.
2001:225). Dari definisi lain Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode
menyebutkan, Masa nifas atau masa pasca partum pada saat kemampuan
puerperium mulai setelah partus selesai penggumpalan darah meningkat akibat
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu peningkatan fibrinogen, dilatasi vena
(Wiknjosastro, Hanifa,1999:237). ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin kerena kehamilan dan
persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut
yang menyebabkan penimbunan, statis dan
membekukan darah pada ekstremitas bagian
bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Periode Nifas atau Postpartum

 Periode Immediate postpartum : terjadi  Periode late postpartum : terjadi mulai


dalam 24 jam pertama setelah minggu kedua sampai minggu keenam
melahirkan. sesudah melahirkan, dan terjadi
perubahan secara bertahap.
 Periode Early postpartum : terjadi setelah
24 jam postpartum sampai akhir minggu
pertama sesudah melahirkan, dimana
resiko sering terjadi pada ibu postpartum,
hampir seluruh sistem tubuh mengalami
perubahan secara drastic
Faktor Predisposisi
 Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan, dan  kurang
gizi atau malnutrisi
 Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
 Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
 Anemia, higiene, kelelahan
 Proses persalinan bermasalah :
 Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam masa
nifas.
1. Pathway infeksi postpartum.
Trauma persalinan,infeksi nosokomial

Daerah bekas insersio plasenta

Kuman tumbuh dalam tubuh wanita (serviks,vulva,perineum) lokhea


berbau busuk
Infeksi Postpartum

Peningkatan Merangsang
suhu tubuh pegeluaran
mediator kimia

Demam tinggi
Merangsang sel-
sel disekitar luka
Takikardi anoreksia

Mual, muntah Sensasi nyeri

Nutrisi kurang
dari kebutuhan
 Peningkatan suhu
Manifestasi Klinis :  Takikardie.
 Nyeri pada pelvis
 Demam tinggi
 Nyeri tekan pada uterus
 Lokhea berbau busuk/ menyengat
 Penurunan uterus yang lambat
 Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
Infeksi Parineal

 Definisi
 Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan serambi liang senggama waktu
bersalin, sehingga luka terasa nyeri dan mengeluarkan nanah
 Penyebab
 Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
 Tanda / Gejala
 Nyeri pada luka.
 Luka pada perineal yang mengeras.
 Demam.
 Keluar pus / cairan.
 Kemerahan.
 Berbau busuk
Penatalaksanaan

1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.


2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu,
Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga
perineum.
3) Bila didapati pus dan cairan pada luka, buka jahitan dan lakukan pengeluaran
serta kopmres antiseptic.
4) daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridemen.
5) Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika
Komplikasi

 Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)


 Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
 Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian
Pencegahan

 Masa Persalinan
 Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban
telah pecah.
 Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
 Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
 Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominal dibersihkan, dijahit
sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
 Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus terjaga kesuci-hamaannya.
 Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.
 Masa Nifas
 Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang
berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
 Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
 Tamu yang berkunjung harus dibatasi
 Masa Kehamilan:
 Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta
mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada
indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam
jalan lahir.
 Pencegahan infeksi postpartum :
 Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan tua sebaiknya
dilarang.
 Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak berlarut-larut.
Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan
penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan
hanya bila perlu dan atas indikasi yang tepat.
 Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas
bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
 Pengkajian
 Pengumpulan Data
 Identitas
 Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status marital, alamat.
 Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, suku/bangsa, pendidikan
terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, alamat
 Status Kesehatan
 Keluhan Utama
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Diagnosa Keperawatan

 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen,
after pains, distensi kandung kemih.
 Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
 Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan terpasangnya kateter, retensi
urine.
 Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri

Intervensi Rasional

1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
intensitas nyeri, pantua
tekanan darah, nadi dan
pernafasan setiap 4 jam.
2. Relaksasi dan nafas dalam dapat mengurangi ketegangan otot dan menghambat rangsang nyeri serta menambah
2. Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik pemasukan oksigen. Distraksi mengganggu stimulus nyeri tetapi tidak mengubah intensitas nyeri, paling baik untuk
relaksasi dan nafas dalam periode pendek.
serta teknik distraksi (untuk
nyeri ringan dan sedang). 
3. Anjurkan posisi tidur
miring. 
3. Mempermudah pengeluaran gas
4. Berikan obat analgetik sesuai
4. Analgetik bersifat menghambat reseptor nyeri, sehingga persepsi nyeri berkurang/hilang
order
2. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka dengan 1. Akan meminimalkan dan mencegah kontaminasi dan atau
teknik aseptic dan anti septic. masuknya mikroorganisme.
 
 
2. Observasi adanya tanda-tanda
infeksi pada daerah luka : dolor, kalor, 2. Akan memudahkan intervensi lebih dini dan intervensi selanjutnya.
rubor dan function laesa. 3. Antibiotik bersifat bakterisida dan adanya leukositosis merupakan
3. Berikan antibiotic sesuai order dan salah satu tanda infeksi.
kolaborasi untuk pemeriksaan
leukosit.
 
4.Anjurkan untuk makan makanan 4. Protein dan viatamin C dibutuhkan untuk pertumbuhan jaringan
tinggi protein, vitamin C dan zat besi. dan zat besi untuk pembentukan hemoglobin.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anoreksia,
mual, muntah, dan pembatasan medis.

Intervensi Rasional
1. Berikan dan jaga keseimbangan cairan dan 1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
elektrolit dengan pemberian infuse bila lewat oral belum memungkinkan
  atau bising usus sangat lemah.
2. Buatkan makanan secara bertahap dari cair , 2. Bising usus normal antara 6-12
lunak dan makanan bila bising usus sudah x/menit, makanan baru dapat dicerna.
normal  
3. Anjurkan makan sedikit-sedikit tapi sering. 3. Untuk menghindari mual, sehingga
intake adequate.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan terpasangnya kateter, retensi urine.

Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter secara rutin dan teratur. 1. Mencegah agar tidak mendukung pertumbuhan
  bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing bila dipasang kateter lebih
rendah dari pasien. 2. Untuk mencegah refluk, sehingga tidak tumbuh bakteri
3. Ajarkan teknik merangsang kencing setelah diangkat kateter 3. Klien biasanya bisa buang air kecil setelah 6-8 jam
seperti siram daerah kandung kemih dengan air dan anjurkal setelah pengangkatan kateter. Posisi duduik
klien duduk. dapatmenimbulkan rasa penuh sehingga klien terangsang
  untuk kencing.
 
4. Angkat kateter sesuai ketentuan biasanya 6-12 jam post 4. Untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
operasi
5. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.

Intervensi Rasional

1. Rubah posisi klien setiap 1 jam sampai 2 jam sekali, anjurkan nafas dalam dan 1. Untuk menghindari komplikasi
latihan kaki setelah bedah seperti dekubitus
  dan tromboemboli.
2. Bantu dan ajarkan klien dalam memenuhi ADL 2. Meningkatkan kemandirian klien
  dan memenuhi kebutuhan klien
3. Kaji tipe anestesi jika epidural anestesi anjurkan klien tidur 6-8 jam tanpa bantal 3. Untuk mencegah komplikasi dan
perasaan nyeri

Anda mungkin juga menyukai