KEPERAWATAN MATERNITAS
Dosen Tutorial:
Disusun oleh:
Kelompok : Tutorial A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
INFEKSI POSTPARTUM
1. DEFINISI
Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu persalinan dan
perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua
peradangan alat-alat genitalia dalam masa post partum. Jadi yang dimaksud dengan
infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu 38oC. Infeksi post partum/puerperalis
adalah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan
2. ETIOLOGI
Penyebab infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob
patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari
luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah Streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang
sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit.
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum menyebabkan infeksi terbatas.
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun beranak dari luar rumah sakit.
3. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan infeksi
pascapersalinan antara lain :
1. Anemia
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Hal ini
juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah putih kurang
untuk menghambat masuknya bakteri.
2. Ketuban pecah dini
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan
masuknya kuman ke organ genital.
3. Trauma
Pembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman pathogen,
seperti operasi.
4. Kontaminasi bakteri
Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga rahim.
Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau saat dilakukan
tindakan persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk bakteri. Tentunya, jika
peralatan tersebut tidak terjamin sterilisasinya.
5. Kehilangan darah
Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang berkaitan
dengan pengendalian pendarahan bersama-sama perbaikan jaringan luka,
merupakan factor yang dapat menjadi jalannya masuk kuman.
4. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain demam, nyeri di
daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah yang terinfeksi, fungsi organ
terganggu. Gambaran klinis infeksi post partum adalah sebagai berikut:
a. Infeksi lokal
Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada luka, lokea bercampur nanah,
mobilitas terbatas, suhu tubuh meningkat.
b. Infeksi umum
Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat,
pernafasan meningkat dan sesak, penurunan kesadaran hingga koma, gangguan
involusi uteri, lokea berbau, bernanah dan kotor
5. KOMPLIKASI
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
menyebabkan kematian
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
Pada post partum yang biasa diukur yaitu kadar Hb, hematokrit, kadar leukosit,
golongan darah, pemeriksaan darah lengkap
2) Pemeriksaan urine
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan kateter atau dengan
teknik pengambilan bersih spesimen ini dikirim ke laboratorium untuk
dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika kateter
indwelling dipakai selama pasca inpartu. Selain itu catatan prenatal ibu harus
dikaji untuk menentukan status dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin.
7. PENATALAKSANAAN
Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Post partum
a. Pencegahan infeksi selama post partum antara lain:
1) Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik.
2) Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus steril.
3) Penderita dengan infeksi post partum sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu post-partum yang sehat.
4) Membatasi tamu yang berkunjung.
5) Mobilisasi dini.
b. Pengobatan infeksi pada masa post partum antara lain :
1) Segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan darah,
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
2) Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3) Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah,
makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh serta perawatan
lainnya sesuai komplikasi yang ada.
c. Pengobatan infeksi post partum
1) Pemberian Sulfonamide – Trisulfa merupakan kombinasi dari Sulfadizin 185
gr, Sulfamerazin 130 gr, dan Sulfatiozol 185 gr. Dosis 2 gr diikuti 1 gr 4-6 jam
kemudian peroral.
2) Pemberian Penisilin – Penisilin-prokain 1,2 sampai 2,4 juta satuan IM, penisilin
G 500.000 satuan setiap 6 jam atau metsilin 1 gr setiap 6 jam IM ditambah
ampisilin kapsul 4X250 gr peroral.
3) Tetrasiklin, eritrimisin dan kloramfenikol
4) Hindari pemberian politerapi antibiotika berlebihan 5) Lakukan evaluasi
penyakit dan pemeriksaan laboratorium
8. PENGKAJIAN
1) Identitas
2) Keluhan utama
3) Riwayat kehamilan ,persalinan dan nifas sekarang
4) Riwayat kelahiran , persalinan dan nifas yang lalu
5) Status perkawinan:
● Usia menikah pertama kali
● Status perkawinan
● Lama perkawinan
● Ini adalah suami yang ke
● Berapa anak bawaan dari suami sekarang
6) Riwayat KB
7) Riwayat kesehatan yang lalu
8) Riwayat kesehatan keluarga
9) Activity Daily Living
10) aktivitas
11) Sirkulasi : Menurut Mitayani (2013), pengkajian sirkulasi meliputi: 1)
Temperatur : periksa 1 kali pada 1 jam pertama. Suhu tubuh akan meningkat
bila terjadi dehidrasi atau keletihan 2) Nadi : periksa setiap 15 menit selama 1
jam pertama atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit pada jam-jam
berikutnya 3) Pernafasan: periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali
normal setelah 1 jam postpartum 4) Tekanan darah : periksa setiap 15 menit
selama satu jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk setiap jam
berikutnya.
12) Eliminasi Kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis postpartum dan cairan
intravena (Mitayani, 2013). Periksa adanya konstipasi.
13) Nyeri atau ketidaknyamanan
Ketidaknyamanan berkenaan dengan pembesaran payudara, episiotomi, trauma
perineal, hemoroid, kontraksi kuat (afterpain) kuat dan teratur dalam periode 24
jam pertama dan akan berkurang setiap hari (Doenges, 2001).
14) Keamanan Pengkajian berkaitan dengan kondisi perineum. Inspeksi adanya
tanda-tanda REEDA ( Redness, Ecchymosis, Edema, Discharge,
Approximation), bekas luka episiotomi/robekan, dan jahitan harus utuh
(Doenges, 2001; Reeder, Martin & Koniak-griffin, 2012)
15) Perubahan organ reproduksi wanita
- Involusi uterus
- Lokea
- Serviks
- Vagina
9. ANALISA DATA
10. DIAGNOSA
1) Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis (inflamasi)
2) Hipertermia b.d. proses penyakit (infeksi)
3) Ansietas b.d. krisis situasional
4) Menyusui tidak efektif b.d. payudara bengkak
5) Risiko syok b.d. sepsis
11. INTERVENSI
Post, I., & Infeksi, P. (2017). 2.1.2. Etiologi. Universitas Kristen Satya Wacana, 10–28.
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12065/2/T1 _462008062_BAB II.pdf
Risiko, F., Berpengaruh, Y., Kejadian, T., Blues, P., Teknik, P., Nafas, R., Terhadap, D.,
Intensitas, P., Persepsi, P., Diri, K., Hamil, I., Intensi, T., Untuk, I., Kabupaten, T., Utara,
B., Ibu, P., Tentang, P., Tetanus, S., Dengan, T., … Jombang, U. (2015). J Urnal. 5(2).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia