Anda di halaman 1dari 11

Infeksi Nifas

Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk


pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum ibu hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas adalah keadaan
abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
ke dalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas.
Masa nifas merupakan masa rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu
terjadi setelah melahirkan dan hamper 50% dari kematian pada masa nifas
terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, diantaranya disebabkan
oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya
persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol
sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Infeksi Masa Nifas
Pengertian
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Suhu38C
atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 10 postpartum dan diukur per
oralsedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiding puerperalis. Kenaikan
suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi nifas
jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital.
Etiologi
Organisme yang menyerang bekas implantasi plasenta atau laserasi
akibat persalinan adalah penghuni normal serviks dan jalan lahir, mungkin
juga dari luar. Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob
yaitu :
Streptococcus haemolyticus aerobicus
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini
biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak
suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
Staphylococcus aereus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi
sebab infeksi umum.
Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi
terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini
merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius

Clostridium welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat
berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.

Faktor presdisposisi

Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita seperti


perdarahan
banyak, diabetes, preeklamsi, malnutrisi, anemia. Kelelahan juga
infeksi
lain yaitu pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya.
Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet terutama
dengan
ketuban pecah lama, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
Tindakan obstetrik operatif baik pervaginam maupun perabdominam.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah dalam
rongga rahim.
Episiotomi atau laserasi.

Patofisiologi
Setelah kala 3 daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka
dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini merupakan tempat yang baik
untuk berkembangnya bakteri. Begitu juga serviks, vulva, vagina, dan
perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan. Semua ini
merupakan tempat masuk/berkembangnya pathogen.
Cara terjadinya infeksi nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau
alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman-kuman.
2) Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi
bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
kesehatan lainnya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja
di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran
pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3) Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang
suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan

atau pada waktu nifas.


4) Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
6. Pencegahan masa nifas :
1. Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah factor-faktor presdisposisi seperti anemia,
malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita
ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan bila tidak ada indikasi perlu. Begitu
pula koitus pada kehamilan tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan
dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini
terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
2. Masa persalinan
Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila adaindikasi
dengan sterilisasi yang baik apalagi bila ketuban sudah pecah
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci
hama
Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilisasi
Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan
penderita harus terjaga kesuci-hamaannya
Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang
harus segera diganti dengan transfuse darah
3. Masa nifas
Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula
alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus,
tidak bercampur dengan ibu sehat
Tamu yang berkunjung harus dibatasi
B. ENDROMETRITIS
1. konsep dasar
Endometriosis adalah radang pada endometrium, kuman-kuman memasuki
endometrium, biasanya pada luka bekas insertion plasenta, dan dalam waktu
singkat mengikutsertakan seluruh endometrium. Pada infeksi kuman yang
tidak seberapa pathogen, radang terbatas hanya pada endometrium.
2. gambaran klinik
Gambaran klinik tergantung jenis dan virlensi kuman, daya tahan penderita,
dan derajat trauma lahir. Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat
menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis agak membesar,
serta nyeri pada perabaan dan lembek. Pada endometritis yang tidak
meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada hari-hari
pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi
dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu

minggu keadaan sudah normal kembali.


Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau.
Hal ini tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadangkadang disertai oleh lokia yang sedikit dan tidak berbau.
3. penatalaksaan dan pengobatan (sesuai instruksi dokter)
Jika bidan menemukan kasus ini ditempat praktek lakukan kolaborasi dengan
dokter untuk dilakukan rujukan, yang paling penting stabilkan dahulu kondisi
ibu dengan pemberian cairan jika kondisi terllau parah beri minum lewat
mulut, kemudian lakukan pemasangan infus sebelum dirujuk ke rumah sakit.
Di rumah sakit tindakan yang dilakukan setelah lapor dengan dokter segera
siapkan transfuse darah jika ada perdarahan, berikan antibiotik kombinasi
sampai ibu bebas demam selama 48 jam: ampisilin 2 g I.V setiap 6 jam,
ditambah gentamisin 5mg/kg berat badan lewat intra vena (I.V) tiap 24 jam,
ditambah metronodazol 500 mg I.V tiap 8 jam, jika demam masih ada 72 jam
setelah terapi, kaji ulang diagnosis. Catatan : antibiotic oral tidak diperlukan
setelah terapi suntikan.
Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan epksplorasi digital dan keluarkan
bekuan darah serta sisa kotiledon, gunakan forceps ovum atau kuret besar
jika perlu, jika tidak ada kemajuan dengan terpi konservatif, da nada
peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri abdomen), lakukan laparotomy dan
drain abdomen; jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histeroktomi total
C. PERITONITIS
1. Konsep dasar
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe di dalam uterus
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau melalui
jaringan diantara kedua kembar ligamentum latum menyebabkan
parametritis.
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan
penmbungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis adalah suatu respon
inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi kimiawi
atau invasi bakteri.
Lapisan peritoneum dibagi menjadi 3 yaitu :
Lembaran yang menutupi dinidng usus disebut lamina visceralis (tunika
serosa)
Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina parietalis
Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina parietalis
2. Penyebab
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan
merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi.

3. Gejala dan tanda


Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis,
perut bawah nyeri, keadaan umu tetap baik, pada pelvioperitonitis bias
terdapat pertumbuhan abses, nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum
douglas harus dikeluarkan, ibu dengan peritonitis dapat mengalami gejala
akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan
syok sepsis.
Diagnosis peritonitis ditegakan secara knilis dengan adanya nyeri abdomen
(akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya
(peritoneum visceral) yang semakin lama makin jelas lokasinya (peritoneum
parietal). Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu
demam tinggi atau pasien yang sepsis bias menjadi hipotermia, takikardia,
dehidrasi hingga menjadi hipoteensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya
memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi.
Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita
secraa tidak sadar akan menghadiri palpasinya yang meyakinkan atau
tegang karena iritasi peritoneum.
Pada wanita dialkukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan
nyeri akibat pelvic inflamantory disease. Pemeriksaan-pemeriksaan klinis
bias jadi positif palsu pada penserita dalam keadaan imunosupresi (misalnya
diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplatsi, atau HIV), penderita
dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial, enselofati toksik,
syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan paraplegia dan
penderita geriatric.
4. Penanganan khusus (instruksi dokter) yang memberikan boleh bidan
Pasang selang nasogastric
Infus cairan RL
Berikan antibiotika kombinasi, sampai 48 jam bebas panas : ampisilin 2 g I.V
setiap 6 jam, ditambah gentamisin 5 mg/kgBB I.V tiap 24 jam, ditambah
metrinidazol 500 mg I.V tiap 8 jam, jika perlu lakukan laparotomy (dikerjakan
oleh dokter) untuk drainase
5. Peanganan secara umum (instruksi dokter)
Antibiotika memegang peranan penting, tetapi untuk pemberian antibiotika
perlu pemeriksaan biakan terlebih dahulu untuk menentukan jenis
antibiotika yang cocok terhadap kuman penyebab, tetapi karena
pemeriksaan ini lama setelah pemeriksaan biakan diambil, maka pengobatan
dapat segera dimulai tanpa menunggu hasilnya dalam hal ini dapat diberikan
penicillin dalam dosis tinggi atau antibiotic spectrum luas seperti ampisilin,
setelah pembiakan selesai dapat diberikan antibiotika yang sesuai dengan
jenis kumannya. Disamping pengobatan dengan antibiotika, tindakantindakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh tetap diperlukan, perawatan
dan gizi yang memadai, jika perlu berikan transfuse darah.
Therapy(instruksi dokter) dan asuhan (dikerjakan bidan) yang diberikan
antara lain : penggantian cairan, koloid dan elektrolit adalah focus utama.
Analgesic yang diberikan untuk mengatasi nyeri antimietik dapat diberikan
sebagai terapi untuk muntah dan mual. Terapi oksigen dengan kanula nasal

atau masker akan mengakibatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadangkadang inkubasi jalan nafas dn bentuk ventilasi diperlukan. Tetapi
medikamentosa non operatif dengan terapi antibotik, terapi hemodinamik
untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi metabolic dan terapi modulasi respon
peradangan.
D. TROMBOPHLEBITIS
1. Konsep dasar
Tromboflebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu setalah melahirkan
dimana terjadi sumabatn paada pembuluh darah yang diseabakan oelh
adanya darah yang membeku.
Infeksi yang ditimbulakn oelh inflasi mikroorganisme pathogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Sedangkan
pevio tromboflebitis adalah nyeri pada perut bagian bawah atau perut
bagian samping timbul pada hari kedua hari ketiga masa nifas.
2. Jenis-jenis tromboflebitis
Pemabagian tromboflebitis dibagi menjadi dua , yaitu :
a. Tromboflebitis pelviks, yakni mengenai vena-vena dinding uterus dan
ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterine, vena hipograstika. Vena
yang paling sering terkena adalah vena ovarika dekstral karena infeksi pada
tempat implamantasi plasenta terletak dibagian atas uterus. Proses biasanya
unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstral, mengalami inlamasi
dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis
Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan/atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke 2 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai
berikut:
menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat (30 40
menit) denganinterval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari.
Pada waktu menggigilpenderita hampir tidak panas.
Suhu badan naik turun secara tajam (36C menjadi 40C), yang diikuti
dengan
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada
endometritis).
Penyakit dapat berlangsung selama 1 3 bulan.
Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke
paru-paru.
Gambaran darah:
Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi,
dapat segera terjadi leukopenia).
Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat yang tepat sebelum
mulainyamenggigil. Meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama
menggigil, kulturdarah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah
anaerob.
Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling

banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar dicapai pada pemeriksaan.
Komplikasi
Komplikasi pada paru-paru: infark, abses, pneumonia,
Komplikasi pada ginjal sinistra, nyeri mendadak, yang diikuti dengan
proteinuria dan hematuria,
Komplikasi pada persendian, mara dan jaringan subkutan.
Penanganan
Rawat inap
Penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya
emboli pulmonum.
Terapi medik
Pemberian antibiotika (lihat antibiotika kombinasi dan alternatif, seperti yang
tercantumdalam penatalaksanaan metritis) dan heparin jika terdapat tandatanda atau dugaanadanya emboli pulmonum.
Terapi operatif
Pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung
sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan heparinisasi.
b. Tromboflebitis femoralis dapat menjadi vena safena magna atau
peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran tromboflebitis vena uterin,
dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis mungkin terjadi
karena lairan darah lambat di daerah lipatan paha karena vena tersebut
yang tertekan oleh ligamentum inguinale, juga karena dalam masa nifas
kadar fibrinogen meningkat.
Penilaian klinik
Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7 10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10 20, yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri, akan memberikan
tanda-tanda sebagai berikut:
Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi ke luar serta sukar bergerak,
lebih panas dibanding dengan kaki lainnya.
Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras
pada paha bagian atas.
Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak,
tegang, putih, nyeri dan dingin, pulsasi menurun.
Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada
umumnyaterdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari
jari-jari kaki danpergelangan kaki, kemudian meluas dari bawah ke atas.
Nyeri pada betis, yang akan terjadi spontan atau dengan memijit betis
atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda Homan).
Penanganan
Perawatan

Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompres pada kaki.


Setelahmobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos
kaki panjang yangelastik selama mungkin. Mengingat kondisi ibu yang
sangat jelek, sebaiknya jangan menyusui.
Terapi medik: pemberian antibiotika dan analgetika
E. LUKA PERINEUM
1. Konsep dasar
Perlukaan perineum umunya terjadi unilateral, namuan juga dapat bilateral.
Perlukaan padadiafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi
waktu persalinan normal atau persalinan dengan alat dapat terjadi tanpa
luka pada kulit perineum atau pada vagina sehingga tidak kelihatan dari luar.
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam , yaitu :
a. Rupture : luka perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara
alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratursehingga jaringan yang
robek sulit dilakukan penjahitan
b. Episiotomy : sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar
muara vagina yang dilakukan teepat sebelum keluarnya kepala bayi
2. Lingkup perawatan
Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk mencegah infeksi organ0organ
reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk
melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut)
3. Waktu perawatan
Saat mandi : pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka kemungkinna terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan
penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu perlu
dilakukan pembersihan perineum
Setelah buang air kecil : pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri perineum.
Setelah buang air besar: pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan
sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi
bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembersihan anus dan perineum secar keseluruhan.
4. Factor yang mempengaruhi perawatan perineum
a. Gizi :factor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap
proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan
sangat membutuhkan protein
b. Keturunan : sifat genetic seseorang mempengaruhi kemampuan dirinya
dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetic yang mempengaruhi
kemampuan adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat,
sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan
protein-kalori

c. Sarana prasarana :kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan


prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi
penyembuhan perineum. Misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan
antiseptic
d. Budaya dan keyakinan : budaya dan keyakinan akam mempengaruhi
penembuhan perineum, mislanya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging
ayam, akan mempengaruhi asupan gizi yang akan sangat mempengaruhi
penyembuhan luka
5. Dampak perawatan luka perineum yang tidak benar
a. Infeksi : kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangaat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya
infeksi pada perineum
b. Komplikasi : munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada
saluran kemih ataupun jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya
komplikasi infeksi kandung kemih Maupin infeksi jalan lahir
c. Kematian post partum : penanganan komplikasiyang lambat dapat
menyebabkan terjadinya kematian ibu post partum mengingat kondisi fisik
ibu post partum masih lemah
F. BENDUNGAN PAYUDARA
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada
payudara dalamrangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan
disebabkan overdistensi dari saluransistem laktasi.
Penatalaksanaanya :
Menyusui
Jika ibu menyusui dan bayi tidak menetek, bantulah memerah iar susu
dengan tangan dan pompa
Jika ibu menyusui dan bayi mampu menetek :
Bantu ibu agar meneteki lebih sering pada kedua payudara tiap kali
meneteki
Berikan penyuluhan cara meneteki yang baik
Mengurangi nyeri sebelum meneteki :
o Berikan kompres hangat pada dada sebelum meneteki atau mandi air
hangat
o Pijat punggung dan leher
o Memeras susu cara manual sebelum meneteki dan basahi putting agar
bayi mudah menetek
Mengurangi nyeri setelah meneteki :
o Gunakan bebat atau kutang
o Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak
o Terapi parasetamol 500 mg per oral
Tidak menyusui
Jika ibu tidak meneteki :
Berikan bebat dan kutang bebat
Kompres dingin pada dada untuk mengurangi bengkak dan nyeri

Hindari pijat atau kompres hangat


Berikan parasetamol 500 mg per oral
Evaluasi 3 hari
G. INFEKSI PAYUDARA
Mastitis
Mastitis adalah Payudara tegang / indurasi dan kemerahan (radang
payudara)
Penyebab :
Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
a. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat
b. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak
c. Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak
disusui dengan adekuat, maka bias terjadi mastitis
d. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena
infeksi.
Gejala :
Gejala-gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut ;
a. Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local
b. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local
c. Payudara keras dan berbenjol-benjol
d. Panas badan dan rasa sakit umum
Penatalaksanaan :
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang atau
eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
bantulah agar ibu :
Tetap meneteki
Bebat payudara
Kompres dingin sebelum meneteki untuk mnegurangi bengkak dan nyeri
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus.
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
H. Abses Payudara
Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
Gejala :
Gejala yang dirasakan ibu dengan abses payudara adalah sebagai berikut :
1. Ibu tampak lebih parah sakitnya
2. Payudara lebih merah dan mengkilap
3. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk
mengeluarkan nanah tersebut
Penatalaksanaan :
Berikan antibiotika
Berikan Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari

Atau eritromisin 250 mg per oral 3 hari selama 10 hari


Drain abses ;
Anastesia umum dianjurkan
Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk mneghindari cedera
atau duktus
Gunakan sarung tangan steril
Tampon longgar dengan kasa
Lepaskan tampon 24 jam, ganti dengan tampon kecil
Jika masih banyak pus, tetap berikan tampon dalam lubang dan buka
tepinya
Yakinkan ibu untuk :
Tetap meneteki meskipun masih keluar nanah
Gunakan kutang
Kompres dingin sebelum untuk mengurangi bengkak dan nyeri
Berikan parasetamol 500 mg bila perlu
Evaluasi 3 hari

Anda mungkin juga menyukai