Anda di halaman 1dari 10

2.

Gangguan Pertumbuhan, AKI & AKB


Pertumbuhan Janin Terhambat
Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan ultrasonografi
(USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10 dibawah usia kehamilan atau
lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik). Terminologi kecil untuk masa kehamilan
adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi
cukup bulan atau prematur. Pada umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko
kecacatan atau kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah
melahirkan.
Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara
berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan kematian yang
terjadi akibat PJT. PJT terbagi atas dua, yaitu:
1. Gangguan pertumbuhan janin simetris
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak
simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini
adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH
(Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus,
Herpes simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan
wanita hamil yang merokok
2. Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak simetris)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama
kali, kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan
diameter biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya
tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan.
Manifestasi klinik
Bayi-bayi lahir IUGR biasanya tampak kurus, pucat dan berkulit keriput; tali pusat
umunya tampak rapuh dan layu dibandingkan pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat;
Intra Uterin Growt Restriction (IUGR) muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan
jaringan atau sel.
Penyebab
Pada umumnya 75% janin dengan PJT memiliki proporsi tubuh yang kecil, 15-25%
terjadi karena insufisiensi uteroplasenta, 5-10% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau
kecacatan bawaan.
1. Penyebab ibu

Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan janin. Kenaikan berat
tidak adekuat selama kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu
selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg. Apabila wanita dengan berat badan kurang
harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan 10-12 kg
Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung sianotik, diabetes,
serta penyakit vaskular kolagen dapat menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat
menyebabkan pre-eklampsia yang dapat membawa ke PJT
Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik

2. Penyebab janin
Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT
Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan
yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris
serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga
berkaitan dengan PJT
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok,
narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT

3. Penyebab plasenta
Kelainan plasenta sehingga menyebabkan plasenta tidak dapat menyediakan nutrisi
yang baik bagi janin seperti, abruptio plasenta, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma, dan plasenta previa
Kehamilan kembar
Twin-to-twin transfusion syndrome
Tanda dan Gejala
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan penyakit kronik.
Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat
menemukan ukuran rahim yang lebih kecil dari yang seharusnya.

Persalinan pada PJT


Beberapa keadaan dimana janin dengan PJT harus dilahirkan, adalah :
1. Janin dengan kromosom normal dengan usia kehamilan lebih dari 36 minggu lengkap

2. Oligohidramnion pada kehamilan 36 minggu atau lebih


3. Deselerasi lambat berulang pada usia kehamilan berapapun
4. Tidak terdapat pertumbuhan pada pemeriksaan USG dalam jangka waktu 3 minggu
Sedangkan pada usia kehamilan kurang dari 36 minggu, persalinan harus dipikirkan
padakeadaan berikut ini :
1. Tidak terdapatnya pertumbuhan janin dalam jangka waktu 3 minggu dan memiliki
paruyang matang
2. Anhidramnion pada kehamilan 30 minggu atau lebih
3. Terdapat AEDF (absent umbilical artery end diastolic flow) dan REDF (reversed
umbilical artery end distolic flow)
4. Pola denyut jantung janin yang abnormal menetap
Cara persalinan tergantung dari etiologi yang mendasari, adanya asidosis dan usia
kehamilan.Janin normal yang kecil dapat dilahirkan bila tanpa adanya komplikasi. Begitu juga
pada janindengan PJT tanpa adanya hipoksemia. Janin dengan anomali yang tidak dapat hidup
juga harusdilahirkan pervaginam. Janin dengan kelainan yang tidak mematikan harus ditangani
sesuaidengan jenis kelainannya. Secara umum, kelainan yang dapat dikoreksi dengan
pembedahanharus ditunda kelahirannya selama mungkin, secara tehnik makin besar dan tua janin
makinmudah dilakukan koreksi bedah.
Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anomali janin
Asfiksia perinatal
Persalinan operatif
Kematian perinatal
Hipoglikemia dan hipokalsemia neonatal
Enterokolitis nekrotikan
longterm handicap

Penurunan jumlah cairan amnion sangat berhubungan dengan PJT. Morbiditas akan terjadi
bila AFI < 5 cm.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur pertumbuhan janin.
Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat kelainan organ yang terjadi. Pengukuran
lingkar kepala, panjang tulang paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai
pertumbuhan janin melalui USG. Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk melihat
aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.
Terapi
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai 2-6 kali pada janin dengan PJT.
Tatalaksana untuk kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif
sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan
meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :

PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan.
PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan
kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
1. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik.
Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu.
2. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi
suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat
maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan
alkohol, makasemuanya harus dihentikan.
3. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat
selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi
caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera
setelahdilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama
melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi
plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan
oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah
dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi
yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan.
Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet,
istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang
bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress;
berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin,
mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik.
Prognosis
Pada kasus- kasus IUGR yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stilbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak
nantinya. Kasus IUGR dapat muncul sekalipun ibu dalam kondisi sehat.
Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan pemeriksaan dengan menanyakan riwayat


ibu apakah faktor-faktor ibu seperti dijelaskan diatas ada atau tidak, periksa tinggi fundus uteri
(TFU) apakah sesuai atau tidak dengan kehamilan, lakukan Ultrasonograf (USG) fetomaternal,
periksa denyut jantung janin dengan menggunakan Doppler velocimetry.
AKI
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai
resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan
dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan
millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994
sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun.
Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 Kelahiran
Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Berdasarkan SDKI 2012 AKI
meningkat menjadi 359 per 100.000.

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor penentu
angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menangani
masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni
pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun,
ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan
yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat
dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif
dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah
medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya,
perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh
karena itu, pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara
sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan upaya
peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat
terutama suami.

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan,


berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni ,
pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi.
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu ( 28 persen) , anemia
dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling

sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar
antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan bertahan
hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat
kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang
berkepanjangan.(WHO).
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen),
kejang bisa terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol
saat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila
kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi lahir.
Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum hamil. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2007), sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab kematian ibu
melahirkan adalah infeksi (11 persen).
Upaya Penuruna AKI
Dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) diperlukan strategi yang efektif yaitu
meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah dengan asuhan
persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap menunggu dan menangani komplikasi
menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan
mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan
harus adil dan merata sehingga tidak ada kesenjangan penempatan bidan baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Dalam upaya tersebut harus bersifat non-diskriminatif dimana setiap ibu
yang membutuhkan pertolongan bidan wajib memperoleh pelayanan tersebut. Selain itu,
ketersediaan pelayanan kebidanan harus berkualitas, terjamin keamanannya, efektif dan sesuai
serta pembiayaan pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh ibu yang membutuhkannya. Dalam
upaya tersebut, bidan yang melayani ibu hamil harus berkompeten, berintegritas, dan bersifat
objektif serta bidan harus bekerjasama dengan tim yang berkompeten sehingga persalinan dapat
dilakukan secara cepat dengan ketepatan yang tinggi (tidak mengalami kesalahan dalam
melakukan persalinan). Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas dari bidan
maupun tim yang akan membantu bidan dalam persalinan baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Masih mahalnya pembiayaan pelayanan kebidanan bagi ibu di kalangan miskin dapat
diatasi dengan adanya asuransi bagi ibu hamil dimana asuransi tersebut merupakan tanggung
jawab dari pemerintah, masyarakat dan swasta. Asuransi tersebut harus bersifat efektif, efisien,
adil dan transparan. Jadi, pemerintah harus menjangkau pembiayaan persalinan secara efektif
dan efisien serta adil dan transparan bagi ibu hamil. Sebenarnya, AKI dapat dicegah dengan
pemakaian alat kontrasepsi. Namun, alat kontrasepsi masih sulit dijangkau oleh ibu-ibu di
kalangan miskin. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah menyediakan alat kontrasepsi yang
aman, berkhasiat, bermanfaat dan bermutu dimana alat kontrasepsi tersebut tersedia secara
merata dan terjangkau. Selain itu, masyarakat juga harus mendapatkan informasi yang benar,
lengkap dan tidak menyesatkan tentang alat kontrasepsi dari produsen, distributor maupun
pelaku pelayanan kesehatan. Jadi, pemerintah harus meningkatkan penyediaan alat kontrasepsi
yang berkualitas, terutama bagi ibu-ibu di kalangan miskin. Pemerintah harus mampu
menciptakan alat kontrasepsi melalui inovasi/kreatifitas yang dikelola secara profesional,

sistematis dan berkesinambungan sehingga mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dan
harga alat kontrasepsi dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Jadi, pemerintah harus
meningkatkan manajemen dan informasi tentang inovasi untuk menurunkan AKI salah satunya
adalah menciptakan alat kontrasepsi yang bersumber dari dalam negeri.
Semua program yang diimplementasikan pemerintah kepada ibu-ibu tidak akan berjalan
optimal tanpa adanya perubahan perilaku dari ibu-ibu. Oleh karena itu, perlu adanya
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan, serta menjadi penggerak dalam menurunkan AKI. Pemberdayaan masyarakat
dilakukan dengan kemitraan berbagai pihak, dimana pemerintah berperan untuk membuka akses
informasi dan dialog, menyiapkan regulasi dan menyiapkan masyarakat dengan membekalinya
dengan pengetahuan dan ketrampilan bagi ibu-ibu maupun masyarakat dan ibu-ibu maupun
masyarakat dapat berpartisipasi dengan memberikan kritikan yang membangun untuk
menurunkan AKI.

AKB
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang
mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan
pemeriksaan secara teratur. Hal ini dilakukan guna menghindari gangguan sedini mungkin dari
segala sesuatu yang membahayakan terhadap kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Setiap
tahunnya diseluruh dunia diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya
dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Penyebab utama kematian pada minggu
pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis, dan
komplikasi berat lahir rendah (Depkes RI, 2008).
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan indikator yang lazim
digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan provinsi maupun
nasional. AKB merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi
belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Saat ini Angka Kematian Bayi (AKB)
di Indonesia adalah tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia 32
per 1000 kelahiran hidup. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per tahun atau 430 bayi
meninggal dunia per hari. Dalam Millenium Development Goals (MDGS), Indonesia
menargetkan pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB) menurun menjadi 17 bayi per 1000
kelahiran. Penyebab kematian bayi baru lahir salah satunya disebabkan oleh asfiksia (27%)
(SKRT, 2007) yang merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir setelah BBLR
(Departemen Kesehatan RI, 2008). Pada tahun 2009 angka terjadinya asfiksia di dunia menurut
World Health Organization (WHO) adalah 19%.
Definisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badan kurang dari 2500
gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti premature baby dengan low birth weight baby.

Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir bayi prematur (Winkjosastro, 2007).
Asfiksia Neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak dapat
memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya ( Dewi, 2011).
BBLR mempunyai pengaruh secara langsung terhadap terjadinya Asfiksia. Bayi dengan BBLR
sering terjadi Asfiksia dibandingkan dengan bayi biasa dan akan lebih buruk bila berat badan
semakin rendah. Pada BBLR yang disebabkan karena prematur tingkat kematangan system
organnya belum sempurna, mudah timbul kelainan pertumbuhan pengembangan paru yang
belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang masih melengkung. Hal
tersebut berhubungan dengan umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur kehamilan
makin kurang sempurna pertumbuhan alat- alat dalam tubuhnya. Dengan kurang sempurna alatalat dalam tubuhnya baik anatomi dan fisiologi maka mudah timbul beberapa komplikasi salah
satunya adalah terjadinya asfiksia (Syaifudin 2001). Bayi dengan BBLR merupakan salah satu
penyumbang tingginya angka kematian bayi terutama pada masa perinatal. Neonatal dengan
BBLR beresiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat
badan normal (Depkes RI, 2008).
Upaya Penurunan AKB
Dalam menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan strategi yang efektif yaitu
meningkatkan upaya kesehatan. Upaya kesehatan yang dapat diberikan adalah dengan asuhan
persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap menunggu dan menangani komplikasi
menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Hal tersebut dapat menurunkan AKB
karena bayi dilahirkan dengan selamat pada saat persalinan. Selain itu, pemerintah juga
memberikan makanan dan/atau minuman khusus ibu hamil secara gratis kepada ibu hamil seperti
susu khusus ibu hamil dan biscuit khusus ibu hamil. Hal tersebut dilakukan setiap seminggu
sekali sehingga ibu-ibu hamil di Indonesia dapat memperoleh nutrisi dan upaya tersebut harus
dilakukan secara adil dan merata baik di perkotaan maupun pedesaan. Selain itu, ketersediaan
nutrisi tersebut harus berkualitas, terjamin keamanannya, efektif dan sesuai.
Imunisasi campak juga merupakan indikator dari AKB karena diperkirakan 30.000 anak
meninggal setiap tahun karena komplikasi campak dan baru-baru ini ada beberapa kejadian luar
biasa polio dimana 303 anak menjadi lumpuh. Sebenarnya, imunisasi pada anak-anak tidak
hanya bergantung pada para orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak mereka memperoleh
vaksinasi, tapi diperlukan sistem kesehatan yang terkelola dengan baik untuk mengatur mereka
dalam memperoleh imunisasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu lebih meningkatkan sistem
kesehatan terkait pemberian imunisasi campak terhadap bayi dan meningkatkan pemberian
imunisasi campak yang aman, bermanfaat dan bermutu dimana imunisasi campak tersebut
tersedia secara merata untuk menurunkan AKB. Jadi, pemerintah harus meningkatkan pemberian
imunisasi campak yang berkualitas terhadap bayi baik di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam
pemberian imunisasi campak tersebut diperlukan tenaga kesehatan yang berkompeten dan
berintegritas karena terdapat kesulitan tersendiri dalam memberikan imunisasi kepada anak-anak
dibandingkan kepada orang dewasa. Jadi, pemerintah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas

dari tenaga kesehatan dalam pemberian imunisasi campak terhadap bayi baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
Pemerintah harus mampu menciptakan nutrisi untuk ibu-ibu hamil baik dalam berupa
makanan atau minuman atau inovasi yang lainnya dimana nutrisi tersebut memberikan tambahan
nutrisi untuk ibu-ibu hamil sehingga anak yang akan dilahirkan selamat baik secara fisik maupun
kecerdasannya. Nutrisi tersebut harus diberikan secara gratis kepada ibu-ibu hamil secara merata
baik di perkotaan maupun di pedesaan. Bahan baku dari nutrisi tersebut harus bersumber dari
dalam negeri. Selain itu, pemerintah harus mampu menciptakan imunasi yang lebih efektif
daripada imunisasi sebelumnya melalui inovasi/kreatifitas yang dikelola secara profesional,
sistematis dan berkesinambungan sehingga tidak terdapat lagi anak-anak Indonesia yang
menderita polio dan menyebabkan kelumpuhan. Jadi, pemerintah harus meningkatkan
manajemen dan informasi tentang inovasi untuk menurunkan AKB salah satunya adalah
menciptakan nutrisi untuk ibu-ibu hamil yang bersumber dari dalam negeri dan menciptakan
imunisasi yang lebih efektif daripada imunisasi sebelumnya. Pemerintah harus mengatur
pembiayaan atas semua keperluan untuk menurunkan AKB secara efektif dan efisien serta adil
dan transparan dimana pembiayaan tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah dan
masyarakat. Pembiayaan tersebut harus bersifat efektif, efisien, adil dan transparan.
Program pemerintah yang diimplementasikan untuk menurunkan AKB akan berjalan optimal
apabila pemerintah memberdayakan masyarakat untuk ikut andil dalam program yang
diimplementasikan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan kemitraan berbagai pihak,
dimana pemerintah berperan untuk membuka akses informasi dan dialog, menyiapkan regulasi
dan menyiapkan masyarakat dengan membekalinya dengan pengetahuan dan ketrampilan bagi
ibu-ibu, orang tua maupun masyarakat dan ibu-ibu, orang tua maupun masyarakat dapat
berpartisipasi dengan memberikan kritikan yang membangun untuk menurunkan AKB.

Anda mungkin juga menyukai