Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFEKSI NIFAS TINJAUAN TEORI Definisi.

Demam nifas Morbiditas Puerperalis meliputi demam pada masa nifas oleh sebab apa pun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, AS morbiditas puerperalis ialah kenaikan C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postsuhu sampai 38 partum dengan mengecualikan hari pertama. Suhu diukur dari mulut sedikit-dikitnya 4 kali sehari. Etiologi. Bermacam-macam

Eksasogen Autogen Endogen

: kuman datang dari luar. : kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh. : dari jalan lahir sendiri.

Selain itu infeksi nifas dapat pula disebabkan oleh:

Streptococcus haemolytieus aerobicus merupakan sebab infeksi yang paling berat, khususnya golongan A. Infeksi ini biasanya eksogen (dari penderita lain, alat atau kain yang tidak steril, infeksi tenggorokan orang lain). Staphylococcus aerus menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadangkadang menjadi infeksi umum. Banyak ditemukan di RS dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. E. coli berasal dari kandung kemih atau rektum dan dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Clostridium Welchii, bersifat anaerob. Jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi lebih sering terjadi pada abortus kriminalis.

Cara terjadinya infeksi:

Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah sarung tangan atau alat- alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau yang membantunya.

Hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin ditutup dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin. Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal dari penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara ke mana-mana antara lain ke handuk, kain-kain, alat-alat yang suci hama dan yang digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau nifas. Coitus pada akhir kehamilan bukan merupakan sebab yang paling penting kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban. Infeksi intra partum. Biasanya terjadi pada partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali dilakukan periksa dalam. Gejala: kenaikan suhu disertai leukositosis dan tachikardi, denyut jantung janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau. Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.

Faktor Predisposisi. o Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita, seperti perdarahan banyak, pre ekslampsi, infeksi lain seperti pneumonia, penyakit jantung dan sebagainya. o Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama. o Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan jalan lahir. o Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah. Patologi. Setelah kala III, daerah bekas insertio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinanan, begitu juga vulva, vagina, perineum merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar luka asalnya. Infeksi nifas dapat terbagi dalam 2 golongan :

Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, seviks dan endometrium. Penyebaran dari tempat-tempat melalui vena, jalan limfe dan melalui permukaan endometrium.

Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina, Serviks dan Endometrium

1. Vulvitis. Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitar membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan megeluarkan pus. 1. Vaginitis. Dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui luka perineum, permukaan mokusa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. 1. Sevicitis. Sering terjadi tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium. 2. Endometritis. Paling sering terjadi. Kumankuman memasuki endometrium (biasanya pada luka insertio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. Pada infeksi setempat, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas keping-keping nekrotis dan cairan. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. Penyebaran melalui pembuluh darah (Septikemia dan Piemia) Merupakan infeksi umum disebabkan oleh kuman patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena infeksi nifas. Penyebaran melalui jalan limfe. Peritonitis dan Parametritis (Sellulitis Pelvika) Penyebaran melalui permukaan endometrium. Salfingitis dan Ooforitis. Gambaran Klinik. 1. Infeksi pada Perineum, Vulva, Vagina dan Serviks. 2. Rasa nyeri dan panas pada infeksi setempat. 3. Nyeri bila kencing. 4. Suhu meningkat 38o C kadang mencapai 39o C 40o C disertai menggigil. 5. Nadi kurang dan 100/menit. Endometritis

Tergantung pada jenis virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir.

Biasanya demam mulai 48 jam pertama post partum bersifat naik turun. Lokia bertambah banyak, berwarna merah atau coklat dan berbau. Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput ketuban yang disebut Lokiometra. Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.

Septikemia dan Piemia

Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toxinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Piemia dimulai dengan tromboplebitis vena-vena daerah perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil dibawa keperadaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya. Keduanya merupakan infeksi berat. Gejala septikemia lebih akut dan dari awal ibu kelihatan sudah sakit dan lemah. Keadaan umum jelek Suhu meningkat antara 39C 40C, menggigil, nadi cepat 140 160 x per menit atau lebih. TD turun, keadaan umum memburuk. Sesak nafas, kesadaran turun, gelisah. Piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboplebitis, setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum diatas. Lab: leukositosis. Lochea: berbau, bernanah, involusi jelek.

Peritonitis

Peritonitis terbatas pada daerah pelvis (pelvia peritonitis): demam, nyeri perut bagian bawah, KU baik. Peritonitis umum: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum Douglas

Sellulitis Pelvika Pada periksa dalam dirasakan nyeri, demam tinggi menetap dari satu minggu, nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba selamaVT. Infiltrat kadang menjadi abses. Salfingitis dan Ooforitis

Gejala hampir sama dengan pelvio peritonitis. Pencegahan Infeksi Nifas a) Selama kehamilan

v Perbaikan gizi untuk mencegah anemia. v Coitus pada hamil tua hendaknya tidak dilakukan karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi. v Selama persalinan.

Membatasi masuknya kuman-kuman ke dalam jalur jalan lahir. Membatasi perlukaan. Membatasi perdarahan. Membatasi lamanya persalinan. Selama nifas

b)

v Perawatan luka post partum dengan teknik aseptik. v Semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital harus suci hama. v Penderita dengan tanda infeksi nifas jangan digabung dengan wanita dalam nifas yang sehat. Pengobatan Infeksi Nifas Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan serviks, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat. Berikan dosis yang cukup dan adekuat. Sambil menunggu hasil laboratorium berikan antibiotika spektrum luas. Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai. ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian . II. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul adalah 1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial.

2. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi 3. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan III. Rencana Keperawatan 1. Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial. Tujuan 1: Mencegah dan mengurangi infeksi. Intervensi: Kaji data pasien dalam ruang bersalin.Infeksi perineum (menggunakan senter yang baik), catat warna, sifat episiotomi dan warnanya. Perkiraan pinggir epis dan kemungkinan perdarahan / nyeri. Kaji tinggi fundus dan sifat. Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya. Hubungkan dengan data post partum. Kaji payudara: eritema, nyeri, sumbatan dan cairan yang keluar (dari puting). Hubungkan dengan data perubahan post partum masing-masing dan catat apakah klien menyusui dengan ASI. Monitor vital sign, terutama suhu setiap 4 jam dan selama kondisi klien kritis. Catat kecenderungan demam jika lebih dari 38o C pada 2 hari pertama dalam 10 hari post partum. Khusus dalam 24 jam sekurang-kurangnya 4 kali sehari. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap. Lakukan perawatan perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat. Bersihkan perineum dan ganti alas tempat tidur secara teratur. Pertahankan intake dan output serta anjurkan peningkatan pemasukan cairan. Bantu pasien memilih makanan. Anjurkan yang banyak protein, vitamin C dan zat besi. Kaji bunyi nafas, frekwensi nafas dan usaha nafas. Bantu pasien batuk efektif dan nafas dalam setiap 4 jam untuk melancarkan jalan nafas. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan. Bantu dengan ambulasi dini. Anjurkan mengubah posisi tidur secara sering dan teratur. Anjurkan istirahat dan tidur secara sempurna. Tujuan 2 : Identifikasi tanda dini infeksi dan mengatasi penyebabnya. Intervensi: Catat perubahan suhu. Monitor untuk infeksi.

Atur obat-obatan berikut yang mengindikasikan setelah perkembangan dan test sensitivitas antibiotik seperti penicillin, gentamisin, tetracycline, cefoxitin, chloramfenicol atau metronidazol. Oxitoksin seperti ergonovine atau methyler gonovine. Hentikan pemberian ASI jika terjadi mastitis supuratif. Pertahankan input dan output yang tepat. Atur pemberian cairan dan elektrolit secara intravena, jangan berikan makanan dan minuman pada pasien yang muntah Pemberian analgetika dan antibiotika. 1. Nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi Tujuan : Nyeri berkurang/terkontrol Intervensi : Selidiki keluhan pasien akan nyeri;perhatikan intensitas (0-10),lokasi,dan faktor pencetus Awasi tanda vital,perhatikan petunjuk non-verbal,misal: tegangan otot, gelisah. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan penuh stress. Berikan tindakan kenyamanan (missal : pijatan / masase punggung) Dorong menggunakan tekhnik manajemen nyeri , contoh : latihan relaksasi / napas dalam , bimbingan imajinasi , visualisasi) Kolaborasi :

Pemberian obat analgetika. Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan Pemberian Antibiotika

1. Cemas / ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang. Intervensi : Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan Rasional : Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya

Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ) Rasional : Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung Rasional : Memberikan dukungan emosi Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan Rasional : Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya Rasional : Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas Kaji mekanisme koping yang digunakan klien Rasional : Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat. Like this: Suka Be the first to like this. Filed under: Askep | Ditandai: Askep Maternitas | Tinggalkan sebuah Komentar Askep Hiperemesis Gravidarum Posted on 12 Mei 2009 by hidayat2

14 Votes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM A. Pengertian Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu dan keadaan umum ibu menjadi buruk. (Sarwono Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan, 1999).

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan seharihari, berat badan menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti Appendisitis, Pielitis dan sebagainya (http://zerich150105.wordpress.com/). Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air kencing (http://healthblogheg.blogspot.com/). Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu kedua belas Penyuluhan Gizi Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda (http://healthblogheg.blogspot.com/). 1. Etiologi Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahanperubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang ditemukan : a) Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda memimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan. b) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap perubahan ini merupakan faktor organik. c) Alergi. Sebagai salah satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik. d) Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian karena kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi frekwensi muntah klien (http://zerich150105.wordpress.com/).

1. Patofisiologi Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh psikologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan. Hiperemesis garavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping faktor hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang berat.Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang. Natrium dan Khlorida darah turun, demikian pula Khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. (http://zerich150105.wordpress.com/). 2. Tanda Dan Gejala Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 (tiga) tingkatan yaitu : a) Tingkatan I :

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistol menurun turgor kulit berkurang, lidah mengering dan mata cekung. b) Tingkatan II :

Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih berkurang, lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi rendah, hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi.

Aseton dapat tercium dalam hawa pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing. c) Tingkatan III:

Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu badan meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai ensefalopati Wemicke, dengan gejala : nistagtnus dan diplopia. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus adalah tanda adanya payah hati. (http://healthblogheg.blogspot.com/) 1. Komplikasi Dehidrasi berat, ikterik, takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan gangguan emosional yang berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan depresi (http://healthblogheg.blogspot.com/) 1. Pemeriksaan Diagnostik a) USG (dengan menggunakan waktu yang tepat) : mengkaji usia gestasi janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin, melokalisasi plasenta. b) Urinalisis : kultur, mendeteksi bakteri, BUN.

c) Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH. (http://zerich150105.wordpress.com/) 1. Penatalaksanaan Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan pcnerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. Obat-obatan Sedativa yang sering digunakan adalah Phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik sepeiti Disiklomin hidrokhloride atau Khlorpromasin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Tidak diberikan makan/minuman selama 24 -28 jam. Kadangkadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Terapi psikologik Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini. Cairan parenteral Berikan cairan- parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intra vena. Penghentian kehamilan Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ vital. Diet a) Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.

Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari. b) Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.

Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal gizi kecuali vitamin A dan D. c) Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. 1. Prognosis Dengan penanganan yang baik prognosis Hiperemesis gravidarum sangat

memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan 1. Aktifitas istirahat Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit). 2. Integritas ego Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan. 3. Eliminasi Pcrubahan pada konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine. 4. Makanan/cairan Mual dan muntah yang berlebihan (4 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering. 5. Pernafasan Frekuensi pernapasan meningkat. 6. Keamanan Suhu kadang naik, badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma 7. Seksualitas Penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik. 8. Interaksi sosial Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang kurang. 9. Pembelajaran dan penyuluhan 1. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi apalahi kalau belangsung sudah lama. 2. Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berast badan normal 3. Turgor kulit, lidah kering 4. Adanya aseton dalam urine (http://zerich150105.wordpress.com/)

B. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan. 2. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan. 3. Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan. (http://zerich150105.wordpress.com/) C. Rencana Keperawatan 1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan. Intervensi 1. Batasi intake oral hingga muntah berhenti. Rasional : Memelihara keseimbangan cairan elektfolit dan mencegah muntah selanjutnya. 2. Berikan obat anti emetik yang diprogramkan dengan dosis rendah, misalnya Phenergan 10-20mg/i.v. Rasional : Mencegah muntah serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit 3. Pertahankan terapi cairan yang diprogramkan. Rasional : Koreksi adanya hipovolemia dan keseimbangan elektrolit 4. Catat intake dan output. Rasional : Menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melului muntah. 5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : Dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh 6. Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak Rasional : dapat menstimulus mual dan muntah 7. anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan the (panas) hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur Rasional : Makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang mual muntah yang berlebih 8. Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam periode tertentu. Rasional : Untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi. 9. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut. Rasional : Untuk mengetahui integritas inukosa mulut.

10.Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan pembersih mulut sesering mungkin. Rasional : Untuk mempertahankan integritas mukosa mulut 11.Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit Rasional : Mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 mg/dl atau kadar Ht rendah dipertimbangkan anemi pada trimester I. 12.Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.. Rasional : Menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi karena kehamilan. 13.Ukur pembesaran uterus Rasional : Malnutrisi ibu berdampak terhadap pertumbuhan janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran pcrkembangan janin dan kcmungkinankemungkinan lebih lanjUT 2) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan Intervensi 1. Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah. Rasional : Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah pada trimester 1. Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya Ulkus peptikum, gastritis. Rasional : Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi. 1. Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output dan berat jenis urine. Timbang BB klien dan bandingkan dengan standar Rasional : Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau kebutuhan hidrasi. 2. Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan sesering mungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur. Rasional : Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman lambung.

3) Cemas berhubungan dengan Koping tidak efektif; perubahan psikologi kehamilan Intervensi : 1. Kontrol lingkungan klien dan batasi pengunjung Rasional : Untuk mencegah dan mengurangi kecemasan 2. Kaji tingkat fungsi psikologis klien Rasional : Untuk menjaga intergritas psikologis 3. Berikan support psikologis Rasional : Untuk menurunkan kecemasan dan membina rasa saling percaya 4. Berikan penguatan positif Rasional : Untuk meringankan pengaruh psikologis akibat kehamilan 5. Berikan pelayanan kesehatan yang maksimal Rasional : Penting untuk meningkatkan kesehatan mental klien 4) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

Intervensi : 1. Anjurkan klien membatasi aktifitas dengan isrirahat yang cukup. Rasional : Menghemat energi dan menghindari pengeluaran tenaga yang terus-menerus untuk meminimalkan kelelahan/kepekaan uterus 2. Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat berat. Rasional : Aktifitas yang ditoleransi sebelumnya mungkin tidak dimodifikasi untuk wanita beresiko. 1. Bantu klien beraktifitas secara bertahap Rasional : Aktifitas bertahap meminimalkan terjadinya trauma seita meringankan dalam memenuhi kebutuhannya. 2. Anjurkan tirah baring yang dimodifikasi sesuai indikasi Rasional : Tingkat aktifitas mungkin periu dimodifikasi sesuai indikasi. (http://zerich150105.wordpress.com/) D. Evaluasi 1. Mual dan mutah tidak ada lagi. 2. Keluhan subyektif tidak ada. 3. Tanda-tanda vital baik. (http://cakmoki.blogsome.com/) REFERENSI

http://cakmoki.blogsome.com/ http://zerich150105.wordpress.com/ http://healthblogheg.blogspot.com/ Like this: Suka Be the first to like this. Filed under: Askep | Ditandai: Askep Maternitas | 3 Komentar Askep SC dng indikasi panggul sempit Posted on 10 April 2009 by hidayat2

6 Votes

ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI PANGGUL SEMPIT Pengertian Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Jenis jenis operasi sectio caesarea 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) 2. Sectio caesarea transperitonealis 3. SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) 1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : 1. Mengeluarkan janin dengan cepat 2. Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik 3. Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal Kekurangan

1. Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik 2. Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan 3. SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim) Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm Kelebihan : 1. Penjahitan luka lebih mudah 2. Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik 3. Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum 4. Perdarahan tidak begitu banyak 5. Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil Kekurangan : 1. Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak 2. Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi 3. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal 2. Vagina (section caesarea vaginalis) Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) 2. Sayatan melintang ( Transversal ) 3. Sayatan huruf T ( T insicion ) Indikasi Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ) Fetal distress His lemah / melemah Janin dalam posisi sungsang atau melintang Bayi besar ( BBL 4,2 kg ) Plasenta previa Kalainan letak Disproporsi cevalo-pelvik ( ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul ) Rupture uteri mengancam Hydrocephalus Primi muda atau tua Partus dengan komplikasi Panggul sempit

Problema plasenta Komplikasi Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain : 1. Infeksi puerperal ( Nifas ) 2. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari 3. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung 4. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik 5. Perdarahan 6. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka 7. Perdarahan pada plasenta bed 8. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi 9. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya 10. Post Partum Definisi Puerperium / Nifas Nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama 6 minggu. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002) Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983) Periode Masa nifas dibagi dalam 3 periode: 1. Early post partum Dalam 24 jam pertama. 2. Immediate post partum Minggu pertama post partum. 3. Late post partum Minggu kedua sampai dengan minggu keenam. Tujuan Asuhan Kepeawatan Menjaga kesehatan Ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologiknya. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Memberikan pelayanan keluarga berencana. Tanda dan Gejala 1. Perubahan Fisik 2. Sistem Reproduksi 3. Uterus 4. Involusi : Kembalinya uterus ke kondisi normal setelah hamil.

Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu. o Lochea o Komposisi Jaringan endometrial, darah dan limfe. Tahap Rubra (merah) : 1-3 hari. Serosa (pink kecoklatan) Alba (kuning-putih) : 10-14 hari Lochea terus keluar sampai 3 minggu. Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri. Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml. Siklus Menstruasi Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan kembali ke siklus normal. Ovulasi Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau lebih. Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Serviks Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Vagina Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi. Perineum Episiotomi Penyembuhan dalam 2 minggu. Laserasi TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot TK II : Meluas sampai dengan otot perineal TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter TK IV : melibatkan dinding anterior rektal Payudara Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena peningkatan prolaktin pada hari I-III). Pada payudara yang tidak disusui, engorgement akan berkurang dalam 2-3 hari, puting mudah erektil bila dirangsang. Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1-2 hari.

Sistem Endokrin Hormon Plasenta HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam post partum normal setelah siklus menstruasi. Hormon pituitari Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum. Sistem Kardiovaskuler Tanda-tanda vital Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi bradikardi. Volume darah Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu Persalinan normal : 200 500 cc, sesaria : 600 800 cc. Perubahan hematologik Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat. Jantung Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu. Sistem Respirasi Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum. Sistem Gastrointestinal Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi. Nafsu makan kembali normal. Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg. Sistem Urinaria Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma. Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam. Fungsi kembali normal dalam 4 minggu. Sistem Muskuloskeletal Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8 minggu post partum. Sistem Integumen Hiperpigmentasi perlahan berkurang. Sistem Imun Rhesus incompability, diberikan anti RHO imunoglobin. ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM FISIOLOGIS PENGKAJIAN Pemeriksaan Fisik Monitor Keadaan Umum Ibu Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit 24 jam I : tiap 4 jam

Setelah 24 jam : tiap 8 jam Monitor Tanda-tanda Vital Payudara Produksi kolustrum 48 jam pertama. Uterus Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran. Insisi SC Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna. Kandung Kemih dan Output Urine Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri. Bowel Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus. Lochea Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan. Perineum Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi. Ekstremitas Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna. Diagnostik Jumlah darah lengkap, urinalisis. Perubahan Psikologis Peran Ibu meliputi: Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran. Baby Blues: Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis. Perubahan Psikologis Perubahan peran, sebagai orang tua. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang mempengaruhi emosi ibu. Faktor-faktor Risiko Duerdistensi uterus Persalinan yang lama Episiotomi/laserasi Ruptur membran prematur Kala II persalinan Plasenta tertahan Breast feeding PANGGUL SEMPIT Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :

Kesempitan pintu atas panggul kesempitan bidang bawah panggul kesempitan pintu bawah panggul kombinasi kesempitan pintu atas pangul, bidang tengah dan pintu bawah panggul. Kesempitan pintu atas panggul Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau diameter transversa kurang dari 12 cm Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis yang 9 cm dan kadangkadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan. Kesukaran bertambah lagi kalau kedua ukuran ialah diameter antara posterior maupun diameter transversa sempit. Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut : Kelainan karena gangguan pertumbuhan Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebiha ukuran muka belakang Panggul corong :pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit Panggul belah : symphyse terbuka kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit picak dan lain-lain Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring kelainan panggul disebabkan kelainan aggota bawah coxitis, luxatio, atrofia. Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. Disamping itu mungkin pula ada exostase atau fraktura dari tulang panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul. Pengaruh panggul sempit pada kehamilan dan persalinan Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan. Pengaruh pada kehamilan Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang. Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran

bayi pukul rata. Pengaruh pada persalinan Persalinan lebih lama dari biasa. Karena gangguan pembukaan Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya, karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi atau posisi misalnya : Pada panggul picak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu. Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan knopfloch mechanismus (mekanisme lobang kancing) Pada oang sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul. Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim. Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra. Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa. Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat keran adanya rongga sacrum. Ruptur symphyse dapat terjadi , malahan kadang kadang ruptur dari articulatio scroilliaca. Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya. Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus . Pengaruh pada anak Patus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya. Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.

Persangkaan Panggul sempit Seorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit kalau : Aprimipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36 Pada primipara ada perut menggantung pada multipara persalinan yang dulu dulu sulit kelainan letak pada hamil tua kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose,pincang dan lain-lain) osborn positip Prognosa Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor Bentuk panggul Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala Presentasi dan posisi kepala His Diantara faktor faktor tersebut diatas yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul : karena itu ukuran ukuran tersebut sering menjadi dasar untuk meramalkan jalannya persalinan. Menurut pengalaman tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir dengan selamat per vaginam kalau CV kurang dari 8 cm. Sebaliknya kalau CV 8 cm atau lebih persalinan pervaginam dapat diharapkan berlangsung selamat. Karena itu kalau CV < 8 cm dilakukan SC primer ( panggul demikuan disebut panggul sempit absolut ) Sebaliknya pada CV antara 8,5-10 cm hasil persalinan tergantung pada banyak faktor : Riwayat persalinan yang lampau besarnya presentasi dan posisi anak pecahnya ketuban sebelum waktunya memburuknya prognosa his lancarnya pembukaan infeksi intra partum bentuk panggul dan derajat kesempitan karena banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada panggul dengan CV antara 8 10cm (sering disebut panggul sempit relatip) maka pada panggul sedemikian dilakukan persalinan percobaan. Persalinan percobaan Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak lainnya. Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per vaginam.

Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik. Kita menghentikan presalianan percobaan kalau: pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat Forcepe gagal Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan persalinan percobaan lagi Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan : Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya. Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test of labor dikatakan berhasil. Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena: Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut kesempitan bidang tengah panggul bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 Ukuran yang terpenting dari bidang ini adalah : Diameter transversa ( diameter antar spina ) 10 cm diameter anteroposterior dari pinggir bawah symphyse ke pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5 11 cm diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antar spina ke pertemuan sacral 4 dan 5 5 cm dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit : Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 atau kurang ( normal 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm) diameter antara spina < 9 cm ukuran ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis, harus diukur secara rontgenelogis, tetapi kita dapat menduga kesempitan bidang tengah panggul kalau : Spinae ischiadicae sangat menonjol Kalau diameter antar tuber ischii 8 cm atau kurang Prognosa Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran

paksi.kalau diameter antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC. Terapi Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir. Kesempitan pintu bawah panggul: Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan Ukuran ukuran yang penting ialah : Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 cm diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 cm pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm ) Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan dengan episiotomy yang cukup luas. Pengkajian Sirkulasi Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus ) integritas ego perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis Makanan / cairan Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis Pernafasan Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok Keamanan Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan Adanya defisiensi imun Munculnya kanker/ adanya terapi kanker Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi Riwayat penyakit hepatic

Riwayat tranfusi darah Tanda munculnya proses infeksi Proritas Keperawatan Mengurangi ansietas dan trauma emosional Menyediakan keamanan fisik Mencegah komplikasi Meredakan rasa sakit Memberikan fasilitas untuk proses kesembuhan Menyediakan informasi mengenai proses penyakit Diagnosa Keperawatan Ansietas b.d pengalaman pembedahan dan hasil tidak dapat diperkirakan Resti infeksi b.d destruksi pertahanan terhadap bakteri Nyeri akut b.d insisi, flatus dan mobilitas Resti perubahan nutrisi b.d peningkatan kebutuhan untuk penyembuhan luka, penurunan masukan ( sekunder akibat nyeri, mual, muntah ) Like this: Suka Be the first to like this. Filed under: Askep | Ditandai: Askep Maternitas | 2 Komentar Askep Keluarga Berencana Posted on 10 April 2009 by hidayat2

5 Votes

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BERENCANA Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebiut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena

kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosila dan budaya terhadap kehamilan tersebut.. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal diatas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi klien. Selain pengkajian umum( Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obstetri, PF), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah : 1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenismetoda perawat dapat menanyakan alas an penggunaan metoda tersebut.pertanyaanpertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya. 2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapaat menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai dafragma, kapan dan dimana spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KBm dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat dapat menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. 3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedanga dipakai Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan metoda tersebut. 4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.

Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat kesehatan adalah: a. Kontrasepsi oral 1. Pil keluarga berencana terpadu Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payu dara, telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis. Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana. 2. Mini Pil Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang b. Kontrasepsi Hormonal 1. Hormone Implant Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun. 2. Hormone Injeksi Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui. c. Kontrasepsi Mekanik 1. Diafragma dan kap servik Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat toksik shock syndrome. 2. IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko itnggi terkena penyajit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/ aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil, mola. d. Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan. Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu: 1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi 2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi 3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi

4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil 5. Nyeri b.d pemulihan pascaoperasi sterilisasi 6. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan membran mukosa akibat operasi, pemasangan spiral, hormone implant 7. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda kontrasepsi yang dipilih Rencana Intervensi Diagnosa : Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi. Kriteria hasil Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan : 1. Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya. 2. Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih. 3. Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih. 4. Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metod kontrasepsi. Daftar Pusatka http://anggrekidea.blogspot.com/2007/11/asuhan-keperawatan-padakeluarga.html Like this: Suka Be the first to like this. Filed under: Askep | Ditandai: Askep Maternitas | Tinggalkan sebuah Komentar Askep Kanker Payudara Posted on 10 April 2009 by hidayat2

18 Votes

ASKEP KANKER PAYUDARA 1. Pengertian Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40) Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk) 2. Etiologi Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu : 1. Tinggi melebihi 170 cm Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas. 2. Masa reproduksi yang relatif panjang. 1. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun. 2. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun) 3. Wanita yang belum mempunyai anak Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak. 4. Kehamilan dan menyusui Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui. 5. Wanita gemuk Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula. 6. Preparat hormon estrogen Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun. 7. Faktor genetik Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46) 3. Anatomi fisiologi 1. Anatomi payudara Secara fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis. 2. Fisiologi payudara

Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535) 4. Insiden Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim, 2004). Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Harianto, dkk). 5. Patofisiologi Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya. Beberapa tumor yang dikenal sebagai estrogen dependent mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor Estrogen Receptor Assay (ERA) pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy). (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)

6. Gejala klinik Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, Harianto, dkk) Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5 cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar payudara. (Erik T, 2005, hal : 42) 7. Klasifikasi kanker payudara 1. Tumor primer (T) 1. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan 2. To : Tidak terbukti adanya tumor primer 3. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor 4. T1 : Tumor < 2 cm T1a : Tumor < 0,5 cm T1b : Tumor 0,5 1 cm T1c : Tumor 1 2 cm 5. T2 : Tumor 2 5 cm 6. T3 : Tumor diatas 5 cm 7. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit. T4a : Melekat pada dinding dada T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange, satelit T4c : T4a dan T4b T4d : Mastitis karsinomatosis 2. Nodus limfe regional (N) 1. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan 2. N0 : Tidak teraba kelenjar axila 3. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan sekitarnya. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral 3. 1. 2. 3. Metastas jauh (M) Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan M0 : Tidak ada metastase jauh M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

8. Stadium kanker payudara : 1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm, tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas. 2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5 cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm dengan keterlibatan LN

3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN 4. Stadium IIIa : tumor lebih besar dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada penyebaran jauh 5. Stadium IIIb : semua tumor dengan penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada tangan atau keterlibatan LN supraklavikular. 6. Stadium IV : semua tumor dengan metastasis jauh. (Setio W, 2000, hal : 285) 9. Pemeriksaan diagnostik 1) Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini tumor atau kanker. 2) Ultrasonografi, biasanya digunakan untuk membedakan tumor sulit dengan kista. 3) CT. Scan, dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain 4) Sistologi biopsi aspirasi jarum halus 5) Pemeriksaan hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah. (Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66) 10. Pencegahan Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut : 1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah pergi ke dokter. 2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara. 3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa lagi. 4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri. 5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna. 6. Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber : Ramadhan)

11. Penanganan Pembedahan 1. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena). 2. Mastektomi total dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis minor. 3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial 1) Mastektomi radikal Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial. 2) Mastektomi radikal yang diperluas Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna. Non pembedahan 1. Penyinaran Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila. 2. Kemoterapi Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut. 3. Terapi hormon dan endokrin Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi. (Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 1600) KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, serta review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, analisa data dan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data Adalah bagian dari pengkajian keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan asuhan keperawatan . Sumber data Data dapat diperoleh melalui klien sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara wawancara maupun observasi. Data yang disimpulkan meliputi : Data biografi /biodata Meliputi identitas klien dan identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.

Riwayat keluhan utama. Riwayat keluhan utama meliputi : adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri. Riwayat kesehatan masa lalu Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama . Pengkajian fisik meliputi : Keadaan umum Tingkah laku BB dan TB Pengkajian head to toe Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika ada penyebaran ureum dan kreatinin. Pemeriksaan urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat. Tes diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X, ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon. Pengkajian pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi : Nutrisi Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS. Eliminasi Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS. Istirahat dan tidur Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam sehari sebelum dan sesudah sakit. Personal hygiene 1. Frekuensi mandi dan menggosok gigi dalam sehari 2. Frekuensi mencuci rambut dalam seminggu 3. Dikaji sebelum dan pada saat di RS Identifikasi masalah psikologis, sosial dan spritual : Status psikologis Emosi biasanya cepat tersinggung, marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa rendah diri, mekanisme koping yang negatif. Status social Merasa terasing dengan akibat klien kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.

Kegiatan keagamaan Klien mengatakan kegiatan shalat 5 waktu berkurang. Klasifikasi Data Data pengkajian : Data subyektif Data yang diperoleh langsung dari klien dan keluarga, mencakup hal-hal sebagai berikut : klien mengatakan nyeri pada payudara, sesak dan batuk, nafsu makan menurun, kebutuhan sehari-hari dilayani di tempat tidur, harapan klien cepat sembuh, lemah, riwayat menikah, riwayat keluarga. Data obyektif Data yang dilihat langsung atau melalui pengkajian fisik atau penunjang meliputi : asimetris payudara kiri dan kanan, nyeri tekan pada payudara, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Analisa Data Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya pikir yang berdasarkan ilmiah, pengetahuan yang sama dengan masalah yang didapat pada klien. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu. 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh. 4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah 5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi. 6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. 7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat. PERENCANAAN Perencanaan keperawatan adalah pengembangan dari pencatatan perencanaan perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien yang telah diketahui. Pada perencanaan meliputi tujuan dengan kriteria hasil, intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi. 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor Ditandai dengan : DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan. DO : Klien nampak meringis Klien nampak sesak Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri Tujuan : Nyeri teratasi. Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang

Nyeri tekan tidak ada Ekspresi wajah tenang Luka sembuh dengan baik Intervensi : 1) Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran. Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya. 2) Beri posisi yang menyenangkan. Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi nyeri. 3) Anjurkan teknik relaksasi napas dalam. Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan. 4) Ukur tanda-tanda vital Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri. 5) Penatalaksanaan pemberian analgetik Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu. Ditandai dengan : DS : Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan. Klien mengeluh badan terasa lemah. Klien tidak mau banyak bergerak. DO : Klien tampak takut bergerak. Tujuan : Klien dapat beraktivitas Kriteria Hasil : Klien dapat beraktivitas sehari hari. Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit. Intervensi : 1) Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin. Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak. 2) Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan. 3) Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur. Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan postur. 3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh. Ditandai dengan :

DS : Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain. Ekspresi wajah tampak murung. Tidak mau melihat tubuhnya. DO : Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya. Tujuan : Kecemasan dapat berkurang. Kriteria Hasil : Klien tampak tenang Mau berpartisipasi dalam program terapi Intervensi : 1) Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa depannya. 2) Diskusikan tanda dan gejala depresi. Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur. 3) Diskusikan tanda dan gejala depresi Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh. 4) Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik. Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal. 4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah Ditandai dengan : DS : Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya DO : Klien jarang bicara dengan pasien lain Klien nampak murung. Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya. Kriteria Hasil : Klien tidak malu dengan keadaan dirinya. Klien dapat menerima efek pembedahan. Intervensi : 1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya. Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah 2) Tinjau ulang efek pembedahan Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi. 3) Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya. 4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien. Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya. 5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi. Ditandai dengan : DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi. DO : Adanya balutan pada luka operasi. Terpasang drainase Warna drainase merah muda Tujuan : Tidak terjadi infeksi. Kriteria Hasil : Tidak ada tanda tanda infeksi. Luka dapat sembuh dengan sempurna. Intervensi : 1) Kaji adanya tanda tanda infeksi. Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang tepat. 2) Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan. Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi. 3) Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik. Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi. 4) Penatalaksanaan pemberian antibiotik. Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi. 6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi. Ditandai dengan : DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya. DO : Ekspresi wajah murung/bingung. Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya. Kriteria Hasil : Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya. Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya. Intervensi : 1) Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang. Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi. 2) Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.

Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan. 3) Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat. Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat. 4) Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak. Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara. 5) Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi. Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor baru. 7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat Ditandai dengan : DS : Klien mengeluh nafsu makan menurun Klien mengeluh lemah. DO : Setengah porsi makan tidak dihabiskan Klien nampak lemah. Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit. Hb 10,7 gr %. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : Nafsu makan meningkat Klien tidak lemah Hb normal (12 14 gr/dl) Intervensi : 1) Kaji pola makan klien Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya. 2) Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit. 3) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi. Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan. 4) Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau. Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga. 5) Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.

Implementasi Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya Evaluasi Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil. Daftar Pustaka Doenges M., (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta Dixon M., dkk, (2005), Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta. Mansjoer, dkk, (2000), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta. Sjamsuhidajat R., (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta Tapan, (2005), Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer, Elex Media Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai