Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU NIFAS YANG


BERESIKO INFEKSI

OLEH
TIM MATERNITAS
DEFINISI
 Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah partus
selesai dan berakhir setelah 6 minggu, akan tetapi
seluruh alat genetalia akan pulih kembali dalam waktu 3
bulan.

 Infeksi nifas (sepsis puerperal atau demam setelah


melahirkan) merupakan infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
setelah persalinan.

 Menurut Joint Commite of maternal Welfare definisi


demam pueperalis adalah kenaikan suhu sampai 38 0 C
atau lebih selam 2 hari dalam 10 hari pertama
postpartum dengan mengecualikan hari pertama.
PENYEBAB
 Bakteria yang seringkali ditemukan dalam
vagina (endogenus).

 Pemaparan pada agen patogen dari luar vagina


(eksogenus).

 Episiotomi atau laserasi pada jalan lahir bisa


membuka jalan timbulnya sepsis.

 Organisme yang paling sering menginfeksi


adalah organisme streptococus dan bakteri
anaerobik.
BAKTERI PENYEBAB
 STREPTOCOCUS HAEMOLITYCUS AEROBICUS
Merupakan infeksi yang berat : alat atau kain yang tidak
steril, infeksi tenggorokan penderita lain.

 STAPHYLOCOCUS AUREUS
Biasanya menyebabkan infeksi terbatas, banyak di temukan
di RS dan dalam tenggorokan orang-orang yang
nampaknya sehat

 E. COLI
berasal dari kandung kencing dan rectum, menyerang
vulva, endometrium.

 CLOSTRIDIUM WELCHII
infeksi dengan kuman aerobik, sering terjadi pada abortus
kriminalis
CARA TERJADINYA INFEKSI
 Tangan pemeriksa / penolong / Handscoen yang tidak
steril, operasi yang membawa bakteri yang sudah ada
dalam vagina ke dalam uterus.

 Droplet Infection
Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung dan tenggorokan dokter atau
perawat.

 Udara
Dalam RS banyak kuman-kuman patogen yang berasal
dari penderita dengan berbagai jenis infeksi.

 Infeksi intrapartum
Sudah memperlihatkan gejala-gejala pada
berlangsungnya persalinan.
FAKTOR PREDISPOSISI
 Semua tindakan yang dapat menurunkan daya tahan
tubuh penderita:
 Perdarahan banyak
 Pre-eklamsi
 Pneumonia
 Penyakit Jantung

 Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan


jalan lahir

 Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, bekuan


darah.

 Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama


PATOLOGI
 Setelah Kala III, daerah bekas insersio
plasenta sebuah luka (Ø 4 cm)
permukaan tidak rata, berbenjo-benjol
karena banyaknya vena yang tertutupi
trombus tempat tumbuhnya kuman-
kuman dan masuknya jenis – jenis
patogen dalam tubuh wanita.
GOLONGAN INFEKSI NIFAS

 Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua


golongan, yaitu :

Infeksi yang terbatas pada perineum,


vulva, vagina, serviks dan endometrium.

Infeksi yang sudah menyebar dari


tempat-tempat tersebut melalui vena,
kelenjar limfe dan melalui permukaan
endometrium
INFEKSI YANG TERBATAS PADA
VULVA, VAGINA,SERVIK,
ENDOMETRIUM
 VULVITIS : pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau
luka perineum,jaringan sekitarnya membengkak, tepi
luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah
terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan pus.

 VAGINITIS : Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung


pada luka vagina atau melalui perineum, permukaan
mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan
getah mengandung nanah yang keluar dari ulkus.
Penyebaran dapat terjadi, namun pada umumnya infeksi
terbatas.
Lanjutan…

SERVISITIS : luka serviks yang dalam


dan luas dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkan
infeksi yang menjalar ke parametrium.

ENDOMETRITIS : Infeksi paling sering,


kuman-kuman memasuki endometrium
biasanya pada luka bekas insersio
plasenta dan dalam waktu singkat
mengikutsertakan seluruh endometrium.
PENYEBARAN MELALUI VENA,
JARINGAN LIMFE DAN
PERMUKAAN ENDOMETRIUM

 MELALUI PEMBULUH DARAH

SEPTIKEMIA : kuman-kuman dari uterus


langsung masuk ke dalam pembuluh darah
dan menyebabkan infeksi umum. Ini dapat
dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman
dari darah.
Lanjutan…

PIEMA : Dimulai dengan tromboplebitis


pada vena-venadi uterus serta sinus-sinus
bekas tempat plasenta. Tromboplebitis
menjalar ke vena uterina, vena
hipogastrika dan vena ovari
(tromboplebitis pelvika). Dari tempat-
tempat trombus, embolus masuk masuk
ke dalam peredaran darah umum dan
dibawa oleh aliran darah ke tempat-temapt
lain, seperti : paru-paru, ginjal, otak,
jantung, dll. Dan mengakibatkan abses di
temapt tersebut.
• MELALUI JALAN LIMFE

PERITONITIS : Infeksi nifas dapat


menyebar melalui jalan limfe didalam
uterus langsung mencapai peritoneum dan
menyebabkan peritonitis. Peritonitis dapat
terjadi melalui salphingo oofaritas atau
sellulitis pelvika atau terbatas pad rongga
pelvis (pelvio peritonitis) atau peritonitis
umum yang merupakan komplikasi
berbahaya.
Lanjutan…

 PARAMETRITIS(SELLULITIS PELVIKA)
Terjadi melalui jaringan diantara kedua lembar
ligamentum latum. Infeksi jaringan ikat pelvis
dapat terjadi melalui 3 jalan :

1. Penyebaran malalui limfe dari luka serviks


yang terinfeksi atau endometritis.
2. Penyebaran langsung dari luka pada serviks
yang meluas sampai ke dasar ligamentum
3. Penyebaran sekunder dari tromboplebitis
pelvika
PENYEBARAN MELALUI
PERMUKAAN ENDOMETRIUM

SALPHINGITIS OOFARITIS : Kadang-


kadang infeksi menjalar ke tuba falopii
malah ke ovarium disini terjadi salphingitis
atau oofaritis yang sulit dipisahkan dari
pelvic peritonitis.
GAMBARAN KLINIK

 Infeksi pada perineum, vulva, serviks


Gejalanya : rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi,
kadang-kadang perih bila kencing. S ; 38 – 40 0 C.

 Endometritis :
Gejala : tergantung jenis dan virulensi kuman,
daya tahan penderita dan derajat trauma pada
jalan lahir. Terjadi kenaikan suhu, namun segera
hilang jika diatasi. Uterus dan endometrium agak
membesar serta nyeri pada peraban dan lembek
pada hari-hari pertama, perut nyeri pada hri ke-
3, nadi menjadi cepat, lokea pada endometritis
biasanya bau.
• Septikemia dan piema
 Gejala pada septikemia lebih mendadak dari piema,
antara lain :

 Permukaan penderita sudah sakit dan lemah


 Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan
cepat, biasanya disertai menggigil.
 Suhui berkisar 39 – 40 0 C
 Keadaan umum cepat membaik
 Nadi 140 – 160 x/mnt
 Penderita dapat meninggal dalam 6 – 7 hari postpartum

 Gejala khusus pada piema antara lain : suhu meningkat


cepat disertai menggigil, diikuti turunnya suhu.
• Peritonitis
 Gejala : penderita demam perut bawah nyeri, tetapi
keadaan umum baik, suhu meningkat menjadi tinggi,
nadi cepat dan kecil, perut kembung dari pada defense
musculaire, muka awal kemerahan kemudian menjadi
pucat, mata cekung, kulit dingin.

 Sellulitis Pelvika
Gejala : suhu tinggi menetap lebih dari satu mingu
disertai dengan rasa nyeri dikiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, penderita tampak sakit , nadi
cepat dan perut nyeri.

 Salphingitis Oofaritis
Gejala : tidak dapat dipisahkan dari pelvio-peritonitis.
PENCEGAHAN
 SELAMA KEHAMILAN
 Memperbaiki amemia
 Diet yang baik
 Tidak boleh koitus pada hamil tua karena dapat menyebabkan
pecah ketuban dan terjadinya infeksi.

 SELAMA PERSALINAN
 Membatasi masuknya kuman dari jalan lahir
 Jaga supaya persalinan tidak berlarut-larut
 Mencegah terjadinya perdarahan banyak
 Petugas menutup mulut dan hidung dengan masker
 Alat-alat, kain yang dipakai harus suci hama
 Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin

 SELAMA NIFAS
 Perawatan luka jalan lahir
 Ibu dengan infeksi nifas harus diisolasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
 PENGKAJIAN

Data umum
Riwayat operasi
Riwayat persalinan
Keadaan umum pasien
Tanda-tanda infeksi
Tanda-tanda Vital
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Nyeri / Kerusakan integritas kulit b.d
 Pengaruh proses infeksi
 Garukan pada daerah pruritis
 Praktik-praktik higienis

 Kurang pengetahuan b.d


 Transmisi / pencegahan infeksi / infeksi ulang
 Penatalaksanaan dan penyebab infeksi

 Ansietas / harga diri rendah/ Gg. Citra tubuh b.d


 Pengaruh yang mungkin timbul pada kehamilan / janin
 Akibat infeksi jangka panjang
Lanjutan…

 Resti Gg. Peran menjadi ortu b.d rasa takut terhadap


penyebaran infeksi ke bayi baru lahir.

 Perubahan pola eliminasi urine b.d


 Adanya edema dan nyeri
 Gangguan fungsi urinarius

 Perubahan proses keluarga b.d


 Komplikasi yang tidak diharapkan pada pemulihan pasca
partum yang diharapkan.
 Kemungkinan harus berpisah dari bayi baru lahir
 Gangguan dalam proses penyesuaian hubungan dalam
keluarga dengan hadirnya anggota keluarga baru.
INTERVENSI KEPERAWATAN
 Pengakajian kontinue tanda dan gejala infeksi
 Pemantauan hasil laboratorium
 Pemberian obat-obatan antimikroba sesuai program
 Pemberaian informasi kepada ibu dan keluarganya :
 Lakukan higiene genital
 Pilih pakaian dalam yang terbuat dari katun
 Hindari pakaian yang ketat
 Batasi pemakaian pakaian lemabab saat melakukan
latihan fisik
 Hentikan penggunaan deodoran jika kulit sensitif
 Hindari melakukan irigasi vagina
 Hidrasi yang adekuat
 Perawatan luka.
EVALUASI

 Infeksi ibu akan sembuh


 Ibu akan mengalami penurunan nyeri
 Memperoleh kembali fungsi kemihnya
tanpa akibat atau infeksi ulang
 Janin dilahirkan tanpa infeksi

Anda mungkin juga menyukai