Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU POSTPARTUM


DENGAN INFEKSI
PUERPERALIS
KEPERAWATAN MATERNITAS II
Oleh :
Hanik Rohmah Irawati

1
DEFINISI
 Infeksi puerperalis adalah luka jalan lahir
postpartum biasanya dari endometrium,
bekas insersi plasenta (Obstetri patologi)
 Infeksi puerperal adalah infeksi dari saluran
reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah
kelahiran anak atau aborsi.
 Infeksi puerperalis dan sepsis puerpuralis
adalah istilah yang merujuk ke infeksi
traktus genitalis setelah melahirkan,
puerperalis didefinisikan sebagai periode 42
hari setelah kelahiran janin dan ekspulsi atau
ekstraksi plasenta dan membran.
2
Demam dalam nifas sebagian besar
disebabkan infeksi nifas, maka demam dalam
nifas merupakan gejala penting dari
penyakit
ini.
Morbiditas puerpuralis ditetapkan
berdasarkan peningkatan suhu 38˚C atau
lebih selama 2 hari dari sepuluh hari
pertama PP, terpisah dari 24 jam pertama.
Suhu pasien harus diperiksa sedikitnya empat
kali sehari untuk menegakkan diagnosa.
Penyakit ini salah satu penyebab kematian
ibu post partum (kedua setelah hemoragi3

pascapartum).
ETIOLOGI
 Kuman penyebab infeksi puerperalis dapat
berasal dari luar (eksogen) atau dari jalan
lahir penderita sendiri (endogen).
 Kuman yang tersering menjadi penyebab :
Streptokokus, bacil coli, staphylococcus.
 Kuman yang lain yang terkadang menjadi
penyebab :
Bacil welchii, gonococcus, bacil typhus atau
clostridium tetani
4
Mekanisme terjadi infeksi
1. Penolong membawa kuman ke dalam rahim krn
membawa kuman yang telah ada dalam vagina
ke atas → Pemeriksaan Dalam (PD)
2. Tangan penolong / alat-alatnya masuk
membawa kuman dari luar → infeksi tetes
3. Dari penolong sendiri:
Luka pada tangannya yang kotor atau dari
pasien lain seperti dengan infeksi puerpuralis,
luka operasi yang meradang, dengan
carsinoma, bayi dgn infeksi tali pusat.
4. Koitus pada bulan terakhir. 5
Faktor predisposisi
1. Perdarahan dan trauma persalinan
(F. terpenting).
2. Persalinan yang berlangsung lama
3. Retentio plasenta sebagian atau seluruhnya
4. Keadaan umum ibu → anemia, malnutrisi, DM
Manifestasi Klinis
a. Terbatas pada lukanya (infeksi luka
perineum, vagina, cervik atau endometrium)
b. Infeksi menjalar dari luka ke jaringan
sekitarnya (Trombophlebitis, parametritis,
salpingitis, peritonitis)
6
Terbatas pada luka
 Infeksi luka perineum
Luka menjadi nyeri, merah & bengkak
akhirnya luka terbuka & mengeluarkan
getah bernanah
 Infeksi luka servik
Kalau lukanya dalam sampai ke parametrium
dapat menimbulkan parametritis
 Endometritis
Setelah masa inkubasi, kuman-kuman menyerbu
ke dalam luka endometrium, biasanya bekas
perlekatan plasenta.
7
8
Infeksi yang menjalar dari luka kejaringan
sekitar
 Trombophlebitis
Penjalaran infeksi melalui vena
sering terjadi dan merupakan sebab yang
terpenting kematian karena infeksi
puerperalis.
Terbagi menjadi dua :
1. Thrombophlebitis pelvica (pada vena-vena
dinding rahim dan lig. Latum)
2. Thrombophlebitis femoralis (vena-vena
tungkai) 9
 Sepsis puerpuralis
Terjadi bila setelah persalinan ada sarang
sepsis dalam badan yang secara terus
menerus atau periodik melepaskan kuman-
kuman ke dalam peredaran darah dan
dengan demikian secara mutlak
mempengaruhi gambaran penyakit.
Pada sepsis dapat dibedakan :
Porte d’entree : Biasanya bekas insersi
plasenta
Sarang sepsis primer : thromboplebitis
pada vena uterina atau vena ovarica
10
Sarang sepsis sekunder (metastatis)
misalnya di paru-paru sebagai absces paru-
paru atau pada katup jantung sebagai
endocarditis ulcerosa septica, dapat jg
terjadi pada abses di ginjal, hati, lympha,
otak dll.
 Peritonitis
Infeksi puerpuralis melalui jalan lympha
dapat menjalar ke peritoneum hingga terjadi
peritonitis atau parametrium menyebabkan
parametritis.
11
 Parametritis
Dapat melaui 3 cara :
1. Robekan cervik yang dalam
2. Penjalaran endometritis atau luka cervik
yang berinfeksi melalui jalan lymphe
3. Lanjutan dari tromboplebitis pelvica.

Jika terjadi infeksi parametrium, maka


timbulah pembengkakan yang mula-mula lunak
tetapi kemudian menjadi keras sekali.
12
Gejala-gejala
 Luka perineum, vulva, vagina, cervix :
nyeri dan panas timbul pada luka yang
berinfeksi dan jika terjadi pernanahan dapat
disertai dengan suhu tinggi dan menggigil.
 Endometritis
 Demam mulai 48 jam PP dan bersifat naik turun
 His lebih nyeri dari biasa dan lebih lama
dirasakan
 Lokhea bertambah banyak, berwarna merah
atau coklat dan berbau.
 Sering ada subinvolusi
 Leukosit meningkat
 Sakit kepala, kurang tidur, kurang nafsu makan
13
 Thrombophlebitis pelvica
- Biasanya terjadi pada mgg ke dua
- Demam menggigil
- Penyakit berlangsung antara 1- 3 bulan
dan angka kematian tinggi.
- Penyulit ialah abses paru, pleuritis,
pneumonia dan absces ginjal.
 Thrombophlebitis femoralis
 Terjadi antara hari ke 10-20
 Mengalami kenaikan suhu
 Nyeri pada tungkai
 oedema 14
 Sepsis puerpuralis
Suhu tinggi (40 atau lebih) biasanya
remittens
Menggigil
KU buruk : Nadi lemah dan cepat, napas
cepat, gelisah
Hb menurun
 Parametritis (Cellulitis pelvica)
- Suhu tetap tinggi > seminggu → harus
dicurigai
- Nyeri sebelah atau kedua belah diperut
bagian bawah, sering memancar pada kaki.
15
 Peritonitis :
Nyeri seluruh perut spontan atau palpasi
Demam menggigil
Nadi cepat, lemah
Muntah
Gelisah, mata cekung
Dellirium dan coma
 Salpingitis
Biasanya terjadi pada mgg ke 2
Demam, menggigil dan nyeri pada perut
bagian bawah biasanya kiri dan kanan 16
G. Pengkajian data dasar klien
 Aktivitas/istirahat
Malaise, lethargi, kelelahan terus menerus
(persalinan lama, stresor PP, multiple)
 Sirkulasi :Takikardi dengan berat bervariasi
 Eliminasi : Diare
 Integritas ego : Ansietas jelas (peritonitis)
 Makanan / cairan :
Anoreksia, mual/muntah, haus, membran
mukosa kering, distensi abdomen, kekakuan,
nyeri lepas (peritonitis)
17
Lanjutan….
 Neurosensori : Sakit kepala
 Nyeri/ ketidaknyamanan
Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan
 Abdomen: Afterpain berat atau lama, nyeri
abdomen bawah atau uterus serta nyeri tekan.
Nyeri/ kekakuan abdomen unilateral/ bilateral
 Pernapasan : Cepat/ dangkal (berat/proses
sistemik)
 Suhu :
38˚C atau terjadi lebih tinggi pada dua hari
terus menerus, diluar 24 jam pasca partum →
infeksi.
Lebih tinggi dari 38,9˚ C pada 24 jam pertama
→ menandakan infeksi berlanjut 18
Lanjutan….
Demam ringan < 38˚C menunjukkan infeksi
insisi
 Demam 38,9˚C adalah petunjuk atau
infeksi lebih berat (ex. Salphingitis,
parametritis, peritonitis)
 Menggigil; menggigil berat / berulang
(sering berakhir 30-40 menit),
suhu memuncak sampai 40˚C, menunjukan
infeksi pelvis, thromboplebitis atau
peritonitis.
Infeksi sebelumnya, termasuk HIV
Pemajanan lingkungan. 19
Lanjutan….
 Seksualitas
- Pecah ketuban dini atau persalinan lama (24
jam atau lebih)
 Retensi produk konsepsi, eksplorasi uterus/
pengangkatan plasenta secara manual atau
hemoragi PP.
 Tepi insisi mungkin kemerahan, edema, keras,
nyeri tekan, atau memisah, dengan drainase
purulen atau sanguinosa.
 Sub involusi uterus
 Lokea bau busuk, tidak ada bau (bila infeksi oleh
streptokokal bet hemolitik) banyak
20
Lanjutan pengkajian
 Faktor yg mempengaruhi infeksi pascapartum:
peristiwa intrapartum spt kateterisasi yg sering
(terutama disertai anestesi epidural),
pemeriksaan dalam berulang, kala dua
persalinan yg memanjang dan cedera lahir pd
vagina, serviks, kandung kemih dan uretra.
 Infeksi yg tdk diobati atau tdk diobati dgn baik
pd periode prenatal predisposisi infeksi pasca
partum.
 PROM dan lama waktu ketuban pecah sampai
melahirkan  penyebab infeksi pasca partum
21 10/26/2021
 Interaksi sosial : status sosio ekonomi
rendah dengan stresor bersamaan.
 Penyuluhan dan pembelajaran :
Kurang perawatan pra natal. Perawatan
perineal kurang atau tidak adekuat. Kondisi
kronis ; malnutrisi, anemia, diabetes.

22
Pemeriksaan Diagnosa
 Jumlah sel darah putih (SDP) : Normal atau
tinggi
 LED dan SDM : Meningkat (infeksi)
 HB/HT : Menurun (Anemia)
 Kultur (aerob/anaerob) dari bahan
intrauterus/ intraservikal/ drainase luka,
pewarnaan Gram dari lokhia servik, dan
uterus : identifikasi organisme penyebab
 Urinalisi dan kultur : Mengesampingkan
infeksi saluran kemih
 Ultrasonografi : Menentukan adanya fragmen-
fragmen plasenta yang tertahan; melokalisasi
abses peritonium
23
Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi infeksi, thdp penyebaran/ sepsis b.d
adanya infeksi, kerusakan kulit atau jaringan yang
trauma. Vaskularisasi tinggi pada area yang sakit,
prosedur infasif dan peningkatan pemajanan
lingkungan , penyakit kronis (mis, Diabetes).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
masukan yg tdk cukup utk memenuhi kebutuhan
metabolik (anoresia, mual/muntah, pembatasa
medis)
3. Nyeri (akut) b.d sifat infeksi (edema kulit/ jaringan
eritema), respon tubuh pada agen tidak efektif
4. Resiko tinggi terhadap perubahan enjadi orang tua
b.d interupsi pada proses pertalian, penyakit fisik,
ancaman yang dirasakan pada kehidupan sendiri
24
Diagnosa I
 Kriteria hasil :
Mengungkapkan pemahaman tentang faktor
resiko penyebab secara individual.
Menunjukan perilaku untuk membatasi
penyebaran infeksi dengan tepat,
menurunkan resiko komplikasi.
Mencapai pemulihan tepat waktu, bebas
komplikasi tambahan.

25
 Intervensi DX I.
 Tinjau ulang catatan prenatal, intrapartum
dan postpartum.
 Pertahankan kebijakan mencuci tangan
perawat, klien & pengunjung.
 Ajarkan klien tentang cara pembuangan
linen terkontaminasi dan pembalut dengan
tepat. Isolasi bila diindikasikan.
 Demonstrasikan perawatan perinium yang
benar setelah berkemih/ defekasi dan sering
mengganti pembalut.
 Lakukan massage fundus yang tepat, tinjau ulang
pentingnya dan waktu prosedur.
26
Pantau suhu, nadi, dan pernapasan.
Perhatikan apakah ada menggigil atau
laporkan anoreksia atau malaise.
Observasi tanda infeksi lain (lokea atau
drainase yang berbau busuk:sub involusi
uterus; nyeri tekan uterus yang hebat;
atau kemerahan, edema, drainase atau
pemisahan insisi).
 Pantau masukan oral/parenteral, tekankan
kebutuhan sedikitnya 2000ml cairan
perhari. Perhatikan haluaran urine, derajat
hidrasi, dan adanya mual, muntah atau
diare.
Anjurkan posisi semi fowler 27
 Tingkatkan ambulasi dini yang seimbang dengan
istirahat cukup
 Selidiki keluhan-keluhan nyeri kaki atau dada.
Perhatikan pucat, bengkak atau kekakuan
ektermitas bawah.
 Anjurkan ibu menyusui secara periodik
memeriksa mulut bayi terhadap adanya bercak
putih.
 Kolaborasi ; Anjurkan penggunaan pemanasan
yang lembab dalam bentuk rendam duduk dan
untuk pemanasan yang kering dengan menyinari
perineal selama 15 menit, 2-4x/hari.
 Demonstrasikan penggunaan cream antibiotik
perineum 28
 Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi :
kultur/sensitivitas, Jumlah darah lengkap,
jumlah SDP, Diferensial, dan LED.
 Pemeriksaan fungsi ginjal/ hepatik.
 Berikan obat-obat sesuai indikasi : Antibiotik,
pada awalnya spektrum luas kemudian
organisme khusus, sesuai indikasi dengan
hasil kultur/ sensitivitas ; oksitosin, seperti
metergin atau Ergonovin meleat
(Ergoterate); Antikuagulan (mis. Heparin)
 Berikan oksigen tambahan bila diperlukan.
 Bantu dengan prosedur-prosedur, seperti insisi
dan drainase.
29
Prioritas keperawatan
1. Mengontrol penyebaran infeksi
2. Meningkatkan pemulihan
3. Mendukung proses pengenalan keluarga
secara terus menerus
Tujuan Pulang
4. Infeksi teratasi
5. Involusi berlanjut, mengekspresikan rasa
sejahtera
6. Mendemonstrasikan kedekatan/pertalian
dan melakukan perawatan bayi
30
SELAMAT BELAJAR
DAN
SUKSES

31

Anda mungkin juga menyukai