DI SUSUN OLEH :
1. MUHAMMAD SAFEI
2. NAHDAH DYAH NADILLA
3. NOVRYANTI GLEDYS
4. RATNA FARIDA P
5. TRI WAHYUNI
Luka tekan dikenal juga sebagai ulkus dekubitus, ulkus tekan atau luka
baring. Luka tekan merupakan komplikasi yang serius dari imobilitas. The National
Pressure Ulcers Advisory Panel (NPUAP) pada tahun 2014 mendefinisikan luka
tekan sebagai kerusakan kulit setempat atau jaringan dibawahnya yang biasanya pada
daerah tulang yang menonjol, sebagai akibat adanya tekanan, atau adanya tekanan
dengan
pergeseran. Angka prevalensi luka tekan berbeda- beda pada setiap Negara,
prevalensi luka tekan yang terjadi di unit perawataan intensif (ICU) dari beberapa
Negara yaitu 49% di Eropa Barat, 22% di Amerika Utara, 50% di Australia dan 29%
di Yordania (Tayyib, et al.,2013).
Agency for Healthcare Research & Quality mencatat biaya perawatan untuk
luka tekan tertinggi ketiga setelah biaya perawatan kanker dan penyakit
kardiovaskuler. Amerika Serikat mengeluarkan 9,1- 11,6 milyar USD setiap tahun
untuk menangani luka tekan. Besarnya biaya yang harus dikeluarkan akibat luka
tekan dan komplikasi yang ditimbulkan membuat semua pihak yang berkontribusi
dalam perawatan pasien senantiasa mengembangkan penelitian terkait pencegahan
dan penanganan luka tekan. Pencegahan terhadap luka tekan menjadi sangat penting
daripada mengobati komplikasi yang ditimbulkannya dengan biaya yang lebih tinggi
selain itu luka tekan merupakan salah satu indikator mutu pelayanan rumah sakit,
semakin tinggi angka kejadian pasien dengan luka tekan mencerminkan rendahnya
mutu pelayanan keperawatan, oleh karena itu perlu adanya upaya dalam pencegahan
sejak dini yang merupakan tanggung jawab utama perawat sebagai tenaga kesehatan
yang pertama
mengenali tanda- tanda luka tekan selama pasien dirawat karena berhadapan langsung
dengan pasien selama 24 jam (Mohamed dan Weheida, 2015).
Penilaian risiko luka tekan pada saat pasien masuk harus dilakukan, karena
dengan menilai risiko luka tekan dengan tepat dapat memprediksi pembentukan luka
tekan pada kelompok pasien yang berisiko tinggi sehingga hal ini dapat menjadi dasar
untuk intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya luka tekan (Bates-Jensen
1995 dalam Potter dan Perry 2010).
Bagi tenaga keperawatan, adanya luka tekan berarti peningkatan beban kerja karena
luka tekan membutuhkan pendekatan perawatan yang berbeda, sehingga dibutuhkan
pencegahan berkesinambungan untuk mencegah terjadinya luka tekan (Kallman dan
Suserud, 2009). Perawat memainkan peran yang penting dalam pencegahan luka tekan
(Tweed dan Tweed, 2008 dalam Strand dan Lindgren, 2010).