NALBIN SIMBOLON
YUNIKAH
YULI FITRIAH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Apakah terdapat hubungan posisi belajar dan lama duduk dengan disabilitas
akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi S1, Ns
tahun 2021.
I.III TUJUAN PENELITIAN
a. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan posisi belajar dan lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri
punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi S1, Ns tahun 2021.
b. Tujuan Khusus
TNJAUAN PUSTAKA
Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh dan berfungsi menyanggah cranium,
gelang bahu ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul
meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medulla
spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh
columna vertebralis (Snell, 2011).
1. Vertebra Cervicalis
Processus spinosus yang paling menonjol yang dapat di raba di leher ialah yang
berasal dari vertebra C7 (vertebra prominens). Processus spinosus vertebrae C1-
6 diiutupi oleh ligamentum nuchae, sebuah ligamentum besar yang berjalan
turun di bagian belakang leher darr menghubungkan cranium dengan processus
spinosus vertebrae cervicalis. Processus transversus pendek tetapi mudah diraba
dari sisi lateral leher yang tipis. Tuberculum anterius processus transvesus
vertebrae C6 (tuberculum Chassaignac) dapat dipalpasi terletak medial terhadap
musculus sternocleidomastoideus, dan arteria carotis communis dapat ditekan
pada tempat ini.
2. Vertebra Thoracica dan Lumbalis
Sulcus nuchae berlanjut ke bawah sebagai alur yang berjalan pada pertengahan
punggung, di atas ujung processus spinosus seluruh vertebrae thoracicae dan
empat vertebra lumbalis bagian atas. Processus spinosus yang paling menonjol
adalah processsus spinosus vertebrae T1, processus spinosus yang lain dapat
dengan mudah dikenali bila badan melengkung ke depan.
3. Os Sacrum
Seluruh processus spinosus ossis sacri bersatu di garis tengah membentuk crista
sacralis mediana. Crista ini dapat diraba di bawah kulit pada bagian paling atas
celah antara kedua bokong. Hiatus sacralis terletak pada aspek posterior ujung
bawah os sacrum, dan di daerah ini spatium extradurale (spatium epidurale)
berakhir. Hiatus terletak kira-kira 2 inci (5 cm) di atas ujung os coccygis dan di
bawah kulit sulcus di antara kedua bokong.
4. Os Coccygis
Permukaan bawah dan ujung os coccygis dapat diraba di dalam sulcus di antara
kedua bokong, kira-kira 1 inci (2,5 cm) di belakang anus. Permukaan anterior os
coccygis dapat dipalpasi dengan jari di dalam canalis analis.
II.II DEFENISI
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih rentan terhadap nyeri punggung bawah kronis daripada pria
tanpa memandang usia. Jimenez-Sanchez memperkirakan bahwa wanita
dua kali lebih mungkin mengembangkan nyeri punggung bawah kronis
daripada pria. Prevalensi yang lebih tinggi dari nyeri kronis pada wanita
dapat dikaitkan dengan mekanisme biopsikososial yang kompleks
(misalnya, nyeri yang kurang efisien, pembiasaan atau kontrol
penghambatan berbahaya yang menyebar, sensitivitas genetik,
penanggulangan nyeri, dan kerentanan yang lebih tinggi untuk
mengembangkan penjumlahan temporal dari rasa sakit yang ditimbulkan
secara kimia atau mekanis) . Lebih lanjut, wanita umumnya memiliki
jumlah penyakit kronis yang lebih tinggi secara bersamaan (mis.,
Osteoporosis, osteopenia, dan osteoartritis), yang diketahui sebagai
faktor risiko untuk mengembangkan nyeri punggung bawah kronis dan
tekanan psikologis pada orang dewasa yang lebih tua (Wong., 2017).
3. Kebiasaan Merokok
Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan
otot pinggang, terutama untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan
otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan
berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan
nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Hadyan,
2015).
b. Faktor Kegiatan
1. Posisi Belajar
Menurut Suma’mur (2014) dalam Bilondatu (2018) keuntungan bekerja
dengan Posisi kerja duduk ini adalah kurangnya kelelahan pada kaki,
terhindarnya postur-postur tidak alamiah, berkurangnya pemakaian
energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Menurut Khumaerah, 2011 dalam Yani, 2018 menjelaskan bahwa
standar posisi duduk yang ergonomik adalah sebagai berikut :
a. Dagu ditarik ke dalam
b. Kepala tidak membungkuk ke depan (fleksi 5-10 º)
c. Punggung tetap tegak dengan bantalan kursi menopang punggung
bawah
d. Posisi punggung santai dan tidak membungkuk (Lumbal tetap
lordosis)
e. Tibia (betis) tegak lurus dengan lantai
f. Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai (85-100 º)
g. Posisi telapak kaki menapak ke tanah. Bila tidak, berarti posisi
duduk anda terlalu tinggi
2. Lama Duduk
Durasi adalah lama kerja seseorang dalam satu hari. Semakin
lama durasi kerja maka semakin tinggi risiko keluhan NPB karena
terkena faktor risiko lainnya juga. Duduk dalam jangka waktu yang
cukup lama dapat menyebabkan terjadinya berbagai keluhan. Keluhan
yang timbul antara lain berupa nyeri punggung bawah yang bisa
mengarah pada perubahan kurva vertebra lumbal karena pembebanan
yang terus terjadi saat duduk lama. Apalagi diikuti dengan posisi duduk
yang tidak sesuai dengan posisi yang seharusnya yaitu pada saat duduk
punggung harus tegak dan tidak boleh membungkuk ke depan atau
lunglai sesuai dengan tradisi militer (Parjoto, 2007 dalam Jaleha, 2015).
Duduk lebih dari 9 jam dalam sehari dapat mengurangi lubrikasi
pada sendi dan menyebabkan kekakuan. Sekitar 60% pekerja mengeluh
mengalami nyeri punggung bawah akibat kurang gerak dan posisi duduk
yang tidak berubah-ubah dalam waktu lama. Duduk lama dengan posisi
yang salah dapat menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan
dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus(Wulandari, 2010).
Pada mahasiwa jadwal kuliah mahasiswa reguler secara umum
dimulai dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 3 sore. Selama proses
perkuliahan diberikan waktu istirahat selama 1 jam yaitu dari pukul 12
sampai dengan pukul 1 siang, kemudian perkuliahan dilanjutkan kembali
sampai dengan pukul 3 bahkan sampai sore jika ada perubahan jadwal
dari dosen pengajar. Dari gambaran diatas jelas terlihat bahwa sebagian
besar aktivitas mahasiswa dihabiskan dengan posisi duduk yang lama
saat kuliah berlangsung, dimana untuk 1 mata kuliah mahasiswa harus
duduk selama 2 jam. Hal ini menjadi faktor risiko terjadinya nyeri
punggung bawah pada mahasiswa saat perkuliahan (Wulandari, 2010).
Gejala NPB dapat bersifat nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri pinggang yang dirasakan akan menyebabkan penderita mengalami suatu
ketidakmampuan atau disabilitas sehingga terjadi keterbatasan fungsional dalam
melakukan aktivitas sehari- hari. Pasien dengan kondisi NPB sering mengeluhkan
penurunan bahkan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Dampak nyeri dan keterbatasan gerak yang dialami dapat digambarkan sebagai
masalah disabilitas yang mempengaruhi fungsi fisik. Dengan kata lain, pasien yang
mempunyai tingkat disabilitas lebih tinggi akan mempunyai keterbatasan dan limitasi
fisik yang lebih besar. Dengan keterkaitan tersebut, intervensi yang diprogramkan
mengarah kepada peningkatan fungsi fisik yang akan membantu mengembalikan atau
menurunkan tingkat disabilitas.
Hasil uji reliabilitas memberikan nilai Alpha yang lebih besar daripada nilai r-
table (r seminggu = 0,742 dan r setahun = 0,877), sehingga kuesioner Roland-Morris
yang telah diterjemahkan peneliti ke dalam Bahasa Indonesia dinyatakan dapat
dipercaya (Widiasih, 2015).
Kelebihan dari kuesioner ini adalah pendek, sederhana, dan dapat dengan mudah
dimengerti oleh pasien, sedangkan kekurangan dari kuesioner ini adalah hanya
mengukur masalah fisik saja dan tidak mengukur masalah psikologis ataupun masalah
sosial yang dialami pasien. Selain itu RMDQ juga berguna untuk memantau pasien
dalam praktek klinis (Bilondatu, 2018).
II. V KERANGKA TEORI
Faktor Risiko
Faktor Individu :
Faktor Kegiatan
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Indeks Massa Tubuh
4. Kebiasaan Merokok
Faktor Kegiatan Faktor Kegiatan
Gangguan Muskuloskeletal
Posisi Belajar
Lama Duduk
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan desain studi cross
sectional (potong lintang), karena pengambilan data sekali saja dan dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan posisi
belajar dan lama duduk dengan nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes
Pertamedika tahun 2021.
1. Populasi
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIKES
Pertamedika Program Studi S1 Ns Stambuk 2019, 2020 dan 2021.
2. Sample
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan
diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa STIKES
Pertamedika Program Studi S1 Ns Stambuk 2019,2020 dan 2021.
Mahasiswa tersebut masih aktif kuliah, tidak sedang cuti, dan bersedia
menjadi responden peneliti.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode stratified random sampling. Besar sampel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus lemeshow :
n=
n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
Z = Derajat kepercayaan (biasanya pada tingkat 95 % = 1,96)
P = Proporsi suatu kasus (pustaka 0,196)
d = Derajat penyimpanan terhadap populasi : 10 % (0.10), 5 % (0.05 5)
n = Error ! Reference source not found + 57,9
Ni
ni = n
N
Keterangan :
ni = Jumlah anggota menurut strata
n = Jumlah anggota sample seluruhnya
Ni = Jumlah anggota populasi menurut strata
N = Jumlah anggotya populasi seluruhnya
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1 Ns tahun 2021 .
b. Bersedia menjadi subyek penelitian
2. Kriteria Eksklusi
a. Mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1 Ns yang mepunyai
kelainan dan penyakit tulang belakang yang dikonfirmasi dengan kuesioner.
b. Mahasiswa yang mengisi kuesioner tidak lengkap.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung oleh sumber aslinya. Data primer diperoleh melalui pengisian
kuisioner oleh responden yaitu mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1
Ns angkatan 2019,2020, dan 2021 . Setelah kuisioner telah diisi, peneliti akan mencatat
hasil yang didapat.
1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul akan dilakukan melalui beberapa tahap yang
dimulai dengan editing yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan
kelengkapan data. Coding, data yang telah terkumpul dan dikoreksi
ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara
manual sebelum diolah oleh komputer. Entry, memasukkan data dari lembar
observasi ke dalam program komputer dengan menggunakan program
perangkat statistik lunak. Cleaning, pemeriksaan kembali semua data yang
telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam
pemasukan data. Saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis. Analisis
data serta penyajian data akan menggunakan program komputer Statistical
Product and Service Solution (SPSS).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistik uji chi square menggunakan program komputer
Statistical Product and Service Solution (SPSS).
III. VII DEFENISI OPERASIONAL
3)
2. Tidak nyeri
punggung bawah
(mengisi ya Error!
Reference source
not found.3)
3. Keduanya
2. 3-6 jam
3. 6-9 jam
4. (Error! Reference
source not
found.9jam)
BAB IV
Kelamin
Laki-Laki 24 40
Perempuan 36 60
Total 60 100
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 36 orang (40%), diikuti dengan kelompok laki-laki sebanyak
24 orang (40%).
2019 20 33,3
2020 20 33,3
2021 20 33,3
Total 60 100
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari segi stambuk, jumlah responden stambuk
2019 sebanyak 20 orang (33,3%), kemudian stambuk 2020 sebanyak 20 orang (33,3%),
dan stambuk 2021 sebanyak 20 orang (33,3%).
Keduanya 36 60
Total 60 100
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa paling banyak responden memiliki posisi
belajar keduanya yaitu sebanyak 36 orang (60%) kemudian diikuti belajar duduk
dengan meja belajar sebanyak 22 orang (36,7%) dan belajar sambil tiduran 2 orang
(7,1%).
≤ 3 jam 7 11,7
6-9 jam 24 40
≥ 9 jam 7 11,7
Total 60 100
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa paling banyak responden memiliki lama duduk terbanyak
yaitu 6-9 jam sebanyak 24 orang (40%) kemudian 3-6 jam sebanyak 22 orang (36,7%)
lalu ≥ 9 jam sebanyak 7 orang(11,7) dan ≤ 3 jam tiduran 2 orang (11,7%).
Total 60 100
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa paling banyak terdapat responden tidak mengalami
keluhan nyeri punggung bawah dalam seminggu terakhir yaitu 49 orang (81,7%)
kemudian responden yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam seminggu
terakhir terdapat sebanyak 11 orang(18,3%).
Total 60 100
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa paling banyak terdapat responden yang tidak
mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam setahun terakhir yaitu 44 orang
(73,3%) kemudian responden yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam
setahun terakhir terdapat sebanyak 14 orang (26,7%).
Keduanya 6 30 36
Total 11 49 60 0,465
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat mahasiswa yang mengalami
nyeri punggung bawah dalam seminggu terakhir sebanyak 1 orang pada mahasiswa
yang belajar sambil tiduran, 4 orang pada mahasiswa yang belajar duduk dengan meja
belajar, dan 6 orang pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran maupun duduk dengan
meja belajar.
Tabel 4.8 Hubungan posisi belajar dengan disabilitas akibat nyeri punggung
bawah dalam satu tahun terakhir
Keduanya 11 25 36
Total 16 44 60 0,629
Dari tabel diatas terdapat 16 subyek yang terdeteksi mengalami nyeri punggung
bawah dalam satu minggu terakhir, terdapat 1 orang subyek yang mengaku sering kali
belajar sambil tiduran, 4 orang belajar duduk dengan meja belajar, dan 11 orang
mengaku belajar di kedua tempat tersebut.
2. Hubungan Lama Duduk dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah
Tabel 4.9 Hubungan lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri punggung
bawah satu minggu terakhir
≤ 3 jam 0 7 7
3-6 jam 4 18 22
6-9 jam 5 19 24
≥ 9 jam 2 5 7
Total 11 49 60 0,195
Berdasarkan tabel 4.9 hanya terdapat 11 orang yang mengalami nyeri punggung
bawah pada satu minggu terakhir yaitu 2 orang yang mengalami kejadian nyeri
punggung bawah pada mahasiswa yang durasi duduknya ≥9 jam, 5 orang pada
mahasiswa yang durasi duduknya 6-9 jam, dan 4 orang pada mahasiswa yang durasi
duduknya 3-6 jam.
≤ 3 jam 1 6 7
3-6 jam 8 14 22
6-9 jam 5 19 24
≥ 9 jam 2 5 7
Total 16 44 60 0,927
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat hanya terdapat 16 orang yang mengalami
nyeri punggung bawah pada satu tahun terakhir yaitu 2 orang yang mengalami kejadian
nyeri punggung bawah pada mahasiswa yang durasi duduknya ≥9 jam, 5 orang pada
mahasiswa yang durasi duduknya 6-9 jam, 8 orang pada mahasiswa yang durasi
duduknya 3-6 jam dan 1 orang pada mahasiswa yang durasi duduknya ≤3 jam.
Pada tabel 4.11 didapat bahwa tingkat disabilitas akibat nyeri punggung bawah
dalam seminggu terakhir pada mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1
Ns sebesar 18,3% yaitu sebanyak 11 responden dan 81,7% atau 49 orang lainnya
normal. Lalu dalam setahun terakhir dapat dilihat bahwa tingkat disabilitas akibat nyeri
punggung bawah pa da mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA sebesar 26,7% yaitu
sebanyak 16 responden dan 76,3 % atau 44 orang lainnya normal.
IV. IV PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data yang telah dilakukan menggunakan kuesioner terhadap
responden yang diberikan secara online yang dikarenakan sedang adanya pandemik,
setelah itu diolah dengan menggunakan bantuan SPSS, maka selanjutnya penulis akan
membahas mengenai hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan disabilitas
akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Tahun 2021.
IV. V Hubungan Posisi belajar dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat mahasiswa yang mengalami
nyeri punggung bawah dalam seminggu terakhir sebanyak 1 orang pada mahasiswa
yang belajar sambil tiduran, 4 orang pada mahasiswa yang belajar duduk dengan meja
belajar, dan 6 orang pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran maupun duduk dengan
meja belajar. Hasil yang didapatkan ini lebih kecil daripada hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ghina Widiasih pada mahasiswa FK UIN Jakarta tahun 2015 yang
mendapatkan hasil subyek yang mengalami nyeri punggung bawah sebanyak 9 orang
pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran, 4 orang pada mahasiswa yang belajar
duduk dengan meja belajar, dan 25 orang pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran
maupun duduk dengan meja belajar.
Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel posisi belajar dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah baik dalam satu tahun terakhir maupun dalam
satu minggu terakhir tidak bermakna (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan signifikan
antara posisi saat belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah. Hasil yang didapatkan
ini sama dengan penelitian di FK UIN Jakarta yang menyatakan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah (p=0,465
pada seminggu terakhir dan p=0,629 pada setahun terakhir). Penyebabnya mungkin
karena banyaknya faktor dalam tiap individu yang dapat menyebabkan nyeri punggung
bawah.
Duduk menyebabkan pelvis berotasi ke arah belakang. Rotasi dari pelvis dapat
mengubah derajat sudut lumbar lordosis, dan menambah derajat persendian pada
panggul dan derajat persendian pada lutut. Hal ini membuat usaha yang dilakukan otot
menjadi lebih berat, sehingga kerja otot meningkat dan menekan diskus vertebralis
(Widiasih, 2015). Postur saat duduk dipengaruhi oleh sudut sandaran punggung, sudut
dudukan kursi dengan keempukan busa, dan ada atau tidaknya sanggahan tangan.
Sandaran punggung yang memiliki sudut 110°-130° adalah tumpuan yang paling ideal
karena menghasilkan tekanan paling rendah bagi diskus intervertebralis dengan kerja
otot yang paling ringan. Dudukan kursi yang memiliki sudut 5° dan sanggahan tangan
juga dapat menurunkan tekanan diskus intervertebralis dan kerja otot saat
duduk(Widiasih, 2015).
Semakin sering mahasiswa merubah posisi pada saat duduk, maka tingkatan
nyeri yang dirasakan akan semakin ringan, karena perubahan posisi dapat
merelaksasikan otot-otot punggung yang mengalami tekanan akibat duduk dalam jangka
waktu lama (Idyan, 2007 dalam Wulandari, 2010).
IV. VI Hubungan Lama Duduk dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan tabel 4.9 hanya terdapat 11 orang yang mengalami nyeri punggung
bawah pada satu minggu terakhir yaitu 2 orang yang mengalami kejadian nyeri
punggung bawah pada mahasiswa yang durasi duduknya ≥9 jam, 5 orang pada
mahasiswa yang durasi duduknya 6-9 jam, dan 4 orang pada mahasiswa yang durasi
duduknya 3-6 jam. Angka ini lebih kecil daripada hasil pelitian yang dilakukan oleh
Ghina Widiasih pada mahasiswa FK UIN Jakarta tahun 2015.
Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel lama duduk dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah baik dalam satu minggu terakhir maupun
dalam satu tahun terakhir juga tidak bermakna (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan
signifikan antara posisi lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri punggung bawah
pada mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA tahun 2021. Hasil ini sama dengan
penelitian di FK UIN Jakarta yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah (p=0,195 pada seminggu terakhir
dan p=0,927 pada setahun terakhir). Penyebabnya mungkin karena banyaknya faktor
dalam tiap individu yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah.
Lama duduk juga dapat menimbulkan terjadinya spasme otot atau ketegangan
pada daerah pantat. Peke/rja perlu diberikan istirahat aktif untuk dapat menghindari
pekerjaan yang monoton dalam jangka waktu lama, dan relaksasi untuk mengendorkan
ketegangan saraf dan otot akibat kerja. Sehingga kejenuhan kerja dapat dikurangi,
memulihkan kesegaran mental, dan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja
(Rahmat et all, 2019).
Nyeri punggung tersebut dapat terjadi pada berbagai situasi kerja, tetapi
risikonya lebih besar apabila duduk lama dalam posisi statis karena akan menyebabkan
kontraksi otot yang terus menerus serta penyempitan pembuluh darah. Pada
penyempitan pembuluh darah aliran darah terhambat dan terjadi iskemia, jaringan
kekurangan oksigen dan nutrisi, sedangkan kontraksi otot yang lama akan
menyebabkan penumpukan asam laktat, kedua hal tersebut menyebabkan nyeri (Rahmat
et all, 2019).
Lama duduk dapat berdiri sendiri sebagai faktor resiko yang signifikan untuk
NPB, kecuali jika dikombinasikan dengan sikap duduk yang salah dan getaran
pada tubuh maka mungkin akan meningkatkan resiko berkembangnya NPB
(Rahmat et all, 2019).
Terlalu lama duduk dan dengan posisi yang kurang tepat membuat orang
capek dan kurang efisien bekerja. Posisi lordosis yaitu membungkuk dengan beban
pada tulang belakang yang terlalu banyak merupakan gangguan otot utamanya otot
perut dan otot punggung yang menjadi sebab nyeri punggung bawah (Rahmat et all,
2019).
BAB V
V. I KESIMPULAN
V. II SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Aggarwal, N., Anand, T., Kishore, J., Ingle, GK. 2013, ‘Low back pain and associated
risk factors among undergraduate students of a medical college in Delhi’, Educ Health..
Available at: http://www.educationforhealth.net/article.asp?issn=1357-
6283;year=2013;volume=26;issue=2;spage=103;epage=108;aulast=Aggarwal
Andini, F. 2015, ‘Risk factors of low back pain in workers’, Medical Journal of
Lampung University,Vol. 4 No. 1, available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/495
Ardinda, F. 2017, ‘Hubungan Sikap Duduk dan Lama Duduk dengan Kejadian Keluhan
Low Back Pain Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas’, Skripsi,
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Available at:
http://scholar.unand.ac.id/26794/
Bilondatu, F. 2018, ‘Faktor yang berhubungan dengan kejadian Low Back Pain pada
operator PT. Teriminal Petikemas Makassar Tahun 2018’, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, Available at:
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MTI2MTVjYjZhO
WI5ZDFjNWE4ZGIyOGE3YmMwMzMxYzc3M2VjMzFlMg==.pdf
Fitria, A. 2018, ‘Hubungan Posisi Dudusk Terhadap Keluhan Low Back Pain pada
Pengayuh Becak di Kota Malang’, Skripsi, University of Muhammadiyah Malang,
Available at: http://eprints.umm.ac.id/41304/
Hakim, M. N. 2016, ‘Hubungan kecemasan dengan nyeri punggung bawah pada
mahasiswa kedokteran preklinik FKIK UIN Jakarta’, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37277/1/MUHAMMAD%20
NICCO%20HAKIM-FKIK.pdf
Hoy, D., March, L., Brooks, P., Blyth, F., Woolf, A., Bain, C., dkk 2014, ‘The global
burden of low back pain: estimates from the global burden of disease 2010 study’, Ann
Rheum Dis, pp. 968, Available at:
https://ard.bmj.com/content/annrheumdis/73/6/968.full.pdf
Jaleha, B. 2015, ‘Hubungan Durasi Duduk Dengan Risiko Terjadinya Scoliosis
Lumbal’, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Available at:
http://eprints.ums.ac.id/36706/24/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf