Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN POSISI BELAJAR DAN LAMA DUDUK DENGAN DISABILITAS

AKIBAT NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA MAHASISWA STIKES


PERTAMEDIKA PROGRAM STUDI S1 NS TAHUN 2021.

DI SUSUN OLEH KELOMPOK V :

NALBIN SIMBOLON

YUNIKAH

YULI FITRIAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan dunia yang sangat
umum, yang menyebabkan pembatasan aktivitas dan juga ketidakhadiran kerja.
Nyeri punggung bawah memang tidak menyebabkan kematian, namun
menyebabkan individu yang mengalaminya menjadi tidak produktif sehingga akan
menyebabkan beban ekonomi yang sangat besar baik bagi individu, keluarga,
masyarakat, maupun pemerintah (Hoy et al., 2010).
Sebagai bagian dari Global Burden of Disease Study 2010 (GBD 2010),
kelompok ahli menunjukkan bahwa sakit punggung merupakan salah satu dari
sepuluh penyakit dan cedera beban tinggi, dengan jumlah rata-rata disability
adjusted life year (DALY) lebih tinggi daripada HIV, jalan cedera, TBC, kanker
paru-paru, penyakit paru obstruktif kronik dan komplikasi kelahiran prematur
(Duthey, 2013). Beberapa penelitian di India, Malaysia, dan Austria menunjukkan
bahwa prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi.
Prevalensi nyeri punggung bawah dalam satu tahun terakhir pada mahasiswa
kedokteran di New Delhi sebesar 47,5% (Aggarwal et al., 2013).
Pada mahasiswa kedokteran di Belgrade (Serbia), prevalensi nyeri punggung
bawah dari 459 siswa yang diselidiki, 75,8% melaporkan NPB di beberapa titik
dalam kehidupan mereka, 59,5% dalam 12 bulan terakhir, dan 17,2% dari mereka
menderita NPB saat mereka disurvei. NPB kronis melaporkan 12,4 % siswa.
Prevalensi nyeri punggung bawah seumur hidup dan 12 bulan secara signifikan
lebih tinggi di antara mahasiswa kedokteran perempuan daripada mahasiswa
kedokteran laki-laki (Vujcic, 2018).
Di Indonesia, prevalensi nyeri punggung bawah didapatkan 16,9% yang diteliti
oleh Ghina Widiasih pada mahasiswa FKIK UIN JAKARTA pada tahun 2015.
Tetapi pada penelitian beliau tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara
posisi belajar (p>0,1) dan lama duduk (p>0,2) dengan kejadian nyeri punggung
bawah (Widiasih., 2015).
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal akibat
dari ergonomi yang salah. Gejala utama nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri di
daerah tulang belakang bagian punggung. Secara umum nyeri ini disebabkan karena
peregangan otot dan bertambahnya usia yang akan menyebabkan intensitas olahraga
dan gerak semakin berkurang. Hal ini akan menyebabkan otot-otot punggung dan
perut akan menjadi lemah (Umami et al., 2014).
Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
muskuloskeletal, gangguan psikologis dan mobilisasi yang salah. Terdapat beberapa
faktor risiko penting yang terkait dengan kejadian NPB yaitu usia diatas 35 tahun,
perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga
penderita musculoskeletal disorder. Faktor lain yang dapat mempengaruhi
timbulnya gangguan NPB meliputi karakteristik individu yaitu indeks massa tubuh
(IMT), tinggi badan, kebiasaan olah raga, masa kerja, posisi kerjadan berat beban
kerja (Andini., 2015).
Posisi tubuh yang salah dan duduk terlalu lama saat kuliah dan belajar
merupakan salah satu faktor risiko nyeri punggung bawah. Tomita et al (2010)
menyimpulkan bahwa orang yang bekerja dengan posisi tubuh tidak tegak saat
duduk lima kali lebih berisiko mengalami nyeri punggung bawah daripada orang
yang bekerja dengan postur yang tegak. Waktu duduk yang ideal adalah kurang dari
enam jam dalam satu hari, sedangkan duduk 6-9 jam perhari dapat meningkatkan
risiko kejadian nyeri punggung bawah (Tomita et al., 2010).
Mahasiswa keperawatan sangat identik dengan aktivitas kuliah dan belajar.
Nyeri punggung bawah pada mahasiswa dapat menyebabkan berkurangnya
produktivitas dan menurunnya prestasi akademik di kampus. Apabila hal ini
berlanjut sampai di tingkat pendidikan profesi, maka akan menghasilkan kinerja
yang turun dan konsentrasi yang berkurang sehingga jumlah hari kerja juga
berkurang. Mahasiswa keperawatan menghabiskan waktu untuk duduk saat kuliah
lebih dari enam jam dalam sehari. Hal ini membuat total waktu yang dihabiskan
untuk duduk dalam sehari kira-kira lebih dari sembilan jam dan sangat berisiko
untuk mengalami nyeri punggung bawah (Widiasih., 2015).
Oleh karena masalah di atas, maka peneliti tertarik unutuk melakukan penelitian
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara posisi duduk dan lama duduk dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi
S1, Ns tahun2021.
I.II RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan posisi belajar dan lama duduk dengan disabilitas
akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi S1, Ns
tahun 2021.
I.III TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan posisi belajar dan lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri
punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi S1, Ns tahun 2021.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,


usia, gaya hidup pada mahasiswa Stikes Pertamedika Program Studi S1, Ns
tahun 2021.
2. Untuk mengidentifikasi hubungan posisi belajar dengan disabilytas akibat
nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi S1, Ns
tahun2021.
3. Untuk mengidentifikasi hubungan lama duduk dengan disabilytas akibat
nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes Pertamedika Studi S1, Ns
tahun2021.
4. Untuk menganalisis hubungan posisi belajar dan lama duduk dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes
Pertamedika Studi S1, Ns tahun 2021.
BAB II

TNJAUAN PUSTAKA

II.I ANATOMI VERTEBRA

Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh dan berfungsi menyanggah cranium,
gelang bahu ekstremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul
meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medulla
spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh
columna vertebralis (Snell, 2011).

Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12


vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis 5 vertebra sacralis (yang bergabung membentuk
os sacrum), dan 4 vertebra coccygea (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Struktur
columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun dari vertebra,
sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus
intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang columna (Snell, 2011).

1. Vertebra Cervicalis
Processus spinosus yang paling menonjol yang dapat di raba di leher ialah yang
berasal dari vertebra C7 (vertebra prominens). Processus spinosus vertebrae C1-
6 diiutupi oleh ligamentum nuchae, sebuah ligamentum besar yang berjalan
turun di bagian belakang leher darr menghubungkan cranium dengan processus
spinosus vertebrae cervicalis. Processus transversus pendek tetapi mudah diraba
dari sisi lateral leher yang tipis. Tuberculum anterius processus transvesus
vertebrae C6 (tuberculum Chassaignac) dapat dipalpasi terletak medial terhadap
musculus sternocleidomastoideus, dan arteria carotis communis dapat ditekan
pada tempat ini.
2. Vertebra Thoracica dan Lumbalis
Sulcus nuchae berlanjut ke bawah sebagai alur yang berjalan pada pertengahan
punggung, di atas ujung processus spinosus seluruh vertebrae thoracicae dan
empat vertebra lumbalis bagian atas. Processus spinosus yang paling menonjol
adalah processsus spinosus vertebrae T1, processus spinosus yang lain dapat
dengan mudah dikenali bila badan melengkung ke depan.
3. Os Sacrum
Seluruh processus spinosus ossis sacri bersatu di garis tengah membentuk crista
sacralis mediana. Crista ini dapat diraba di bawah kulit pada bagian paling atas
celah antara kedua bokong. Hiatus sacralis terletak pada aspek posterior ujung
bawah os sacrum, dan di daerah ini spatium extradurale (spatium epidurale)
berakhir. Hiatus terletak kira-kira 2 inci (5 cm) di atas ujung os coccygis dan di
bawah kulit sulcus di antara kedua bokong.
4. Os Coccygis
Permukaan bawah dan ujung os coccygis dapat diraba di dalam sulcus di antara
kedua bokong, kira-kira 1 inci (2,5 cm) di belakang anus. Permukaan anterior os
coccygis dapat dipalpasi dengan jari di dalam canalis analis.

II.II DEFENISI

a. Defenisi nyeri punggung bawah


Nyeri punggung bawah merupakan suatu kondisi tidak spesifik yang
mengakibatkan rasa nyeri, pegal yang dirasakan pada punggung bagian bawah.
Kondisi yang tidak spesifik tersebut mengacu pada nyeri akut atau kronik dan
ketidaknyamanan pada daerah lumbosacral yang disebabkan oleh inflamasi,
kelainan ginekologi, trauma, proses degeneratif dan gangguan metabolik.
Keluhan nyeri punggung bawah secara umum menjadi masalah kesehatan di
dunia dan hampir mempengaruhi seluruh populasi (Karisma, 2017).
NPB termasuk salah satu dari gangguan akibat dari mobilisasi yang salah.
Penyebab umum yang sering terjadi adalah regangan otot serta bertambahnya
usia yang menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas bergerak semakin
berkurang sehinggaotot-otot pada punggung dan perut yang berfungsi
mendukung tulang belakang menjadi lemah (Tanderi., et al 2017).

b. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah


Di Inggris dilaporkan prevalensi nyeri punggung bawah pada populasi lebih
kurang 16.500.000 per tahun, yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih
kurang antara 3-7 juta orang. Penderita nyeri punggung bawah yang berobat
jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di Rumah Sakit lebih kurang
100.000 orang. Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat
tindakan operasi berjumlah 24.000 orang pertahunnya (Yanra, 2015 dalam
Fitria, 2018). Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah
mengalami nyeri punggung bawah, keadaan ini menimbulkan kerugian yang
cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja (Yanra, 2015
dalam Fitria, 2018).
Data untuk jumlah penderita NPB di Indonesia belum diketahui secara
pasti, namun diperkirakan penderita NPB di Indonesia bervariasi antara 7,6%
sampai 37% dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Kira-kira 80%
penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan NPB. Pada setiap saat, lebih
dari 10% penduduk menderita NPB. Insidensi NPB di beberapa negara
berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar
merupakan nyeri punggung akut maupun kronik. Penelitian kelompok studi
nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita NPB
sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri (Meliala, 2004 dalam Ardinda, 2017).

c. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah


Di Inggris dilaporkan prevalensi nyeri punggung bawah pada populasi lebih
kurang 16.500.000 per tahun, yang melakukan konsultasi ke dokter umum lebih
kurang antara 3-7 juta orang. Penderita nyeri punggung bawah yang berobat
jalan berkisar 1.600.000 orang dan yang dirawat di Rumah Sakit lebih kurang
100.000 orang. Dari keseluruhan nyeri punggung bawah, yang mendapat
tindakan operasi berjumlah 24.000 orang pertahunnya (Yanra, 2015 dalam
Fitria, 2018).
Di Amerika Serikat dilaporkan 60-80% orang dewasa pernah mengalami
nyeri punggung bawah, keadaan ini menimbulkan kerugian yang cukup banyak
untuk biaya pengobatan dan kehilangan jam kerja (Yanra, 2015 dalam Fitria,
2018).
Data untuk jumlah penderita NPB di Indonesia belum diketahui secara
pasti, namun diperkirakan penderita NPB di Indonesia bervariasi antara 7,6%
sampai 37% dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Kira-kira 80%
penduduk seumur hidup pernah sekali merasakan NPB. Pada setiap saat, lebih
dari 10% penduduk menderita NPB. Insidensi NPB di beberapa negara
berkembang lebih kurang 15-20% dari total populasi, yang sebagian besar
merupakan nyeri punggung akut maupun kronik. Penelitian kelompok studi
nyeri PERDOSSI pada bulan Mei 2002 menunjukkan jumlah penderita NPB
sebesar 18,37% dari seluruh pasien nyeri (Meliala, 2004 dalam Ardinda, 2017).

d. Etiologi Nyeri Punggung Bawah


1. Nyeri Punggung Bawah yang Disebabkan oleh Trauma
Nyeri otot punggung bawah akut (keseleo) terjadi ketika terpapar dengan
kekuatan eksternal, seperti dalam tabrakan dengan seseorang atau saat
mengangkat benda berat, merusak otot dan fasia, sementara herniasi
intervertebralis lumbal terjadi ketika diskus intervertebralis kolaps dan
menekan saraf anterior, dan fraktur vertebra traumatis terjadi ketika vertebra
runtuh akibat terjatuh, dll. Nyeri punggung bawah kronis terjadi ketika
penggunaan otot dilakukan berulang-ulang, dan fraktur vertebral yang rapuh
terkait dengan osteoporosis terjadi ketika kerapuhan tulang berkembang dan
keruntuhan tulang bahkan tanpa adanya paparan kekuatan eksternal.
2. Nyeri Punggung Bawah yang Disebabkan oleh Peradangan
Spondilitis tuberkulosis atau spondilitis purulen terjadi ketika basil
tuberkel atau bakteri piogenik menghancurkan tubuh vertebral atau diskus
intervertebralis. Jika vertebra terhubung seperti bambu, pasien memiliki
ankylosing spondylitis, penyakit rematik yang negatif untuk faktor
rheumatoid.
3. Nyeri Punggung Bawah yang disebabkan oleh Tumor
Tumor ganas, seperti kanker paru-paru, kanker lambung, kanker
payudara, kanker prostat, dll., Kadang-kadang bermetastasis ke tulang
belakang lumbar, dan penyebaran metastasis ke tulang belakang lumbar
adalah salah satu gambar patologis multiple myeloma. Ketika tumor seperti
neuroma atau angioma berkembang di lumbar atau tulang belakang, pasien
mengalami nyeri punggung bawah yang intens.
4. Nyeri Punggung Bawah yang Disebabkan oleh Degenerasi
Seiring bertambahnya usia pekerja konstruksi, insiden nyeri punggung
bawah meningkat, dan peningkatan ini disebabkan oleh perkembangan lesi
yang terkait dengan degenerasi tulang belakang lumbar dan jaringan di
sekitarnya. Degenerasi mengarah pada perkembangan spondylosis
deformans, degenerasi diskus lumbar intervertebralis, nyeri punggung bawah
artikular intervertebralis, spondilolistesis non-spondylolitik lumbar,
hipostostosis ankylosing spinal, dan stenosis spinal lumbalis.
5. Nyeri Punggung Bawah karena Penyebab Lain
Selain penyakit yang muncul dalam struktur yang menyusun punggung
bawah, yang merupakan poros tubuh, rasa sakit yang timbul dari penyakit
organ intra-abdominal, termasuk hati, kandung empedu, dan pankreas, juga
terlihat di antara penyakit yang menimbulkan nyeri punggung bawah. Nyeri
juga muncul dari organ perut posterior, termasuk uterus, ovarium, dan
kandung kemih. Adanya nyeri psikogenik yang terkait dengan histeria dan
depresi juga berpotensi menyebabkan nyeri punggung bawah. (Hayashi,
2004).

e. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah


Berdasarkan etiologinya, NPB mekanik dibagi menjadi 2 kategori (Tanderi., et
al 2017) yaitu :
1. Mekanik Statik NPB
Mekanik statik terjadi apabila postur tubuh dalam keadaan posisi statis
(duduk atau berdiri) sehingga menyebabkan peningkatan pada sudut
lumbosakral (sudut antara segmen vertebra L5 dan S1 yang sudut
normalnya 30° -40°)dan menyebabkan pergeseran titik pusat berat badan.
Peningkatan sudut lumbosakral dan pergeseran titik pusat berat badan
tersebut akan menyebabkan peregangan pada ligamen dan kontraksi otot-
otot yang berusaha untuk mempertahankan postur tubuh yang normal
sehingga dapat terjadi strain atau sprain pada
ligamen dan otot-otot di daerah punggung bawah yang menimbulkan
nyeri.
2. Mekanik Dinamik NPB
Mekanik dinamik dapat terjadi akibat beban mekanik abnormal pada
struktur jaringan (ligamen dan otot) di daerah punggung bawah saat
melakukan gerakan. Beban mekanik tersebut melebihi kapasitas
fisiologik dan toleransi otot atau ligamen di daerah punggung bawah.
Gerakan-gerakan yang tidak mengikuti mekanisme normal dapat
menimbulkan NPB mekanik, seperti gerakan kombinasi (terutama fleksi
dan rotasi) dan repetitif, terutama disertai dengan beban yang berat.

Menurut National Institute of Neurological Disorder, 2020 terdapat dua


jenis sakit punggung :

1. Nyeri Punggung Bawah Akut


Nyeri punggung akut, atau jangka pendek berlangsung beberapa hari
hingga beberapa minggu. Kebanyakan dari nyeri punggung bawah
yang terjadi adalah akut. Nyeri ini cenderung sembuh dengan
sendirinya dalam beberapa hari dengan perawatan sendiri dan tidak
ada fungsi yang hilang. Dalam beberapa kasus beberapa bulan
diperlukan untuk menghilangkan gejala.
2. Nyeri Punggung Bawah Kronis
Nyeri punggung kronis didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung
selama 12 minggu atau lebih, bahkan setelah cedera awal atau
penyebab yang mendasari nyeri punggung bawah akut telah diobati.
Sekitar 20 persen orang yang terkena nyeri punggung bawah akut
mengalami nyeri punggung bawah kronis dengan gejala persisten
pada satu tahun. Sekalipun nyeri tetap ada, itu tidak selalu berarti ada
penyebab mendasar yang serius secara medis atau penyebab yang
mudah diidentifikasi dan diobati. Dalam beberapa kasus, pengobatan
berhasil mengurangi nyeri punggung bawah kronis, tetapi dalam
kasus lain nyeri berlanjut meskipun ada perawatan medis dan bedah.

f. Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah


Keluhan nyeri punggung bawah yaitu nyeri, spasme, dan adanya
keterbatasan fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal. Nyeri dan
spasme otot seringkali membuat seseorang enggan menggerakan lumbalnya,
sehingga menyebabkan perubahan fisiologi pada otot tersebut yaitu
berkurangnya masa otot dan penurunan kekuatan otot, akhirnya menimbulkan
penurunan aktifitas fungsionalnya (Hill, 2006 dalam Yani, 2018).
Menurut Donald et al., (1999) dalam Yani (2018) duduk menyebabkan
pelvis berotasi kearah belakang. Rotasi dari pelvis dapat mengubah derajat sudut
lumbar lordosis, dan menambah derajat persendian pada panggul dan lutut
menyebabkan kerja otot menjadi lebih berat sehingga menekan diskus
vertebralis. Posisi saat duduk dipengaruhi oleh sudut sandaran punggung, sudut
dudukan kursi dengan keempukan busa, dan ada atau tidaknya sanggahan
tangan. Sandaran punggung yang memiliki sudut 110° - 130° adalah tumpuan
yang paling ideal karena mengahasilkan tekanan paling rendah bagi discus
intervertebralis dengan kerja otot ringan. Dudukan kursi yang memiliki sudut 5°
dan sanggahan tangan juga dapat menurunkan tekanan discus intervertebralis
dan kerja otot saat duduk.

g. Faktor Risko Nyeri Punggung Bawah


a. Faktor Individu
1. Usia
Keluhan ini jarang di jumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini
mungkin berhubungan dang beberapa factor etiologic tertentu yang
sering di jumpai pada kelompok umur yang lebih tua. Biasanya nyeri di
jumpai pada dekade kedua dan insidensi terbersar pada dekade kelima.
(Winata, 2015).
Menurut Andini, (2015) Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi
degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang
berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa
kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut,
pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan
otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko
orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang
yang menjadi pemicu timbulnya gejala nyeri punggung bawah.

2. Jenis Kelamin
Wanita lebih rentan terhadap nyeri punggung bawah kronis daripada pria
tanpa memandang usia. Jimenez-Sanchez memperkirakan bahwa wanita
dua kali lebih mungkin mengembangkan nyeri punggung bawah kronis
daripada pria. Prevalensi yang lebih tinggi dari nyeri kronis pada wanita
dapat dikaitkan dengan mekanisme biopsikososial yang kompleks
(misalnya, nyeri yang kurang efisien, pembiasaan atau kontrol
penghambatan berbahaya yang menyebar, sensitivitas genetik,
penanggulangan nyeri, dan kerentanan yang lebih tinggi untuk
mengembangkan penjumlahan temporal dari rasa sakit yang ditimbulkan
secara kimia atau mekanis) . Lebih lanjut, wanita umumnya memiliki
jumlah penyakit kronis yang lebih tinggi secara bersamaan (mis.,
Osteoporosis, osteopenia, dan osteoartritis), yang diketahui sebagai
faktor risiko untuk mengembangkan nyeri punggung bawah kronis dan
tekanan psikologis pada orang dewasa yang lebih tua (Wong., 2017).

3. Kebiasaan Merokok
Hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan
otot pinggang, terutama untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan
otot, karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke jaringan. Selain itu, merokok dapat pula menyebabkan
berkurangnya kandungan mineral pada tulang sehingga menyebabkan
nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada tulang (Hadyan,
2015).

4. Indeks Massa Tubuh (IMT)


Menurut Purnamasari, (2010) menyatakan bahwa seseorang yang
overweight lebih berisiko 5 kali menderita NPB dibandingkan dengan
orang yang memiliki berat badan ideal. Ketika berat badan bertambah,
tulang belakang akan tertekan untuk menerima beban yang membebani
tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi kerusakan dan
bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang
belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah verterbrae
lumbal.

b. Faktor Kegiatan
1. Posisi Belajar
Menurut Suma’mur (2014) dalam Bilondatu (2018) keuntungan bekerja
dengan Posisi kerja duduk ini adalah kurangnya kelelahan pada kaki,
terhindarnya postur-postur tidak alamiah, berkurangnya pemakaian
energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.
Menurut Khumaerah, 2011 dalam Yani, 2018 menjelaskan bahwa
standar posisi duduk yang ergonomik adalah sebagai berikut :
a. Dagu ditarik ke dalam
b. Kepala tidak membungkuk ke depan (fleksi 5-10 º)
c. Punggung tetap tegak dengan bantalan kursi menopang punggung
bawah
d. Posisi punggung santai dan tidak membungkuk (Lumbal tetap
lordosis)
e. Tibia (betis) tegak lurus dengan lantai
f. Posisi paha horizontal, sejajar dengan lantai (85-100 º)
g. Posisi telapak kaki menapak ke tanah. Bila tidak, berarti posisi
duduk anda terlalu tinggi

Posisi yang ideal saat belajar adalah dengan menggunakan meja


dengan tinggi 92 cm. meja tersebut dapat mendukung baik posisi berdiri
maupun duduk. Untuk duduk, dapat digunakan kursi tinggi dengan
sanggahan kaki yang nyaman. Sehingga orang yang belajar di meja
tersebut dapat melakukan pekerjaannya dengan fleksibel dan ergonomis
(Heleander, 2006 dalam widiasih 2015).

Tuntutan belajar yang tinggi membuat para mahasiswa seringkali


belajar hingga di tempat tidur. Padahal Anggrawal et al (2014)
menemukan dalam penelitiannya bahwa orang yang belajar di tempat
tidur mengalami nyeri punggung bawah 25% lebih banyak daripada
orang yang belajar di meja belajar.

Pada saat belajar di tempat tidur, posisi tubuh menjadi tidak


fisiologis. Belajar dalam keadaan tiduran atau bersangga pada siku dapat
membuat vertebrae lumbal tidak mempunyai tumpuan, menjadi
hiperekstensi, dan cervical menekuk terlalu ekstrem. Akibatnya, titik
tumpu tubuh berubah dan terjadilah keluhan-keluhan seperti nyeri
punggung bawah (Widiasih, 2015).

2. Lama Duduk
Durasi adalah lama kerja seseorang dalam satu hari. Semakin
lama durasi kerja maka semakin tinggi risiko keluhan NPB karena
terkena faktor risiko lainnya juga. Duduk dalam jangka waktu yang
cukup lama dapat menyebabkan terjadinya berbagai keluhan. Keluhan
yang timbul antara lain berupa nyeri punggung bawah yang bisa
mengarah pada perubahan kurva vertebra lumbal karena pembebanan
yang terus terjadi saat duduk lama. Apalagi diikuti dengan posisi duduk
yang tidak sesuai dengan posisi yang seharusnya yaitu pada saat duduk
punggung harus tegak dan tidak boleh membungkuk ke depan atau
lunglai sesuai dengan tradisi militer (Parjoto, 2007 dalam Jaleha, 2015).
Duduk lebih dari 9 jam dalam sehari dapat mengurangi lubrikasi
pada sendi dan menyebabkan kekakuan. Sekitar 60% pekerja mengeluh
mengalami nyeri punggung bawah akibat kurang gerak dan posisi duduk
yang tidak berubah-ubah dalam waktu lama. Duduk lama dengan posisi
yang salah dapat menyebabkan otot-otot pinggang menjadi tegang dan
dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan
menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang
mengakibatkan hernia nukleus pulposus(Wulandari, 2010).
Pada mahasiwa jadwal kuliah mahasiswa reguler secara umum
dimulai dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 3 sore. Selama proses
perkuliahan diberikan waktu istirahat selama 1 jam yaitu dari pukul 12
sampai dengan pukul 1 siang, kemudian perkuliahan dilanjutkan kembali
sampai dengan pukul 3 bahkan sampai sore jika ada perubahan jadwal
dari dosen pengajar. Dari gambaran diatas jelas terlihat bahwa sebagian
besar aktivitas mahasiswa dihabiskan dengan posisi duduk yang lama
saat kuliah berlangsung, dimana untuk 1 mata kuliah mahasiswa harus
duduk selama 2 jam. Hal ini menjadi faktor risiko terjadinya nyeri
punggung bawah pada mahasiswa saat perkuliahan (Wulandari, 2010).

II. III DISABILITAS PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH

Gejala NPB dapat bersifat nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri pinggang yang dirasakan akan menyebabkan penderita mengalami suatu
ketidakmampuan atau disabilitas sehingga terjadi keterbatasan fungsional dalam
melakukan aktivitas sehari- hari. Pasien dengan kondisi NPB sering mengeluhkan
penurunan bahkan ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

Dampak nyeri dan keterbatasan gerak yang dialami dapat digambarkan sebagai
masalah disabilitas yang mempengaruhi fungsi fisik. Dengan kata lain, pasien yang
mempunyai tingkat disabilitas lebih tinggi akan mempunyai keterbatasan dan limitasi
fisik yang lebih besar. Dengan keterkaitan tersebut, intervensi yang diprogramkan
mengarah kepada peningkatan fungsi fisik yang akan membantu mengembalikan atau
menurunkan tingkat disabilitas.

Berdasarkan model ICFyang dikembangkan oleh WHO, disabilitas digunakan


sebagai terminologi besar yang meliputi struktur dan fungsi tubuh, keterbatasan aktifitas
dan hambatan partisipasi. Disabilitas juga digambarkan sebagai kehilangan kemampuan
untuk melakukan suatu aktifitas sebagai manusia normal (Wahyudin, 2016).

II. IV ROLAND-MORRIS DISABILTY QUESTIONNAIRE (RMDQ)

Roland-Morris disability questionnaire (RMDQ) dikembangkan oleh Martin


Ronald, merupakan salah satu kuesioner yang paling banyak digunakan untuk
mengukur sakit punggung. Kuesioner ini telah terbukti menghasilkan pengukuran
akurat, sehingga dapat menyimpulkan tingkat kecacatan serta sensitif terhadap
perubahan dari waktu ke waktu untuk kelompok pasien nyeri punggung bawah
(Bilondatu, 2018).

Rolland-Morris Disability Questionnarie (RMDQ) merupakan alat ukur pasien


mengenai penilaian disabilitas yang disebabkan oleh nyeri punggung bawah. Alat ukur
ini cocok untuk penelitian dan pemantauan pasien di klinik. RMDQ lebih cenderung
mengarah pada nyeri punggung bawah bersifat akut karena butir pertanyaan
mengarahkan pasien kedalam kondisi saat itu (Hakim, 2016).

Roland-Morris disability questionnaire (RMDQ) terdiri dari 24 pertanyaan


dimana dalam proses pengerjaannya diberikan langsung kepada responden untuk diisi
sendiri (self- administered). 24 pertanyaan tersebut berhubungan dengan gangguan
fungsi fisik yang mungkin dirsakan akibat nyeri pinggang. Pada setiap item pertanyaan
terdapat syarat kalimat “karena sakit punggung saya” yang bertujuan untuk
membedakan kecacatan akibat nyeri punggung atau penyebab lainnya (Bilondatu,
2018).

Hasil uji reliabilitas memberikan nilai Alpha yang lebih besar daripada nilai r-
table (r seminggu = 0,742 dan r setahun = 0,877), sehingga kuesioner Roland-Morris
yang telah diterjemahkan peneliti ke dalam Bahasa Indonesia dinyatakan dapat
dipercaya (Widiasih, 2015).

Kelebihan dari kuesioner ini adalah pendek, sederhana, dan dapat dengan mudah
dimengerti oleh pasien, sedangkan kekurangan dari kuesioner ini adalah hanya
mengukur masalah fisik saja dan tidak mengukur masalah psikologis ataupun masalah
sosial yang dialami pasien. Selain itu RMDQ juga berguna untuk memantau pasien
dalam praktek klinis (Bilondatu, 2018).
II. V KERANGKA TEORI

Faktor Risiko

Faktor Individu :
Faktor Kegiatan
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Indeks Massa Tubuh
4. Kebiasaan Merokok
Faktor Kegiatan Faktor Kegiatan

Kelemahan Otot Abdominal

Peningkatan Tekanan pada Tulang Belakang

Tidak seimbang antara otot abdominal dengan


tulang belakang sebagai penyangga

Gangguan Muskuloskeletal

Persepsi Nyeri tulang punggung belakang

Nyeri Punggung Bawah

Disabilitas akibat nyeri punggung bawah


II. VI KERANGKA KONSEP

Posisi Belajar

Lama Duduk
BAB III

METODE PENELITIAN

III. I JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan desain studi cross
sectional (potong lintang), karena pengambilan data sekali saja dan dalam waktu yang
bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan posisi
belajar dan lama duduk dengan nyeri punggung bawah pada mahasiswa Stikes
Pertamedika tahun 2021.

III. II LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pertamedika Program


Studi S1 Ns Stambuk 2019, 2020 dan 2021 . Pemilihan tempat dipilih dengan alasan
memudahkan proses pengumpulan data yang diperlukan sehingga dapat memenuhi
besar sampel yang dibutuhkan. Waktu pengambilan data penelitian dilaksanakan pada
bulan Oktober sampai dengan bulan September 2021.

III. III POPULASI DAN SAMPLE PENELITIAN

1. Populasi
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah mahasiswa STIKES
Pertamedika Program Studi S1 Ns Stambuk 2019, 2020 dan 2021.

2. Sample
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan
diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa mahasiswa STIKES
Pertamedika Program Studi S1 Ns Stambuk 2019,2020 dan 2021.
Mahasiswa tersebut masih aktif kuliah, tidak sedang cuti, dan bersedia
menjadi responden peneliti.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode stratified random sampling. Besar sampel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus lemeshow :

n=
n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
Z = Derajat kepercayaan (biasanya pada tingkat 95 % = 1,96)
P = Proporsi suatu kasus (pustaka 0,196)
d = Derajat penyimpanan terhadap populasi : 10 % (0.10), 5 % (0.05 5)
n = Error ! Reference source not found + 57,9

Hasil perhitungan di atas menunjukkan jumlah sampel yang dibutuhkan adalah


57,9 digenapkan menjadi 60 sampel. Stratified Random Sampling adalah teknik
pengambilan sampel pada populasi yang heterogoen dan berstrata dengan mengambil
sampel dari masing- masing strata. Maka jumlah anggota sampel bertingkat (strata)
dibagi berdasarkan stambuk dengan menggunakan rumus alokasi proporsional :

Ni
ni = n
N

Keterangan :
ni = Jumlah anggota menurut strata
n = Jumlah anggota sample seluruhnya
Ni = Jumlah anggota populasi menurut strata
N = Jumlah anggotya populasi seluruhnya

III. IV KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1 Ns tahun 2021 .
b. Bersedia menjadi subyek penelitian
2. Kriteria Eksklusi
a. Mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1 Ns yang mepunyai
kelainan dan penyakit tulang belakang yang dikonfirmasi dengan kuesioner.
b. Mahasiswa yang mengisi kuesioner tidak lengkap.

III. V METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung oleh sumber aslinya. Data primer diperoleh melalui pengisian
kuisioner oleh responden yaitu mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1
Ns angkatan 2019,2020, dan 2021 . Setelah kuisioner telah diisi, peneliti akan mencatat
hasil yang didapat.

III. VI METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul akan dilakukan melalui beberapa tahap yang
dimulai dengan editing yang dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan
kelengkapan data. Coding, data yang telah terkumpul dan dikoreksi
ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara
manual sebelum diolah oleh komputer. Entry, memasukkan data dari lembar
observasi ke dalam program komputer dengan menggunakan program
perangkat statistik lunak. Cleaning, pemeriksaan kembali semua data yang
telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam
pemasukan data. Saving, penyimpanan data untuk siap dianalisis. Analisis
data serta penyajian data akan menggunakan program komputer Statistical
Product and Service Solution (SPSS).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji statistik uji chi square menggunakan program komputer
Statistical Product and Service Solution (SPSS).
III. VII DEFENISI OPERASIONAL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Nyeri Nyeri akut atau kronik Pengisian Skor : Nominal


Punggung di regio lumbal atau kuesioner
Bawah sacral dari tulang Roland Morris
belakang 1. Nyeri punggung
bawah (mengisi ya

3)

2. Tidak nyeri
punggung bawah
(mengisi ya Error!
Reference source
not found.3)

Disabilitas Ketidakmampuan atau Pengisian Skor : Rasio


keterbatasan dalam kuesioner
melakukan aktivitas Roland Morris
sehari-hari akibat nyeri Semakin tinggi skor NPB

punggung bawah yang didapat maka


menunjukkan disabilitas
yang lebih berat.
Posisi Bentuk atau posisi saat Pengisian 1. Belajar sambil tiduran Nominal
Belajar belajar. wawancara
2. Belajar duduk dengan
meja belajar

3. Keduanya

Lama Durasi duduk saat Pengisian 1. Error! Reference Ordinal


Duduk belajar. wawancara source not found.3
jam

2. 3-6 jam

3. 6-9 jam

4. (Error! Reference
source not
found.9jam)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. I HASIL PENELITIAN

Dari seluruh mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1 Ns, sesuai


dengan perhitungan sampel dipilih 60 sampel yang terdiri dari 20 orang mahasiswa
angkatan 2019, 20 orang mahasiswa angkatan 2020, dan 20 orang mahasiswa angkatan
2021. Pada periode pengumpulan data responden telah diminta kesediaannya dalam
mengisi kuesioner sebagai subyek yang akan diteliti.

IV. II ANALISA UNIVARIAT

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Jenis


Kelami

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (100%)

Kelamin

Laki-Laki 24 40

Perempuan 36 60

Total 60 100
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 36 orang (40%), diikuti dengan kelompok laki-laki sebanyak
24 orang (40%).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Stambuk

Stambuk Frekuensi Persentase (100%)

2019 20 33,3

2020 20 33,3

2021 20 33,3

Total 60 100

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari segi stambuk, jumlah responden stambuk
2019 sebanyak 20 orang (33,3%), kemudian stambuk 2020 sebanyak 20 orang (33,3%),
dan stambuk 2021 sebanyak 20 orang (33,3%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Posisi


Belajar

Posisi Belajar Frekuensi Persentase (100%)

Belajar sambil tiduran 2 3,3

Belajar duduk dengan 22 36,7


meja belajar

Keduanya 36 60

Total 60 100
Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa paling banyak responden memiliki posisi
belajar keduanya yaitu sebanyak 36 orang (60%) kemudian diikuti belajar duduk
dengan meja belajar sebanyak 22 orang (36,7%) dan belajar sambil tiduran 2 orang
(7,1%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Lama


Duduk

Lama Duduk Frekuensi Persentase (100%)

≤ 3 jam 7 11,7

3-6 jam 22 36,7

6-9 jam 24 40

≥ 9 jam 7 11,7

Total 60 100

Pada tabel 4.4 terlihat bahwa paling banyak responden memiliki lama duduk terbanyak
yaitu 6-9 jam sebanyak 24 orang (40%) kemudian 3-6 jam sebanyak 22 orang (36,7%)
lalu ≥ 9 jam sebanyak 7 orang(11,7) dan ≤ 3 jam tiduran 2 orang (11,7%).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Nyeri


Punggung Bawah seminggu terakhir

NPB Frekuensi Persentase (100%)

Nyeri punggung bawah 11 18,3

Tidak nyeri punggung bawah 49 81,7

Total 60 100
Pada tabel 4.5 terlihat bahwa paling banyak terdapat responden tidak mengalami
keluhan nyeri punggung bawah dalam seminggu terakhir yaitu 49 orang (81,7%)
kemudian responden yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam seminggu
terakhir terdapat sebanyak 11 orang(18,3%).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden berdasarkan Nyeri


Punggung Bawah setahun terakhir

NPB Frekuensi Persentase (100%)

Nyeri punggung bawah 16 26,7

Tidak nyeri punggung bawah 44 73,3

Total 60 100

Pada tabel 4.6 terlihat bahwa paling banyak terdapat responden yang tidak
mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam setahun terakhir yaitu 44 orang
(73,3%) kemudian responden yang mengalami keluhan nyeri punggung bawah dalam
setahun terakhir terdapat sebanyak 14 orang (26,7%).

IV. III ANALISA BIVARIAT

1. Hubungan Posisi Belajar dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah

Tabel 4.7 Hubungan posisi belajar dengan disabilitas akibat


nyeri punggung bawah dalam satu minggu terakhir

Nyeri punggung bawah


satu minggu terakhir
Posis belajar Total P value
Ya Tidak
Belajar sambil tiduran 1 1 2

Belajar duduk dengan 4 18 22


meja belajar

Keduanya 6 30 36

Total 11 49 60 0,465

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat mahasiswa yang mengalami
nyeri punggung bawah dalam seminggu terakhir sebanyak 1 orang pada mahasiswa
yang belajar sambil tiduran, 4 orang pada mahasiswa yang belajar duduk dengan meja
belajar, dan 6 orang pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran maupun duduk dengan
meja belajar.

Tabel 4.8 Hubungan posisi belajar dengan disabilitas akibat nyeri punggung
bawah dalam satu tahun terakhir

Nyeri punggung bawah


satu tahun terakhir
Posis belajar Total P value
Ya Tidak

Belajar sambil tiduran 1 1 2

Belajar duduk dengan 4 18 22


meja belajar

Keduanya 11 25 36

Total 16 44 60 0,629

Dari tabel diatas terdapat 16 subyek yang terdeteksi mengalami nyeri punggung
bawah dalam satu minggu terakhir, terdapat 1 orang subyek yang mengaku sering kali
belajar sambil tiduran, 4 orang belajar duduk dengan meja belajar, dan 11 orang
mengaku belajar di kedua tempat tersebut.
2. Hubungan Lama Duduk dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah

Tabel 4.9 Hubungan lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri punggung
bawah satu minggu terakhir

Nyeri punggung bawah satu


minggu terakhir
Lama duduk Total P value
Ya Tidak

≤ 3 jam 0 7 7

3-6 jam 4 18 22

6-9 jam 5 19 24

≥ 9 jam 2 5 7

Total 11 49 60 0,195

Berdasarkan tabel 4.9 hanya terdapat 11 orang yang mengalami nyeri punggung
bawah pada satu minggu terakhir yaitu 2 orang yang mengalami kejadian nyeri
punggung bawah pada mahasiswa yang durasi duduknya ≥9 jam, 5 orang pada
mahasiswa yang durasi duduknya 6-9 jam, dan 4 orang pada mahasiswa yang durasi
duduknya 3-6 jam.

Tabel 4.10 Hubungan lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri


punggung bawah satu tahun terakhir

Nyeri punggung bawah satu


tahun terakhir
Lama duduk Total P value
Ya Tidak

≤ 3 jam 1 6 7

3-6 jam 8 14 22

6-9 jam 5 19 24

≥ 9 jam 2 5 7

Total 16 44 60 0,927

Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat hanya terdapat 16 orang yang mengalami
nyeri punggung bawah pada satu tahun terakhir yaitu 2 orang yang mengalami kejadian
nyeri punggung bawah pada mahasiswa yang durasi duduknya ≥9 jam, 5 orang pada
mahasiswa yang durasi duduknya 6-9 jam, 8 orang pada mahasiswa yang durasi
duduknya 3-6 jam dan 1 orang pada mahasiswa yang durasi duduknya ≤3 jam.

3. Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah

Tabel 4.11 Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah seminggu terakhir

Disabilitas akibat Seminggu terakhir Setahun terakhir


NPB
Persentase Frekuensi Persentase
Frekuensi
Normal 49 81,7 44 76,3

Disabilitas memberat 11 18,3 16 26,7

Total 60 100 60 100

Pada tabel 4.11 didapat bahwa tingkat disabilitas akibat nyeri punggung bawah
dalam seminggu terakhir pada mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Program Studi S1
Ns sebesar 18,3% yaitu sebanyak 11 responden dan 81,7% atau 49 orang lainnya
normal. Lalu dalam setahun terakhir dapat dilihat bahwa tingkat disabilitas akibat nyeri
punggung bawah pa da mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA sebesar 26,7% yaitu
sebanyak 16 responden dan 76,3 % atau 44 orang lainnya normal.

IV. IV PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data yang telah dilakukan menggunakan kuesioner terhadap
responden yang diberikan secara online yang dikarenakan sedang adanya pandemik,
setelah itu diolah dengan menggunakan bantuan SPSS, maka selanjutnya penulis akan
membahas mengenai hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan disabilitas
akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA Tahun 2021.

IV. V Hubungan Posisi belajar dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat mahasiswa yang mengalami
nyeri punggung bawah dalam seminggu terakhir sebanyak 1 orang pada mahasiswa
yang belajar sambil tiduran, 4 orang pada mahasiswa yang belajar duduk dengan meja
belajar, dan 6 orang pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran maupun duduk dengan
meja belajar. Hasil yang didapatkan ini lebih kecil daripada hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ghina Widiasih pada mahasiswa FK UIN Jakarta tahun 2015 yang
mendapatkan hasil subyek yang mengalami nyeri punggung bawah sebanyak 9 orang
pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran, 4 orang pada mahasiswa yang belajar
duduk dengan meja belajar, dan 25 orang pada mahasiswa yang belajar sambil tiduran
maupun duduk dengan meja belajar.

Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel posisi belajar dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah baik dalam satu tahun terakhir maupun dalam
satu minggu terakhir tidak bermakna (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan signifikan
antara posisi saat belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah. Hasil yang didapatkan
ini sama dengan penelitian di FK UIN Jakarta yang menyatakan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah (p=0,465
pada seminggu terakhir dan p=0,629 pada setahun terakhir). Penyebabnya mungkin
karena banyaknya faktor dalam tiap individu yang dapat menyebabkan nyeri punggung
bawah.

Duduk menyebabkan pelvis berotasi ke arah belakang. Rotasi dari pelvis dapat
mengubah derajat sudut lumbar lordosis, dan menambah derajat persendian pada
panggul dan derajat persendian pada lutut. Hal ini membuat usaha yang dilakukan otot
menjadi lebih berat, sehingga kerja otot meningkat dan menekan diskus vertebralis
(Widiasih, 2015). Postur saat duduk dipengaruhi oleh sudut sandaran punggung, sudut
dudukan kursi dengan keempukan busa, dan ada atau tidaknya sanggahan tangan.
Sandaran punggung yang memiliki sudut 110°-130° adalah tumpuan yang paling ideal
karena menghasilkan tekanan paling rendah bagi diskus intervertebralis dengan kerja
otot yang paling ringan. Dudukan kursi yang memiliki sudut 5° dan sanggahan tangan
juga dapat menurunkan tekanan diskus intervertebralis dan kerja otot saat
duduk(Widiasih, 2015).

Semakin sering mahasiswa merubah posisi pada saat duduk, maka tingkatan
nyeri yang dirasakan akan semakin ringan, karena perubahan posisi dapat
merelaksasikan otot-otot punggung yang mengalami tekanan akibat duduk dalam jangka
waktu lama (Idyan, 2007 dalam Wulandari, 2010).

IV. VI Hubungan Lama Duduk dengan Disabilitas akibat Nyeri Punggung Bawah

Berdasarkan tabel 4.9 hanya terdapat 11 orang yang mengalami nyeri punggung
bawah pada satu minggu terakhir yaitu 2 orang yang mengalami kejadian nyeri
punggung bawah pada mahasiswa yang durasi duduknya ≥9 jam, 5 orang pada
mahasiswa yang durasi duduknya 6-9 jam, dan 4 orang pada mahasiswa yang durasi
duduknya 3-6 jam. Angka ini lebih kecil daripada hasil pelitian yang dilakukan oleh
Ghina Widiasih pada mahasiswa FK UIN Jakarta tahun 2015.

Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel lama duduk dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah baik dalam satu minggu terakhir maupun
dalam satu tahun terakhir juga tidak bermakna (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan
signifikan antara posisi lama duduk dengan disabilitas akibat nyeri punggung bawah
pada mahasiswa STIKES PERTAMEDIKA tahun 2021. Hasil ini sama dengan
penelitian di FK UIN Jakarta yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah (p=0,195 pada seminggu terakhir
dan p=0,927 pada setahun terakhir). Penyebabnya mungkin karena banyaknya faktor
dalam tiap individu yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah.

Lama duduk juga dapat menimbulkan terjadinya spasme otot atau ketegangan
pada daerah pantat. Peke/rja perlu diberikan istirahat aktif untuk dapat menghindari
pekerjaan yang monoton dalam jangka waktu lama, dan relaksasi untuk mengendorkan
ketegangan saraf dan otot akibat kerja. Sehingga kejenuhan kerja dapat dikurangi,
memulihkan kesegaran mental, dan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja
(Rahmat et all, 2019).

Nyeri punggung tersebut dapat terjadi pada berbagai situasi kerja, tetapi
risikonya lebih besar apabila duduk lama dalam posisi statis karena akan menyebabkan
kontraksi otot yang terus menerus serta penyempitan pembuluh darah. Pada
penyempitan pembuluh darah aliran darah terhambat dan terjadi iskemia, jaringan
kekurangan oksigen dan nutrisi, sedangkan kontraksi otot yang lama akan
menyebabkan penumpukan asam laktat, kedua hal tersebut menyebabkan nyeri (Rahmat
et all, 2019).

Lama duduk dapat berdiri sendiri sebagai faktor resiko yang signifikan untuk
NPB, kecuali jika dikombinasikan dengan sikap duduk yang salah dan getaran
pada tubuh maka mungkin akan meningkatkan resiko berkembangnya NPB
(Rahmat et all, 2019).

Terlalu lama duduk dan dengan posisi yang kurang tepat membuat orang
capek dan kurang efisien bekerja. Posisi lordosis yaitu membungkuk dengan beban
pada tulang belakang yang terlalu banyak merupakan gangguan otot utamanya otot
perut dan otot punggung yang menjadi sebab nyeri punggung bawah (Rahmat et all,
2019).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V. I KESIMPULAN

1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara posisi belajar dengan


disabilitas akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa STIKES
PERTAMEDIKA tahun 2021
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama duduk dengan
disabilitas akibat nyeri punggung bawah pada mahasiswa STIKES
PERTAMEDIKA tahun 2021.

V. II SARAN

1. Sebaiknya untuk menilai keluhan nyeri punggung bawah pada penelitian


berikutnya dilakukan dengan pemeriksaan fisik nyeri punggung bawah agar
hasil yang didapatkan lebih signifikan dan akurat.
2. Penelitian berikutnya sebaiknya dilakukan dengan metode kohort, agar
peneliti bisa lebih baik dalam mengamati subyek penelitian dan
meminimalisasi hasil yang bias.
3. Nyeri punggung bawah merupakan penyakit dengan predisposisi yang
multifaktor, maka pencegahan sejak dini yaitu memasuki usia sekolah
terhadap nyeri punggung bawah adalah solusinya. Pencegahan sejak dini
diharapkan dapat mengurangi faktor risiko yang berasal dari masing-masing
individu.
4. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat menjelaskan dengan spesifik
untuk variabel posisi belajar sesuai dengan posisi duduk yang ergonomis.

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal, N., Anand, T., Kishore, J., Ingle, GK. 2013, ‘Low back pain and associated
risk factors among undergraduate students of a medical college in Delhi’, Educ Health..
Available at: http://www.educationforhealth.net/article.asp?issn=1357-
6283;year=2013;volume=26;issue=2;spage=103;epage=108;aulast=Aggarwal
Andini, F. 2015, ‘Risk factors of low back pain in workers’, Medical Journal of
Lampung University,Vol. 4 No. 1, available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/495

Ardinda, F. 2017, ‘Hubungan Sikap Duduk dan Lama Duduk dengan Kejadian Keluhan
Low Back Pain Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas’, Skripsi,
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Available at:
http://scholar.unand.ac.id/26794/

Bilondatu, F. 2018, ‘Faktor yang berhubungan dengan kejadian Low Back Pain pada
operator PT. Teriminal Petikemas Makassar Tahun 2018’, Skripsi, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar, Available at:
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/MTI2MTVjYjZhO
WI5ZDFjNWE4ZGIyOGE3YmMwMzMxYzc3M2VjMzFlMg==.pdf

Fitria, A. 2018, ‘Hubungan Posisi Dudusk Terhadap Keluhan Low Back Pain pada
Pengayuh Becak di Kota Malang’, Skripsi, University of Muhammadiyah Malang,
Available at: http://eprints.umm.ac.id/41304/
Hakim, M. N. 2016, ‘Hubungan kecemasan dengan nyeri punggung bawah pada
mahasiswa kedokteran preklinik FKIK UIN Jakarta’, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Available at:
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37277/1/MUHAMMAD%20
NICCO%20HAKIM-FKIK.pdf
Hoy, D., March, L., Brooks, P., Blyth, F., Woolf, A., Bain, C., dkk 2014, ‘The global
burden of low back pain: estimates from the global burden of disease 2010 study’, Ann
Rheum Dis, pp. 968, Available at:
https://ard.bmj.com/content/annrheumdis/73/6/968.full.pdf
Jaleha, B. 2015, ‘Hubungan Durasi Duduk Dengan Risiko Terjadinya Scoliosis
Lumbal’, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Available at:
http://eprints.ums.ac.id/36706/24/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Anda mungkin juga menyukai