Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Menurut Constantinides (1994), menua (menjadi tua) adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Nugroho, 2000: 13).

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai

dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi

tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melewati tiga

tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Menua bukanlah suatu

penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan

luar yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008: 11).

Aging (menua) aadalah perubahan berangsur-angsur dari struktur

setiap organisme yang terjadi dengan berlalunya waktu yang bukan

disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan lain dan akhirnya sampai pada

peningkatan kemungkinan kematian karena individu itu bertambah tua

(Kamus Kedokteran Dorland, 2002: 14).


2

B. BATASAN UMUR

Beberapa pendapat mengenai batasan umur, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap, yakni:

a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)

b. Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)

c. Lanjut usia (old) (75-90 tahun)

d. Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)

2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar

Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis

perkembangan manusia dibagi sebagai berikut:

a. Usia 0-1 tahun (masa bayi)

b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)

c. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)

d. Usia 10-20 tahun (masa puberitas)

e. Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium)

f. Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia),

lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi

menjadi empat bagian, yaitu:

a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun

b. Fase verilitas, antara usia 40-55 tahun

c. Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun


3

d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia

4. Menurut Prof. Dr. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia

dikelompokan sebagai berikut:

a. Usia dewasa muda (elderky adulthood) (usia 18/20-25 tahun)

b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)

c. Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:

1) Usia 70-75 tahun (young old)

2) Usia 75-80 tahun (old)

3) Usia lebih dari 80 tahun (very old)

5. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:

a. Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)

b. Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)

c. Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)

d. Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)

e. Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)

6. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap,

yakni:

a. Early old (usia 60-70 tahun)

b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

7. Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lanjut usia, yakni:

a. Young old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)


4

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

8. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia, pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan lanjut usia

adalah seseorang yang telah mancapai usia 60 tahun ke atas, baik pria

maupun wanita.

(Nugroho, 2008: 24-26)

C. TEORI-TEORI PROSES MENUA

Dalam Buku Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3, H. Wahjudi

Nugroho (2008:13-18), dijelaskan teori-teori proses menua, diantaranya

sebagai berikut:

1. Teori biologis

a. Teori genetic

1) Teori genetic clock

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di

dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan

menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua

itu telah terprogram secara genetic untuk spesies tertentu.s etiap

spesies di dalam inti selnya memiliki suatu jam genetic/jam

biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang

berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu

sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati.


5

2) Teori mutasi somatic

Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatic

akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam

proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA

protein/enzim kesalahan in terjadi terus menerus sehingga akhirnya

akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi

kanker atau penyakit (Suhana, 1994; Constantinides , 1994).

b. Teori non genetik

1) Teori penurunan sistem imun tubuh

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya

kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika

mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkakn sistem

imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal ini yang

mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia

(Goldstein, 1989).

2) Teori kerusakan akibat radikal bebas

Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak

stabil karena mempunyai electron yang tidak berpasangan sehingga

sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan

berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Radikal bebas ini

menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Contoh

radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan


6

bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi, dan sinar

ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan

kolagen pada proses menua.

3) Teori menua akibat metabolisme

Pengurangan asupan kalori bisa menghambat pertumbuhan dan

memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang

menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur (Bahri dan

Alem, 1989; Boedhi Darmojo, 1999).

4) Teori rantai silang

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak,

protein, karbohidrat, dan asam nukleat (molelul kolagen) bereaksi

dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan yang

menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang

mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan

hilangnya fungsi pada proses menua.

5) Teori fisiologis

Teori ini terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakai dan

rusak. Terjadi kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh

lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan

kesetabilan lingkungan internal).

2. Teori Sosiologis

Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini

antara lain :
7

a. Teori interaksi sosial

Teori ini menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan

kemampuan bersosialisasi.

b. Teori aktivitas atau kegiatan

Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut

usia akan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.

c. Teori kepribadian berlanjut

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang

dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam

siklus kehidupan lanjut usia. Dengan demikian, pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia

menjadi lanjut usia.

d. Teori pembebasan/penarikan diri

Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan

masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.


8

Menurut teori ini, seseorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses

menua yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu

dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan

diri menghadapi kematiannya.

D. PERUBAHAN-PERUBAHAN AKIBAT PROSES MENUA

1. Perubahan fisik dan fungsi

a. Sel

1) Julmah sel menurun/lebih sedikit

2) Ukuran sel lebih besar

3) Jumlah cairan tubuh dan cairan intra seluler berkurang

4) Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun

5) Jumlah sel otak menurun

6) Mekanisme perbaikan sel terganggu

7) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

8) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.

b. Sistem persarafan

Menurunnya hubungan persarafan, berat otak menurun 10-20%

karena sel saraf setiap orang akan berkurang setiap harinya. Perubahan

ukuran otak diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan

ventrikel otak. Penurunan aliran darah dan penggunaan oksigen akan

terjadi selama proses penuaan.


9

Perubahan dalam sistem persarafan dapat termasuk kehilangan

dan penyusutan neuron. Distribusi neuron kolinergik, norepinefrin,

dan dopamin yang tidak seimbang, dikompensasi oleh hilangnya sel-

sel, menghasilkan sedikit penurunan intelektual. Penurunan konduksi

saraf perifer mrmbuat respon dan waktu untuk bereaksi menjadi

lambat. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf

penciuman dan perasa mengecil, kurang sensitif terhadap dingin.

Memori untuk kejadian masa lalu lebih banyak diingat dari pada

memori masih baru.

c. Sistem sensori

1) Sistem pendengaran

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbiakusis.

Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi. Membran timpani

menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan

serumen sehingga mengeras karena meningkatnya keratin, bisa

juga terjadi tinitus.

2) Sistem penglihatan

Kornea lebih berbentuk sferis (bola), sfingter pupil timbul sklerosis

dan hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh,

meningkatnya ambang pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susah melihat gelap), berkurangnya atau


10

hilangnya daya akomodasi, lapang pandang menurun, menurnnya

daya membedakan warna terutama warna biru dan hijau.

3) Sistem penciuman dan pengecapan

Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius

oleh zat kimia yang mudah menguap. Nervus olfaktorius sangat

kompleks, tidak sepenuhnya dipahami, dan diperkirakan mampu

untuk melakukan regenerasi. Penurunan sensasi penciuman tidak

secara serius dipengaruhi oleh penuaan saja tetapi oleh faktor lain

yang berhubungan dengan usia. Ketika seseorang telah bertambah

tua, jumlah total kuncup-kuncup perasa pada lidah mengalami

penurunan dan kerusakan yang menurunkan sensitivitas terhadap

rasa asin, asam, dan pahit.

4) Sistem perabaan

Ketika indra yang lain terganggu, rangsangan taktil menjadi lebih

penting bagi lansia sebagai alat komunikasi. Jika terjadi penurunan

sensivitas terhadap sentuhan, lansia mencari rasa nyaman melalui

cara lain, seperti menggoyang-goyangkan tubuh dimana

meruapakn suatu cara untuk merangsang kulit dan menerima rasa

nyaman dari gerakan tersebut.

d. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penebalan pada ventrikel kiri mengakibatkan penurunan

kekuatan kontraktil, katup jantung menebal dan membentuk


11

penonjolan sehingga mengganggu aliran darah melalui katup, dilatasi

vena dan katup-katup yang menjadi tidak kompeten mengakibatkan

edema pada ekstremitas bawah. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi

kaku dan tidak lurus terjadi akibat peningkatan serat kalogen dan

hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Lapisan intima

arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium. Pembuluh darah

kehilangan elastisitas.

Miokardium mengalami penebalan dan kurang dapat

diregangkan sehingga kemampuan untuk memompa darah menurun.

Tidak sempurnanya pengosongan ventrikel dapat terjadi selama waktu

peningkatan denyut jantung (misalnya demam, stres, dan olahraga).

Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh

darah perifer.

e. Sistem pengaturan suhu

Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.

f. Sistem pernafasan

Menurnnya aktivitas silia dan menurunnya refleks batuk dan

muntah meningkatkan resiko gangguan respirasi dan resiko cedera

pulmonal. Atrofi otot-otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot-

otot pernafasan dapat meningkatkan resiko keletihan otot-otot

pernafasan pada lansia. Perubahan tersebut dapat menurunkan


12

konsumsi oksigen maksimum sehingga oksigen pada arteri menurun

menjadi 75 mmHg dan karbon dioksida pada arteri tidak terganti.

Penurunan pada daerah permukaan alveolar dapat menghasilkan

penurunan difusi oksigen. Jika perubahan ini dikombinasikan dengan

penurunan respon terhadap hipoksia dapat mengakibatkan penurunan

efisiensi tidur dan penurunan kapasitas aktivitas.

g. Sistem pencernaan

Tanggalnya gigi bukan suatu konsekuensi dasar dari proses

penuaan, banyak lansia mengalami penanggalan gigi sebagai akibat

dari hilangnya tulang penyokong pada permukaan peridontal. Gigi-

gigi yang tersisa pada usia setelah 70 tahun sering menimbulkan

perasaan ngilu pada pengunyahan.

Mukosa mulut tampak merah dan berkilat pada lansia karena

adanya atrofi. Bibir dan gusi tampak tipis karena epitelium telah

menyusut dan menjadi lebih mengandung keratin, vaskularitas mukosa

mulut menurun dan gusi yang tampak pucat adalah akibat dari

menurunnya suplai darah.

Motilitas esofagus tetap normal meskipun esofagus mengalami

sedikit dilatasi seiring penuaan. Sfingter esofagus bagian bawah

(kardiak) kehilangan tonus, refleks muntah pada lansia akan melemah.

Kombinasi dari faktor-faktor ini meningkatkan resiko terjadinya

aspirasi pada lansia. Atrofi mukosa lambung merupakan akibat

penurunan sekresi asam hidroklorik, rasa lapar menurun, penurunan


13

motilitas usus menyebabkan konstipasi, kemampuan absorbsi

menurun, pengosongan lambung menurun.

Kapasitas fungsional hati dan pankreas tetap dalam rentang

normal karena adanya cadangan fisiologis dari hati dan pankreas.

Setelah usia 70 tahun, ukuran hati dan pankreas akan mengecil, terjadi

penurunan kapasitas menyimpan dan kemampuan mensintesis protein

dan enzim-enzim pencernaan.

h. Sistem reproduksi

Pada wanita, perubahan dalam produksi hormon seks adalah

kejadian fisiologis utama dari menopause alami yang membawa pada

perubahan-perubahan terkait usia. Suatu reduksi jumlah estrogen yang

bersirkulasi dan peningkatan relatif jumlah androgen pada wanita

pascamenopause, umumnya dihubungkan dengan atrofi saluran genital

dan payudara, pengurangan massa tulang dan peningkatan kecepatan

aterosklerosis.

Vulva, yang terdi dari dari labia mayora, labia minora, klitoris,

dan vestibula vagina, mengalami atrofi dan labia cenderung bersatu

dengan kulit di sekitarnya. Kehilangan rambut dan lemak subkutan

menciptakan penampilan kulit yang tipis dan kendur. Vagina

mengalami berbagai perubahan yang berhubungan dengan

pengurangan estrogen. Epitel vagina menjadi tipis dan kehilangan

vaskulerisasi dan elastisitas, sehingga tampak pucat dan kering.

Sekresi vagina yang berkurang mengakibatkan penurunan lubrikasi.


14

Serviks mengecil dan mengalami retraksi, sering menjadi satu dengan

dinding vagina. Uterus menjadi lebih kecil daripada tahun-tahun

produktif. Ovarium mengalami atrofi, jaringan ikat dan otot yang

menyokong vagina dan dasar panggul juga mengalami atrofi.

Perubahan terkait usia setelah menopause menyebabkan

jaringan payudara yang selama masa reproduktif terdiri dari jaringan

ikat fibrosa dan jaringan kelenjar mamae, mengalami atrofi dan

digantikan oleh lemak. Puting susu juga mengalami atrofi dan

kehilangan kemampuan erektilnya. Oleh karena itu, atrofi pada

jaringan payudara dan penurunan elastisitas ligamen penyangga dapat

menyebabkan payudara berubah ukuran dan bentuknya.

Pada pria, testis dapat memproduksi spermatozoa meskipun ada

penurunan secara berangsung-angsur dan dorongan seks menetap

sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

i. Sistem perkemihan

1) Ginjal

Nefron mengecil akibat atroft, aliran darah ke ginjal menrun

sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya,

kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine

menurun, proteinuria, BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat,

nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria
15

Otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200 ml

menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat pada kondisi

penyakit dan proses penuaan bisa mengakibatkan inkontinensia.

Pada pria usia lanjut vesika urinaria sulit dikosongkan

mengakibatkan retensi urin meningkat.

3) Prostat

Kurang lebih 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami

pembesaran prostat.

j. Sistem endokrin

Sistem endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia

yang memproduksi hormon pada usia lanjut produksi hampir semua

hormon menurun, fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,

produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH berkurang, menurunnya aktivitas

tiroid akibatnya basal metabolisme menurun, produksi aldosteron

menurun, menurunnya sekresi hormon kelamin, seperti progesteron,

estrogen, dan testosteron serta bertambahnya insulin.

k. Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan

kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan

adiposa, timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang

tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik

hitam atau noda cokelat, tumbuhnya kerut-kerut halus di ujung mata,

kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, pertumbuhan


16

kuku lebih lambat, kuku menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi

kelenjar keringat berkurang dan mekanisme proteksi kulit menurun.

l. Sistem muskuloskleletal

1) Sistem skeletal

Penurunan tinggi badan karena penyempitan diskus

intervertebral dan penekanan pada kolumnia spinalis. Bahu

menjadi lebih sempit dan pelvis enjadi lebih besar. Jumlah masa

otot tubuh mengalami penurunan. Hilangnya lemak subkutan

perifer cenderung untuk mempertajam kontur tubuh dan

memperdalam cekungan di sekitar kelopak mata, aksila, bahu, dan

tulang rusuk. Tonjolan tulang pada vertebrata, kista iliaka, tulang

rusuk, skapula menjadi lebih menonjol.

2) Sistem muskular

Kekuatan muskular mulai merosot sekitar usia 40 tahun,

dengan kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun.

Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunaan sistem

neuromuskular adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan

otot. Kerusakan otot terjadi karena penurunan jumlah serabut otot

dan atrofi pada organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot

melambat dengan penambahan usia dan jaringan atrofi digantikan

oleh jaringan fibrosa.

3) Sendi
17

Sendi-sendi seperti panggul lutut, siku, pergelangan tangan,

leher dan vertebra menjadi sedikit fleksi pada usia lanjut.

Peningkatan fleksi disebabkan oleh perubahan dalam kolumna

vertebralis, kekakuan ligamen dan sendi, penyusutan dan sklerosis

otot dan tendon. Komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang

terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif

yang jika tidak dipakai lagi menyebabkan inflamasi, nyeri,

penurunan mobilitas sendi dan deformitas.

(Nugroho, 2008: 27-34 dan Stanley dan Patricia, 2006: 127-250)

2. Perubahan mental

Dari segi mental, perubahan dapat berupa sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tampak bila memiliki

sesuatu. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat, ingin

mempertahankan hak dan hartanya.

Faktor yang mempengaruhi perubahan mental:

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (hereditas)

e. Lingkungan

(Nugroho, 2008: 34-35)

3. Perubahan Psikososial
18

Seseorang yang menjalani kehidupannya dengan bekerja

diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan masa pensiun, masa pensiun

akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidup. Tetapi bagi

benyak pekerja bila mengalami pensiun berarti mengalami kehilangan,

antara lain:

a. Kehilangan finansia (pendapatan berkurang)

b. Kehilangan status

c. Kehilangan teman atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan atau kegiatan

Lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas

kematian, hal ini merupakan gambaran adapatif pada penuaan.

(Nugroho, 2008: 35-36 dan Watson, 2003: 13)

4. Perubahan Spiritual

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970)

b. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari. (Murray dan Zentner,

1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler (1978),

perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan

bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan.

(Nugroho, 2008: 36).

5. Perubahan Kognitif
19

Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah:

a. Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan

kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek.

b. Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila tidak

ada penyakit.

c. Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.

(Mubarok, 2006: 195)

E. MASALAH PADA LANSIA

Menurut Nugroho (2008: 41-63), masalah yang sering terjadi pada lanjut usia,

yaitu:

1. Masalah fisik umum

a. Mudah jatuh

b. Mudah lelah

c. Sesak nafas pada kerja fisik

d. Nyeri dada

e. Palpitasi

f. Edema kaki

g. Nyeri pinggang atau punggung

h. Nyeri sendi pinggul

i. Keluhan pusing

j. Kesemutan pada anggota badan

k. Berat badan menurun


20

l. Inkontinensia urin

m. Inkontinensia alvi

n. Gangguan ketajaman penglihatan

o. Gangguan pendengaran

p. Gangguan tidur

q. Mudah gatal

2. Kekacauan mental akut

Kekacauan mental akut dapat disebabkan oleh keracunan, penyakit

infeksi dengan demam tinggi, konsumsi alkohol, penyakit metabolisme,

dehidrasi atau kekurangan cairan, gangguan fungsi otak, gangguan fungsi

hati, atau radang selaput otak (meningitis).

F. PENYAKIT UMUM PADA LANJUT USIA

Menurut Stieglitz (1954), ada empat penyakit yang sangat

hubungannya dengan proses menua, yaitu :

1. Gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh

darah, gangguan pembuluh darah di otak, ginjal, dan lain-lain.

2. Gangguan metabolisme hormonal, misalnya diabetes mellitus,

dan ketidakseimbangan tiroid.

3. Gangguan pada persendian, misalnya asteoartritis, gout artritis,

ataupun penyakit kolagen lainnya.

4. Berbagai macam neoplasma.

(Nugroho, 2008 : 54)


21

Penyakit lanjut usia meliputi :

1. Penyakit pada sistem pernafasan

Menurut Stanley dan Patricia (2006 : 191–193), penyakit

pada sistem pernafasan antara lain pneumonia, tuberculosis, kanker

paru, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan emboli.

2. Penyakit pada sistem kardiovaskuler

Penyakit kardiovaskuler yang biasanya menyertai lanjut usia

adalah penyakit jantung koroner, angina pectoris, hipertensi, infark

miokard akut dan arteriosclerosis (Nugroho, 2008. 57 – 59)

3. Penyakit sistem pencernaan

Penyakit periodontal, disfagia, refluk gastroesofagus,

penyakit malabsorbsi, penyakit divertikular, obstruksi usus, konstipasi,

dan diare (Stanley dan patricia, 2006 : 239 – 246).

4. Penyakit urogenital

Pada wanita usia lanjut berupa pandangan kandung kemih

sampai peradangan ginjal, keadaan ini disebabkan kurangnya tonus

kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih

sehingga terdapat sisa urin dalam vesika urinaria. Pada pria lanjut usia

banyak ditemukan kanker pada kelenjar prostat (Nugroho : 2008 : 61)

5. Penyakit gangguan endokrin

Diantaranya adala diabetes mellitus, hipertirordisme,

hipotiroidisme, dan krisis tirotoksik (Stanley dan Patricia) 2006: 199–

212).
22

6. Penyakit pada persendian dan tulang

Penyakit pada sendi akibat degenerasi atau kerusakan pada

permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia.

Biasanya keluhan nyeri pada persendian disebabkan oleh gout yang

disebabkan gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (Nugroho,

2008 : 62 – 63).

Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan masa tulang

secara keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu berjalan

atau bergerak. Osteoartrieis adalah gangguan yang berkembang secara

lambat, tidak simetris, dan non inflamasi yang terjadi pada sendi-sendi

yang dapat digerakkan, khususnya pada sndi-sendi yang menahan

berat tubuh. Arthritis rheumatoid adalah suatu penyakit kronis,

sistemik, yang khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh

adanya radang yang sering kambuh pada sendi. (Stanley dan Patricia,

2006 : 158 – 160).

7. Proses Keganasan

Pada wanita, kanker banyak ditemukan pada rahim,

payudara, dan saluran pencernan. Pada pria, kanker paling banyak

ditemukan pada paru, saluran pencernaan, dan kelenjar prostate

(Nugroho, 2008 : 63).

8. Penyakit Sistem Persarafan


23

Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat pembuluh darah

otak yang dapat mengakibatkan otak, menimbulkan stroke, kepikunan

(demensia), dan gangguan saraf tepi yang menimbulkan hambatan

pergerakan sehingga mengakibatkan imobilisasi (Nugroho, 2000 : 63).

Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehlangan

fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplar darah kebagian

otak (Smeltzer C. Suzanne, 2001 : 2131).

Sedangkan menurut Mansjoer (2000 : 17), stroke adalah

suatu manifestasi klinis dari gangguan peredaran darah otak yang

ditandai dengan timbulnya deficit neurogik secara mendadak yang

berlangsung selama 24 jam atau lebih menimbulkan kematian dan

semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non

traumatic.

Menurut Smeltzer C. Suzanne (2001 : 2131), stroke

diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian, yaitu :

a. Trombosis adalah bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau

leher

b. Embolisme serebral adalah bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain.

c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak.

d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.


24

Menurut Rosjidi (2007 : 78 – 24), faktor resiko terjadi stroke

yaitu :

a. Hipertensi

b. Diabetes Mellitus

c. Penyakit Jantung

d. Gangguan aliran darah sepintas atau Transient Ischemic Attack

(TIA)

e. Hiperkolesterolemia

f. Infeksi

g. Obesitas

h. Merokok

i. Kelainan pembuluh darah otak

Menurut Stanley dan Patricia (2006 : 169), ketika seseoarng

mengalami penuaan, resiko untuk mengalami stroke meningkat.

Insufisiensi vaskuler akibat stroke dapat mendorong terjadinya iskemi

dan kadang-kadang nekrosis pada jaringan otak yang secara normal

disuplas dan dipelihara oleh pembuluh darah yang terkena stroke

tersebut jenis stroke yang sering terjadi adalah trombosis, emboli, dan

hemoragi.

Stroke trombosis dimulai dengan arteroma dan lesi ulseratif

didalam pembuluh darah besar serebral. Stroke trombosis

dihubungkan dengan pembentukan plak aterosklerosis, paling sering

terlihat dalam cabang pembuluh darah. Suatu pembuluh darah menjadi


25

sempit karena adanya plak yang memperlambat atau mengganggu

aliran darah. Proses ini membawa kearah perkembangan gejala akhir

yang dihubungkan dengan stroke. Stroke trombosis sering didahului

oleh adanya satu atau lebih TIA. TIA adalah suatu sindrom yang

dimanifestasikan oleh awitan non kanvulsi yang mendadak atau cepat

dengan deficit neurologist yang sesuai dengan daerah vaskuler yang

diketahui, berlangsung kurang dari 24 jam.

Ketika suatu trombus terbentuk di dalam suatu pembuluh

darah besar dan tiba-tiba pecah dan kemudian masuk ke otak, suatu

stroke emboli mungkin terjadi trombos pada umumnya berada dalam

pembuluh darah yang lebih kecil, menghalangi aliran darah, trumbus

pecah berkeping-keping dan menyebar, penyebab umum stroke emboli

adalah suatu mikroembolus yang dibawa ke otak sebagai akibat dari

fibri lasi atrial. Embolus bergerak dan masuk ke dalam system

serebral biasanya melalui arteri korotis. Embolus terus mengalir

sampai pembuluh darah terlalu sempit untuk diatur lebih lanjut,

menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan iskemia yang

kemudian menimbulkan infark. Perkembangan yang cepat adalah

suatu tanda dari stroke embolus dengan defisit maksimal yang terjadi

dalam beberapa detik sampai satu menit.

Stroke hemorogi disebabkan oleh pecahnya suatu pembuluh

darah didalam otak, biasnya pembuluh darah yang dalam.ada dua

kategori stroke hemorogi yaitu intraserebral dan subarakhaid.


26

Pendarahan masuk kedalam jaringan otak dari pembuluh darah yang

penetrasi dalam, manggambarkan stroke hemoragi intraserebral.

Perdarahan subaralahroid diakibatkan oleh perdarahan yang masuk ke

dalam ruang subarakhnoid, sering ada hubungan dengan pecahnya

suatu aenurisma atau malformasi arteriaoenosi. Hal ini menghalangi

aliran darah dan gejal neurologismnya sering mendadak dan berat,

yang secara cepat menyebabkan koma dan distress pernapasan.

Kehilangan kemampuan motorik atau sensori, paralisis pada wajah

atau extremitas, afasia, inkontenesia, dan kejang juga menyertai gejala

CVA.

Gejala neurologis yang timbul tergantung pada beratnya

ringan, gangguan pembuluh darah lokasinya.menurut Mansjoer

(2000:18), marifestasi klinis stroke dapat berupa:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparese)

yang timbul mendadak

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

(gangguan hemisensorik)

c. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,

stupor, atau koma)

d. Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan

memahami ucapan)

e. Disatria (bicara pelo atau cedal)

f. Gangguan penglihatan (hemianofsia atau monokuler) atau diplopia


27

g. Ataksia (trunkal atau anggota badan)

h. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.

Pathway
Trombosis / emboli serebral Pecahnya aneurisma

Sumbatan pembuluh darah


Pendarahan serebral

Suplar O2 ke jaringan Perfungsi jaringan


Serebral tidak adekrat serebral tidak efektif Ruang subarokhnoid Jaringan otak

Iskemia / infark Perdarahan subarokhnoid


Perdarahan Intraserebral

Defisit Neurologi
Splasma pembuluh darah otak Hematoma serebral

Area Broka
Aliaran darah berkurang Peningkatan TIK

Kerusakan komunikasi verbal


Herniasi serebral

Kemtain

Hemisfa kanan Hemisfa kiri

Hemiparese / hemiplegi tubuh Hemiparese


kiri / hemiplegi tubuh kanan

Kerusakan mobilitas fisik


Defisit perawatan diri
Resiko cedera (jatuh)
28

Pemeriksaan penunjang atau diagnostik pada penyakit stroke, yaitu:

a. CT Scan (Computerized Tomografi Scanning)

b. Angiografi serebral

c. Pungsi lumbal

d. MRI (magnetik Resonance Imaging)

e. EEG

f. Ultrasonografi Dopler

g. Sinar X tengkorak

(Doenges, 2000: 292)

G. PENGKAJIAN

1. Pengkajian Indeks Katz

Indeks Katz tentang aktivitas kehidupan sehari-hari meliputi

kemampuan mandiri untuk mandi, berpakaian, toileting, berpindah tempat,

kontinensia (BAK, BAB), dan makan (Watson, 2003: 108).

2. Pengkajian Ideks Barthel Modifikasi

Indeks Barthel yang telah dimodifikasi mungkin menjadi indikator

yang baik untuk mengkaji ada tidaknya kebutuhan akan dukungan-

dukungan dalam melaksanakan aktivitas krbutuhan sehari-hari (Watson,

2003: 127).
29

3. Pengkajian Status Mental

Pengkajian status mental biasanya dilakukan dengan Short

Portable Mental Status Questiomaire (SPMSQ) yang berisi rangkaian

pertanyaan dan tingkat kemampuan individu (Watson, 2003 : 110).

Dilakukan juga pemeriksaan mini mental status exam (MMSE),

pemeriksaan mencakup :

a. Orientasi, bernilai maksimum 5

b. Registrasi, bernilai maksimum 3

c. Perhatian dan kalkulasi, bernilai maksimum 5

d. Mengingat, bernilai maksimum 3

e. Bahasa, bernilai maksimum 9

(Gallo, 1998 : 53)

4. Pengkajian keseimbangan (TENNETI, ME DAN GINTER, SF, 1998).

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa yang mungkin muncul pada lanjut usia dengan stroke menurut

Stockslager (2008 : 74 -75), Wilkinson (2007 : 606-608), dan Doenges (2000 :

290-305), antara lain:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oksigenasi

jaringan serebral yang tidak adekuat.


30

2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neurologik

di pusat bicara otak.

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromukuler

(kelemahan, parestesia, paralysis lemah, paralysis spastik).

4. Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan

biofisik, psikologis, perceptual kognitif.

5. Resiko cedera (jatuh) berhubungan dengan penurunan kekuatan

ekstremitas bawah.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal umber-sumber informasi.

I. FOKUS INTERVENSI

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oksigenasi

jaringan serebral yang tidak adekuat.

Batasan karakteristik:

a. Perubahan status mental

b. Perubahan perilaku

c. Perubahan respon motorik

d. Perubahan reaksi pupil

e. Keulitan menelan

f. Kelemahan ekstremitas atau kelumpuhan

g. Ketidaknormalan dalam berbicara

Tujuan: fungsi serebral membaik atau meningkat


31

Kriteria hasil:

a. Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif, dan

motorik/sensori membaik.

b. Tanda-tanda vital stabil

c. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial

Intervensi:

a. Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan atau

penyebab khusus selama koma atau penurunan perfusi jaringan serebral

dan potensial terjadinya peningkatan TIK.

Rasional: menentukan intevensi yang akan dilakukan, kerusakan tanda/

gejala neurologis atau kegagalan setelah serangan mungkin memerlukan

tindakan pembedahan dan pasien mungkin memerlukan perawatan kritis

untuk monitortekanan intra kranial.

b. Pantau tanda-tanda vital

Rasional: gejala yang bervariasi dapat terjadi karena penekanan serebral

atau adanya cedera pada area vasomotor otak.

c. Catat perubahan pandangan seperti pandangan kabur, gangguan lapang

pandang dan persepsi pandang.

Rasional: gangguan spesifik pada penglihatan dipengaruhi oleh

gangguan area otak, perasaan aman dan dampak dari intervensi.

d. Pertahankan istirahat di tempat tidur, beri lingkungan tenang, batasi

pengunjung, ddan batasi aktivitas.


32

Rasional: stimulasi yang terus menerus dapat meningkatkan tekanan

intra kranial.

e. Kolaborasi

1) Pemberian oksigen sesuai indikasi

Rasional: menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan

vasodilatasi serebral dan peningkatan terbentuknya oedema.

2) Pemberian obat sesuai indikasi

Rasional: memperbaiki aliran darah serebral.

(Doenges, 2000: 293-295 dan Wilkinson, 2007: 523)

2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neurologist

di pusat bicara otak.

Batasan karakteristik:

a. Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam memilih perhatian

b. Keulitan mengungkapkan pikiran secara verbal (misalnya afasia,

disfasia, apraksia, dan disleksia)

c. Kesulitan mengolah kata-kata atau kalimat

d. Kesulitan dalam mengomprehensifkan dan mempertahankan pola

komunikasi yang biasa

e. Disorientasi dalam tiga lingkup, waktu, ruang, an orang

f. Tidak dapat berbicara

g. Dispnea

h. Ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggunakan ekspresi tubuh

atau wajah
33

i. Verbalisasi yang tidak sesuai

j. Bicara pelo

k. Kesulitan dalam berbicara atau mengungkapkan dengan kata-kata

l. Bicara gagap

m. Tidak mampu berbicara dalm bahasa dominant

Tujuan: menunjukan kemampuan pemahaman komunikasi

Kriteria hasil:

Kemampuan untuk menerima, mengartikan, dan mengungkapkan pesan

yang dikatakn, ditulis, dan non verbal.

Intervensi

a. Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan.

Rasional: menilai kemampuan verbal.

b. Berikan pujian yang positif pada pasien yang berusaha untuk

berkomunikasi.

Rasional: mempertahankan harga diri klien.

c. Bicara perlahan dengan jarak dan tenang, menghadap kea rah pasien.

Rasional: menurunkan kebingungan, ansietas selama prose

komunikasi.

d. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis

dan menggambar.

Rasional: memberikan komunikasi berdasarkan keadaan yang

mendasarinya.
34

e. Anjurkan keluarga atau orang terdekat dalam mengembangkan usaha

untuk berkomunikai dengan pasien.

Rasional: mengurangi isolasi social pasien dan meningkatkan

penciptaan komunikasi yang efektif.

(Doenges, 2000: 298-299 dan Wilkinson, 2007: 71-74)

3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular

(kelemahn, parestesia, paralisis lemah, paralisis spastik).

Batasan karakteristik:

a. Penurunan waktu reaksi

b. Kesulitan bergerak

c. Perubahan cara berjalan

d. Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik

halus dan kasar.

e. Keterbatasan rentang pergerakan

f. Tremoryang diinduksi oleh pergerakan

g. Ketiddakstabilan posisi tubuh saat melakukan rutinitas aktivitas

kehidupan sehari-hari.

h. Melambatnya pergerakan

i. Pergerakan tak terkoordinasi

Tujuan: menunjukkan peningkatan mobilitas

Kriteria hasil:

a. Mempertahankan poisi tubuh seimbang

b. Mempertahankan pergerakan sendi dan otot


35

c. Dapat melakukan perpindahan

Intervensi

a. Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu mobilitas (misalnya

tongkat, walker, kruk, atau kursi roda).

Rasional: membantu klien dalam mobilitas.

b. Bantu pasien dalam proses perpindahan.

Rasional: membantu dalam melatih kembali jaras saraf.

c. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan gerak aktif dan pasif pada

semua ekstremitas.

Rasional: meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi,

membantu mencegah kontraktur.

d. Anjurkan pasien melakukan latihan seperti meremas bola karet,

melebarkan jari-jari dan telapak.

Rasional: membantu mencegah kontraktur.

e. Evaluasi penggunaan dari alat bantu mobilitas.

Rasional: kontraktur fleksi dapat terjadi akibat dari otot fleksor lebih

kuat dibandingkan dengan otot ekstensor.

(Doenges, 2000, 295-296 dan Wilkinson, 2007: 303-307)

4. Resiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan

biofisik, psikososial, pereptual kognitif.

Batasan karakteristik:

a. Mengungkapkan rasa malu atau bersalah

b. Mengungkapkan menjelek-jelekan diri


36

c. Mengungkapkan hal-hal yang negative tentang diri

d. Penyalahan diri

e. Mengevaluasi diri tidak mampu untuk mengatasi permasalahan

f. Kesulitan dalam membuat keputusan

Tujuan: tidak terjadi harga diri rendah.

Kriteria hasil:

a. Mengungkapkan penerimaan diri

b. Komunikasi terbuka

c. Peneriman kritikan dari orang lain

d. Pemenuhan peran yang signifikan

e. Keinginan untuk melawan orang lain

f. Penjelasan tentang keberhasilan dalam pekerjaan, sekolah, dan

kelompok soial.

Intervensi:

a. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat

ketidakmampuannya.

Rasional: membantu dalam mengembangkan perencanaan.

b. Anjurkan pasien mengekspresikan perasaannya.

Rasional: membantu pasien untuk mengenal, menerima, dan mulai

memahami perasaan.

c. Catat apakah pasien menunjukkan daerah yang sakit ataukah pasien

mengingkari daerah terebut dan mengatakan hal tersebut “telah mati”.


37

Rasional: menunjukkan penolakan terhadap bagian tubuh tertentu

menandakan perlunya intervensi dan dukungan emosional.

d. Berikan dukungan terhadap perilaku atau usaha dalam kegiatan

rehabilitasi.

Rasional: mengisyaratkan kemungkinan adaptasi untuk mengubah dan

memahami peran diri sendiri.

e. Pantau gangguan tidur, meningkatnya kesulitan untuk berkonsentrasi,

pernyataan ketidakmampuan untuk mengatasi sesuatu dan menarik

diri.

Rasional: mungkin merupakan indikasi serangan depresi yang

mungkin memerlukan evaluasi dan intervensi lanjut.

(Doenges, 2000: 303-304 dan Wilkinson, 2007: 437-439)

5. Resiko cedera (jatuh) berhubungan dengan penurunan kekuatan

ekstremitas bawah.

Tujuan: tidak terjadi cedera.

Kriteria hasil:

a. Lingkungan aman

b. Menunjukkan perubahan perilaku

c. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko

Intervensi:

a. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan.

Rasional: membantu dalam menentukan intervensi elanjutnya.

b. Identifikai faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh.


38

Rasional: membantu dalam intervensi modifikasi lingkungan.

c. Ciptakan lingkungan yang aman.

Rasional: mengurangi resiko yang memungkinkan terjadinya cedera.

d. Libatkan keluarga dalam pengawasan pasien.

Rasional: mengurangi resiko cedera pada pasien.

e. Anjurkan klien menggunakan alat bantu mobilitas.

Rasional: membantu klien dalam bermobilitas sehubungan dengan

penurunan kekuatan ekstremitas.

(Wilkinson, 2007: 264-265)

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan

dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh:

a. Meminta informasi

b. Pernyataan kesalahan informasi

c. Ketidakakuratan mengikuti instruksi

d. Terjadi komplikasi yang dapat dicegah

Tujuan: menunjukkan peningkatan pengetahuan

Kriteria hasil:

a. Berpartisipasi dalam proses belajar

b. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis dan aturan

terapeutik

c. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan

Intervensi:
39

a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.

Rasional: mempengaruhi pilihan pengajaran.

b. Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien dan

keluarga.

Rasional: memberikan pengetahuan dan pemahaman terhaap keadaan

dan kebutuhan saat ini.

c. Identifikasi sumber-sumber yang ada di masyarakat.

Rasional: meningkatkan kemampuan koping dan meningkatkan

penanganan di rumah.

d. Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Rasional: berbagai tingkat bantuan mdiperlukan direncanakan

berdasarkan pada kebutuhan secara individu.

(Doenges, 2000: 305-307 dan Wilkinson, 2007: 275)


40

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E.M, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan), EGC, Jakarta

Dorland, 2002, Kamus Kedokteran, EGC, Jakarta

Gallo, J.J, 1998, Buku Saku Gerontologi (terjemahan), EGC, Jakarta

Mansjoer, A, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Aesculapius FKUI,


Jakarta

Mubarok, W. dkk, 2006, Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2,


Sagung Seto, Jakarta

Nugroho, Wahyudi,, 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2, EGC, Jakarta

_______________, 2008, Keperawatan Gerontik dan Geriantrik edisi 3, EGC,


Jakarta

Smeltzer, S.C, 2002, Byku ajar keperawatan medical beban Bruner and Suddarth,
Volume 3, Edisi 3, EGC, Jakarta

Stanley, Mickey dan Patricia, G.B, 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Gerontik
(terjemahan), EGC, Jakarta

Stocklager, 2008, Asuhan Keperawat Geriatrik, EGC, Jakarta

Rosjidi, C.H, 2007, ASKEP Klien dengan Gangguan peredaran darah otak
(GPDO) “STROKE”, Ardana Media, Jakarta

Watson, Roger, 2003, Perawatan pada lansia (terjemahan), EGC, Jakarta

Wilkinson, Judith M, 2007, Buku Saku Diagnosi Keperawatan, Edisi 7, EGC,


Jakarta
41

LEMBAR BIMBINGAN

LAPORAN UJIAN AKHIR PROGRAM D III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH LABUPATEN

PURWOREJO

NO HARI/TGL BAHASAN CATATAN PEMBIMBING TD


42

Anda mungkin juga menyukai