Anda di halaman 1dari 57

MEMAHAMI ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat akan
meninggalnya penderita, penyakit ini bisa sembuh tanpa menimbulkan bekas sama sekali,
adapun bekas nya seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini dapat hidup menahun darik
permulaannya.
Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut. Biasanya
sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan berbagai
gejala yang telah mengganggu.
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan
keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga sering kali mengalami
hambatan atau gangguan karna salah satu pihak suami atau istri bahkan keduanya mengalami
gangguan seksual. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ
reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan
pada organ reproduksi.
Berbagai macam gangguan yang sering terjadi pada alat reproduksi wanita salah satunya
kanker serviks yang merupakan penghalang masuknya kuman-kuman ke dalam genital internal,
dalam hubungan ini seorang nulipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman.
Sedangkan pada multipara dengan ostium uteri eksternum sehingga lebih rentan untuk terjadinya
infeksi berbagai kuman-kuman yang masuk dari luar ataupun dari kuman endogen. Jika servik
sudah terinfeksi maka akan mempermudah terjadinya infeksi pada alat genitalia yang lebih tinggi
sehingga alat reproduksi pun terganggu dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Gangguan payudara biasanya sering terjadi pada wanita usia subur. Masalah yang sering di
alami pada wanita usia subur salah satunya kanker payudara, dimana kanker ini paling umum
menyerang wanita walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinannya
sangat kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000.
1
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Penyebaran penyakit ini umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara, benjolan itu
mula-mula kecil akan tetapi semakin lama semakin membesar lalu melekat pada kulit sehingga
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Berawal dari akhir tahap reproduksi, usia merupakan pemicu utama terjadinya klimakterium.
Kondisi ini merupakan sisi lain dari pubertas, akhir dari usia subur yang di sebabkan oleh
melambatnya fungsi ovarium. Selain itu menopause juga disebabkan karna operasi tertentu dan
pengobatan medis, penanganan medis ini termasuk pengangkatan ovarium, kemotrapi dan terapi
radiasi panggul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah MEMAHAMI ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami isu-isu kesehatan perempuan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami infeksi atau peradangan pada alat genitalia
b. Untuk mengetahui dan memahami Kanker servik
c. Untuk mengetahui dan memahami Gangguan pada payudara
d. Untuk mengetahui dan memahami klimakterium
BAB II
PEMBAHASAN

A. Radang atau Infeksi alat genital


vel.
1. Macam macam infeksi genitalia
a. Serviksitis
a) Pengertian
Infeksi yang di awali di endoservik dan di temukan pada gonorea dan infeksi post partum yang di
sebabkan oleh streptococus dan stapilokokus. Gejala servikitis ini agak kemerahan dan
membengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulen. Beberapa gambaran patologis yang
dapat di kemukakan seperti servik kelihatan normal, tidak menimbulkan gejala kecuali sekret
yang berwarna agak putih kekuningan. Pada portio di daerah orifisium eksternum tampak
kemerahan, sobekan pada servik lebih luas, dan mukosa endo servik lebih kelihatan dari luar.
Jika terjadi terus menerus servik bisa mengeras. Jika laserasi servik agak luas perlu di lakukan
trakelorania, pinggir sobekan dan endoserviks diangkat.
b. Salvingitis
a) Pengertian
Salvingitis merupakan peradangan yang terjadi pada tuba fallopi yang di rasakan dengan gejala
nyeri perut bagian bawah, perdarahan pervaginam diantara waktu menstruasi, keputihan, ada
riwayat kontrasepsi AKDR, menstruasi meningkat dengan jumlah yang banyak dan dalam waktu
yang lama, demam.
b) Penanganan
- Jika keadaan ibu baik dan tidak demam berikan antibiotik cefotaxime 2 gram/im atau amoxilin 3
gr/ oral atau ampicilin.
-
3
Di lakukan rawat inap
- Melakukan kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk.
c. Velviksitis
a) Pengertian
Merupakan peradangan pada organ-organ pelvis, dimana penyebarannya dari serviks melalui
rongga endometrium dan alur vena dan saluran getah bening dari ligamentum.
b) Infeksi pelvis di bagi menjadi 3 kategori
- Terjadi setelah kuretase
- Post abortus
- Post partum
c) Tanda dan gejala
Gejala muncul setelah siklus menstruasi, penderita mengelu nyeri pada perut bagian bawah yang
semakin memburuk dan di sertai dengan mual muntah. Gejala lainnya seperti keputihan yang
berbau tidak normal dan berwarna hijau, demam, dismenore, nyeri punggung bagian bawah,
kelelahan, dan nafsu makan berkurang.
d) Penanganan
Pelvikitis dapat di obati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu di rawat, tetapi jika terjadi
komplikasi penyebaran infeksi maka penderita harus di rawat di RS. Jika tidak ada respon
setelah di lakukan pemberian antibioktik, maka tindakan yang di lakukan yaitu pembedahan.
Pasangan penderita juga sebaiknya menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama
menjalani pengobatan jika ingin melakukan hubungan seksual pasangan harus menggunakan
kondom.
d. Parametritis
a) Pengertian
Parametritis adalah peradangan dari jaringan longgar di dalam ligamentum.
b) Tanda dan gejala
- Suhu tubuh meningkat
- Muntah- muntah
c) Penyebab
- Dari robekan serviks
- Terjadi perforasi uterus oleh alat-alat sperti sonde,IUD , dan kuretase.

d) Terapi
- Infuse NaCl
- Antibiotik golongan ampicilin
e. Miometritis
a) Pengertian
Miometritis adalah radang miometrium yang biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari
endometritis, di mana tanda gejala dan terapinya seperti pada infeksi endometritis.
b) Klasifikasi
1). Metritis akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum, penyakit ini tidak
berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Pada penyakit ini
miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel- sel radang.
2). Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak di buat atas dasar keadaan uterus lebih
besar dari biasanya dan sakit pinggang, akan tetapi pada wanita yang seorang multipara
umumnya pembesaran uterus disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin
sehingga harus lebih cepat di tangani.
c) Penyebab
1). Infeksi abortus dan partus
2). Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
3). Infeksi post curettage miometritis yang terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak
normal.
d) Penatalaksanaan
1) Pemberian ampisilin 2 g/iv selama 6 jam
2) Gentamisin 5 mg
3) Antibiotika spektrum luas
4) Profilaksis anti tetanus
5) Evakuasi sisa hasil konsepsi

f. Adneksitis
a) Pengertian
Adneksitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang
berada di sekitar rahim termasuk tuba fallopi dan ovarium.
b) Penyebab
Adneksitis di sebabkan oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria
gonorrhoeae dan chlamydia trachomatis. Organisme ini naik ke rahim, tuba fallopi, atau
ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD akibat
alat-alat yang di gunakan, aborsi, laparotomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak
jauh seperti appendiks sehingga dapat menyebabkan infeksi atau radang paa adneksa rahim.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena adnexitis antara lain:
1). Melakukan seks tanpa menggunakan kondom
2). Terlalu sering menggonta-ganti pasangan seks
3). Pasangan seksnya menderita infeksi chlamydia ataupun gonorrhea( kencing nanah)
c) Tanda dan gejala
1). Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan terhadap haid
2). Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
3). Nyeri saat berhubungan intim
4). Demam
5). Nyeri punggung
6). Sakit pada saat BAK
g. Peritonitis
a) Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut yang disebabkan oleh iritasi kimiawi dan infeksi bakteri.
b). Penyebab
Peritonitis umumnya disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit
berat seperti suhu tubuh meningkat, nadi cepat, perut kembung dan nyeri, wajah yang pucat,
mata cekung dan kulit wajah yang dingin.
B. Kanker Serviks
a) Pengertian
Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah mulut rahim yaitu
bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah liang vagina yang di sebabkan
karena adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya.
Kanker ini di sebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang menyerang leher rahim,
berawal dari leher rahim apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke
organ-organ lain di seluruh tubuh.
b) Penyebab
Kanker serviks di sebabkan oleh virus HPV. Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, dimana
sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV
yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
Namun selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh
akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu yang
cukup lama.
c) Tanda dan gejala
1) Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering di temukan, getah yang keluar dari vagina ini
semakin lama semakin berbau busuk akibatnya akan terjadi infeksi dan kerusakan jaringan.
2) Pendarahan
Pendarahan ini akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya. Perdarahan hebat dapat terjadi di luar siklus
menstruasi dan setelah berhubungan seks yang sifatnya bisa perdarahan kontak. Perdarahan
kontak ini merupakan perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual yang timbul akibat
terbukanya pembuluh darah.
3) Rasa nyeri saat berkemih
Ini di sebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria dan perangsangan rectum.

4) Siklus menstruasi yang tidak teratur


5) Nyeri selama berhubungan seksa
6) Nyeri sekitar panggul
7) Pendarahan pada masa pra dan paska menopause
8) Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota
tubuh seperti betis, paha , tangan dsb.
d) Deteksi Dini Pemeriksaan CA serviks
Deteksi dini kanker serviks dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan pap smear,
pemeriksaan ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring dan pelacak adanya perubahan sel ke
arah keganasan secara dini sehingga kelainan pra kanker dapat terdeteksi serta pengobatannya
menjadi mudah dan biayanya murah.
Selain pap smear, deteksi dini kanker serviks dapat juga di lakukan dengan menggunakan
IVA test. Iva ini merupakan metode untuk mendeteksi dini kanker mulut rahim yang
menggunakan asam asetat 3-5 % yang tergolong sederhana serta memiliki keakuratan 90%.
Adapun syarat untuk melakukan pap smear antara lain:
1) Tidak sedang haid
2) Tidak sedang hamil
3) Tidak melakukan hubungan seksual dalam 3 hari sebelum pemeriksaan
C. Gangguan pada payudara
a. Gangguan pada payudara salah satunya kanker payudara. Kanker payudara di definisikan
sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma dan merupakan
kanker yang paling umum menyerang wanita, kanker ini terjadi pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Penyebaran penyakit ini disebut dengan istilah
transformasi sebagai pertumbuhan penyakit yang terdiri dari fase inisiasi, fase promosi dan fase
metastasis.
1) Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel
menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini di sebabkan oleh suatu agen yang di sebut
karsinogen, yang bisa merupakan bahan kimia, virus, radiasi berupa penyinaran atau sinar
matahari. Tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen, akan tetapi
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya dapat menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen bahkan gangguan fisik menahun pun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan.
2) Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas, sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh pada tahap promosi. Karena itu pada
fase ini di perlukan gabungan sel yang peka dan yang telah di induksi oleh suatu karsinogen
untuk memancing terjadinya keganasan.
3) Fase Metastasis
Metastasis menuju tulang merupakan hala yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa
di antaranya di sertai dengan komplikasi- komplikasi lalin seperti simtoma hiperkalsemia.
Metastasis yanng demikian bersifat osteolitik yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel
kanker merupakan mediator osteolisis yang mempengaruhi diferensiasi aktivitas asteoblas serta
osteoklas lain sehingga resorpsi tulang meningkat.
b. Gejala Klinis
1) Benjolan pada payudara
Umumnya benjolan pada payudara berupa benjolan yang tidak nyeri, benjolan ini mula-mulanya
kecil dan semakin lama semakin membesar dan melekat pada kulit sehingga menimbulkan
perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu
2) Erosi atau exsema puting susu
Kulit atau puting susu menjadi tertarik(retraksi), berwarna merah muda atau kecoklatan sampai
menjadi odema sehingga kulit kelihatan kulit jeruk,mengkerut,dan timbul borok(ulkul) pada
payudara. Borok itu semakin lama semakin membesar dan mendalam sehingga daopat
menghancurkan seluruh payudara sehingga payudarahpun berbau busuk dan mudah berdarah.
c. Faktor-faktor penyebab
Menurut faktor resikonya antara lain:
1) Faktor reproduksi: karakteristik reproduktif yang berhubugan degan resiko terjainya kangker
payudara adalah nulifaritas,menarche pada umur muda,menapaus pada umur lebih tua,dan
kehamilan pertama pada kehamilan muda. Resiko utama kangker payudarah adalah degan
bertambahnya umur karena secara anatomi dan pungsional payudara akan mengalami adtropi.
2) Penggunaan hormon: hormon ekstrogen berhubugan dengan kangker payudara hal ini
menyatakn bahwa terdapat peningkatan kangker payudara yang siknifikan pada pengguna terapi
ektrogen.
3) Riwayat keluarga: riwayat keluaraga merupakn komponen yang penting dalam riwayat penderita
karena pada studygenetik ditemukan bahwa kagker payudara berhubugan erat dengan gen-gen
tertentu
Menurut faktor genetik kanker payudara dapat terjadi karena adanya faktor genetik yang
diturunkn orang tua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi
dibeberapa gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara,gen yang dimaksud
adalah gen yang bersifat pensubpresi tumor diantaranya adalah gen BRCAI dan gen BRCA2 .

d. Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kangker payudara secara klinis menis yang penerannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit antra lain:
1) Mastektomi
Mastektomi adalah oprasi pengangkatan payudara. Ada tiga jenis mastektomi yaitu:
a) modified radical mastecmomy,yaitu oprasi pengangkatan seluruh payudara, jarigan payudara
ditulang dada, tulang selangka dan tulang iga serta benjolan disekitar ketiak.
c) Total ( simple) mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, tetapi bukan kelenjar
di ketiak.
d) Radical Masectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara yang biasanya di sebut
lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan pada
seluruh payudara.
2) Radiasi
Penyinaran/ radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih
tersisa pada payudara setelah operasi ( Denton, 1996).
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker yang di berikan dalam bentuk
pil,kapsul, atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotraksis.
D. Klimakterium
a. Pengertian
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum
mencapai senium, yang dimulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa
nonreproduktif yang terjadi pada wanita antara umur 40 - 65 tahun. Masa- masa klimakterium
antara lain:
1) Pra menopause : Dalam kurun waktu 4 sampai 5 tahun sebelum menopause
2) Menopause : Berhentinya haid seorang wanita
3) Pasca menopause : Dalam kurun waktu 3 sampai 5 tahun setelah menopause.
b. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan
penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel
dan tgurunnya jumlah sintesis steroid seks, terjadinya penurunan sekresi ekstrogen, gangguan
umpan balik pada hipofise.
c. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab
rangsangan gonadotrofin sehingga dapat menyebabkan terganggunya infeksi antara hipotalamus
dan hipofisis.
d. Tanda dan Gejala
1). Tanda awal klimakterium
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada
yang lainnya.Sebagian wanita menghasilkan estrogen , endrogen yang cukup sehingga tetap
tanpa ada gejala.Masa klikmaterium ini ditandai dengan keluhan terjadinya perubahan pada
ovarium seperti sklerosis pembuluh darah,berkurangnya jumlah folikel, dan menurunnya sintesis
seks lalu berhentinnya haid dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya
pengeluaran gonadotropin.
2.Tanda Awal Menopause
Turunnya fungsi indung telur yang mengakibatkan hormon estrogen dan progesteron sangat
berkurang.Oleh karena itu timbul keluhan gejala panas dimuka,leher ,dada pasien disertai
keringat banyak yang berlangsung biasanya pada malam hari selama setengah jam selanjutnya
timbul rasa tertekan sedih dan gugup
e. Manifestasi Klinik
a). Gangguan masa klikmaterium
1.Gangguan Neurovegetatif yang mencakup : gejolak panas ,keringat malam tang banyak,sekit
kepala ,desing dalam telinga,tekanan darah yang goyah ,berdebar debar, dan susah bernapas
2. Gangguan psikis : Mudah tersinggung, depresi,mudah lelah,kurang bersemangat,dan insomnia
3. Gangguan organik mencakup gangguan sirkulasi,osteoporosis,gangguan perkemihan dan nyeri
senggama
b).Gangguan pada menopause
1.Osteoporosis
2.Penyakit jantung koroner
3.Kanker
4.Darah tinggi
5.Gairah seks menurun
6.Berat badan meningkat
7.Perubahan kulit

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat akan
meninggalnya penderita. Infeksi ini dapat menyerang secara menahun dan dapat meninggalkan
bekas seperti penutupan lumen tuba. Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi
pada daerah mulut rahim yaitu bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah liang
vagina yang di sebabkan karena adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya.
Gangguan pada payudara salah satunya kanker payudara. Kanker payudara di definisikan
sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma dan merupakan
kanker yang paling umum menyerang wanita, kanker ini terjadi pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan
normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang dimulai dari akhir masa reproduktif dari
kehidupan sampai masa nonreproduktif yang terjadi pada wanita antara umur 40 - 65 tahun.
Masa- masa klimakterium antara lain:
1) Pra menopause : Dalam kurun waktu 4 sampai 5 tahun sebelum menopause
2) Menopause : Berhentinya haid seorang wanita
3) Pasca menopause : Dalam kurun waktu 3 sampai 5 tahun setelah menopause.
B. Saran
Dalam mempelajari Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, seorang calon bidan
diharapkan memahami isu-isu kesehatan perempuan sehingga bisa mendeteksi dini permasalahan
yang terdapat pada perempuan serta mengetahui cara penanganannya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Prawiro Hardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta


Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Price, Sylvia Anderson, Lorraine Mcarty Wilson.2005. patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC

Makalah Kekerasan Terhadap Perempuan


14 November 2014 | ayuresanf

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik karena banyak
diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan
masyarakat luas. Hal itu dilatar belakangi adanya tuntutan peren perempuan yang semakin
komplek seiring dengan perkembangan jaman yang cendrung lebih memperhatikan Hak-Hak
Asasi Manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis kelamin. Kekerasan terhadap
perempuan merupakan timdakan pelanggaran HAM yang paling kejam yang dialami perempuan.
Oleh karenanya tidak salah apabila tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh
organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan.
Serangkaian data yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB untuk perempuan) tentang kekerasan
menunjukan bahwa di Turki jumlah perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangannya
mencapai 57,9 % pada tahun 1998.di India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun 1999, di
Amerika Serikat jumlahnya mencapai 22,1 %.

Di Banglades, laporan terakhir tahun 2000 menyebutkan 60 % perempuan menikah mengalami


kekerasan oleh suami. Di Indonesia sendiri, sekitar 24 juta perempuan atau 11,4 % dari total
penduduk Indonesia pernah mengalami tindak kekerasan. Kekerasan terhadap perempuan
dewasa ini tidak saja merupakan masalah individu, melainkan juga merukapan masalah nasional
dan bahkan sudah merupakan masalah global. Dalam hal-hal tertentu kekerasan terhadap
perempuan dapat dikatakan sebagai masalah transnasional. Dikatakan masalah global dapat
dilihat dari ditetapkan hukum internasional yang menyangkut fenomena tersebut seperti
ditegaskan olh Muladi sebagai berikut:
a) Viena Declaration.
b) Convention on the Elimination of All Forms Discrimination Against Women (1979).
c) Declaration on the Elimination of Violence Against Woman (1993).
d) Bejing Declaration and Platform for Action (1994).
Kekerasan terhadap perempuan sebagai masalah global, sudah mencemaskan setiap negara di
dunia, tidak saja negara-negara yang sedang berkembang tetapi juga termasuk negara-negara
maju yang dikatakan sangat menghagai dan peduliterhadap HAM seperti Amerika Serikat.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, menyandang predikat buruk dalam masalah
pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM yang salah satu diantaranya pelanggaran HAM
perempuan.
Pelanggaran HAM perempuan tersebut dapat digolongkan sebagai tindak kekerasan terhadap
perempuan. Kekerasan terhadap perempuan dapat terjadi di mana saja (di tempat umum, di
tempat kerja, dilingkungan keluarga (rumah tangga) dan lain-lainnya. Dapat dilakukan oleh siapa
saja (orang tua, saudara laki-laki ataupun perempuan dan lain-lainnya dan dapat terjadi kapan
saja (siang dan malam). Kekerasan terhadap perempuan yang menjadi sorortan tulisan ini yakni
kekerasan terhadap perempuan yang lokusnya dala rumah tangga. Dewasa ini kekerasan terhadap
perempuan sangat mencemaskan banyak kalangan terutama kalangan yang peduli terhadap
perempuan. Walaupun sejak tahun 1993 sudah ada Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap
Perempuan namun kekerasan terhadap perempuan tetap ada dan bahkan cendrung meningkat.
Hal tersebut dapat diketahui dari pemberitaan di mass media baik media cetak maupun media
elektronik.Mengingat luasnya kontek kekerasan terhadap perempuan, namun dalam tulisan ini
dibatasi hanya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dalam kedudukannya sebagai
istri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yan dimaksud Kekerasan terhadap perempuan ?
2. Apa saja dampak kekerasan terhadap perempuan ?
3. Apa saja pencegahan dan penanganannya ?
4. Apa saja Undang-Undang yang mengatur ?

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kekerasan Terhadap Perempuan


Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma,
kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Secara filosofis,
fenomena kekerasan merupakan sebuah gejala kemunduran hubungan antarpribadi, di mana
orang tidak lagi bisa duduk bersama untuk memecahkan masalah. Hubungan yang ada hanya
diwarnai dengan ketertutupan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan. Dalam hubungan seperti ini,
tidak ada dialog, apalagi kasih. Semangat mematikan lebih besar daripada semangat
menghidupkan, semangat mencelakakan lebih besar daripada semangat melindungi. Memahami
tindak-tindak kekerasan di Indonesia yang dilakukan orang satu sama lain atau golongan satu
sama lain dari perspektif ini, terlihat betapa masyarakat kita sekarang semakin jauh dari
menghargai dialog dan keterbukaan. Permasalahan sosial biasa bisa meluas kepada penganiayaan
dan pembunuhan. Toko, rumah ibadah, kendaraan yang tidak ada sangkut pautnya dengan
munculnya masalah, bisa begitu saja menjadi sasaran amuk massa. Secara teologis, kekerasan di
antara sesama manusia merupakan akibat dari dosa dan pemberontakan manusia. Kita tinggal
dalam suatu dunia yang bukan saja tidak sempurna, tapi lebih menakutkan, dunia yang
berbahaya. Orang bisa menjadi berbahaya bagi sesamanya. Mulai dari tipu muslihat, pemerasan,
penyerangan, pemerkosaan, penganiayaan, pengeroyokan, sampai pembunuhan. Menghadapi
kenyataan ini, ada dua bentuk perlawanan yang dilakukan sejauh ini dengan bernafaskan ajaran
cinta damai.
Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan yang dikenakan pada seseorang semata-
mata karena dia perempuan yang berakibat atau dapat menyebabkan kesengsaraan/penderitaan
secara fisik, psikologis atau seksual. Termasuk juga ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau
perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di muka umum maupun
dalam kehidupan pribadi. (pasal 1, Deklarasi Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap
Perempuan, 1993).

Aspek Budaya :
Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan peran dan sifat
gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.
Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan media
massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:
laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang khas dalam
keluarga/perkawinan/berpacaran.
laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak penuh untuk memperlakukan
perempuan seperti barang miliknya
keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di bawah kendali laki-laki
Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik
Aspek Ekonomi :
Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup formal dan
informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.
Aspek Hukum :
Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun
dalam praktek penegakan hukum;
Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya kebutuhan
perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;
Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,
Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada perempuan dan anak
perempuan korban kekerasan.
Aspek Politik :
Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan keputusan di
bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media.
Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan yang
berdampak serius bagi negara,
Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,
Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik.
BISA TERJADI DI MANA SAJA?
kembali
Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;
masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek-praktek budaya yang
merugikan perempuan/anak perempuan
wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas publik yang tidak peka
gender yang memungkinkan untuk terjadinya kekerasan, maupun tindak kekerasan yang
dilakukan oleh aparat.
APA SAJA DAMPAKNYA?
kembali
Pada Korban :
Kesehatan Fisik a.l., memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan luka dalam),
gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan, perilaku seksual beresiko, gangguan
makan, kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah, terinfeksi penyakit menular seksual, HIV/AIDS
Kesehatan Mental: a.l., depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku obsesif kompulsif,
disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma
Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit berkonsentrasi,
berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis, atau memenuhi panggilan
polisi/meng-hadiri sidang.
Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena aborsi/kegugur-an/AIDS
Pada Anak :
Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah,
Terhambatnya kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan positif dengan orang lain,
Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri
Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban kekerasan yang serupa di
masa remaja/dewasanya
Pada Masyarat & Negara :
Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta dalam kegiatan di
luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun pengadilan, serta biaya untuk
perawatan kesehatan bagi korban
Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
kembali
Ingat! Persoalan ini bukan persoalan perempuan saja, tetapi merupakan persoalan bersama.
Pencegahan, penanganan korban dan pelaku adalah tanggung jawab semua pihak: laki-laki,
perempuan, lingkungan tetangga, tokoh agama/masyarakat, lembaga pendidikan/ agama, dunia
usaha maupun pemerintah.
Kerjasama antara pusat penanganan krisis bagi perempuan korban (womens crisis center)
dengan masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah merupakan suatu kemutlakan.
Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada masih jauh dari memadai.
Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini lebih berat dirasakan.
Khusus tentang dukungan bagi korban untuk dapat melanjutkan hidupnya secara mandiri, sehat
dan bermartabat, dibutuhkan beragam dukungan yang bentuknya fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan korban, dan bersifat memberdayakan.
PERATURAN/KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN HAK KORBAN
kembali
1. Amandemen UUD 1945
2. UU No. 1/1974 tentang Perkawinan
3. UU No. 7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan.
4. UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia
5. UU no 23/2002 tentang Perlindungan Anak Kompilasi Hukum Islam
6. UU no 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
7. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berkaitan dengan a.l.,:
Kejahatan terhadap kesusilaan
Kejahatan terhadap kemerdekaan seseorang
Kejahatan terhadap nyawa
Penganiayaan
8. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
9. Rencana Aksi Nasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAN PKTP)
10. Keppres tentang Pengarusutamaan Jender
11. Keppres tentang RAN anti Perdagangan Perempuan
12. Keppres tentang RAN anti Eksploitasi Pekerja Anak

Cat Dog
Senin, 06 Januari 2014
Makalah Pemerkosaan

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas yang berjudul Pemerkosaan dalam bentuk makalah.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam
menyelesaikan penulisan ini.

Metro, Januari 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian Pemerkosaan ................................................................................. 3


B. Macam-macam Pemerkosaan ......................................................................... 5
C. Faktor-faktor terjadinya pemerkosaan ............................................................ 6
D. Dampak Sosial ................................................................................................ 7
E. Dampak Psikologis ......................................................................................... 8
F. Alternatif Penyembuhan ................................................................................. 11
G. Upaya Penanggulangan Pemerkosaan ............................................................ 12
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 13

A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi masalah
kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual. Masyarakat mulai
merasa resah dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia.
Kondisi seperti ini membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi
korban kekerasan.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi
dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati (2000) yang mengatakan bahwa
kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang
lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap
orang yang menjadi sasarannya.
Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan bahwa pelaku tidak hanya
menyangkut pelanggaran hukum namun terkait pula dengan akibat yang akan dialami oleh
korban dan timbulnya rasa takut masyarakat secara luas. Akibat dari ini di Indonesia secara
normatif tidak mendapatkan perhatian selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum pidana
(KUHP) masih menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan kejahatan konvensional lainnya,
yaitu berakhir sampai dengan dihukumnya pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena KUHP masih
mewarisi nilai-nilai pembalasan dalam KUHP.
Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan utama dalam proses
peradilan pidana, oleh karena itu semua komponen dalam proses peradilan pidana mengarahkan
perhatian dan segala kemampuannya untuk menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan
dihukumnya pelaku dapat mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan mencegah pelaku
lain untuk tidak melakukan perbuatan yang sama ini dan masyarakat merasa tentram karena
dilindungi oleh hukum, seperti yang ada dalam KUHP pada pasal 285 yaitu Barang siapa yang
dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh
dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun
Adapun yang dimaksud dengan tindakan perkosaan adalah tindakan yang melanggar
hukum. Tindakan perkosaan tersebut telah merugikan orang lain yaitu orang yang telah
diperkosa tersebut. Seperti yang sudah ada dalam KUHP Ancaman hukuman dalam pasal 285 ini
ialah pria yang memaksa wanita, dimana wanita tersebut bukan istrinya dan pria tersebut telah
bersetubuh dengan dia dengan ancaman atau perkosaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas apa yang dimaksud dengan tindak pidana perkosaan.
Maka masyarakat harus bisa berhati-hati dan lebih waspada terhadap tindak pidana perkosaan
dan kasus pemerkosaan menjadi masalah yang harus segera dibenahi di Indonesia agar tidak
merusak citra dan moral bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkosaan ?


2. Bagaimana dampak perkosaan terhadap sosial ?
3. Bagaimana dampak perkosaan terhadap psikologis?
4. Bagaiamana cara penyembuhannya?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu perkosaan.


2. Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap sosial.
3. Untuk mengetahui dampak perkosaan terhadap psikologis.
4. Untuk mengetahui cara penyembuhannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkosaan

Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa,
merampas, atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Pada jaman dahulu perkosaan sering
dilakukan untuk memperoleh seorang istri. Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan
nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang
dinilai melanggar menurut moral dan hukum (Wignjosoebroto dalam Prasetyo, 1997). Pendapat
ini senada dengan definisi perkosaan menurut Rifka Annisa Womens Crisis Center, bahwa yang
disebut dengan perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual. Bentuk perkosaan
tidak selalu persetubuhan, akan tetapi segala bentuk serangan atau pemaksaan yang melibatkan
alat kelamin. Oral seks, anal seks (sodomi), perusakan alat kelamin perempuan dengan benda
adalah juga perkosaan. Perkosaan juga dapat terjadi dalam sebuah pernikahan (Idrus, 1999).
Menurut Warshaw (1994) definisi perkosaan pada sebagian besar negara memiliki pengertian
adanya serangan seksual dari pihak laki-laki dengan menggunakan penisnya untuk melakukan
penetrasi vagina terhadap korban. Penetrasi oleh pelaku tersebut dilakukan dengan melawan
keinginan korban. Tindakan tersebut dilakukan dengan adanya pemaksaan ataupun menunjukkan
kekuasaan pada saat korban tidak dapat memberikan persetujuan baik secara fisik maupun secara
mental. Beberapa negara menambahkan adanya pemaksaan hubungan seksual secara anal dan
oral ke dalam definisi perkosaan, bahkan beberapa negara telah menggunakan bahasa yang
sensitif gender guna memperluas penerapan hukum perkosaan. Di dalam Pasal 285 KUHP
disebutkan bahwa:

barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita


bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan
pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam definisi perkosaan Blacks Law


Dictionary (dalam Ekotama, Pudjiarto, dan Widiartana 2001), makna perkosaan dapat diartikan
ke dalam tiga bentuk:
1. Perkosaan adalah suatu hubungan yang dilarang dengan seorang wanita tanpa persetujuannya.
Berdasarkan kalimat ini ada unsur yang dominan, yaitu: hubungan kelamin yang dilarang dengan
seorang wanita dan tanpa persetujuan wanita tersebut.

2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang wanita yang
dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan kehendak wanita yang bersangkutan. Pada
kalimat ini terdapat unsur- unsur yang lebih lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang tidak sah,
seorang pria, terhadap seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan
kehendak wanita tersebut.

3. Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria terhadap
seorang wanita bukan istrinya dan tanpa persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut
ketakutan atau di bawah kondisi ancaman lainnya. Definisi hampir sama dengan yang tertera
pada KUHP pasal 285.

Pada kasus perkosaan seringkali disebutkan bahwa korban perkosaan adalah perempuan.
Secara umum memang perempuan yang banyak menjadi korban perkosaan. Mereka dapat
dipaksa untuk melakukan hubungan seksual meskipun tidak menghendaki hal tersebut. Apabila
mengacu pada KUHP, maka laki- laki tidak dapat menjadi korban perkosaan karena pada saat
laki-laki dapat melakukan hubungan seksual berarti ia dapat merasakan rangsangan yang
diterima oleh tub uhnya dan direspon oleh alat kelaminnya (Koesnadi, 1992). Akan tetapi pada
kenyataannya ada pula laki- laki yang menjadi korban perkosaan baik secara oral maupun anal.

B. Macam-macam pemerkosaan

1. Pemerkosaan saat berkencan

Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa persetujuan antara
orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman, anggota keluarga, atau pacar.
Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban.

2. Pemerkosaan dengan obat

Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak sadar atau
kehilangan ingatan.
3. Pemerkosaan wanita

Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan 1 dari 6 wanita
di AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut dipermalukan atau disalahkan,
sehingga tidak melaporkan pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa
menahan hasrat seksualnya melihat tubuh wanita

4. Pemerkosaan massal

Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban. Antara 10% sampai
20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di beberapa negara, pemerkosaan massal
diganjar lebih berat daripada pemerkosaan oleh satu orang.

5. Pemerkosaan terhadap laki-laki

Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak negara, hal ini tidak
diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand hanya laki-laki yang dapat dituduh
memperkosa.

6. Pemerkosaan anak-anak

Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh kerabat dekat,
misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan 40 juta orang dewasa di AS, di
antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban pelecehan seksual saat masih anak-anak.

7. Pemerkosaan dalam perang

Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan menurunkan
semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya dilakukan secara sistematis, dan
pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya untuk memperkosa orang sipil.

8. Pemerkosaan oleh suami/istri

Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal ini dianggap
tidak mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat berhubungan seks kapan saja.
Dalam kenyataannya banyak suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan seks. Dalam
hukum islam, seorang istri dilarang menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena
hal ini telah diterangkan di hadits nabi shalallahu alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang
berhubungan seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.

C. Faktor-faktor terjadinya pemerkosaan

Berikut faktor-faktor terjadinya permasalahan pemerkosaan adalah sebagai berikut :

1. Faktor intern yaitu:


a. Keluarga,
b. Ekonomi keluarga,
c. Tingkat pendidikan,
d. Agama/moral,
2. Faktor ekstern,meliputi :
a. lingkungan sosial,
b. perkembangan ipteks,
c. kesempatan,
D. Dampak Sosial

Korban perkosaan dapat mengalami akibat yang sangat serius baik secara fisik maupun
secara kejiwaan (psikologis). Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara lain:

1. kerusakan organ tubuh seperti robeknya selaput dara, pingsan, meninggal;

2. korban sangat mungkin terkena penyakit menular seksual (PMS);

3. kehamilan tidak dikehendaki.

Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang
menjadi korban perkosaan tersebut. Hubungan seksual seharusnya dilakukan dengan adanya
berbagai persiapan baik fisik maupun psikis dari pasangan yang akan melakukannya. Hubungan
yang dilakukan dengan cara tidak wajar, apalagi dengan cara paksaan akan menyebabkan
gangguan pada perilaku seksual (Koesnadi, 1992). Sementara itu, korban perkosaan berpotensi
untuk mengalami trauma yang cukup parah karena peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu
hal yang membuat shock bagi korban. Goncangan kejiwaan dapat dialami pada saat perkosaan
maupun sesudahnya.Goncangan kejiwaan dapat disertai dengan reaksi-reaksi fisik (Taslim,
1995). Secara umum peristiwa tersebut dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun
jangka panjang. Keduanya merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami
peristiwa traumatis (Hayati, 2000). Korban perkosaan dapat menjadi murung, menangis,
mengucilkan diri, menyesali diri, merasa takut, dan sebagainya

E. Dampak Psikologis

Upaya korban untuk menghilangkan pengalaman buruk dari alam bawah sadar mereka
sering tidak berhasil. Selain kemungkinan untuk terserang depresi, fobia, dan mimpi buruk,
korban juga dapat menaruh kecurigaan terhadap orang lain dalam waktu yang cukup lama. Ada
pula yang merasa terbatasi di dalam berhubungan dengan orang lain, berhubungan seksual dan
disertai dengan ketakutan akan munculnya kehamilan akibat dari perkosaan. Bagi korban
perkosaan yang mengalami trauma psikologis yang sangat hebat, ada kemungkinan akan
merasakan dorongan yang kuat untuk bunuh diri.

Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang
langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah,
takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis
tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki rasa
percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik
seperti jantung berdebar dan keringat berlebihan. Stres jangka panjang yang berlangsung lebih
dari 30 hari juga dikenal dengan istilah PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder (Rifka
Annisa dalam Prasetyo, 1997).

Menurut Salev (dalam Nutt, 2001) tingkat simptom PTSD pada masing-masing individu
terkadang naik turun atau labil. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus
menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang
dialaminya Menurut Shalev (dalam Nutt, 2000) PTSD merupakan suatu gangguan kecemasan
yang didefinisikan berdasarkan tiga kelompok simptom, yaitu experiencing, avoidance, dan
hyperarousal, yang terjadi minimal selama satu bulan pada korban yang mengalami kejadian
traumatik. Diagnosis bagi PTSD merupakan faktor yang khusus yaitu melibatkan peristiwa
traumatis. Diagnosis PTSD melibatkan observasi tentang simptom yang sedang terjadi dan
atribut dari simptom yang merupakan peristiwa khusus ataupun rangkaian peristiwa. Selanjutnya
definisi PTSD ini berkembang lebih dari hanya sekedar teringat kepada peristiwa traumatis yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi juga disertai dengan ketegangan secara terus-
menerus, tidak dapat tidur atau istirahat, dan mudah marah. PTSD yang dialami oleh tiap
individu terkadang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus
menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang
dialaminya. Para korban perkosaan ini mungkin akan mengalami trauma yang parah karena
peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan bagi korban. Secara umum
peristiwa tersebut bisa menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya
merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis (Hayati,
2000). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diambil kesilmpulan bahwa PTSD adalah
gangguan kecemasan yang dialami oleh korban selama lebih dari 30 hari akibat peristiwa
traumatis yang dialaminya.

Dampak jangka pendek biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelahkejadian.
Dampak jangka pendek ini termasuk segi fisik si korban, seperti misalnya ada gangguan pada
organ reproduksi (infeksi, kerusakan selaput dara, dan pendarahan akibat robeknya dinding
vagina) dan luka-luka pada bagian tubuh akibat perlawanan atau penganiayaan fisik. Dari segi
psikologis biasanya korban merasa sangat marah, jengkel, merasa bersalah, malu, dan terhina.
Gangguan emosi ini biasanya menyebabkan terjadinya kesulitan tidur (insomnia), kehilangan
nafsu makan, depresi, stres, dan ketakutan. Bila dampak ini berkepanjangan hingga lebih dari 30
hari dan diikuti dengan berbagai gejala yang akut seperti mengalami mimpi buruk, ingatan-
ingatan terhadap peristiwa tiba-tiba muncul, berarti korban mengalami Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) atau dalam bahasa Indonesianya dikenal sebagai stres paska trauma (Hayati,
2000). Bukan tidak mungkin korban merasa ingin bunuh diri sebagai pelarian dari masalah yang
dihadapinya. Menurut Freud (dalam Suryabrata, 1995), hal ini terjadi karena manusia memiliki
insting insting mati. Selain itu kecemasan yang dirasakan oleh korban merupakan kecemasan
yang neurotis sebagai akibat dari rasa bersalah karena melakukan perbuatan seksual yang tidak
sesuai dengan norma masyarakat.

Terkadang korban merasa bahwa hidup mereka sudah berakhir dengan adanya peristiwa
perkosaan yang dialami tersebut. Dalam kondisi seperti ini perasaan korban sangat labil dan
merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Mereka akan merasa bahwa nasib yang mereka alami
sangat buruk. Selain itu ada kemungkinan bahwa mereka menyalahkan diri mereka sendiri atas
terjadinya perkosaan yang mereka alami. Pada kasus-kasus seperti ini maka gangguan yang
mungkin terjadi atau dialami oleh korban akan semakin kompleks.

Tanda-tanda PTSD tersebut hampir sama dengan tanda dan simptom yang ada pada depresi
menurut kriteria dari American Psychiatric Association (dalam Davison dan Neala, 1990).
Tanda-tanda tersebut adalah:

1. sedih, suasana hati depres;

2. kurangnya nafsu makan dan berat badan berkurang, atau meningkatnya nafsu makan dan
bertambahnya berat badan;

3. kesukaran tidur (insomnia): tidak dapat segera tidur, tidak dapat kembali tidur sesudah terbangun
pada tengah malam, dan pagi-pagi sesudah terbangun; atau adanya keinginan untuk tidur terus-
menerus;

4. perubahan tingkat aktivitas;

5. hilangnya minat dan kesenanga n dalam aktivtas yang biasa dilakukan;

6. kehilangan energi dan merasa sangat lelah;

7. konsep diri negatif; menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna dan bersalah;

8. sukar berkonsentrasi, seperti lamban dalam berpikir dan tidak mampu memutuskan sesuatu;
9. sering berpikir tentang bunuh diri atau mati. Menurut Georgette (dalam Warshaw, 1994)
sindrom tersebut dialami oleh korban, baik korban perkosaan dengan pelaku yang dikenal
maupun pelaku adalah orang asing.

Hal tersebut akan termanifestasikan ke dalam rentang emosi dan perilaku yang luas.
Korban dapat menunjukkan reaksi yang terbuka terhadap pengalamannya atau dapat juga
mengontrol responnya, bertindak secara kalem dan tenang. Bagaimanapun juga korban akan
mengalami perasaan takut secara umum ataupun perasaan takut yang khusus seperti perasaan
takut akan kematian, marah, perasaan bersalah, depresi, takut pada laki- laki, cemas, merasa
terhina, merasa malu, ataupun menyalahkan diri sendiri. Korban dapat merasakan hal tersebut
secara bersama-sama dalam waktu dan intensitas yang berbeda beda.

Korban dapat juga memiliki keinginan untuk bunuh diri. Sesaat setelah korban terlepas dari
perkosaan mungkin ia akan merasakan suatu kelegaan untuk sesaat karena sudah terlepas dari
suatu peristiwa yang sangat mengancam. Akan tetapi setelah peristiwa tersebut maka korban
akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi ataupun memfokuskan pemikirannya untuk
menampilkan tugas yang sederhana. Korban akan merasa gugup, gelisah, mudah terganggu,
mengalami goncangan, menggigil, nadi berdebar secara kencang, dan badan terasa panas dingin.
Korban juga dapat mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan
secara medis, diantaranya mungkin berhubungan langsung dengan penyerangan yang
dialaminya.

F. Alternatif Penyembuhan

Proses penyembuhan korban dari trauma perkosaan ini membutuhkan dukungan dari
berbagai pihak. Dukungan ini diperlukan untuk membangkitkan semangat korban dan membuat
korban mampu menerima kejadian yang telah menimpanya sebagai bagian dari pengalaman
hidup yang harus ia jalani (Hayati, 2000). Korban perkosaan memerlukan kawan bicara, baik
teman, orang tua, saudara, pekerja sosial, atau siapa saja yang dapat mendengarkan keluhan
mereka.

G. Upaya Penanggulangan Pemerkosaan


Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menanggulangi masalah pemerkosaan adalah
sebagai berikut :

a. Melakukan razia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta membrantas peredaran
VCD ,majalah, poster, internet yang mengandung pornografi dan pornoaksi.

b. Melakukan pembinaan mental spritual yang mengarah pada pembentukan moral baik bagi
pelaku, korban maupun masyarakat, secara langsung dan melalui mass media

c. Pemerintah , LSM, masyarakat pers, memberikan pelayanan terpadu khususnya bagi korban,
pelaku maupun saksi serta mengoptimalkan rumah aman.

d. Menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai
dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing.

e. Memberikan perhatian khusus bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM) perempuan
melalui sektor penididikan, sehingga mereka memiliki ketahanan diri, mandiri dan mampu
mengatasi setiap persoalan kehidupan.

f. Masyarakat bersama pihak terkait lainnya harus pula melakukan kontrol dan membendung
maraknya pornografi dan pornoaksi melalui media massa

g. Pemerintah, Organisasi Kewanitaan, Organisasi Kepemudaan, LSM, Penegak Hukum, Legislatif


dan lainnya, memberikan pemahaman dan sadar hukum, khususnya yang berhubungan dengan
tindak asusila kepada semua lapisan masyarakat yang ditindaklanjuti dengan penegakan hukum
sesuai ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan
baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan,
namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat
pada sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan
karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang
dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang
menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi
dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun
non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau
sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan
psikologis

B. Saran
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh kita semua
karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak citra dan moral
bangsa.
Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam menaggulangi tindak
pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga
dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran
agama masing-masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

DAFTAR PUSTAKA
Abar, A. Z & Tulus Subardjono. 1998. Perkosaan dalam Wacana Pers National, kerjasama PPK &
Ford Foundation. Yogyakarta.

Davison, G. C, and Neale, J. M. 1990. Abnormal Psychology. New York: John Wiley & Sons.

Harkrisnowo, H. 2000. Hukum Pidana Dan Perspektif Kekerasan Terhadap Perempuan Indonesia.
Jurnal Studi Indonesia Volume 10 (2) Agustus 2000.

Haryanto. 1997. Dampak Sosio-Psikologis Korban Tindak Perkosaan Terhadap Wanita. Yogyakarta:
Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada.

Diposkan oleh Ahmad Ibnu di 21.52


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
2014 (2)
o Januari (2)
Contoh Satuan Acara Penyuluhan yang benar
Makalah Pemerkosaan

2013 (2)

Mengenai Saya

Ahmad Ibnu
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.
MAKALAH SINGLE PARENT
Januari 20, 2012 Filed under Uncategorized

BAB I
PENDAHULUAN

A.. Latar Belakang dan Masalah


Problematika kehidupan keluarga kian lama kian kompleks seiring spirit perubahan zaman dan
paradigma berpikir individu maupun komunitas tertentu terhadap hakikat atau esensi sebuah
perkawinan. Perkawinan adalah kegiatan yang sakral. Konsep itu selalu memandang lembaga
sosial tersebut dari sudut pandang filsafat- teologis sehingga tidak jarang melahirkan benturan
konsep, antara ruang yang transenden dan interpretasi menurut rasio manusia. Namun, gejolak
zaman terus menggugat hakikat atau esensi sebuah perkawinan manakala manusia mengalami
kegetiran hidup yang menuntut adanya sebuah rumusan baru atau sebuah rekonstruksi
pemahaman yang lebih seimbang. Himpitan ekonomi, tranformasi budaya, politik merupakan
bentuk-bentuk gugatan
terhadap cara pandang di atas.
Simpul-simpul permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak dapat diurai secara jelas dapat
menyebabkan keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu ,perceraian. Perceraian kemudian
melahirkan babak kehidupan baru seperti terjadinya peran baru yang disebut single parent.
Realitas sosial itu kemudian menjadi sebuah guratan impresi ketika diciptakan kembali oleh
pengarang (novelis) dengan bakat kepengarangannya. Karya sastra tersebut selanjutnya dimaknai
sebagai lembaga sosial yang tampil sebagai corong perwakilan gagasan bagi sebuah nilai yang
belum semuanya memasyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah yang kami susun kami mencoba akan membahas tentang single parent dalam
kesehatan reproduksi dan single parent dalam kehidupan umum.

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas penulis merumuskan tujuan pokok sebagai berikut
:
1. Untuk lebih mengetahui lebih jauh lagi tentang pengaruh single parent terhadap kesehatan
reproduksi dan pengaruh single paret dalam kehidupan umum
2. Untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Keluarga
Konsep keluarga bukan lagi kaku secara teori konvensional bahwa keluarga terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak kandung.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dalam suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (depkes RI 1998)
B. Fungsi keluarga menurut WHO
Fungsi biologis
Fungsi psikologis
Fungsi sosial budaya
Fungsi sosial ekonomi
Fungsi pendidikan

C. Sosiologi Keluarga
Gagasan lahirnya ilmu sosiologi keluarga berawal dari momentum revolusi Perancis 1789 yang
diikuti perubahan mendalam pada hubungan keluarga. Perubahan-perubahan itu jauh lebih
ekstrim tatkala dunia dilanda perang dunia Ke-II di mana pemimpin negara-negara yang sedang
menuju tahap/era industrialisasi, mengeluarkan undang-undang baru yang bertujuan membentuk
pola-pola keluarga yang lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan kota dan industri
(Hasyim,2004:3).
Sosiologi keluarga memandang bahwa setiap keluarga ialah fungsi pengantara masyarakat besar.
Daya tahan sebuah keluarga terletak pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, baik yang
bersifat primer maupun yang bersifat tersier, seperti produksi dan pembagian makanan,
perlindungan terhadap kaum muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan
hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial, dan lain sebagainya
(Hasyim, 2004: 3).
Revolusi industri yang terjadi telah membawa perubahan-perubahan yang sangat signifikan. Di
satu sisi revolusi industri membawa dampak positif bagi perkembangan ilmu dan pertumbuhan
ekonomi, di sisi lain revolusi industri membawa imbas negatif yang begitu dahsyat. Etos-etos
tradisi terancam tercabut dari akarnya dan kecemasan yang mendalam akan semakin hilangnya
kekuasaan dan wibawa gereja dan kerukunan hidup (Ihromi,2004:3). Pola-pola keluarga
tradisional yang mapan memperoleh kesaksian yang dahsyat. Kerukunan hidup keluarga
terkoyak. Goode mengemukakan satu contoh fenomena sosial yang melanda keharmonisan
keluarga sebagai dampak revolusi industri dan perkotaan. Seperempat sampai sepertiga
pasangan yang menikah akan bercerai, mereka tidak menjunjung tinggi nilai monogami. Kinsey
memperkirakan bahwa setengah dari semua laki-laki yang telah menikah melakukan hubungan
kelamin di luar perkawinan, tetapi barangkali sebagian besar dari mereka percaya akan manfaat
kesetiaan. (Hasyim, 2004:12)
Revolusi industri, pola keluarga konjunal serta masalah urbanisasi menjadi variabel utama yang
menggerogoti kerukunan keluarga sekalipun perkawinan itu dibangun berdasarkan cinta dan
kesetiaan. Terhadap fenomena itu Goode menyatakan sebagai contoh di Amerika, hampir
semua perkawinan pertama didasarkan atas hubungan cinta dan jarang yang akan mengakui
bahwa mereka menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya. (Hasyim , 2004:13).
Fenomena tentang perceraian dan peran single parent tidak hanya menarik perhatian para pakar
sosiologi untuk dijadikan objek kajian ilmiah, namun seorang sastrawan yang handal seperti La
Vyrle Spencer merekam realitas itu ke dalam bentuk yang lebih unik, yang dikemas dalam
kandungan estetika yang tinggi dan menjadi sebuah novel sebagai corong perwakilan bagi
selaksa nilai yang mengkristal dalam wilayah kehidupannya.

D. Definisi Single Parents


Single parent adalah seorang ayah atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai
kepala keluarga sekaligus ibu rumah tangga. Orang tua tunggal atau biasa disebut dengan istilah
single parent adalah orang tua yang hanya terdiri dari satu orang saja, dimana didalam rumah
tangga ia berperan sebagai ibu dan juga berperan sebagai ayah. Saat ini keluarga orang tua
tunggal memiliki serangkaian masalah khusus. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang
tua yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka mungkin lebih sedikit sifat positif yang
ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orang tua dibandingkan dengan keluarga dengan orang
tua tunggal. Orang tua tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya karena
orang tua tunggal ini tidak mempunyai pasangan untuk saling menopang.
Pilihan untuk menjadi orang tua tunggal adalah pilhan yang sangat berat, walaupun demikian
daripada aborsi dan menambah beban dosa, mereka lebih ikhlas menjadi oarng tua tunggal.
Untuk iini mereka juga harus siap menerima reaksi dari orang tua, keluarga dan dikucilkan entah
untuk sementara atau untuk selamanya. Belum lagi menjadi gunjingan maupun dicibirkan oleh
teman, tetangga maupun rekan kerja. Untuk menjalani semua itu dibutuhkan kekuatan hati dan
daya juang yang tinggi, termasuk mengikis perasaan dendam kepada silelaki notabene ayah dari
anaknya sendiri. Sedangkan bagi perempuan yang sudah menikah siap atau tidak predikat janda
dengan anak yang disandangnya. Untuk menjadi orang tua tunggal itu tidaklah mudah.

E. Penyebab Orang Tua Tunggal


Ada dua jenis kategori orang tua tunggal yaitu yang sama sekali tidak pernah menikah dan
sempat atau pernah menikah. Mereka menjadi orang tua tunggal bisa saja disebabkan, karena
ditinggal mati lebih awal oleh pasangan hidupnya, ataupun akibat perceraian atau bisa juga
ditinggal oleh sang kekasih yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, dan
kebanyakan terjadi dikalangan remaja yang terlibat dalam pergaulan bebas. Penyebab single
parent antara lain :
Perceraian
Kematian
Kehamilan diluar nikah
Bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah, kemudian mengadopsi anak orang
lain (majalah ayah bunda)
Seorang ibu dapat menjadi orang tua tunggal mungkin karena kematian suaminya atau
perceraian, dan beberapa ibu tentu tidak pernah menikah lagi, termasuk mereka yang memilih
memlih menjadi ibu tunggal. Saat ini percerraian menjadi cara yang umum untuk menjadi orang
tua tunggal. Ibu yang bercerai lebih banyak mengalami kesulitan dalam masalah kekuasaan dan
kedisiplinan. Beberapa ibu menjelaskan tentang beratnya mengemban tugas tersebut. Para ibu ini
mulai terpaksa mulai bekerja diluar rumah untuk pertama kalinya guna memenuhi kebutuhan
keuangan keluarganya dengan gaji pertama yang tidak begitu banyak. Beberapa diantaranya juga
tidak dapat lagi menggantungkan kebutuhan keuangan dan emosonalnya kemantan suaminya.
George Levinger mengambil 600 sampel pasangan suami-istri yang mengajukan perceraian dan
mereka paling sedikit mempunyai satu orang anak di bawah usia 14 tahun. Levinger menyusun
sejumlah kategori keluhan yang diajukan, yaitu:
(1) pasangannya sering mengabaikan kewajiban rumah tangga dan anak, seperti jarang pulang ke
rumah, tidak ada kepastian waktu berada di rumah, serta tidak adanya kedekatan emosional
dengan anak dan pasangan;
(2) masalah keuangan (tidak cukupnya penghasilan yang diterima untuk menghidupi keluarga
dan kebutuhan rumah tangga);
(3) adanya penyiksaan fisik terhadap pasangan;
(4) pasangannya sering berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar serta menyakitkan;
(5) tidak setia, seperti punya kekasih lain dan sering berzina dengan orang lain;
(6) sering mabuk dan judi;
(7) ketidakcocokan dalam melaksanakan hubungan seksual;
(8) keterlibatan/ campur tangan dan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangannya;
(9) kecurigaan, kecemburuan serta ketidakpercayaan dari pasangannya;
(10) berkurangnya perasaan cinta sehingga jarang berkomunikasi, kurangnya perhatian dan
kebersamaan di antara pasangan;
(11) tuntutan yang dianggap berlebihan sehingga pasangannya sering menjadi tidak sabar, tidak
ada toleransi dan dirasakan terlalu menguasai; (melalui Ihromi, 2004; 155)

F. Dampak orang tua tunggal terhadap kehidupan wanita termasuk reproduksi


Ibu yang bercerai ataupun wanita yang memutuskan untuk menjadi ibu tunggal seringkali terlalu
dibebani dengan masalah ekonomi, mereka cenderung tidak memliki uang untuk menikmati
hidup, dan tak bisa memikirkan dirinya sendiri karena terlalu banyak pikiran yang tercurah untuk
anak-anaknya. Adapun dampak terhadap tarhadap reproduksinya yaitu kebutuhan seksual oarng
tua tunggal tidak terpenuhi, sehingga terkadang merka berfikir untuk mencari pendamping hidup
ataupun sekedar mmencari pelarian, namun adapula sebgian wanita yang merasa trauma dengan
lelaki sehingga mreka lebih cendrung menyukai sesame jenisnya.
Banyak ibu tunggal saat ini belum pernah menikah. Peningkatan jumlah perempuan
menghabiskan 20-an mereka membangun diri dalam karir mereka dan tidak serius keinginan
anak-anak sampai mereka mencapai usia 30-an. Pada saat itu mereka mungkin merasa bahwa
jika mereka menunggu sampai mereka bertemu jodoh yang cocok, mungkin terlalu terlambat
untuk melahirkan anak. Ide memiliki anak di luar perkawinan juga menjadi lebih luas diterima
oleh wanita yang lebih muda.
Beberapa wanita yang memilih untuk ibu tanpa perkawinan memilih untuk menjadi hamil
dengan cara inseminasi buatan. Tetapi banyak menemukan bahwa beberapa dokter tidak mau
artifisial membuahi seorang wanita yang belum menikah. Beberapa yang memilih inseminasi
buatan benar-benar tidak ingin menjadi emosional terlibat dengan ayah dari anak dan merasa ini
akan dihindari jika mereka tahu dia. Lainnya, terutama perempuan lesbian, memilih inseminasi
buatan hanya karena tidak memerlukan hubungan pribadi dengan pasangan laki-laki. Yang lain
ingin membesarkan anak sendiri dan takut bahwa jika mereka tahu ayah, ia kemudian bisa
membuat klaim pada anak.
Beberapa wanita yang menginginkan anak tanpa menikah memilih mitra yang bersedia untuk
ayah anak dengan tanpa pamrih. Lain setuju ayah diakui akan terlibat dalam kehidupan anak
walaupun orang tua tidak akan menikah.
Apapun pilihan mereka, bagaimanapun, ibu-ibu ini bebas untuk membesarkan anak-anak mereka
sesuai dengan ide-ide mereka sendiri dan nilai-nilai, dan mereka menuai banyak manfaat
orangtua. Di sisi lain, mereka melakukan tanggung jawab yang berat dan risiko kesepian
pengasuhan tanpa mitra dengan siapa untuk berbagi baik beban dan waktu yang baik. Untuk
alasan ini, dukungan kelompok untuk ibu tunggal tersebut telah mulai musim semi up-setidaknya
di beberapa kota besar (dan juga di Internet).

G. Peran Seks dalam Perkawinan


Seks memegang peran penting dalam sebuah perkawinan. Pasangan suami-istri membutuhkan
seks sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan biologis mereka dan sarana untuk menghasilkan
generasi baru. Berdasarkan berbagai survei di Amerika, % dari perceraian yang terjadi diberikan
kepada wanita. Fenomena ini menggambarkan konsep/paradigma wanita dalam memandang arti
perkawinan yang lebih besar bagi mereka dari pada laki-laki, ketergantungan mereka dan
kepuasan untuk penyesuaian diri terhadap kehidupan itu sendiri (Goode, 2004; 196). Sebaliknya,
terdapat satu pengembangan penelitian yang menemukan bahwa para suami lebih sering
melakukan perceraian. Argumentasinya adalah hampir semua waktu, energi dan tenaga suami
dihabiskan di luar rumahnya. Kesempatan atau keadaan demikian membuka peluang kepada
suami untuk terlibat dalam tingkah laku yang rentan terhadap keharmonisan keluarganya. Suami
boleh saja menjalin banyak persahabatan dengan lawan jenisnya. Akibatnya, terjadi jarak atau
kurangnya keterikatan kepada rumahnya sebagaimana halnya, istrinya, dan lebih banyak
kemungkinan untuk memperoleh kegembiraan hiburan, dan juga kesibukan di luar rumah.
(Goode, 2004: 197).
Goode lebih lanjut menjelaskan bahwa norma-norma persamaan hak modern, kelakuan sang
suami itu mungkin membuat sang istri tidak bahagia. Sementara, bagi sang suami, istrinya tidak
mempunyai banyak kekuasaan/otoritas untuk mengendalikan atau memaksanya agar mengikuti
kemauannya. Sang istri pada permulaan, sedikit kemungkinan menginginkan perceraian,
sedangkan sang suami kemungkinan merasa bersalah untuk menuntut hal itu. Hasilnya ialah
bahwa laki-laki mungkin mengembangkan pola tingkah laku yang menimbulkan celaan, kutukan
dan pelecehan bagi sang istri sebagai bagian dari memuncaknya pertengkaran antar keduanya
yaitu membuat dirinya tidak disukai, ia menimbulkan dalam diri istrinya (dengan sengaja atau
tidak) keinginan untuk memutuskan hubungan perkawinan (2004; 197).

H. Dampak Perceraian terhadap Mantan Pasangan Suami Istri


Menurut Karim, konsekuensi utama yang ditanggung oleh mantan pasangan suami-istri pasca
perceraian adalah masalah penyesuaian kembali terhadap peranan masing-masing serta
hubungan dengan lingkungan sosial (social relationship) (melalui Ihromi, 2004:156).
Goode mengamati proses penyesuaian kembali (readjustment) dalam hal perubahan peran
sebagai suami-istri dan memperoleh peran baru. Perubahan lain adalah perubahan hubungan
sosial ketika mereka bukan lagi sebagai pasangan suami-istri. Penyesuaian kembali ini termasuk
upaya mereka yang bercerai untuk menjadi seseorang yang mempunyai hak dan kewajiban
individu, jadi tidak lagi sebagai mantan suami atau mantan istri (melalui Karim, 2004:156).
Krantzler menyatakan perceraian bagi kebanyakan orang dipandang sebagai masa transisi yang
penuh kesedihan, artinya masyarakat atau komunitas sekitar ikut berperan sebagai wasit atau
pengadilan dalam menilai perceraian itu sebagai sesuatu yang tidak patut (melalui Karim,
2004:157).
Waller menilai pasca perceraian sebagai masa yang kurang dan hilang dalam kehidupan
pasangan suami-istri yang bercerai. Seseorang pada masa ini dilanda perasaan ambivalen
antara melihat perceraian sebagai sesuatu yang membahagiakan dan membebaskan dan
munculnya rasa sedih mengenang kebersamaan pada masa-masa indah dulu (melalui Karim,
2004:157). Sementara, Scanzoni dan Scanzoni (lewat Karim) menilai setelah perceraian
seseorang tidak perlu bersedih dan tidak perlu menghampiri kembali mantan pasangannya.
Alasannya adalah perceraian itu sendiri menandakan rasa benci dan ketidaksenangan hidup
bersama lagi (melalui 2004:157).
Terdapat dua hal utama yang menjadi fokus pengamatan Goode terhadap pasangan suami istri
yang bercerai yaitu perubahan-perubahan yang terjadi di dalam hubungan sosial di mana mereka
bukan lagi sebagai pasangan suami istri serta peran sebagai suami atau istri dan memperoleh
peran baru (2004: 165)
Mel Krantzler (lewat Ihromi 2004), seorang konsultan masalah perceraian mengamati bahwa
perceraian merupakan sebuah masa transisi yang penuh kesedihan. Masa penuh kesedihan atau
kedukaan apabila dikaitkan dengan harapan-harapan masyarakat. Apabila masyarakat
memandang perceraian sebagai sesuatu yang tidak patut, maka dalam proses penyatuan
kembali, seseorang akan merasakan beratnya tantangan yang harus dihadapi karena perceraian.
Perceraian antara pasangan suami-istri menghasilkan dampak lain yaitu masalah penyesuaian
kembali terhadap peranan masing-masing serta hubungan dengan lingkungan sosial (social
relationship), (Goode lewat Ihromi, 2005: 156)
Scanzoni and Scanzoni kemudian membuat sintesa atas konsep-konsep pemikiran Krantzler
(lewat Ihroni 2004: 157) dalam tulisan creative Divorce. Menurut Kranztler perceraian
memberikan peluang kepada seseorang untuk memperoleh pengalaman-pengalaman serta
kreativitas baru guna mengisi kehidupan menjadi lebih baik dan menyenangkan dari sebelumnya.
Krantzler berpendapat bahwa perceraian tidak harus diartikan sebagai kegagalan yang membawa
kesedihan bagi seseorang. Untuk menguatkan pandangannya, ia mengutip tulisan Herman Hesse
(penulis puisi dan novel) yang pernah mengalami perceraian sebanyak dua kali yaitu Be ready
bravely and without remorse to fin now light that old ties cannot give'
Scanzoni and Scanzoni (lewat Ihroni 2004) mengatakan pasca perceraian seseorang tidak perlu
bersedih dan tidak perlu mengharapkan kembali mantan pasangannya. Alasannya adalah
perceraian itu sendiri menandakan adanya rasa benci dan tidak senang hidup bersama lagi.
Perceraian tidak harus ditangisi dan seseorang tidak perlu membenamkan dirinya dalam
kesedihan atau kedukaan secara berlebihan karena kehilangan banyak yang pernah dimilikinya
dan dirasakannya selama hidup bersama pasangannya. Scanzoni dan Scanzoni kembali
mendengarkan, mantan pasangan suami istri seyogyanya menyadari bawah kebersamaan dan
saling ketergantungan diantara mereka telah berakhir.
I. Masalah orang tua tunggal
Masalah utama bagi orang tua tunggal khususnya bagi wanita yaitu pada masalah ekonomi, dan
bagi pria mereka lebih cenderuung mengalami kesulitan menjadi seorang ibu, yang tidak terbiasa
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bagi wanita yang bersatatus ibu tunggal, yang diakibatkan
oleh pergaulan bebas ataupun karena korban perkosaan, mereka cenderung sulit menerima
kehadiran anaknya, belum siap menerima kenyataan bahwa dirinya kini sudah berstatus ibu,
cibiran tetangga, dan masalah-masalah yang timbul selanjutnya yang beerhubungan dengan
status anaknya, bahkan mungkin pertanyaan anaknya yang ingin mengetahui dimana ayah
mereka. Hl inilah yang membuat sebagian besar wanita mengalami depresi yang menyandang
sebagai ibu tunggal. Namun tidak semua pula para ibu tunggal yang berfikiran seperti itu,
misalnya salah satu selebriti papan atas yang mengaku siap menjadi orang tua tunggal, dan siap
menerima segala konsekuensinya sebagai ibu tunggal dan baginya ia menikmati perannya
sebagai ibu walaupun tanpa adanya sesosok ayah untuk anaknya.

J. Penaggulangan orang tua tunggal


Orang tua tunggal bisa tetap bahagia menjalani hidup ini dengan tetap menggunakan pendekatan
yang positif. Dengan menjadikan hsl-hsl ysng positif dalam hidup menjadi pemicunya, maka
kebahagiaan tersebut juga bisa didapatkan. Barikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
orang tua tunggal agar tetap bisa bahagia :
Focus pada anak-anak. Jika anak-anak adalah pusat kehidupan anda, dengan sendirinya anak-
anak tersebuta akan menhetahui dan merespons apapun yang terjadi pada diri orang tuanya.
Mengenal diri sendiri. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengenal diri sendiri dan merasa
nyaman dengan kesendirian tinggalkan segala pikiran yang negative tentang kesendidrian dan
berlatihlah untuk merasa cukup nyaman dengan diri sendiri.
Libatkan anak-anak dalam mencerminkan peran orang tua yag hilang. Dalam hal ini bukan
berarti harus menemukan pengganti dari seorang ibu atau ayah, tapi bisa dengan membuata anak
dekat dengan paman, bibi atau kakek dan nenek untuk mengisi kekosongan salah satu orang tua.
Biarkan anak-anak tahu bahwa dirinya dapat melengkapkan hidup anda. Jika anda percaya
bahwa anda tetap bisa bertahan tanpa seorang laki-laki atau seorang perempuan disamping anda
maka anak-anakpun akan mempercayai itu. Karena anak adalah cerminan oleh apa yang
dirasakan oleh orang tuanya.
Memahami bahwa anda tidak bisa menjadi segalanya bagi anak-anak. Dengan memahami hal
tersebut akan membuat merasa tidak terlalu tertekan namun bukan berarti anak-anak tidak bisa
kasih saying yang sempurna. Kasih saying bisa didapatkan dari saudara atau orang-orang
terdekat anda.

K. Dampak Single Parent Dikaitkan Dengan Fungsi Keluarga :


Fungsi seksual dan reproduksi
Fungsi sosialisasi
Fungsi ekonomi
Fungsi budaya
Fungsi edukasi
Fungsi agama
Fungsi perlindungan

L. Hal-Hal Yang Perlu Dilakukan Oleh Single Parent


1. Keterbukaan
Menyandang status single parent (janda/duda) sebenarnya bukanlah suatu hal yang harus ditutup-
tutupi. Ketika masyarakat menilai status itu dengan prasangka negatif, sebagian orang justru bisa
menunjukan bahwa menjadi single parent justru bukan sesuatu yang buruk.
2. Mengisi waktu
Sebagai manusia biasa, kehilangan pasangan hidup bisa menimbulkan rasa kesepian, rasa
kesendirian yang mendalam biasanya muncul ketika dia sedang dilanda masalah.

3. Membuka diri untuk masa depan


Berbagi cerita dengan orang-orang yang bernasib sama adalah salah satu terapi yang bisa
dilakukan untuk mengurangi tekanan psikologis. Kegiatan ini juga dilakukan oleh mereka yang
tidak siap menjalani statusnya sebagai single parent (janda/duda). Melalui komunitas berbagi ini
mereka dapat membuka diri untuk pergaulan meski tetap masih memilih-milih teman.

Adapun hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Single Parent Berkaitan Dengan Anaknya,
antaralain :
Selain berharap ayah dan ibunya berumur panjang, anak-anak mengharapkan kedua orang
tuanya itu senantiasa hadir ditengah-tengah mereka
Terjadinya kesepahaman antara suami dan isteri dalam berbagai hal yang berhungan dengan
kehidupan pribadi dapat berpengaruh pada diri anak
Terdapatnya sistem dan aturan yang sama dalam membina rumah tangga dan mendidik anak
bukan berarti meniadakan sistem dan aturan yang lain
Tersedianya berbagai perlengkapan rumah tangga tentunya untuk kehidupan yang wajar dan
tidak bermegah-megahan
Adanya rasa kasih sayang yang bersumber dari keyakinan dan keimanan, inilah yang akan
mempersatukan suami dan isteri dengan anggota keluarga yang lain

M. Dilema anak
Selain berbagi kiat cara menghadapi stigma sosial, komunitas tersebut juga dapat saling
memberikan masukan tentang bagaimana menjadi orang tua tunggal, untuk selalu terbuka
dengan anaknya dalam berbagai masalah. Dampak bagi mental Anak
Ketidakhadiran ayah bagi anak perempuan tidak memberi dampak yang besar dibandingkan
dengan ketidakhadiran ayah pada anak laki-laki.
Jangan mengevaluasi anak dengan kata-kata yang negatif sehingga anak-anak kehilangan
kepercayaan diri
Libatkan dia dengan lingkungan keluarga yang memiliki anak laki-laki dan izinkan dia untuk
mengambil keputusan atas nama dan untuk dirinya sendiri

N. Dampak Single Parent Bagi Perkembangan Anak


Tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik sehingga anak kurang dapat
berinteraksi dengan lingkungan, menjadi minder dan menarik diri
Pada anak single parent dengan ekonomi rendah, biasanya nutrisi tidak seimbang sehingga
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu
Single parent kurang dapat menanamkan adat istiadat dan murung dalam keluarga, sehingga
anak kurang dapat bersopan santun dan tidak meneruskan budaya keluarga, serta mengakibatkan
kenakalan karena adanya ketidakselarasan dalam keluarga
Dibidang pendidikan, single parent sibuk untuk mencari nafkah sehingga pendidikan anak
kurang sempurna dan tidak optimal
Dasar pendidikan agama pada anak single parent biasanya kurang sehingga anak jauh dari nilai
agama
Single parent kurang bisa melindungi anaknya dari gangguan orang lain, dan bila dalam jangka
waktu lama, maka akan menimbulkan kecemasan pada anak atau gangguan psikologis yang
sangat berpengaruh pada perkembangan anak

O. 6 Karakter Dalam Keluarga Single Parent Yang Prima


Adanya kualitas waktu yang dihabiskan bersama dalam anggota keluarga.
Memberikan perhatian lebih, termasuk dalam hal-hal kecil, seperti meninggalkan pesan yang
melukiskan perhatian dari orang tua
Keluarga yang prima adalah keluarga yang saling komitmen satu sama lainnya
Menghormati satu sama lain, contohnya : dengan mengucapkan atau mengekspresikan rasa
sayang kepada anak-anak, mengucapkan terima kasih pada saat anak-anak selesai melakukan
tugas yang diberikan
Kemampuan berkomunikasi penting dalam membangun keluarga yang prima
Kondisi krisis dan stress dianggap sebagai tahapan kesempatan untuk terus berkembang

P. Pentingnya Konseling Agar Dapat :


Menyesuaikan diri terhadap lingkungan
Penerimaan ibu dan anak dalam lingkaran keluarga
Masuk dalam lingkungan keluarga/masyarakat secara wajar
Upaya menyatukan kembali keluarga, bagi keluarga mereka yang ditelantarkan suami/ayah

BAB III
KESIMPULAN

Secara umum single parents berdampak pada tidak berjalannya fungsi keluarga, yang antara lain
:
Fungsi seksual dan reproduksi
Fungsi sosialisasi
Fungsi ekonomi
Fungsi budaya
Fungsi edukasi
Fungsi agama
Fungsi perlindungan
Dalam hal kesehatan reproduksi, single parents berdampak pada kebutuhan seksual oarng tua
tunggal tidak terpenuhi, sehingga terkadang merka berfikir untuk mencari pendamping hidup
ataupun sekedar mmencari pelarian, namun adapula sebgian wanita yang merasa trauma dengan
lelaki sehingga mreka lebih cendrung menyukai sesame jenisnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kesehatanreproduksi.com/
http://hadikuntoro.blogspot.com/2007/09/single-parent.html
http://retnowati.blogspot.com/2005/03/single-parent-menyiapkan-kemandirian.html

catatan kuliah lenteraimpian


hidup hanya sekali hiduplah yang berarti

about midwife
who am I?

Posted by: lenteraimpian | February 11, 2010

PERNIKAHAN USIA MUDA


Dimensi sosial adalah kedudukan perempuan didalam keluarga dan masyarakat

Nilai sosial adalah suatu penghargaan yang diberikan olh individu, keluarga dan masyarakat
kepada perempuan.

Statua sosial adalah kedudukan seseorang dalam keluarga dan masyarakat.


Pernikahan adalah.

Lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan
(dalam masyarakat tradisional hal itu juga bearti perjanjian antara keluarga atau clan),
atas dasar hak dan kewajiban yang setara dengan kedua pihak
Penyerahan diri total seorang perempuan terhadap laki-laki
Peristiwa saat seorang ayah secara resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-
laki lain untuk dipakai sesuka hati laki-laki itu

Tujuan pernikahan adalah.

Untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan
Untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk didalamnya
pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami
Pengakuan hak hukum anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan tersebut
Untuk pendataan dan kepentingan demografi

Kriteria keberhasilan sebuah pernikahan

Kebahagiaan suami isteri


Hubungan yang baik antara orang tua dan anak
Penyesuaian yang baik dari anak-anak
Kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat
Kebersamaan
Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan
Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan

Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan
perempuan remaja

Remaja di Jawa Barat menikah pertama kali rata-rata pada saat berusia 17-18 tahun
Rata-rata pernikahan usia muda ini terjadi di daerah pantai utara, pantai selatan dan di
pegunungan
Jatim, Yogyakarta, Jateng dan DKI Jakarta rata-rata menikah pada usia 19 tahun
Jawa Barat salah satu penymbang AKI terbesar di Indonesia menyimpan kasus-kasus
perkawinan perempuan dibawah umur 16 tahun yang cukup besar jumlahnya.
Badan pusat statistik menyebutkan 21,75% anak perempuan di perkotaan menikah pada
usia dibawah 16 tahun dan 47,79% di kawasan pedesaan

Undang-undang perkawinan no. 1 tahun 1974 pasal 7 ayat 1

Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai 16 tahun

Alasan pernikahan usia muda


Faktor sosial budaya
Ekonomi
Pendidikan
Agama

Dampak yang terjadi karena pernikahan usia muda

1) Kesehatan perempuan

Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri


Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
Beresiko pada kematian usia dini
Meningkatkan Angka Kematian Ibu (AKI), ingat 4T
Study epidemiologi kanker serviks : resiko meningkat lebih dari 10x bila jumlah mitra
sex 6/lebih atau bila berhubungan seks paertama dibawah usia 15 tahun
Semakin muda wanita memiliki anak pertama, semakin rentan terkena kanker serviks
Resiko terkena penyakit menular seksual

2) Kualitas anak

Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih
banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri
Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-rata lebih kecil
dan bayi dengan BBR memiliki kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal

3) Keharmonisan keluarga dan perceraian

Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian
Ego remaja yang masih tinggi
Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai
ketika memutuskan untuk menikah
Perselingkuhan
Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua
Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional
Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi

Upaya pencegahan terjadinya pernikahan usia muda

Undang-undang perkawinan
Bimbingan kepada remaja dan menjelaskan tentang sex education
Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat
Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat
Model desa percontohan pendewasaan usia perkawinan

Aristoteles
Orang orang muda punya hasrat-hasrat yang sangat kuat dan mereka cenderung untuk
memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya tanpa membeda-bedakannya, dari hasrat-hasrat tubuh
mereka, hasrat seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal inilah mereka menunjukan
hilangnya kontrol diri

About these ads

Related

Gender Dalam Kesehatan ReproduksiIn "kesehatan reproduksi"

INCEST/PERKAWINAN SEDARAHIn "ilmu sosial budaya"

KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI (kespro)In "kesehatan reproduksi"

Posted in ilmu sosial budaya, psikologi kebidanan, women

Previous Post
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Responses

1.

bagaimana pun juga lebih baik pernikahan dini daripada perzinahan dini, lebih baik
pernikahan usia muda daripada perzinahan usia muda.
sudah seharusnya jika memang tidak siap untuk menikah, maka jangan berpacaran,
apalagi jika sampai melewati batas.

By: lenteraimpian on February 11, 2010


at 2:25 am

Reply

2.

pernikahan dini dinyatakan sah apabila secara fisik dan psikis memang telah matang dan
siap
sebaiknya apabila telah matang secara fisik tetapi belum siap secara mental terlebih lagi
mencoba-coba gaya hidup bebas lebih baik banyak2lah berdoa agar terhindar dari godaan
syeton nirojim dlm melakukan zina..

By: hermy on February 18, 2010


at 5:03 am

Reply

3.

mending menikah pada usia muda aja gak peduli bagaimana pun kondisinya. Menikah
pada usia lanjut (bukan lansia lho :) ) gak enak. Kayak saya co udah 33 tahun masih
belum nikah rasanya mau menikah berat banget. Padahal sudah banyak gadis yang
disodorkan tapi yah tak satupun yang mampir di hati. Semakin bertambah usia biasanya
manusia semakin mapan dan semakin terbiasa hidup bebas dan sendiri. Di sinilah
masalahnya, semakin terbiasa. Akibatnya menikah sudah bukan lagi menjadi prioritas.

By: susahnikah on April 20, 2010


at 11:27 pm

Reply

4.

terima kasih atas nasihatnya.


semoga dimudahkan dalam menggenapkan separuh agamanya. amiin

By: lenteraimpian on April 23, 2010


at 4:47 pm

Reply

5.
Hidup ini adalah pilihan, termasuk dalam pernikahan. Mau nikah di usia muda boleh,
juga sebaliknya nikah di usia yang matang atau cukup ideal. Atas dasar pilihan itulah,
kita harus mempertanggung jawabkannya dunia akhirat. Pernikahan bukan hanya
persoalan kehidupan seks, tapi juga persoalan membangun keluarga. Persoalan rencana
penataan kehidupan rumah tangga (berkeluarga) harus menjadi pertimbangan matang
sebelum memutuskan peristiwa perkawinan. Saya lebih memilih kawin diusia
ideal/matang. Sekolah bekerja kawin punya anak. Bukan sebaliknya punya anak
kawin bekerja sekolah

By: suryadi on August 2, 2010


at 3:40 am

Reply

6.

Nice blog gan

By: Dede Lasmana on April 8, 2011


at 12:03 pm

Reply

7.

sebenarnya bener ga sih pernikahan di bawah usia 16 tahun bisa nyebabin kanker
rahim???karna rahima lum mateng
biasanya orang yang udah tua juga bisa,tu knapa??

By: ida farida on April 16, 2011


at 8:24 am

Reply

Leave a Reply
Categories
1
anatomi
ASKEB
etika profesi
gizi
ilmu kesehatan anak
ilmu sosial budaya
info kesehatan
kesehatan reproduksi
konsep kebidanan
MTBS
obgyn
patologi
psikologi kebidanan
seni kebidanan
women

Welcome

Kalender Islami
kalender
February 2010
M T W T F S S
Mar Mar
1 2 3 4 5 6 7
February 2010
M T W T F S S
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28

kategori
1 (1)
anatomi (1)
ASKEB (21)
o BBL (4)
o kehamilan (10)
o persalinan (9)
etika profesi (1)
gizi (6)
ilmu kesehatan anak (2)
ilmu sosial budaya (8)
info kesehatan (10)
kesehatan reproduksi (9)
konsep kebidanan (2)
MTBS (6)
obgyn (1)
patologi (8)
psikologi kebidanan (9)
seni kebidanan (3)
women (5)

Tulisan Teratas
IMUNISASI
MASALAH-MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA BAYI DAN ANAK
MACAM-MACAM GANGGUAN MENSTRUASI
GIZI PADA LANSIA
ASI EKSKLUSIF DAN CARA MENYUSUI YANG BENAR

Tulisan Terbaru
ANEKA NASI TIM
ANEKA BUBUR UNTUK BAYI
Teknik Memenuhi Rasa Nyaman Pada Masa Hamil (Distraksi & Relaksasi)
PERAWATAN PAYUDARA PADA KEHAMILAN (breast care)
ASI EKSKLUSIF DAN CARA MENYUSUI YANG BENAR
komentar

nano on INFEKSI SALURAN REPRODUKSI (IS

Askeb Anc Ibu Hamil on TANDA BAHAYA DAN KOMPLIKASI PA

diana on MASALAH-MASALAH YANG LAZIM TER

diare pada ibu hamil on TANDA BAHAYA DAN KOMPLIKASI PA

Nur Aviv on TANDA BAHAYA DAN KOMPLIKASI PA

andhyta on ASUHAN PADA IBU BERSALIN KALA

afrida on MACAM-MACAM GANGGUAN MENSTRUAS

Archives
April 2010 (8)
March 2010 (18)
February 2010 (34)
March 2008 (2)
December 2007 (3)
November 2007 (1)

Create a free website or blog at WordPress.com. | The Ocean Mist Theme.

Follow

Follow catatan kuliah lenteraimpian

Get every new post delivered to your Inbox.

Join 32 other followers

Build a website with WordPress.com

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam setiap sendi kehidupan, kita tak terlepas dari peran dan sentuh wanita. Peran wanita sangat
beragam dalam kehidupan. Ia bisa menjadi seorang ibu yang pengasih dan penyayang, tapi juga bisa
sekaligus menjadi sosok kokoh untuk dijadikan tempat bersandar keluarganya.

Konon, sejarah Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, dimulai pada tahun 1928 di Yogyakarta.
Pada awalnya hari itu diperingati sebagai upaya untuk mengenang semangat dan perjuangan para
perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa. Namun dari sana, kita bisa bercermin bahwa
sebenarnya, wanita yang selalu diidentikkan dengan kelemah lembutan sebenarnya memiliki daya untuk
mengubah suatu hal jika mereka mau berupaya. Bahkan wanita memiliki daya untuk mengubah bahkan
menggerakkan suatu hal yang besar, contohnya, perekonomian negara kita.

Rommy Haryanto, dari Peduli Perempuan, pada acara The Surviving Female Peddlers Photo Exhibition,
(17/12), Plaza Senayan, Jakarta, mengatakan, bahwa sebenarnya dua per tiga kontribusi ekonomi negeri
kita berasal dari wanita. Namun sayangnya, dampaknya tidak terlalu terasa karena pekerjaan mereka
tidak diakui. Di mulai dari yang terkecil, misal, di pedesaan, yang didominasi petani wanita, nama
mereka tidak tercantum dalam koperasi, ataupun hasil kerja mereka menuai panen tumbuh-tumbuhan
tidak diekspos. Padahal hasil kerja mereka itu kemudian menggerakkan roda ekonomi kita.

Kurangnya ekspos dan pengakuan bahwa wanita masa kini sudah memiliki kekuatan dan memiliki
kemampuan untuk melakukan perubahan-perubahan kecil mendorong banyak pihak untuk mendorong
para wanita agar lebih berkarya. Seperti yang dilakukan oleh Tupperware beberapa waktu, lewat acara
yang mereka beri nama Tupperware She Can! Award yang dilakukan pada pertengahan Desember 2009
lalu di Hotel Indonesia Kempinski. Acara ini merupakan sebuah penganugerahan penghargaan kepada
38 wanita Indonesia yang dinilai inspiratif. Para wanita ini telah melewati berbagai seleksi untuk bisa
mendapatkan penghargaan tersebut. Para wanita-wanita ini dianggap mampu menginspirasi banyak
orang karena kemampuan mereka yang mencerahkan, mengedukasi, dan memberdayakan orang sekitar
untuk mewujudkan impian-impian mereka. Sebut saja, Yayuk Basuki, Waldjinah, Ligwina Hananto,
Alberthiene Endah, Anne Avantie, dan wanita-wanita Indonesia yang namanya mungkin belum banyak
terekspos media, namun peran karya mereka memiliki dampak tersendiri di sekitarnya. Mereka
mendapatkan penghargaan karena kemauan dan usaha mereka untuk melakukan perubahan. Mereka
adalah wanita-wanita Indonesia yang membuktikan bahwa ketika seorang wanita mau berupaya,
mereka bisa.
Sementara, pesan bahwa wanita memang memiliki peran dan warna yang unik dalam hidup ini dan
bisa menjadi seorang agen perubahan disebarkan oleh Unilever dalam acaranya yang bertajuk Warna
Warni Kasih Ibu di Grand Indonesia Shopping Town. Pada peresmian dibukanya acara ini, Kamis (17/12)
lalu, Okty Damayanti, Customer Development Director mengatakan, Bahwa jika kita menginginkan
adanya perubahan di masyarakat, maka mulailah dari wanita. Karena, perjuangan ibu adalah tanpa
pamrih, dan mereka melakukannya dengan hati. Wanita juga memiliki peran yang besar dalam segala
hal di kehidupan kita. Tanpa sadar, sentuh mereka bisa mengubah banyak hal, dimulai dari keluarga.
Dalam acara yang berlangsung dari tanggal 17-27 Desember 2009 ini, Unilever mengapresiasi para
bunda dengan

B. Tujuan

a) Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Aktifitas Wanita diTempat Kerja

b) Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui Definisi wanita ditempat kerja
2) Mahasiswa mampu mengetahui Jenis-jenis pekerjaan wanita
3) Mahasiswa mampu mengetahui Konsep dan nilai kerja
4) Mahasiswa mampu mengetahui Faktor yang mempengaruhi
5) Mahasiswa mampu mengetahui Peraturan dan kebijakan
6) Mahasiswa mampu mengetahui Kasus dan kecelakaan kerja
C. Rumusan Masalah

1) Apa Definisi wanita ditempat kerja?


2) Apa saja Jenis-jenis pekerjaan wanita?
3) Apa saja Konsep dan nilai kerja?
4) Apa saja Faktor yang mempengaruhi?
5) Apa saja Peraturan dan kebijakan?
6) Bagaimana terjadinya Kasus dan kecelakaan kerja?
BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN WANITA DI TEMPAT KERJA

a. Menurut Kardamo adalah wanitayang kerja mengandalkan kemampuan dan keahlian untuk
menghasilkan uang agar dpt memenuhi kebutuhan hidup.

b. Pekerjaan diluar rumah adalah orang yang bekerja diluar rumah dengan memperoleh imbalan upah
dianggap pekerja dank arena mendapat penghargaan sosial lebih tinggi dibandingkan pekerjaan rumah
tangga.

c. Pekerjaan di dalam rumah adalah seseorang yang bekerja untuk mengurus rumah tangga dan
memelihara anak, telah diberi nilai sebagai penganggur dan dianggap sebagai bukan pekerja.

B. JENIS-JENIS PEKERJAAN WANITA

a. Full time worker : jenis pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para wanita secara penuh seharian.

Misal bekerja dikantor, pabrik, pekerja lapangan.

b. Half time worker : jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita secara part time( setengah hari)
jenis pekerjaan ini

contohnya:

pelayan restoran, SPG, dll.

c. Freelance : jenis pekerjaan yang fleksibel dalam hal waktu bekerja, pekerjaan ini tidak menentukan
waktu bekerja yang spesifik

C. KONSEP & NILAI KERJA BAGI WANITA


a. Tugas domestic biasanya tidak dianggap sebagai kerja

b. Kerja bagi wanita menjadi symbol status & sekaligus alat untuk mengekspresikan kemampuan bagi
dirinya.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA WANITA

a. Teknologi :

mempengaruhi kondisi kesehatan pekerja

b. Kebijakan produksi :

menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan pekerja wanita, missal: diberlakukannya jam kerja yang
panjang, penetapan kuota serta ditetapkan shift kerja.

c. Lingkungan kerja, misalnya:

buruknya ventilasi, jumlah tempat duduk yang tidak memadai, kadar suara dan debu yang berlebihan,
penerangan yang buruk, fasilitas sanitasi yang tidak memadai.

1.Ada 45,63% Buruh perempuan yang berdiri terus menerus 8-14 jam.

2.Ada 36,9% Buruh perempuan yang duduk terus menerus 8-14 jam.

E. PERATURAN DAN KEBIJAKAN

a. Ada 47 jenis aturan dibawah Depnaker dan 6 aturan dibawah departemen perkembangan dan energy
antara lain menyakut hak2 reproduksi.

b. UU No. 1 / 1951

c. Pasal 13 ayat 1 : pekerja perempuan tidak boleh diwajibkan pada hari pertama haid dan kedua haid.

d. Pasal 13 ayat 2 : pekerja wanita harus diberi cuti selama 1 bulan sebelum melahirkan dan 1 bulan
setelah melahirkan / keguguran.

e. Peralatan dan fasilitas kerja :

masker, penutup kepala, celemek, sarung tangan karet, penutup telinga.


F. KASUS & KECELAKAAN KERJA PEREMPUAN

a. Kelelahan kerja

b. Keracunan

c. Gangguan pernafasaan, pendengaran, dan penglihatan

d. Kesehatan reproduksi

e. Kesehatan psikis

G. BEBAN KERJA WANITA

Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di
seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu
istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya
dipengaruhi oleh waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan
membahayakan. Di India banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim panen
karena wanita terus-terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang
efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena
akan berpengaruh terhadap janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita
bekerja di industri-industri misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan,
bahan kimia, atau radiasi.

Peran jender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-
indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan
wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di
seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu
istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Peran jender yang menganggap
status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan,
kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga kekurangan waktu, informasi,
untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.

2. Saran

Terus semangat buat para wanita karir, karena tak selamanya wanita hanya bisa menerima dan
berpangku tangan kepada pemimpin dalam rumah tangga yaitu suami

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-
US%3Aofficial&q=wanita+di+tempat+kerja&btnG=Telusuri&meta=

2. http:// geloraviolet.blogger.com, 05 April 2012

3. Copyright 2012 Scribd Inc.WANITA DITEMPAT KERJA


4. http://agungsantoso77.wordpress.com/2009/02/24/memasyarakatkan-kesehatan-reproduksi-
wanita/
5. http://urfisyifa.blog.friendster.com/2007/07/wanita-di-tempat-kerja/
6. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-
US%3Aofficial&q=makalah+kesehatan+reproduksi+wanita+bekerja&btnG=Telusuri&meta

Anda mungkin juga menyukai