BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Radang atau infeksi pada alat-alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat akan
meninggalnya penderita, penyakit ini bisa sembuh tanpa menimbulkan bekas sama sekali,
adapun bekas nya seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini dapat hidup menahun darik
permulaannya.
Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita infeksi tersebut. Biasanya
sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan berbagai
gejala yang telah mengganggu.
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan
keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga sering kali mengalami
hambatan atau gangguan karna salah satu pihak suami atau istri bahkan keduanya mengalami
gangguan seksual. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ
reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan
pada organ reproduksi.
Berbagai macam gangguan yang sering terjadi pada alat reproduksi wanita salah satunya
kanker serviks yang merupakan penghalang masuknya kuman-kuman ke dalam genital internal,
dalam hubungan ini seorang nulipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman.
Sedangkan pada multipara dengan ostium uteri eksternum sehingga lebih rentan untuk terjadinya
infeksi berbagai kuman-kuman yang masuk dari luar ataupun dari kuman endogen. Jika servik
sudah terinfeksi maka akan mempermudah terjadinya infeksi pada alat genitalia yang lebih tinggi
sehingga alat reproduksi pun terganggu dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
Gangguan payudara biasanya sering terjadi pada wanita usia subur. Masalah yang sering di
alami pada wanita usia subur salah satunya kanker payudara, dimana kanker ini paling umum
menyerang wanita walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinannya
sangat kecil dengan perbandingan 1 diantara 1000.
1
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Penyebaran penyakit ini umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara, benjolan itu
mula-mula kecil akan tetapi semakin lama semakin membesar lalu melekat pada kulit sehingga
menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
Berawal dari akhir tahap reproduksi, usia merupakan pemicu utama terjadinya klimakterium.
Kondisi ini merupakan sisi lain dari pubertas, akhir dari usia subur yang di sebabkan oleh
melambatnya fungsi ovarium. Selain itu menopause juga disebabkan karna operasi tertentu dan
pengobatan medis, penanganan medis ini termasuk pengangkatan ovarium, kemotrapi dan terapi
radiasi panggul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah MEMAHAMI ISU-ISU KESEHATAN PEREMPUAN.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami isu-isu kesehatan perempuan
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami infeksi atau peradangan pada alat genitalia
b. Untuk mengetahui dan memahami Kanker servik
c. Untuk mengetahui dan memahami Gangguan pada payudara
d. Untuk mengetahui dan memahami klimakterium
BAB II
PEMBAHASAN
d) Terapi
- Infuse NaCl
- Antibiotik golongan ampicilin
e. Miometritis
a) Pengertian
Miometritis adalah radang miometrium yang biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari
endometritis, di mana tanda gejala dan terapinya seperti pada infeksi endometritis.
b) Klasifikasi
1). Metritis akut
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septic atau infeksi postpartum, penyakit ini tidak
berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas. Pada penyakit ini
miometrium menunjukkan reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltrasi sel- sel radang.
2). Metritis kronik
Metritis kronik adalah diagnosis yang dahulu banyak di buat atas dasar keadaan uterus lebih
besar dari biasanya dan sakit pinggang, akan tetapi pada wanita yang seorang multipara
umumnya pembesaran uterus disebabkan oleh pertambahan jaringan ikat akibat kelamin
sehingga harus lebih cepat di tangani.
c) Penyebab
1). Infeksi abortus dan partus
2). Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim
3). Infeksi post curettage miometritis yang terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak
normal.
d) Penatalaksanaan
1) Pemberian ampisilin 2 g/iv selama 6 jam
2) Gentamisin 5 mg
3) Antibiotika spektrum luas
4) Profilaksis anti tetanus
5) Evakuasi sisa hasil konsepsi
f. Adneksitis
a) Pengertian
Adneksitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan yang
berada di sekitar rahim termasuk tuba fallopi dan ovarium.
b) Penyebab
Adneksitis di sebabkan oleh infeksi beberapa organisme, biasanya adalah Neisseria
gonorrhoeae dan chlamydia trachomatis. Organisme ini naik ke rahim, tuba fallopi, atau
ovarium sebagai akibat dari hubungan seksual, melahirkan, masa nifas, pemasangan IUD akibat
alat-alat yang di gunakan, aborsi, laparotomi dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak
jauh seperti appendiks sehingga dapat menyebabkan infeksi atau radang paa adneksa rahim.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terkena adnexitis antara lain:
1). Melakukan seks tanpa menggunakan kondom
2). Terlalu sering menggonta-ganti pasangan seks
3). Pasangan seksnya menderita infeksi chlamydia ataupun gonorrhea( kencing nanah)
c) Tanda dan gejala
1). Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan terhadap haid
2). Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina
3). Nyeri saat berhubungan intim
4). Demam
5). Nyeri punggung
6). Sakit pada saat BAK
g. Peritonitis
a) Pengertian
Peritonitis adalah peradangan pada peritonium yang merupakan pembungkus visera dalam
rongga perut yang disebabkan oleh iritasi kimiawi dan infeksi bakteri.
b). Penyebab
Peritonitis umumnya disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan penyakit
berat seperti suhu tubuh meningkat, nadi cepat, perut kembung dan nyeri, wajah yang pucat,
mata cekung dan kulit wajah yang dingin.
B. Kanker Serviks
a) Pengertian
Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah mulut rahim yaitu
bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah liang vagina yang di sebabkan
karena adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di
sekitarnya.
Kanker ini di sebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang menyerang leher rahim,
berawal dari leher rahim apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke
organ-organ lain di seluruh tubuh.
b) Penyebab
Kanker serviks di sebabkan oleh virus HPV. Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, dimana
sebagian besar diantaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV
yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18.
Namun selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh
akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu yang
cukup lama.
c) Tanda dan gejala
1) Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering di temukan, getah yang keluar dari vagina ini
semakin lama semakin berbau busuk akibatnya akan terjadi infeksi dan kerusakan jaringan.
2) Pendarahan
Pendarahan ini akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya. Perdarahan hebat dapat terjadi di luar siklus
menstruasi dan setelah berhubungan seks yang sifatnya bisa perdarahan kontak. Perdarahan
kontak ini merupakan perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual yang timbul akibat
terbukanya pembuluh darah.
3) Rasa nyeri saat berkemih
Ini di sebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria dan perangsangan rectum.
d. Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kangker payudara secara klinis menis yang penerannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit antra lain:
1) Mastektomi
Mastektomi adalah oprasi pengangkatan payudara. Ada tiga jenis mastektomi yaitu:
a) modified radical mastecmomy,yaitu oprasi pengangkatan seluruh payudara, jarigan payudara
ditulang dada, tulang selangka dan tulang iga serta benjolan disekitar ketiak.
c) Total ( simple) mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, tetapi bukan kelenjar
di ketiak.
d) Radical Masectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara yang biasanya di sebut
lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan pada
seluruh payudara.
2) Radiasi
Penyinaran/ radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan untuk membunuh sel kanker yang masih
tersisa pada payudara setelah operasi ( Denton, 1996).
3) Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker yang di berikan dalam bentuk
pil,kapsul, atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotraksis.
D. Klimakterium
a. Pengertian
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum
mencapai senium, yang dimulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa
nonreproduktif yang terjadi pada wanita antara umur 40 - 65 tahun. Masa- masa klimakterium
antara lain:
1) Pra menopause : Dalam kurun waktu 4 sampai 5 tahun sebelum menopause
2) Menopause : Berhentinya haid seorang wanita
3) Pasca menopause : Dalam kurun waktu 3 sampai 5 tahun setelah menopause.
b. Etiologi
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan
penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel
dan tgurunnya jumlah sintesis steroid seks, terjadinya penurunan sekresi ekstrogen, gangguan
umpan balik pada hipofise.
c. Patofisiologi
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab
rangsangan gonadotrofin sehingga dapat menyebabkan terganggunya infeksi antara hipotalamus
dan hipofisis.
d. Tanda dan Gejala
1). Tanda awal klimakterium
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian wanita dan lebih lambat pada
yang lainnya.Sebagian wanita menghasilkan estrogen , endrogen yang cukup sehingga tetap
tanpa ada gejala.Masa klikmaterium ini ditandai dengan keluhan terjadinya perubahan pada
ovarium seperti sklerosis pembuluh darah,berkurangnya jumlah folikel, dan menurunnya sintesis
seks lalu berhentinnya haid dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya
pengeluaran gonadotropin.
2.Tanda Awal Menopause
Turunnya fungsi indung telur yang mengakibatkan hormon estrogen dan progesteron sangat
berkurang.Oleh karena itu timbul keluhan gejala panas dimuka,leher ,dada pasien disertai
keringat banyak yang berlangsung biasanya pada malam hari selama setengah jam selanjutnya
timbul rasa tertekan sedih dan gugup
e. Manifestasi Klinik
a). Gangguan masa klikmaterium
1.Gangguan Neurovegetatif yang mencakup : gejolak panas ,keringat malam tang banyak,sekit
kepala ,desing dalam telinga,tekanan darah yang goyah ,berdebar debar, dan susah bernapas
2. Gangguan psikis : Mudah tersinggung, depresi,mudah lelah,kurang bersemangat,dan insomnia
3. Gangguan organik mencakup gangguan sirkulasi,osteoporosis,gangguan perkemihan dan nyeri
senggama
b).Gangguan pada menopause
1.Osteoporosis
2.Penyakit jantung koroner
3.Kanker
4.Darah tinggi
5.Gairah seks menurun
6.Berat badan meningkat
7.Perubahan kulit
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Radang atau infeksi pada alat genital dapat timbul secara akut dengan akibat akan
meninggalnya penderita. Infeksi ini dapat menyerang secara menahun dan dapat meninggalkan
bekas seperti penutupan lumen tuba. Kanker serviks adalah jenis penyakit kanker yang terjadi
pada daerah mulut rahim yaitu bagian rahim yang terletak di bawah yang membuka ke arah liang
vagina yang di sebabkan karena adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal di sekitarnya.
Gangguan pada payudara salah satunya kanker payudara. Kanker payudara di definisikan
sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma dan merupakan
kanker yang paling umum menyerang wanita, kanker ini terjadi pada kondisi dimana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan yang
tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan
normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang dimulai dari akhir masa reproduktif dari
kehidupan sampai masa nonreproduktif yang terjadi pada wanita antara umur 40 - 65 tahun.
Masa- masa klimakterium antara lain:
1) Pra menopause : Dalam kurun waktu 4 sampai 5 tahun sebelum menopause
2) Menopause : Berhentinya haid seorang wanita
3) Pasca menopause : Dalam kurun waktu 3 sampai 5 tahun setelah menopause.
B. Saran
Dalam mempelajari Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana, seorang calon bidan
diharapkan memahami isu-isu kesehatan perempuan sehingga bisa mendeteksi dini permasalahan
yang terdapat pada perempuan serta mengetahui cara penanganannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan terhadap perempuan dewasa ini, merupakan suatu hal yang menarik karena banyak
diperbincangkan oleh kalangan praktisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi dan
masyarakat luas. Hal itu dilatar belakangi adanya tuntutan peren perempuan yang semakin
komplek seiring dengan perkembangan jaman yang cendrung lebih memperhatikan Hak-Hak
Asasi Manusia (HAM) tanpa melihat atau membedakan jenis kelamin. Kekerasan terhadap
perempuan merupakan timdakan pelanggaran HAM yang paling kejam yang dialami perempuan.
Oleh karenanya tidak salah apabila tindak kekerasan terhadap perempuan tersebut oleh
organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) disebut sebuah kejahatan kemanusiaan.
Serangkaian data yang dikeluarkan UNIFEM (dana PBB untuk perempuan) tentang kekerasan
menunjukan bahwa di Turki jumlah perempuan yang mengalami kekerasan oleh pasangannya
mencapai 57,9 % pada tahun 1998.di India, jumlahnya mencapai 49% pada tahun 1999, di
Amerika Serikat jumlahnya mencapai 22,1 %.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yan dimaksud Kekerasan terhadap perempuan ?
2. Apa saja dampak kekerasan terhadap perempuan ?
3. Apa saja pencegahan dan penanganannya ?
4. Apa saja Undang-Undang yang mengatur ?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Aspek Budaya :
Kuatnya pengertian yang bersumber pada nilai-nilai budaya yang memisahkan peran dan sifat
gender laki-laki dan perempuan secara tajam dan tidak setara.
Sosialisasi pengertian tersebut melalui a.l. keluarga, lembaga pendidikan, agama, dan media
massa, menyebabkan berlakunya keyakinan dan tuntutan:
laki-laki dan perempuan punya tempat dan perannya sendiri-sendiri yang khas dalam
keluarga/perkawinan/berpacaran.
laki-laki lebih superior daripada perem-puan, dan mempunyai hak penuh untuk memperlakukan
perempuan seperti barang miliknya
keluarga adalah wilayah pribadi, tertutup dari pihak luar, dan berada di bawah kendali laki-laki
Diterimanya kekerasan sebagai cara penyelesaian konflik
Aspek Ekonomi :
Ketergantungan perempuan secara ekonomi pada laki-laki;
perempuan lebih sulit untuk mendapatkan kredit, kesempatan kerja di lingkup formal dan
informal, dan kesempatan mendapat-kan pendidikan dan pelatihan.
Aspek Hukum :
Status hukum perempuan yang lebih lemah dalam peraturan perundang-undangan maupun
dalam praktek penegakan hukum;
Pengertian tentang perkosaan dan KDRT yang belum menjawab sepenuhnya kebutuhan
perlindungan bagi korban dan penanganan pada pelaku;
Rendahnya tingkat pengetahuan yang dimiliki perempuan tentang hukum,
Perlakuan aparat penegak hukum yang belum sepenuhnya peka pada perempuan dan anak
perempuan korban kekerasan.
Aspek Politik :
Rendahnya keterwakilan kepentingan perempuan dalam proses pengambilan keputusan di
bidang politik, hukum, kesehatan, maupun media.
Kekerasan terhadap Perempuan masih belum sepenuhnya dianggap sebagai persoalan yang
berdampak serius bagi negara,
Adanya resiko yang besar bila memperta-nyakan aturan agama,
Terbatasnya partisipasi perempuan di organisasi politik.
BISA TERJADI DI MANA SAJA?
kembali
Kekerasan fisik, psikologis-emosional, seksual dapat terjadi di :
lingkungan keluarga, misal kekerasan terhadap istri/anak, incest;
masyarakat umum, misal: pelecehan seks oleh guru/orang lain, praktek-praktek budaya yang
merugikan perempuan/anak perempuan
wilayah konflik/non konflik dan bencana, misal: kebijakan/fasilitas publik yang tidak peka
gender yang memungkinkan untuk terjadinya kekerasan, maupun tindak kekerasan yang
dilakukan oleh aparat.
APA SAJA DAMPAKNYA?
kembali
Pada Korban :
Kesehatan Fisik a.l., memar, cedera (mulai dari sobekan hingga patah tulang dan luka dalam),
gangguan kesehatan yang khronis, gangguan pencernaan, perilaku seksual beresiko, gangguan
makan, kehamilan yang tak diinginkan, keguguran/ melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah, terinfeksi penyakit menular seksual, HIV/AIDS
Kesehatan Mental: a.l., depresi, ketakutan, harga diri rendah, perilaku obsesif kompulsif,
disfungsi seksual, gangguan stress pasca trauma
Produktivitas kerja menurun: sering terlambat datang ke tempat kerja, sulit berkonsentrasi,
berhalangan kerja kare-na harus mendapat perawatan medis, atau memenuhi panggilan
polisi/meng-hadiri sidang.
Fatal: bunuh diri, membunuh/melukai pelaku, kematian karena aborsi/kegugur-an/AIDS
Pada Anak :
Gangguan kesehatan dan perilaku anak di sekolah,
Terhambatnya kemampuan untuk menjalin hubungan yang dekat dan positif dengan orang lain,
Kecenderungan lari dari rumah, adanya keinginan bunuh diri
Berkemungkinan menjadi pelaku atau cenderung menjadi korban kekerasan yang serupa di
masa remaja/dewasanya
Pada Masyarat & Negara :
Penurunan kualitas hidup dan kemampuan perempuan untuk aktif ikut serta dalam kegiatan di
luar rumah, termasuk untuk berpenghasilan dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat.
Besarnya biaya untuk penanganan kasus di kepolisian maupun pengadilan, serta biaya untuk
perawatan kesehatan bagi korban
Menguatnya kekerasan sebagai cara menyelesaikan konflik
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN
kembali
Ingat! Persoalan ini bukan persoalan perempuan saja, tetapi merupakan persoalan bersama.
Pencegahan, penanganan korban dan pelaku adalah tanggung jawab semua pihak: laki-laki,
perempuan, lingkungan tetangga, tokoh agama/masyarakat, lembaga pendidikan/ agama, dunia
usaha maupun pemerintah.
Kerjasama antara pusat penanganan krisis bagi perempuan korban (womens crisis center)
dengan masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah merupakan suatu kemutlakan.
Upaya pencegahan dan penanganan korban maupun pelaku yang ada masih jauh dari memadai.
Bagi para perempuan penyandang cacat, kondisi ini lebih berat dirasakan.
Khusus tentang dukungan bagi korban untuk dapat melanjutkan hidupnya secara mandiri, sehat
dan bermartabat, dibutuhkan beragam dukungan yang bentuknya fleksibel sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan korban, dan bersifat memberdayakan.
PERATURAN/KEBIJAKAN YANG BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN HAK KORBAN
kembali
1. Amandemen UUD 1945
2. UU No. 1/1974 tentang Perkawinan
3. UU No. 7/1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Perempuan.
4. UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia
5. UU no 23/2002 tentang Perlindungan Anak Kompilasi Hukum Islam
6. UU no 23/2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
7. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berkaitan dengan a.l.,:
Kejahatan terhadap kesusilaan
Kejahatan terhadap kemerdekaan seseorang
Kejahatan terhadap nyawa
Penganiayaan
8. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
9. Rencana Aksi Nasional untuk Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan (RAN PKTP)
10. Keppres tentang Pengarusutamaan Jender
11. Keppres tentang RAN anti Perdagangan Perempuan
12. Keppres tentang RAN anti Eksploitasi Pekerja Anak
Cat Dog
Senin, 06 Januari 2014
Makalah Pemerkosaan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa. bahwa penulis telah
menyelesaikan tugas yang berjudul Pemerkosaan dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan rekan-rekan kami, sehingga kendala-kendala yang penulis
hadapi teratasi.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada rekan-rekan yang membantu dalam
menyelesaikan penulisan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama beberapa tahun terakhir ini bangsa Indonesia banyak menghadapi masalah
kekerasan, baik yang bersifat masal maupun yang dilakukan secara individual. Masyarakat mulai
merasa resah dengan adanya berbagai kerusuhan yang terjadi dibeberapa daerah di Indonesia.
Kondisi seperti ini membuat perempuan dan anak-anak menjadi lebih rentan untuk menjadi
korban kekerasan.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi
dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Hal ini sesuai dengan pendapat Hayati (2000) yang mengatakan bahwa
kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun non-verbal, yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau sekelompok orang
lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan psikologis terhadap
orang yang menjadi sasarannya.
Kasus perkosaan yang marak terjadi di Indonesia , menunjukkan bahwa pelaku tidak hanya
menyangkut pelanggaran hukum namun terkait pula dengan akibat yang akan dialami oleh
korban dan timbulnya rasa takut masyarakat secara luas. Akibat dari ini di Indonesia secara
normatif tidak mendapatkan perhatian selayaknya, hal ini disebabkan oleh karena hukum pidana
(KUHP) masih menempatkan kasus perkosaan ini sama dengan kejahatan konvensional lainnya,
yaitu berakhir sampai dengan dihukumnya pelaku. Kondisi ini terjadi oleh karena KUHP masih
mewarisi nilai-nilai pembalasan dalam KUHP.
Dari sudut pandang ini maka menghukum pelaku menjadi tujuan utama dalam proses
peradilan pidana, oleh karena itu semua komponen dalam proses peradilan pidana mengarahkan
perhatian dan segala kemampuannya untuk menghukum si pelaku dengan harapan bahwa dengan
dihukumnya pelaku dapat mencegah terulangnya tindak pidana tersebut dan mencegah pelaku
lain untuk tidak melakukan perbuatan yang sama ini dan masyarakat merasa tentram karena
dilindungi oleh hukum, seperti yang ada dalam KUHP pada pasal 285 yaitu Barang siapa yang
dengan kekerasan atau dengan ancaman memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh
dengan dia, karena perkosaan, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun
Adapun yang dimaksud dengan tindakan perkosaan adalah tindakan yang melanggar
hukum. Tindakan perkosaan tersebut telah merugikan orang lain yaitu orang yang telah
diperkosa tersebut. Seperti yang sudah ada dalam KUHP Ancaman hukuman dalam pasal 285 ini
ialah pria yang memaksa wanita, dimana wanita tersebut bukan istrinya dan pria tersebut telah
bersetubuh dengan dia dengan ancaman atau perkosaan.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas apa yang dimaksud dengan tindak pidana perkosaan.
Maka masyarakat harus bisa berhati-hati dan lebih waspada terhadap tindak pidana perkosaan
dan kasus pemerkosaan menjadi masalah yang harus segera dibenahi di Indonesia agar tidak
merusak citra dan moral bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkosaan
Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa,
merampas, atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Pada jaman dahulu perkosaan sering
dilakukan untuk memperoleh seorang istri. Perkosaan adalah suatu usaha untuk melampiaskan
nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan dengan cara yang
dinilai melanggar menurut moral dan hukum (Wignjosoebroto dalam Prasetyo, 1997). Pendapat
ini senada dengan definisi perkosaan menurut Rifka Annisa Womens Crisis Center, bahwa yang
disebut dengan perkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual. Bentuk perkosaan
tidak selalu persetubuhan, akan tetapi segala bentuk serangan atau pemaksaan yang melibatkan
alat kelamin. Oral seks, anal seks (sodomi), perusakan alat kelamin perempuan dengan benda
adalah juga perkosaan. Perkosaan juga dapat terjadi dalam sebuah pernikahan (Idrus, 1999).
Menurut Warshaw (1994) definisi perkosaan pada sebagian besar negara memiliki pengertian
adanya serangan seksual dari pihak laki-laki dengan menggunakan penisnya untuk melakukan
penetrasi vagina terhadap korban. Penetrasi oleh pelaku tersebut dilakukan dengan melawan
keinginan korban. Tindakan tersebut dilakukan dengan adanya pemaksaan ataupun menunjukkan
kekuasaan pada saat korban tidak dapat memberikan persetujuan baik secara fisik maupun secara
mental. Beberapa negara menambahkan adanya pemaksaan hubungan seksual secara anal dan
oral ke dalam definisi perkosaan, bahkan beberapa negara telah menggunakan bahasa yang
sensitif gender guna memperluas penerapan hukum perkosaan. Di dalam Pasal 285 KUHP
disebutkan bahwa:
2. Perkosaan adalah persetubuhan yang tidak sah oleh seorang pria terhadap seorang wanita yang
dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan kehendak wanita yang bersangkutan. Pada
kalimat ini terdapat unsur- unsur yang lebih lengkap, yaitu meliputi persetubuhan yang tidak sah,
seorang pria, terhadap seorang wanita, dilakukan dengan paksaan dan bertentangan dengan
kehendak wanita tersebut.
3. Perkosaan adalah perbuatan hubungan kelamin yang dilakukan oleh seorang pria terhadap
seorang wanita bukan istrinya dan tanpa persetujuannya, dilakukan ketika wanita tersebut
ketakutan atau di bawah kondisi ancaman lainnya. Definisi hampir sama dengan yang tertera
pada KUHP pasal 285.
Pada kasus perkosaan seringkali disebutkan bahwa korban perkosaan adalah perempuan.
Secara umum memang perempuan yang banyak menjadi korban perkosaan. Mereka dapat
dipaksa untuk melakukan hubungan seksual meskipun tidak menghendaki hal tersebut. Apabila
mengacu pada KUHP, maka laki- laki tidak dapat menjadi korban perkosaan karena pada saat
laki-laki dapat melakukan hubungan seksual berarti ia dapat merasakan rangsangan yang
diterima oleh tub uhnya dan direspon oleh alat kelaminnya (Koesnadi, 1992). Akan tetapi pada
kenyataannya ada pula laki- laki yang menjadi korban perkosaan baik secara oral maupun anal.
B. Macam-macam pemerkosaan
Pemerkosaan saat berkencan adalah hubungan seksual secara paksa tanpa persetujuan antara
orang-orang yang sudah kenal satu sama lain, misalnya teman, anggota keluarga, atau pacar.
Kebanyakan pemerkosaan dilakukan oleh orang yang mengenal korban.
Banyak obat-obatan digunakan oleh pemerkosa untuk membuat korbannya tidak sadar atau
kehilangan ingatan.
3. Pemerkosaan wanita
Walaupun jumlah tepat korban pemerkosaan wanita tidak diketahui, diperkirakan 1 dari 6 wanita
di AS adalah korban serangan seksual. Banyak wanita yang takut dipermalukan atau disalahkan,
sehingga tidak melaporkan pemerkosaan. Pemerkosaan terjadi karena si pelaku tidak bisa
menahan hasrat seksualnya melihat tubuh wanita
4. Pemerkosaan massal
Pemerkosaan massal terjadi bila sekelompok orang menyerang satu korban. Antara 10% sampai
20% pemerkosaan melibatkan lebih dari 1 penyerang. Di beberapa negara, pemerkosaan massal
diganjar lebih berat daripada pemerkosaan oleh satu orang.
Diperkirakan 1 dari 33 laki-laki adalah korban pelecehan seksual. Di banyak negara, hal ini tidak
diakui sebagai suatu kemungkinan. Misalnya, di Thailand hanya laki-laki yang dapat dituduh
memperkosa.
6. Pemerkosaan anak-anak
Jenis pemerkosaan ini adalah dianggap hubungan sumbang bila dilakukan oleh kerabat dekat,
misalnya orangtua, paman, bibi, kakek, atau nenek. Diperkirakan 40 juta orang dewasa di AS, di
antaranya 15 juta laki-laki, adalah korban pelecehan seksual saat masih anak-anak.
Dalam perang, pemerkosaan sering digunakan untuk mempermalukan musuh dan menurunkan
semangat juang mereka. Pemerkosaan dalam perang biasanya dilakukan secara sistematis, dan
pemimpin militer biasanya menyuruh tentaranya untuk memperkosa orang sipil.
Pemerkosaan ini dilakukan dalam pasangan yang menikah. Di banyak negara hal ini dianggap
tidak mungkin terjadi karena dua orang yang menikah dapat berhubungan seks kapan saja.
Dalam kenyataannya banyak suami yang memaksa istrinya untuk berhubungan seks. Dalam
hukum islam, seorang istri dilarang menolak ajakan suami untuk berhubungan seksual, karena
hal ini telah diterangkan di hadits nabi shalallahu alaihi wasallam. Akan tetapi suami dilarang
berhubungan seksual dengan istri lewat dubur dan ketika istri sedang haids.
Korban perkosaan dapat mengalami akibat yang sangat serius baik secara fisik maupun
secara kejiwaan (psikologis). Akibat fisik yang dapat dialami oleh korban antara lain:
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan baik
secara halus maupun kasar. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang
menjadi korban perkosaan tersebut. Hubungan seksual seharusnya dilakukan dengan adanya
berbagai persiapan baik fisik maupun psikis dari pasangan yang akan melakukannya. Hubungan
yang dilakukan dengan cara tidak wajar, apalagi dengan cara paksaan akan menyebabkan
gangguan pada perilaku seksual (Koesnadi, 1992). Sementara itu, korban perkosaan berpotensi
untuk mengalami trauma yang cukup parah karena peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu
hal yang membuat shock bagi korban. Goncangan kejiwaan dapat dialami pada saat perkosaan
maupun sesudahnya.Goncangan kejiwaan dapat disertai dengan reaksi-reaksi fisik (Taslim,
1995). Secara umum peristiwa tersebut dapat menimbulkan dampak jangka pendek maupun
jangka panjang. Keduanya merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami
peristiwa traumatis (Hayati, 2000). Korban perkosaan dapat menjadi murung, menangis,
mengucilkan diri, menyesali diri, merasa takut, dan sebagainya
E. Dampak Psikologis
Upaya korban untuk menghilangkan pengalaman buruk dari alam bawah sadar mereka
sering tidak berhasil. Selain kemungkinan untuk terserang depresi, fobia, dan mimpi buruk,
korban juga dapat menaruh kecurigaan terhadap orang lain dalam waktu yang cukup lama. Ada
pula yang merasa terbatasi di dalam berhubungan dengan orang lain, berhubungan seksual dan
disertai dengan ketakutan akan munculnya kehamilan akibat dari perkosaan. Bagi korban
perkosaan yang mengalami trauma psikologis yang sangat hebat, ada kemungkinan akan
merasakan dorongan yang kuat untuk bunuh diri.
Korban perkosaan memiliki kemungkinan mengalami stres paska perkosaan yang dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang
langsung terjadi merupakan reaksi paska perkosaan seperti kesakitan secara fisik, rasa bersalah,
takut, cemas, malu, marah, dan tidak berdaya. Stres jangka panjang merupakan gejala psikologis
tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban memiliki rasa
percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatik
seperti jantung berdebar dan keringat berlebihan. Stres jangka panjang yang berlangsung lebih
dari 30 hari juga dikenal dengan istilah PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder (Rifka
Annisa dalam Prasetyo, 1997).
Menurut Salev (dalam Nutt, 2001) tingkat simptom PTSD pada masing-masing individu
terkadang naik turun atau labil. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus
menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang
dialaminya Menurut Shalev (dalam Nutt, 2000) PTSD merupakan suatu gangguan kecemasan
yang didefinisikan berdasarkan tiga kelompok simptom, yaitu experiencing, avoidance, dan
hyperarousal, yang terjadi minimal selama satu bulan pada korban yang mengalami kejadian
traumatik. Diagnosis bagi PTSD merupakan faktor yang khusus yaitu melibatkan peristiwa
traumatis. Diagnosis PTSD melibatkan observasi tentang simptom yang sedang terjadi dan
atribut dari simptom yang merupakan peristiwa khusus ataupun rangkaian peristiwa. Selanjutnya
definisi PTSD ini berkembang lebih dari hanya sekedar teringat kepada peristiwa traumatis yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi juga disertai dengan ketegangan secara terus-
menerus, tidak dapat tidur atau istirahat, dan mudah marah. PTSD yang dialami oleh tiap
individu terkadang tidak stabil. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan kehidupan yang terus
menerus dan adanya hal-hal yang mengingatkan korban kepada peristiwa traumatis yang
dialaminya. Para korban perkosaan ini mungkin akan mengalami trauma yang parah karena
peristiwa perkosaan tersebut merupakan suatu hal yang mengejutkan bagi korban. Secara umum
peristiwa tersebut bisa menimbulkan dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Keduanya
merupakan suatu proses adaptasi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis (Hayati,
2000). Berdasarkan definisi tersebut maka dapat diambil kesilmpulan bahwa PTSD adalah
gangguan kecemasan yang dialami oleh korban selama lebih dari 30 hari akibat peristiwa
traumatis yang dialaminya.
Dampak jangka pendek biasanya dialami sesaat hingga beberapa hari setelahkejadian.
Dampak jangka pendek ini termasuk segi fisik si korban, seperti misalnya ada gangguan pada
organ reproduksi (infeksi, kerusakan selaput dara, dan pendarahan akibat robeknya dinding
vagina) dan luka-luka pada bagian tubuh akibat perlawanan atau penganiayaan fisik. Dari segi
psikologis biasanya korban merasa sangat marah, jengkel, merasa bersalah, malu, dan terhina.
Gangguan emosi ini biasanya menyebabkan terjadinya kesulitan tidur (insomnia), kehilangan
nafsu makan, depresi, stres, dan ketakutan. Bila dampak ini berkepanjangan hingga lebih dari 30
hari dan diikuti dengan berbagai gejala yang akut seperti mengalami mimpi buruk, ingatan-
ingatan terhadap peristiwa tiba-tiba muncul, berarti korban mengalami Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) atau dalam bahasa Indonesianya dikenal sebagai stres paska trauma (Hayati,
2000). Bukan tidak mungkin korban merasa ingin bunuh diri sebagai pelarian dari masalah yang
dihadapinya. Menurut Freud (dalam Suryabrata, 1995), hal ini terjadi karena manusia memiliki
insting insting mati. Selain itu kecemasan yang dirasakan oleh korban merupakan kecemasan
yang neurotis sebagai akibat dari rasa bersalah karena melakukan perbuatan seksual yang tidak
sesuai dengan norma masyarakat.
Terkadang korban merasa bahwa hidup mereka sudah berakhir dengan adanya peristiwa
perkosaan yang dialami tersebut. Dalam kondisi seperti ini perasaan korban sangat labil dan
merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Mereka akan merasa bahwa nasib yang mereka alami
sangat buruk. Selain itu ada kemungkinan bahwa mereka menyalahkan diri mereka sendiri atas
terjadinya perkosaan yang mereka alami. Pada kasus-kasus seperti ini maka gangguan yang
mungkin terjadi atau dialami oleh korban akan semakin kompleks.
Tanda-tanda PTSD tersebut hampir sama dengan tanda dan simptom yang ada pada depresi
menurut kriteria dari American Psychiatric Association (dalam Davison dan Neala, 1990).
Tanda-tanda tersebut adalah:
2. kurangnya nafsu makan dan berat badan berkurang, atau meningkatnya nafsu makan dan
bertambahnya berat badan;
3. kesukaran tidur (insomnia): tidak dapat segera tidur, tidak dapat kembali tidur sesudah terbangun
pada tengah malam, dan pagi-pagi sesudah terbangun; atau adanya keinginan untuk tidur terus-
menerus;
7. konsep diri negatif; menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berguna dan bersalah;
8. sukar berkonsentrasi, seperti lamban dalam berpikir dan tidak mampu memutuskan sesuatu;
9. sering berpikir tentang bunuh diri atau mati. Menurut Georgette (dalam Warshaw, 1994)
sindrom tersebut dialami oleh korban, baik korban perkosaan dengan pelaku yang dikenal
maupun pelaku adalah orang asing.
Hal tersebut akan termanifestasikan ke dalam rentang emosi dan perilaku yang luas.
Korban dapat menunjukkan reaksi yang terbuka terhadap pengalamannya atau dapat juga
mengontrol responnya, bertindak secara kalem dan tenang. Bagaimanapun juga korban akan
mengalami perasaan takut secara umum ataupun perasaan takut yang khusus seperti perasaan
takut akan kematian, marah, perasaan bersalah, depresi, takut pada laki- laki, cemas, merasa
terhina, merasa malu, ataupun menyalahkan diri sendiri. Korban dapat merasakan hal tersebut
secara bersama-sama dalam waktu dan intensitas yang berbeda beda.
Korban dapat juga memiliki keinginan untuk bunuh diri. Sesaat setelah korban terlepas dari
perkosaan mungkin ia akan merasakan suatu kelegaan untuk sesaat karena sudah terlepas dari
suatu peristiwa yang sangat mengancam. Akan tetapi setelah peristiwa tersebut maka korban
akan mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi ataupun memfokuskan pemikirannya untuk
menampilkan tugas yang sederhana. Korban akan merasa gugup, gelisah, mudah terganggu,
mengalami goncangan, menggigil, nadi berdebar secara kencang, dan badan terasa panas dingin.
Korban juga dapat mengalami kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan
secara medis, diantaranya mungkin berhubungan langsung dengan penyerangan yang
dialaminya.
F. Alternatif Penyembuhan
Proses penyembuhan korban dari trauma perkosaan ini membutuhkan dukungan dari
berbagai pihak. Dukungan ini diperlukan untuk membangkitkan semangat korban dan membuat
korban mampu menerima kejadian yang telah menimpanya sebagai bagian dari pengalaman
hidup yang harus ia jalani (Hayati, 2000). Korban perkosaan memerlukan kawan bicara, baik
teman, orang tua, saudara, pekerja sosial, atau siapa saja yang dapat mendengarkan keluhan
mereka.
a. Melakukan razia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat serta membrantas peredaran
VCD ,majalah, poster, internet yang mengandung pornografi dan pornoaksi.
b. Melakukan pembinaan mental spritual yang mengarah pada pembentukan moral baik bagi
pelaku, korban maupun masyarakat, secara langsung dan melalui mass media
c. Pemerintah , LSM, masyarakat pers, memberikan pelayanan terpadu khususnya bagi korban,
pelaku maupun saksi serta mengoptimalkan rumah aman.
d. Menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga dan lingkungan masyarakat yang sesuai
dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran agama masing-masing.
e. Memberikan perhatian khusus bagi peningkatan sumber daya manusia (SDM) perempuan
melalui sektor penididikan, sehingga mereka memiliki ketahanan diri, mandiri dan mampu
mengatasi setiap persoalan kehidupan.
f. Masyarakat bersama pihak terkait lainnya harus pula melakukan kontrol dan membendung
maraknya pornografi dan pornoaksi melalui media massa
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkosaan sebagai salah satu bentuk kekerasan jelas dilakukan dengan adanya paksaan
baik secara halus maupun kasar. Pemerkosaan terjadi tidak semata-mata karena ada kesempatan,
namun pemerkosaan dapat terjadi karena pakaian yang dikenakan korban menimbulkan hasrat
pada sipelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan, serta pemerkosaan bisa juga disebabkan
karena rendahnya rasa nilai, moral, asusila dan nilai kesadaran beragama yang rendah yang
dimiliki pelaku pemerkosaan. Hal ini akan menimbulkan dampak sosial bagi perempuan yang
menjadi korban perkosaan tersebut.
Bentuk kekerasan terhadap perempuan bukan hanya kekerasan secara fisik, akan tetapi
dapat juga meliputi kekerasan terhadap perasaan atau psikologis, kekerasan ekonomi, dan juga
kekerasan seksual. Kekerasan pada dasarnya adalah semua bentuk perilaku, baik verbal maupun
non-verbal, yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, terhadap seseorang atau
sekelompok orang lainnya, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik, emosional, dan
psikologis
B. Saran
Pemerkosaan di Indonesia termasuk masalah yang harus segera di benahi oleh kita semua
karena sebagaimana kita ketahui bahwa tindak pemerkosaan dapat merusak citra dan moral
bangsa.
Maka dari itu pemerintah dan masyarakat harus bekerja keras dalam menaggulangi tindak
pidana pemerkosaan salah satunya dengan menanamkan sikap dan perilaku kehidupan keluarga
dan lingkungan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai moral, budaya, adat istiadat dan ajaran
agama masing-masing serta menindaklanjuti dengan penegakan hukum sesuai ketentuan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
DAFTAR PUSTAKA
Abar, A. Z & Tulus Subardjono. 1998. Perkosaan dalam Wacana Pers National, kerjasama PPK &
Ford Foundation. Yogyakarta.
Davison, G. C, and Neale, J. M. 1990. Abnormal Psychology. New York: John Wiley & Sons.
Harkrisnowo, H. 2000. Hukum Pidana Dan Perspektif Kekerasan Terhadap Perempuan Indonesia.
Jurnal Studi Indonesia Volume 10 (2) Agustus 2000.
Haryanto. 1997. Dampak Sosio-Psikologis Korban Tindak Perkosaan Terhadap Wanita. Yogyakarta:
Pusat Studi Wanita Universitas Gadjah Mada.
Poskan Komentar
Arsip Blog
2014 (2)
o Januari (2)
Contoh Satuan Acara Penyuluhan yang benar
Makalah Pemerkosaan
2013 (2)
Mengenai Saya
Ahmad Ibnu
Lihat profil lengkapku
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.
MAKALAH SINGLE PARENT
Januari 20, 2012 Filed under Uncategorized
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah yang kami susun kami mencoba akan membahas tentang single parent dalam
kesehatan reproduksi dan single parent dalam kehidupan umum.
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas penulis merumuskan tujuan pokok sebagai berikut
:
1. Untuk lebih mengetahui lebih jauh lagi tentang pengaruh single parent terhadap kesehatan
reproduksi dan pengaruh single paret dalam kehidupan umum
2. Untuk memenuhi salah satu tugas dari Dosen Mata Kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keluarga
Konsep keluarga bukan lagi kaku secara teori konvensional bahwa keluarga terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak kandung.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dalam suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (depkes RI 1998)
B. Fungsi keluarga menurut WHO
Fungsi biologis
Fungsi psikologis
Fungsi sosial budaya
Fungsi sosial ekonomi
Fungsi pendidikan
C. Sosiologi Keluarga
Gagasan lahirnya ilmu sosiologi keluarga berawal dari momentum revolusi Perancis 1789 yang
diikuti perubahan mendalam pada hubungan keluarga. Perubahan-perubahan itu jauh lebih
ekstrim tatkala dunia dilanda perang dunia Ke-II di mana pemimpin negara-negara yang sedang
menuju tahap/era industrialisasi, mengeluarkan undang-undang baru yang bertujuan membentuk
pola-pola keluarga yang lebih sesuai dengan tuntutan kehidupan kota dan industri
(Hasyim,2004:3).
Sosiologi keluarga memandang bahwa setiap keluarga ialah fungsi pengantara masyarakat besar.
Daya tahan sebuah keluarga terletak pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya, baik yang
bersifat primer maupun yang bersifat tersier, seperti produksi dan pembagian makanan,
perlindungan terhadap kaum muda dan tua, yang sakit dan yang mengandung, persamaan
hukum, pengembangan generasi muda dalam kehidupan sosial, dan lain sebagainya
(Hasyim, 2004: 3).
Revolusi industri yang terjadi telah membawa perubahan-perubahan yang sangat signifikan. Di
satu sisi revolusi industri membawa dampak positif bagi perkembangan ilmu dan pertumbuhan
ekonomi, di sisi lain revolusi industri membawa imbas negatif yang begitu dahsyat. Etos-etos
tradisi terancam tercabut dari akarnya dan kecemasan yang mendalam akan semakin hilangnya
kekuasaan dan wibawa gereja dan kerukunan hidup (Ihromi,2004:3). Pola-pola keluarga
tradisional yang mapan memperoleh kesaksian yang dahsyat. Kerukunan hidup keluarga
terkoyak. Goode mengemukakan satu contoh fenomena sosial yang melanda keharmonisan
keluarga sebagai dampak revolusi industri dan perkotaan. Seperempat sampai sepertiga
pasangan yang menikah akan bercerai, mereka tidak menjunjung tinggi nilai monogami. Kinsey
memperkirakan bahwa setengah dari semua laki-laki yang telah menikah melakukan hubungan
kelamin di luar perkawinan, tetapi barangkali sebagian besar dari mereka percaya akan manfaat
kesetiaan. (Hasyim, 2004:12)
Revolusi industri, pola keluarga konjunal serta masalah urbanisasi menjadi variabel utama yang
menggerogoti kerukunan keluarga sekalipun perkawinan itu dibangun berdasarkan cinta dan
kesetiaan. Terhadap fenomena itu Goode menyatakan sebagai contoh di Amerika, hampir
semua perkawinan pertama didasarkan atas hubungan cinta dan jarang yang akan mengakui
bahwa mereka menikah dengan seseorang yang tidak dicintainya. (Hasyim , 2004:13).
Fenomena tentang perceraian dan peran single parent tidak hanya menarik perhatian para pakar
sosiologi untuk dijadikan objek kajian ilmiah, namun seorang sastrawan yang handal seperti La
Vyrle Spencer merekam realitas itu ke dalam bentuk yang lebih unik, yang dikemas dalam
kandungan estetika yang tinggi dan menjadi sebuah novel sebagai corong perwakilan bagi
selaksa nilai yang mengkristal dalam wilayah kehidupannya.
Adapun hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh Single Parent Berkaitan Dengan Anaknya,
antaralain :
Selain berharap ayah dan ibunya berumur panjang, anak-anak mengharapkan kedua orang
tuanya itu senantiasa hadir ditengah-tengah mereka
Terjadinya kesepahaman antara suami dan isteri dalam berbagai hal yang berhungan dengan
kehidupan pribadi dapat berpengaruh pada diri anak
Terdapatnya sistem dan aturan yang sama dalam membina rumah tangga dan mendidik anak
bukan berarti meniadakan sistem dan aturan yang lain
Tersedianya berbagai perlengkapan rumah tangga tentunya untuk kehidupan yang wajar dan
tidak bermegah-megahan
Adanya rasa kasih sayang yang bersumber dari keyakinan dan keimanan, inilah yang akan
mempersatukan suami dan isteri dengan anggota keluarga yang lain
M. Dilema anak
Selain berbagi kiat cara menghadapi stigma sosial, komunitas tersebut juga dapat saling
memberikan masukan tentang bagaimana menjadi orang tua tunggal, untuk selalu terbuka
dengan anaknya dalam berbagai masalah. Dampak bagi mental Anak
Ketidakhadiran ayah bagi anak perempuan tidak memberi dampak yang besar dibandingkan
dengan ketidakhadiran ayah pada anak laki-laki.
Jangan mengevaluasi anak dengan kata-kata yang negatif sehingga anak-anak kehilangan
kepercayaan diri
Libatkan dia dengan lingkungan keluarga yang memiliki anak laki-laki dan izinkan dia untuk
mengambil keputusan atas nama dan untuk dirinya sendiri
BAB III
KESIMPULAN
Secara umum single parents berdampak pada tidak berjalannya fungsi keluarga, yang antara lain
:
Fungsi seksual dan reproduksi
Fungsi sosialisasi
Fungsi ekonomi
Fungsi budaya
Fungsi edukasi
Fungsi agama
Fungsi perlindungan
Dalam hal kesehatan reproduksi, single parents berdampak pada kebutuhan seksual oarng tua
tunggal tidak terpenuhi, sehingga terkadang merka berfikir untuk mencari pendamping hidup
ataupun sekedar mmencari pelarian, namun adapula sebgian wanita yang merasa trauma dengan
lelaki sehingga mreka lebih cendrung menyukai sesame jenisnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kesehatanreproduksi.com/
http://hadikuntoro.blogspot.com/2007/09/single-parent.html
http://retnowati.blogspot.com/2005/03/single-parent-menyiapkan-kemandirian.html
about midwife
who am I?
Nilai sosial adalah suatu penghargaan yang diberikan olh individu, keluarga dan masyarakat
kepada perempuan.
Lambang disepakatinya suatu perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan perempuan
(dalam masyarakat tradisional hal itu juga bearti perjanjian antara keluarga atau clan),
atas dasar hak dan kewajiban yang setara dengan kedua pihak
Penyerahan diri total seorang perempuan terhadap laki-laki
Peristiwa saat seorang ayah secara resmi menyerahkan anak perempuannya kepada laki-
laki lain untuk dipakai sesuka hati laki-laki itu
Untuk secara hukum mengesahkan hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan
Untuk secara hukum mengatur hak dan kewajiban masing-masing termasuk didalamnya
pelarangan atau penghambatan terjadinya poligami
Pengakuan hak hukum anak-anak yang dihasilkan dari perkawinan tersebut
Untuk pendataan dan kepentingan demografi
Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan oleh sepasang laki-laki dan
perempuan remaja
Remaja di Jawa Barat menikah pertama kali rata-rata pada saat berusia 17-18 tahun
Rata-rata pernikahan usia muda ini terjadi di daerah pantai utara, pantai selatan dan di
pegunungan
Jatim, Yogyakarta, Jateng dan DKI Jakarta rata-rata menikah pada usia 19 tahun
Jawa Barat salah satu penymbang AKI terbesar di Indonesia menyimpan kasus-kasus
perkawinan perempuan dibawah umur 16 tahun yang cukup besar jumlahnya.
Badan pusat statistik menyebutkan 21,75% anak perempuan di perkotaan menikah pada
usia dibawah 16 tahun dan 47,79% di kawasan pedesaan
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita
sudah mencapai 16 tahun
1) Kesehatan perempuan
2) Kualitas anak
Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan nutrisi yang harus lebih
banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan pertumbuhan ibu sendiri
Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-rata lebih kecil
dan bayi dengan BBR memiliki kemungkinan 5-30x lebih tinggi untuk meninggal
Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya angka perceraian
Ego remaja yang masih tinggi
Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia pasangan bercerai
ketika memutuskan untuk menikah
Perselingkuhan
Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua
Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional
Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi
Undang-undang perkawinan
Bimbingan kepada remaja dan menjelaskan tentang sex education
Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat
Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat
Model desa percontohan pendewasaan usia perkawinan
Aristoteles
Orang orang muda punya hasrat-hasrat yang sangat kuat dan mereka cenderung untuk
memenuhi hasrat-hasrat itu semuanya tanpa membeda-bedakannya, dari hasrat-hasrat tubuh
mereka, hasrat seksual lah yang paling mendesak dan dalam hal inilah mereka menunjukan
hilangnya kontrol diri
Related
Previous Post
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Responses
1.
bagaimana pun juga lebih baik pernikahan dini daripada perzinahan dini, lebih baik
pernikahan usia muda daripada perzinahan usia muda.
sudah seharusnya jika memang tidak siap untuk menikah, maka jangan berpacaran,
apalagi jika sampai melewati batas.
Reply
2.
pernikahan dini dinyatakan sah apabila secara fisik dan psikis memang telah matang dan
siap
sebaiknya apabila telah matang secara fisik tetapi belum siap secara mental terlebih lagi
mencoba-coba gaya hidup bebas lebih baik banyak2lah berdoa agar terhindar dari godaan
syeton nirojim dlm melakukan zina..
Reply
3.
mending menikah pada usia muda aja gak peduli bagaimana pun kondisinya. Menikah
pada usia lanjut (bukan lansia lho :) ) gak enak. Kayak saya co udah 33 tahun masih
belum nikah rasanya mau menikah berat banget. Padahal sudah banyak gadis yang
disodorkan tapi yah tak satupun yang mampir di hati. Semakin bertambah usia biasanya
manusia semakin mapan dan semakin terbiasa hidup bebas dan sendiri. Di sinilah
masalahnya, semakin terbiasa. Akibatnya menikah sudah bukan lagi menjadi prioritas.
Reply
4.
Reply
5.
Hidup ini adalah pilihan, termasuk dalam pernikahan. Mau nikah di usia muda boleh,
juga sebaliknya nikah di usia yang matang atau cukup ideal. Atas dasar pilihan itulah,
kita harus mempertanggung jawabkannya dunia akhirat. Pernikahan bukan hanya
persoalan kehidupan seks, tapi juga persoalan membangun keluarga. Persoalan rencana
penataan kehidupan rumah tangga (berkeluarga) harus menjadi pertimbangan matang
sebelum memutuskan peristiwa perkawinan. Saya lebih memilih kawin diusia
ideal/matang. Sekolah bekerja kawin punya anak. Bukan sebaliknya punya anak
kawin bekerja sekolah
Reply
6.
Reply
7.
sebenarnya bener ga sih pernikahan di bawah usia 16 tahun bisa nyebabin kanker
rahim???karna rahima lum mateng
biasanya orang yang udah tua juga bisa,tu knapa??
Reply
Leave a Reply
Categories
1
anatomi
ASKEB
etika profesi
gizi
ilmu kesehatan anak
ilmu sosial budaya
info kesehatan
kesehatan reproduksi
konsep kebidanan
MTBS
obgyn
patologi
psikologi kebidanan
seni kebidanan
women
Welcome
Kalender Islami
kalender
February 2010
M T W T F S S
Mar Mar
1 2 3 4 5 6 7
February 2010
M T W T F S S
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
kategori
1 (1)
anatomi (1)
ASKEB (21)
o BBL (4)
o kehamilan (10)
o persalinan (9)
etika profesi (1)
gizi (6)
ilmu kesehatan anak (2)
ilmu sosial budaya (8)
info kesehatan (10)
kesehatan reproduksi (9)
konsep kebidanan (2)
MTBS (6)
obgyn (1)
patologi (8)
psikologi kebidanan (9)
seni kebidanan (3)
women (5)
Tulisan Teratas
IMUNISASI
MASALAH-MASALAH YANG LAZIM TERJADI PADA BAYI DAN ANAK
MACAM-MACAM GANGGUAN MENSTRUASI
GIZI PADA LANSIA
ASI EKSKLUSIF DAN CARA MENYUSUI YANG BENAR
Tulisan Terbaru
ANEKA NASI TIM
ANEKA BUBUR UNTUK BAYI
Teknik Memenuhi Rasa Nyaman Pada Masa Hamil (Distraksi & Relaksasi)
PERAWATAN PAYUDARA PADA KEHAMILAN (breast care)
ASI EKSKLUSIF DAN CARA MENYUSUI YANG BENAR
komentar
Archives
April 2010 (8)
March 2010 (18)
February 2010 (34)
March 2008 (2)
December 2007 (3)
November 2007 (1)
Follow
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap sendi kehidupan, kita tak terlepas dari peran dan sentuh wanita. Peran wanita sangat
beragam dalam kehidupan. Ia bisa menjadi seorang ibu yang pengasih dan penyayang, tapi juga bisa
sekaligus menjadi sosok kokoh untuk dijadikan tempat bersandar keluarganya.
Konon, sejarah Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember, dimulai pada tahun 1928 di Yogyakarta.
Pada awalnya hari itu diperingati sebagai upaya untuk mengenang semangat dan perjuangan para
perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa. Namun dari sana, kita bisa bercermin bahwa
sebenarnya, wanita yang selalu diidentikkan dengan kelemah lembutan sebenarnya memiliki daya untuk
mengubah suatu hal jika mereka mau berupaya. Bahkan wanita memiliki daya untuk mengubah bahkan
menggerakkan suatu hal yang besar, contohnya, perekonomian negara kita.
Rommy Haryanto, dari Peduli Perempuan, pada acara The Surviving Female Peddlers Photo Exhibition,
(17/12), Plaza Senayan, Jakarta, mengatakan, bahwa sebenarnya dua per tiga kontribusi ekonomi negeri
kita berasal dari wanita. Namun sayangnya, dampaknya tidak terlalu terasa karena pekerjaan mereka
tidak diakui. Di mulai dari yang terkecil, misal, di pedesaan, yang didominasi petani wanita, nama
mereka tidak tercantum dalam koperasi, ataupun hasil kerja mereka menuai panen tumbuh-tumbuhan
tidak diekspos. Padahal hasil kerja mereka itu kemudian menggerakkan roda ekonomi kita.
Kurangnya ekspos dan pengakuan bahwa wanita masa kini sudah memiliki kekuatan dan memiliki
kemampuan untuk melakukan perubahan-perubahan kecil mendorong banyak pihak untuk mendorong
para wanita agar lebih berkarya. Seperti yang dilakukan oleh Tupperware beberapa waktu, lewat acara
yang mereka beri nama Tupperware She Can! Award yang dilakukan pada pertengahan Desember 2009
lalu di Hotel Indonesia Kempinski. Acara ini merupakan sebuah penganugerahan penghargaan kepada
38 wanita Indonesia yang dinilai inspiratif. Para wanita ini telah melewati berbagai seleksi untuk bisa
mendapatkan penghargaan tersebut. Para wanita-wanita ini dianggap mampu menginspirasi banyak
orang karena kemampuan mereka yang mencerahkan, mengedukasi, dan memberdayakan orang sekitar
untuk mewujudkan impian-impian mereka. Sebut saja, Yayuk Basuki, Waldjinah, Ligwina Hananto,
Alberthiene Endah, Anne Avantie, dan wanita-wanita Indonesia yang namanya mungkin belum banyak
terekspos media, namun peran karya mereka memiliki dampak tersendiri di sekitarnya. Mereka
mendapatkan penghargaan karena kemauan dan usaha mereka untuk melakukan perubahan. Mereka
adalah wanita-wanita Indonesia yang membuktikan bahwa ketika seorang wanita mau berupaya,
mereka bisa.
Sementara, pesan bahwa wanita memang memiliki peran dan warna yang unik dalam hidup ini dan
bisa menjadi seorang agen perubahan disebarkan oleh Unilever dalam acaranya yang bertajuk Warna
Warni Kasih Ibu di Grand Indonesia Shopping Town. Pada peresmian dibukanya acara ini, Kamis (17/12)
lalu, Okty Damayanti, Customer Development Director mengatakan, Bahwa jika kita menginginkan
adanya perubahan di masyarakat, maka mulailah dari wanita. Karena, perjuangan ibu adalah tanpa
pamrih, dan mereka melakukannya dengan hati. Wanita juga memiliki peran yang besar dalam segala
hal di kehidupan kita. Tanpa sadar, sentuh mereka bisa mengubah banyak hal, dimulai dari keluarga.
Dalam acara yang berlangsung dari tanggal 17-27 Desember 2009 ini, Unilever mengapresiasi para
bunda dengan
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami dan mengetahui Aktifitas Wanita diTempat Kerja
b) Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengetahui Definisi wanita ditempat kerja
2) Mahasiswa mampu mengetahui Jenis-jenis pekerjaan wanita
3) Mahasiswa mampu mengetahui Konsep dan nilai kerja
4) Mahasiswa mampu mengetahui Faktor yang mempengaruhi
5) Mahasiswa mampu mengetahui Peraturan dan kebijakan
6) Mahasiswa mampu mengetahui Kasus dan kecelakaan kerja
C. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
a. Menurut Kardamo adalah wanitayang kerja mengandalkan kemampuan dan keahlian untuk
menghasilkan uang agar dpt memenuhi kebutuhan hidup.
b. Pekerjaan diluar rumah adalah orang yang bekerja diluar rumah dengan memperoleh imbalan upah
dianggap pekerja dank arena mendapat penghargaan sosial lebih tinggi dibandingkan pekerjaan rumah
tangga.
c. Pekerjaan di dalam rumah adalah seseorang yang bekerja untuk mengurus rumah tangga dan
memelihara anak, telah diberi nilai sebagai penganggur dan dianggap sebagai bukan pekerja.
a. Full time worker : jenis pekerjaan yang biasa dilakukan oleh para wanita secara penuh seharian.
b. Half time worker : jenis pekerjaan yang dilakukan oleh para wanita secara part time( setengah hari)
jenis pekerjaan ini
contohnya:
c. Freelance : jenis pekerjaan yang fleksibel dalam hal waktu bekerja, pekerjaan ini tidak menentukan
waktu bekerja yang spesifik
b. Kerja bagi wanita menjadi symbol status & sekaligus alat untuk mengekspresikan kemampuan bagi
dirinya.
a. Teknologi :
b. Kebijakan produksi :
menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan pekerja wanita, missal: diberlakukannya jam kerja yang
panjang, penetapan kuota serta ditetapkan shift kerja.
buruknya ventilasi, jumlah tempat duduk yang tidak memadai, kadar suara dan debu yang berlebihan,
penerangan yang buruk, fasilitas sanitasi yang tidak memadai.
1.Ada 45,63% Buruh perempuan yang berdiri terus menerus 8-14 jam.
2.Ada 36,9% Buruh perempuan yang duduk terus menerus 8-14 jam.
a. Ada 47 jenis aturan dibawah Depnaker dan 6 aturan dibawah departemen perkembangan dan energy
antara lain menyakut hak2 reproduksi.
b. UU No. 1 / 1951
c. Pasal 13 ayat 1 : pekerja perempuan tidak boleh diwajibkan pada hari pertama haid dan kedua haid.
d. Pasal 13 ayat 2 : pekerja wanita harus diberi cuti selama 1 bulan sebelum melahirkan dan 1 bulan
setelah melahirkan / keguguran.
a. Kelelahan kerja
b. Keracunan
d. Kesehatan reproduksi
e. Kesehatan psikis
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di
seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu
istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya
dipengaruhi oleh waktu kerja, tetapi juga jenis pekerjaan yang berat, kotor dan monoton bahkan
membahayakan. Di India banyak kasus keguguran atau kelahiran sebelum waktunya pada musim panen
karena wanita terus-terusan bekerja keras. Dibidang pertanian baik pria maupun wanita dapat terserang
efek dari zat kimia (peptisida), tetapi akan lebih berbahaya jika wanita dalam keadaan hamil, karena
akan berpengaruh terhadap janin dalam kandungannya. Resiko-resiko yang harus dialami bila wanita
bekerja di industri-industri misalnya panas yang berlebihlebihan, berisik, dan cahaya yang menyilaukan,
bahan kimia, atau radiasi.
Peran jender yang menganggap status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-
indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan, kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan
wanita juga kekurangan waktu, informasi, untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Wanita bekerja jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di
seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu
istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan sebagainya. Peran jender yang menganggap
status wanita yang rendah berakumulasi dengan indikator-indikator lain seperti kemiskinan, pendidikan,
kawin muda dan beban kerja yang berat mengakibatkan wanita juga kekurangan waktu, informasi,
untuk memperhatikan kesehatan reproduksinya.
2. Saran
Terus semangat buat para wanita karir, karena tak selamanya wanita hanya bisa menerima dan
berpangku tangan kepada pemimpin dalam rumah tangga yaitu suami
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-
US%3Aofficial&q=wanita+di+tempat+kerja&btnG=Telusuri&meta=