PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO diseluruh dunia setiap menit wanita meninggal karena
komplikasi yang terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Angka
kematian ibu di indonesia masih tertinggi di negara asean, tetapi menurut data
resmi SDKI angka kematian ibu di indonesia mengalami penurunan. Upaya
meningkatkan kesehatan masyarakat secara bertahap terus ditingkatkan
kearah yang lebih baik. Sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan
pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemajuan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar kematian dan kesakitan serta
penduduk hidup dilingkungan yang sehat. (Depkes RI, 2003)
Diantara resiko-resiko yang mungkin terjadi pada masa nifas yang sering
mengakibatkan kematian pada ibu nifas yakni infeksi dan pendarahan. Di
negara maju maupun negara berkembang perhatian utama bagi ibu dab bayi
terlalu banyak tertuju pada pada masa kehamilan dan persalinan, pada
kejadian sebenarnya justru kebalikannya.
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang
berlangsung selama 6 minggu. Pada beberpa jam setelah bayi dilahirkan dan
plasenta nya dikeluarkan adalah masa perhatian dimana seorang ibu benar
dipantau keadaanya, karena pada saat itu bisa terjadinya adanya pendarahan
dan infeksi akibat masuknya kuman atau bakteri ditempat bekas jahitan akibat
proses kelahiran.
Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman pada alat genetalia waktu
persalinan. Selama ini pendarahan pasca persalinan merupakan penyebab
kematian ibu, namun dengan meningkatnya persedian darah dan rujukan,
maka infeksi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka kami merumuskan masalah
tentang penyakit tersebut mulai dari definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksa penunjang dan pentalaksanaan medis. Selain tu
kami merumuskan masalah mengenai asuhan keperawatan terhadap ibu post
partum dengan komplikasi infeksi yang terdiri atas pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi serta evaluasi.
C. Tujuan
1. Mengetahui post partum dengan komplikasi infeksi
2. Mengetahui konsep infeksi puerperalis
a. Etiologi
b. Patofisiologi
c. Manifestasi klinis
d. Pemeriksa penunjang
e. Penatalaksanaan medis
3. Mengetahui cara mengatasi infeksi puerperalis
4. Mengetahui asuhan keperawatan infeksi puerperalis
2
BAB II
3
tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense
musculaire.
3. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya
mengalami ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu
hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks
vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk
menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis,
trutama gonore dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria
asimptomatik terjadi pada sekitas 5% nsampai 15% wanita hamil. Jika
tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira 30% pada wanita
hamil.
Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih
disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang
diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan
dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai
peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius.
4. Septicemia dan piemia
Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk
keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus
serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar
ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis
pelvika).
Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung
kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk
keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat
lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan
4
mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan
ini dinamakan piemia
C. Etiologi
Melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob pathogen yang
kebanyakan merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin
juga dari luar. Bentuknya bisa berupa kuman anaerob, biasanya berupa kokus
gram positif, seperti: streptokokus, bakteriode, dan klostridium. Bisa juga
berbentuk kuman anaerob bakteri gram positif dan e.coli. Selain itu, dapat
diakibatkan oleh: streptokokus hemolitikus aerobikus dan stafilokokus aureus.
Factor resiko yang menyebabkan terjadinya infeksi adalah sebagai berikut:
1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti
pendarahan, anemia, nutrisi buruk, status ekonomi social rendah, dan
imunosupresi.
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama.
3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
4. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
D. Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah
luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata, terdapat
benjolan-benjolan karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini
merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman dan masuknya
jenis-jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami
perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perineum yang
semuanya merupakan tempat masuknya kuman-kuman patogen. Proses
radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka
asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan
atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.
5
2. Droplet infeksi. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri
yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan
lainnya yang berada di ruang tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut
petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan
penderita infeksi saluran pernapasan dilarang memas`uki kamar bersalin
3. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari
penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa
dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain
yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu post partum.
4. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
5. Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada
waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intra partum biasanya
berlangsung pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lama
pecah dan beberapa kali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejala-gejalanya
antara lain, kenaikan suhu tubuh biasanya disertai dengan leukositosis
dan takikardi, denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban
biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-
kuman memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan
melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin.
6
Pathway
Infeksi nifas
Peritone
Perineum, vagina, vulva Perluasan infeksi
serviks mikroorganisme pathogen
mengikuti aliran darah
Merangsang
Resiko termoregulasi di
infeksi HT
Hipertermi
7
E. Manifestasiklinis
1. Peningkatan suhu
2. Takikardie.
3. Nyeri pada pelvis
4. Demam tinggi
5. Nyeri tekan pada uterus
6. Lokhea berbau busuk/ menyengat
7. Penurunan uterus yang lambat
8. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy
D. Pemeriksa Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <
10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine
adalah untuk melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat
ringannya penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi
kelainan yang terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit.
Normalnya tidak boleh sampai + 1
e. Pemeriksaan glukosa urin: Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa
disalam urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap
kembali hasil filtrasi dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL)
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Meliputi; nama, usia, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, diagnosa medis, no medical record, tanggal masuk dan tanggal
pengkajian
2. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang dirasakan oleh pasien yang
menjadi lasan pasien dibawa ke pelayanan kesehatan
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai awal
hingga dibawa ke RS secara lengkap meliputi provocative atau
palliative, quality atau quantity, regionatau radiation, skala, dan
timing
b. Riwayat penyakit dahulu
Merupakan keluhan seputar apakah dulu pernah mengalami sakit yang
sama seperti ini atau ada penyakit lainnya, apakah sebelumnya pernah
dioperasi atau pun jenis obat apa saja yang pernah dikonsumsi pasien
sebelumnya. Berguna untuk mengetahui kemungkinan hubungan
penyakit yang diderita.
c. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga mulai dari lahir hingga saat ini yang meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat masing-masing anggota keluarga.
4. Riwayat psikososial
Meliputi; konsep diri, body image, harga diri, peran diri, personal
identity, ideal diri, spiritual, interaksi sosila dan psikologi
5. Riwayat obstetric
a. Riwayat menstruasi: menarche, lamanya siklus, frekuensi, bau dan
keluahan waktu haid
9
b. Riwayat perkawinan: usia kawin, usia mulai hamil
6. Riwayat hamil, persalinan dan nifas
a. Riwayat hamil: hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus
b. Riwayat persalinan: tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, BB dan panjang
anak waktu lahir
c. Riwayat nifas: keadaan lochea, apakan ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri.
7. Tanda-tanda vital
Meliputi; suhu tubuh, nadi, pernafasan dan tekanan darah. Mengukur
tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar memantau
perubahan status kesehatan klien diaantaranya tanda adanya infeksi.
8. Pemeriksaan fisik
a. Payudara
Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara, stimulation
nepple erexi adanya kolostrum, apakah payudara terisi
susu, kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, dan adanya
sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial.
b. Uterus
Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri.
Apakah konsistensinya lunak atau keras.
c. Kandung kemih
Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya dan anjurkan ibu agar tidak menahan apabila
terasa BAK. Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post partum,
bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva
dan perineum ibu.
d. Genetalia
Periksa pengeluaran lochea,warna,bau dan jumlahnya, hematom vulva
(gumpalan darah), lihat kebersihan pada genitalia.
10
e. Perineum
Observasi tanda infeksi dan luka jahitan, oedema atau tidak,
Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)
f. Esktremitas bawah
Pada pemeriksaan kaki apakah ada varises, oedema, reflek patella,
nyeri tekan atau panas pada betis. Adanya tanda Homan,caranya
dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis
dengan tindakan tersebut,tanda homan (+).
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
DS: Klien mengeluh nyeri Infeksi nifas
disekitar vagina
Perineum, vagina, vulva
DO: serviks
Skala nyeri 3
Luka perineum dan serviks
1 Klien tampak meringis Nyeri
Tampak kemerahan Peradangan
Nyeri
11
Uterus membesar
B. Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi luka perineum dan serviks
2. Hipertermi berhubungan dengan perluasan infeksi mikroorganisme
3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.
4. Gangguan mobilitas berhubungan dengan edema tungkai betis
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka perineum dan
serviks
C. Intervensi
dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda 1. Untuk mengetahui keadaan
tindakan vital klien umum klien
keperawatan 3x24 2. Kaji lokasi dan sifat 2. Membantu dalam diagnosis
jam nyeri ketidaknyamanan atau banding keterlibatan jaringan
berukurang atau nyeri PQRST pada proses infeksi
3. Anjurkan klien untuk 3. Relaksasi dan nafas dalam
12
hilang. menggunakan teknik dapat mengurangi
Dengan KH: relaksasi dan nafas ketegangan otot dan
Tanda-tanda dalam serta menghambat rangsang nyeri
vital normal teknik distraksi (untuk serta menambah pemasukan
Mampu nyeri ringan dan
mengontrol sedang).
nyeri 4. Berikan instruksi 4. meningkatkan kesejahteraan
Mampu mengenai membantu dan pemulihan
menggunaka mempertahankan menghilangkan
n tehnik kebersihan dan ketidaknyamanan
nonfarmakol kehangatan
ogi 5. Kolaborasi dengan
berkurang
Skala nyeri
0
13
keperawatan 2x24 dengan teratur pertumbuhan bakteri.
jam pola 2. Monitor keseimbangan
eliminasi urin 2. mengobservasi intake cairan
tidak terganggu. dan output 3. Menguatkan otot dasar
Dengan KH: 3. ajarkan klien cara pelvis
Dapat BAK blader training 4. Relaksasi pikiran dapat
sendiri 4. lakukan relaksasi meningkatkan kemampuan
Terhindar dari ketika duduk berkemih berkemih
infeksi system 5. tingkatkan aktivitas 5. Meningkatkan kekuatan otot
urine dengan kolaborasi ginjal dan fungsi bladder
Intake cairan dokter/fisioterapi
normal
14
Setelah dilakukan 1. Observasi adanya 1. Akan memudahkanintervensi
tindakan tanda-tanda infeksi lebih dini dan intervensi
keperawatan 3x24 pada daerah luka : selanjutnya.
jam klien dapat dolor, kalor, rubor dan
terhindar dari function laesa. 2.Akan meminimalkan dan
resiko infeksi 2. Lakukan perawatan mencegah kontaminasi dan
Dengan KH: luka dengan teknik atau masuknya
TTV normal aseptic dan anti septic. mikroorganisme.
Insisi kering 3. Anjurkan untuk makan 3.Protein dan viatamin C
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke satatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapakan. (Gordon, 1994)
Pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan
dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan.
Berpusat pada kebutuhan pasien, strategi implementasi keperawatan dan
kegiatan komunikasi. (kozier, 1995)
15
E. Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses yang menentukan seberapa jauh
keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilai proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (ali,
2009)
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebakan oleh kuman yang
masuk kedalam organ genital pada saat persalinandan masa nifas. Infeksi
Puerperalis adalah infeksi bakteri pada teraktus genitalia yang terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38̊ atau lebih
selama 2 hari dalam 10hari pertama paska persalinan dengan mengecualikan
24jam pertama.
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain dalam
darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu peradangan yang
terjadi sistemik atau disebut systemic inflamation respon syndrom dengan
kriteria:
1. Suhu > 38°C
2. Denyut jantung > 90x/menit
3. Respirasi > 20 x/menit
B. Saran
Supaya tidak terjadi infeksi pada masa nifas, sat hamil cegah jangan
sampai terjadi anemia, malnutrisi, serta munculnya penyakit yang diderita
ibu. Sebaiknya tidak melakukakn, mengurangi atau melakukan dengan hati-
hati hubungan seksual saat hamil karena bisa menyebabkan pecah ketuban
dan menjadi jalan masuk kuman penyebab infeksi jlan lahir.
17
DAFTAR PUSTAKA
18