Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil, lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu (Mochtar, Rustam, 1998:115). Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam
minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001:122). Dan
pada masa nifas ini, dapat terjadi infeksi yang membahayakan nyawa ibu.
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Kasus infeksi pada post
partum sering terjadi. Infeksi post partum bila tidak diatasi dengan baik dan profesional sering
mengalami morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Terutama bila sumber infeksi telah menjalar
pada organ-organ vital.
Infeksi nifas (puerperium) adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi nifas setelah pervaginam terutama mengenai tempat implantasi plasenta dan
desidua serta miometrium didekatnya. Pada sebagian kasus, duh yang keluar berbau, banyak,
berdarah dan kadang-kadang berbusa. Pada kasus lain duh hanya sedikit. Involusi uterus dapat
terhambat. Potongan mikroskopis munghkin memperlihatkan lapisan bahan nkrotik di superficial
yang mengandung bakteri dan sebukan leukosit padat.
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami perubahan secara
progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu dimonitor oleh tim medis untuk
menghindari terjadinya komplikasi.

Infeksi puerperalis |1

BAB II
PEMBAHASAN
DEFINISI
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono
Prawirohardjo, 2005 : 689 ).
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alatalat genetalia dalam masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri pada
traktus genetalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu
hingga 38C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama.
EPIDEMIOLOGI
Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh dunia setiap menit
seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan,
persalinan,dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari
atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan,
persalinan, dan nifas ( Riswandi, 2005 ).
Tiga penyebab utama Angka Kematian Ibu di Indonesia dalam bidang
obstetri adalah perdarahan (45%), infeksi (15%) dan pre eklampsia (13%)
(DepKes RI, 2007). Menurut data kesehatan Propinsi Jawa Timur terakhir pada
tahun 2009 Angka Kematian Ibu sebesar 260 per 100.000 kelahiran hidup dan
tiga penyebab Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur yaitu perdarahan
(34,62%), pre eklampsia (14,01%) dan infeksi (3,02%) (DinKes Jatim, 2009).
ETIOLOGI
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga
Infeksi puerperalis |2

dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan
anaerob. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi puerperalis antara lain :

Streptococcus haematilicus aerobic


Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.

Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit

Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas

Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan antara

beberapa macam bakteri. Bakteri tersebut bisa endogen atau eksogen.

Bakteri Endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rektum tanpa menimbulkan
bahaya (misal, beberapa jenis stretopkokus dan stafilokokus, E. Coli,
Clostridium welchii).Bahkan jika teknik steril sudah digunakan untuk
persalinan, infeksi masih dapat terjadi akibat bakteri endogen.
Bakteri endogen juga dapat membahayakan dan menyebabkan infeksi jika:

Bakteri ini masuk ke dalam uterus melalui jari pemeriksa atau


melalui instrumen pemeriksaan pelvic

Bakteri terdapat dalam jaringan yang memar, robek/ laserasi, atau


jaringan yang mati (misalnya setelah persalinan traumatik atau
setelah persalinan macet)

Bakteri masuk sampai ke dalam uterus jika terjadi pecah ketuban


yang lama.
Infeksi puerperalis |3

Bakteri eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus, Clostridium
tetani, dsb).
Bakteri eksogen dapat masuk ke dalam vagina:

melalui tangan yang tidak bersih dan instrumen yang tidak steril

melalui substansi / benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal,


ramuan / jamu, minyak, kain)

melalui aktivitas seksual.


Di tempat tempat di mana penyakit menular seksual (PMS)

(misal, gonorrhea dan infeksi klamidial) merupakan kejadian yang biasa,


penyakit tersebut merupakan penyebab terbesar terjadinya infeksi uterus.
Jika seorang ibu terkena PMS selama kehamilan dan tidak diobati, bakteri
penyebab PMS itu akan tetap berada di vagina dan bisa menyebabkan
infeksi uterus setelah persalinan.
FAKTOR PREDISPOSISI
1.

Persalinan lama, khususnya pada yang ketubannya sudah pecah.pada.


Dimana pada ketuban pecah ini kuman akan menjadi lebih mudah masuk
ke dalam saluran reproduksi.

2.

Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya


untuk yang ketubannya sudah pecah.

3.

Tehnik akseptik yang tidak bagus

4. Kelahiran dengan operasi, terutama untuk yang melahirkan dengan section


cesarean
5. Retensi sisa plasenta atau membrane janin
6. Perawatan perineum tidak memadai
7. Infeksi yang terlukalisir di jalan lahir
Biasanya terdapat pada tempat-tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan
persalinan dan pada bekas implantasi plasenta :
Infeksi puerperalis |4

a. Vulvitis, luka bekas episotomi atau robekan perbium yang kena


infeksi. Jaringan sekitar luka membengkak, tepi luka meraih
dan bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang terbuka
menjadi ulkus dan mengeluarkan pus
b. Vaginatis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi,
permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus
dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus
c. Servisitis : infeksi pada serviks agar dalam dapat menjalar ke
ligamentum dan parametrium
d. Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan
dalam waktu singkat dapat mengenai seluruh endometrium
e. Peritonitis
Terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapatjuga ditemukan bersamasama dengan salpingo-oofaritis dan seliltis pelvika, infeksi nifas dapat
menyebar melalui pembuluh linfe didalam uterus langsung mencapai
peritoneum dan menyebabkan peronitis
f. Septikomeia dan piemia : Keduanya merupakan infeksi berat.

Pada septikemia :
1. Dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah
2. Sampai 3 hari post partum suhu menigkat dengan cepat biasanya
isertai menggigil, suhunya berkisar 39-400 C
3. Nadi meningkat / menjadi cepat (140-160 x / menit atau lebih)

Sedangkan pada piemia :


1. Penderita tidak lama post partum sudah merasa sakit
2. suhu agak meningkat (350 C)
3. Perut nyeri
Infeksi ini disebabkan oleh kuman-kuman yang sangat pathogen biasanya

streiptoccocus haeomlyticus golongan A. infeksi ini merupakan 50 % dari semua


kematian karena infeksi nifas.

Infeksi puerperalis |5

Pada septicemia kuman-kuman dari sarangnya diuterus, langsung masuk


ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan ifeksi. Pada plemia terdapat
dahulu trombofelbitis ini menjalar ke venauterina, venatupogastrika dan / atau
vena onari (tromboflebitis pelvika).
PATOFISIOLOGI
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah lika
dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaanna tidak rata, berbenjol benjol
karena banyak vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang
baik untuk tumbuhnya kuman-uman dan masuknya jenis-jenis yang patogen
dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat
masuknya kuman-kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka
tersebut atau menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai
berikut:
a.

Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam
vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan
atau alat alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya
bebas dari kuman-kuman.

b.

Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi


bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas
lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh karena itu, hidung dan
mulut petugas yang bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita
infeksi saluran nafas dilarang memasuki kamar bersalin.

c.

Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari


penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa
oleh aliran udara kemana-mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang
tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.

Infeksi puerperalis |6

d.

Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada


waktu berlangsungnya persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi
pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban sudah lam pecah dan
beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan
suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut
jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh
dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman memasuki dinding
uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat
menimbulkan infeksi pula pada janin.

KLASIFIKASI
Infeksi nifas dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1.

Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, cerviks dan


endometrium

Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak ; jahitan
ini mudah terlepas dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mangeluarkan pus.

Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau
melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah
ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas.

Servisitis
Infeksi sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan
banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung
kedasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke
parametrium.

Infeksi puerperalis |7

Endometritis
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Kuman-kuman
memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan
dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.

2.

Penyebaran dari ke empat tempat tersebut melalui vena-vena, pembuluh


limfe, dan melalui permukaan endomertium.
Penyebaran melalui pembuluh-pembuluh darah

Septikemia dan Piemia


Ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman-kuman yang
sangat pathogen biasanya Streptococcus haemolyticus golongan A.
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian
karena infeksi nifas4.
Pada septikemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung
masuk keperedaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
Adanya septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kumankuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada
vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau
vena ovarii (tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu
embolus kecil yang mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali
dilepaskan, embolus masuk keperedaran darah umum dan dibawa oleh
aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak,
jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses
ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia7.
Penyebaran melalui jalan limfe dan jalan lain

Peritonitis
Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus
langsung mencapai peritoneum dan menyebabkan peritonitis, atau
Infeksi puerperalis |8

melalui jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang


menyebabkan parametritis ( sellulitis pelvika).

Parametritis (sellulitis pelvika)

Peritonitis dapat pula terjadi melalui salpingo-ooforitis atau sellulitis


pelvika

Infeksi jaringan ikat pelvis dapat terjadi melalui tiga jalan yakni:
Penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang terinfeksi atau dari
endometritis.
o Penyebaran langsung dari luka pada serviks yang meluas sampai
kedasar ligamentum.
o Penyebaran sekunder dari tromboflebitis pelvika.
o Penyebaran melalui permukaan endometrium

GEJALA
1.

Peningkatan suhu tubuh (38C atau lebih) yang terjadi antara hari ke 2-10
postpartum

2.

Tachicardia

3.

Malaise umum

4.

Nyeri

5.

Lochea berbau tidak sedap. (Helen Varney, 2008)

Gejala infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :


A. Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan
endometrium .

Infeksi perineum, vulva, dan serviks


o Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau
tanpadistensi urine.
o Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
o Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat,
suhu sekitar 38C, dan nadi kurang dari 100x/menit.
o Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak
dapat keluar, demam bisa meningkat hingga 39-40 C, kadangkadang disertai menggigil.
Infeksi puerperalis |9

Endometritis
o Kadang kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa
plasenta dan selaput ketuban yang disebut lokiametra.
o Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang
berbau/tidak, lokhea berwarna merah atau coklat.
o Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil,
nadi biasanya sesuai dengan kurva suhu tubuh.
o Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
o Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek,
his susulan biasanya sangat mengganggu.
o Leukositosis

dapat

berkisar

antara

10.000-13.000/mm.

B. Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan
dan endometrium.

Septikemia dan piemia


o Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan
lemah sampai 3 hari postpartum suhu meningkat dengan
cepat. Biasanya disertai menggigil dengan suhu 39-40C.
Keadaan umum cepat memburuk, nadi sekitar 140160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam
6-7 hari postpartum.
o Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan
menggigl yang terjadi berulang-ulang. Suhu meningkat
dengan cepat kemudian suhu turun dan lambat laun timbul
gejala abses paru, pneumonia, dan pleuritis.

Peritonitis
o Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, serta ada defensif
muskuler. Wajah klien mula-mula kemrahan, kemudian
menjadi pucat, mata cekung, kulit wajah dingin, serta
terdapat facishipocratica.
Infeksi puerperalis |10

o Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak


seberat peritonis umum klien demam, perut bawah
nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.

Selulitis pelvis
o Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai
rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri pada pemeriksaan
dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvic.
o Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan
nyeri di sebelah uterus.
o Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses
dimana suhu yang mula mula tinggi menetap , menjadi naik
turun disertai menggigil.
o Pasien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

DIAGNOSIS

1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi :
Palpasi :
3. Pemeriksaan penunjang

Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran
diferensial ke kiri.

Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat
meningkat dengan adanya infeksi.

Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada


keadaan anemia.

Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal


atau drainase luka atau perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi
organisme penyebab.

Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.

Infeksi puerperalis |11

Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang


tertahan melokalisasi abses perineum.

Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis,


massa atau pembentukan abses, serta adanya vena-vena dengan
trombosis.

PENATALAKSANAAN
1. Memberikan banyak cairan
Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi, membantu
menurunkan demam dan mengobati shock. Pada kasus yang parah, maka perlu
diberikan cairan infus. Jika pasien sadar bisa diberikan cairan oral.
2. Mengesampingkan fragmen plasenta yang tertahan
Fragmen plasenta yang tersisa dapat menjadi penyebab sepsis nifas. Pada rahim,
jika terdapat lokhia berlebihan,berbau busuk dan mengandung gumpalan darah,
eksplorasi rahim untuk mengeluarkan gumpalan dan potongan besar jaringan
plasenta akan diperlukan. Tang Ovum dapat digunakan, jika diperlukan.
3. Kombinasi antibiotik diberikan sampai pasien bebas demam selama 48 jam, dan
kombinasi antibiotik berikut ini dapat diberikan :
a. ampisilin 2 g IV setiap 6 jam, dan
b. gentamisin 5 mg / kg berat badan IV setiap 24 jam, dan
c.

metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.

4. Penatalaksaana bayi baru lahir dengan ibu yang terinfeksi


Karena infeksi pada neonatus dapat menjadi penyebab utama kematian neonatal.
Hal yang perlu diperhatikan :
o Mencuci tangan : jika ibu cukup baik kondisinya, penting untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi baru lahir

Infeksi puerperalis |12

o Menyusui: jika ibu cukup baik, menyusui bisa diteruskan. Jika ibu sangat
sakit, dikonsultasikan dengan medis praktisi yang mengkhususkan diri
dalam perawatan bayi baru lahir.
o jika tidak mungkin bagi bayi baru lahir dirawat oleh ibu, saudara dekat
mungkin tersedia bagi merawat bayi sampai ibu cukup baik.

5. Manajemen lebih lanjut


Jika uterus nekrotik dan sepsis, mungkin diperlukan histerektomi subtotal.
PENCEGAHAN
Pencegahan Infeksi
1.

Selama kehamilan

Memperbaiki keadaan gizi

Koitus pada saat kehamilan tua

Mencegah terjadinya anemia

Pemeriksaan dalam jangan terlalu sering dilakukan tanpa


indikasi

2.

Selama persalinan

Hindari pemeriksaan dalam nerulang ulang, lakukan bila ada


indikasi dengan sterilitas yang baik.

Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.

Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat


alat harus suci hama.

Perlukaan perlukaan jalan lahir karena tindakan baik


pervaginam maupun perabdominam.

3.

Selama nifas

Luka luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi.

Penderita dengan infeksi nifas sebiknya diisolasi.

Tamu yang berkunjung harus dibatasi. (Wiknjosastro, 2006)

Infeksi puerperalis |13

KOMPLIKASI
a. Sindroma distres pernafasan dewasa
b. Koagulasi intravascular diseminata
c. Gagal Ginjal akut
d. Perdarahan usus
e. Gagal hati
f.

Disfungsi SSP

g. Gagal jantung
h. Kematian
PROGNOSIS
Pada dasarnya prognosisnya baik bila diatasi dengan pengobatan yang sesuai.

Infeksi puerperalis |14

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah
melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10
hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Ini disebakan oleh kuman
aerob juga kuman anaerob. Infeksi bisa terjadi melalui tangan penderita, droplet infeksion,
infeksi rumah sakit (hospital infection), dalam rumah sakit. Manifestasi yang muncul bergantung
pada tempat-tempat infeksi, ada infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan
endometrium kemudian bisa menyebar dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan
limfe dan permukaan endometrium. Bila menyebar maka manifestasi yang muncul juga dapat
memperburuk keadaan penderita.

Infeksi puerperalis |15

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatus. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Andy

W,

MD

2010. Postpartum

Infection.

http://emedicine.medscape.com/article/796892-clinical#a0217. Diakses : tanggal 27


April 2013.

Infeksi puerperalis |16

Anda mungkin juga menyukai