Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang di perlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6 minggu. Komplikasi masa nifas
adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang di sebabkan oleh masuknya kuman - kuman pada
alat genetalia pada waktu persalinan.

Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian pada ibu terjadi setelah
melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah
persalinan, diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan
pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan
morbiditas ibu.

Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat - alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6
minggu. Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan dan plasenta di keluarkan adalah masa-masa
perhatian dimana seorang ibu perlu benar-benar dipantau keadaannya. Karena pada saat - saat itu
bisa terjadi masalah seperti adanya perdarahan dan juga infeksi akibat masuknya bakteri atau
kuman di tempat bekas jahitan akibat proses kelahiran.

B.Pengertian
Infeksi puerperalis atau infeksi nifas adalah semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya
kuman - kuman kedalam alat genitalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarono Prawiroharjo,
2005 : 689).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat - alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. (Nifas)
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati, 2009).

Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam
masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).

C.Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen
yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman - kuman yang sering menyebabkan infeksi
puerperalis antara lain :

1. Streptococcus haematilicus aerobic


Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita
lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.

2. Staphylococcus aurelis

Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit.

3. Escherichia coli

Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas.

4. Clostridium welchii

Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
Faktor-Faktor Predisposisi

1. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,
nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah dan imunosupresi
2. Partus lama, terutama dengan ketuban pecah lama
3. Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir
4. Tertinggalnya selaput plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
5. Proses persalinan bermasalah; partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik,
kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut
keinfeksi dalam masa nifas

D.Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insertio plasenta merupakan daerah bekas luka berdiameter
kira-kira 4cm, permukaan tidak rata, berbenjol-benjol, karena banyaknya vena yang di
tutupi trombus dan merupakan area yang baik untuk perkembangbiakan kuman-kuman
dan masuknya jenis - jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami
perlukaan pada persalinan, begitu juga vulva, vagina, perinium merupakan tempat
masuknya kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau
dapat menyebar di luar luka asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam
atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain adalah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang di masukkan kedalam
jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman - kuman.
 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter atau petugas yang lainnya yang berada di ruangan
tersebut. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus di tutupi dengan
masker dan penderita infeksi saluran nafas di larang memasuki kamar bersalin.
 Dalam rumah sakit selalu banyak kuman - kuman patogen, berasal dari penderita dengan
berbagai jenis infeksi. Kuman - kuman ini bisa di bawah melalui aliran udara kemana -
mana, antara lain ke handuk, kain-kain yang tidak steril dan alat - alat yang di gunakan
untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
 Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika
menyebabkan pecahnya ketuban.
 Infeksi intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala - gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan. Infeksi intrapartum basanya terjadi pada waktu partus lama,
apalagi jika ketuban sudah lama pecah dan beberapa kali di lakukan pemeriksaan dalam.
Gejala-gejala ialah kenaikan suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia;
denyut jantung janin dapat meningkat pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan
berbau. Pada infeksi intrapartum kuman-kuman memasuki dinding uterus pada waktu
persalinan, dan dengan melewati amnion dapat menimbulkan infeksi pula pada janin

E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :

 Peningkatan suhu
 Takikardi
 Nyeri pada pelvis
 Demam tinggi
 Nyeri tekan pada uterus
 Lokhea berbau busuk/ menyengat
 Penurunan uterus yang lambat
 Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

F. Komplikasi

1. Perdarahan Per Vagina


o Hemoragi Post Partum Primer.

Yaitu mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. 


Penyebab :


Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban
tertahan).
 Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan
peralatan termasuk sectio caesaria, episiotomy).
 Koagulasi intravascular diseminata
 Inversi uterus.
o Hemoragi Post Partum Sekunder.

Yaitu mencakup semua kejadian Hemoragi Post Partum yang terjadi antara 24
jam setalah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. 
Penyebab :
 Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan.
 Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks,
vagina, kandung kemih, rectum).
 Terbukanya luka pada uterus (setelah sectio caesaria, rupture uterus).
2. Infeksi Masa Nifas

Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang
terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture membrane) atau persalinan
dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal
berikut ini:

o Nyeri pelvic.
o Demam 38,5˚C atau lebih.
o Nyeri tekan di uterus.
o Lokea berbau menyengat (busuk).
o Terjadi keterlambatan dalam penurunan ukuran uterus.
o Pada laserasi atau luka episiotomy terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan
nanah.
3. Kelainan Payudara
o Bendungan air susu

Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lacteal, payudara


sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini yang
disebut dengan bendungan air susu atau “caked breast”, sering menyebabkan rasa
nyeri yang cukup hebat dan disertai dengan kenaikan suhu. Kelainan tersebut
menggambarkan aliran darah normal yang berlebihan dan penggembungan
limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor regular untuk terjadinya
laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdestensi system lacteal oleh air susu.
Demam nifas akibat distensi payudara sering terjadi. Roser (1996) mengamati
bahwa 18% wanita normal akan mengalami demam post partum akibat
bendungan air susu. Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu
tubuhnya berkisar antara 38 - 39˚C. Ditegaskan bahwa penyebab panas yang lain,
khususnya panas yang disebabkan oleh infeksi harus disingkirkan terlebih dahulu.

o Mastitis

Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan komplikasi ante partum


yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang dijumpai dalam masa nifas dan laktasi.
Gejala mastitis supuratif jarang terlihat sebelum akhir minggu pertama masa nifas
dan umumnya baru ditemukan setelah minggu ketiga atau ke empat. Bendungan
yang mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya
berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera di ikuti oleh
kenaikan suhu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian
menjadi keras serta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri.

G. Penatalaksanaan medis
1. Pencegahan
o Selama kehamilan

Pencegahan infeksi selama kehamilan antara lain :


Perbaikan Gizi.

Koitus pada kehamilan tua sebaiknya di larang karena dapat menyebabkan
pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.
 Personal Hygine.
o Selama persalinan
 Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilisasi yang baik.
 Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
 Jagalah sterilisasi kamar bersalin dan pakai masker, alat-alat harus suci
hama.
 Perlukaan jalan lahir karena tindakan pervaginam maupun perabdominan
di bersihkan, dijahit sebaik-baiknya supaya terjaga sterilisasi selama masa
nifas.
 Luka di rawat dengan baik, jangan sampai terkena infeksi, begitupula alat-
alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan
harus steril.
 Penderita dengan infeksi nifas sebaliknya di isolasi dalam ruangan khusus,
tidak tercampur dengan ibu sehat.
 Tamu yang berkunjung harus di batasi
2. Pengobatan
o Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dari sekret vagina, luka operasi
dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang sesuai dalam
pengobatan.
o Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat, karena hasil pemeriksaan
memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spectrum luas menunggu hasil
laboratorium.
o Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
o Perhatikan diet : TKTP, lakukan transfusi darah, pengobatan kemoterapi dan
antibiotika.
o Kemasan sulfanamid dosis inisial 2 gram diikuti 1 gram 4 - 6 jam kemudian
peroral, sediaan dapat berupa tablet biasa atau force, bactrim.
o Kemasan penisilin. Tetrasiklin, eritromisin dan klorampenikol. Jangan diberikan
politerapi antibiotika yang sangat berlebihan. Tidak ada gunanya memberikan
o obat-obatan yang mahal.

Daftar pustaka
http://io-note.blogspot.co.id/2016/03/makalah-keperawatan-askep-maternitas-sistem-reproduksi-
infeksi-puerperalis-io.html
Doenges, E. Marilynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Perawatan Klien Edisi 2. Jakarta : EGC.
Sastrawinata, Sulaiman, et. al. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Mansjoer, arif, et.al. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Cetakan Kedua. Jakarta :
Media Aesculapius.
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Varney, Helen, et.al. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.
http://aritangahu.blogspot.co.id/2011/04/askep-infeksi-puerperalis.html

Askep Infeksi puerperalis


A.Konsep Dasar Penyakit
1.Pengertian
Infeksi puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke
dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas (Sarwono Prawirohardjo, 2005 : 689 ).
Infeksi puerperalis adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam
masa nifas (Mochtar Rustam, 1998 : 413).
Jadi, yang dimaksud dengan infeksi puerperalisa adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia
yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga 38ᵒC atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.

2.Etiologi
Penyebab dari infeksi puerperalis ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan aerob patogen
yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga dari luar. Penyebab yang
terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob yang sebenarnya tidak patogen
sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi
puerperalis antara lain :
o Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain ,
alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
o Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah
sakit
o Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
o Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
3.Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dari infeksi puerperalis yaitu :
a.Semua tindakan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh ibu seperti perdarahan, anemia,
nutrisi buruk, status sosial ekonomi rendah, dan imunosupresi.
b.Partus lama terutama dengan ketuban pecah lama.
c.Tindakan bedah vagina yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
d.Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.

4.Patofisiologi
Setelah kala III, daerah bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira
4 cm. Permukaannya tidak rata, berbenjol – benjol karena banyak vena yang ditutupi trombus.
Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-uman dan masuknya jenis-
jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian juga vulva, vagina dan perineum yang semuanya merupakan tempat masuknya kuman-
kuman patogen. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau menyebar di luar luka
asalnya. Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut:
a.Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain
adalah bahwa sarung tangan atau alat – alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak
sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b.Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari
hidung atau tenggorokan dokter atau petugas lainnya yang berada di ruangan tersebut. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bertugas harus ditutup dengan masker dan penderita
infeksi saluran nafas dilarang memasuki kamar bersalin.
c.Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita dengan
berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mana, antara lain
ke handuk, kain-kain yang tidak steril, dan alat-alat yang digunakan untuk merawat wanita dalam
persalinan atau pada waktu nifas.
d.Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali jika menyebabkan
pecahnya ketuban.
e.Infeksi Intrapartum sudah dapat memperlihatkan gejala-gejala pada waktu berlangsungnya
persalinan. Infeksi intraparum biasanya terjadi pada waktu partus lama, apalagi jika ketuban
sudah lam pecah dan beberapakali dilakukan pemeriksaan dalam. Gejal-gejala ialah kenaikan
suhu, biasanya disertai dengan leukositosis dan takikardia; denyut jantung janin dapat meningkat
pula. Air ketuban biasanya menjadi keruh dan berbau. Pada infeksi intra partum kuman-kuman
memasuki dinding uterus pada waktu persalinan, dan dengan melewati amnion dapat
menimbulkan infeksi pula pada janin.

5.Klasifikasi
Infeksi puerperalis dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu :
1)Infeksi yang terbatas pada perineum , vulva , vagina , serviks , dan endometrium .
a.Infeksi perineum, vulva, dan serviks
Tanda dan gejalanya :
•Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria, dengan atau tanpadistensi urine.
•Jahitan luka mudah lepas, merah, dan bengkak.
•Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat, suhu sekitar 38ᵒC, dan nadi kurang
dari 100x/menit.
•Bila luka terinfeksi tertutup jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat
hingga 39-40ᵒ C, kadang-kadang disertai menggigil.

b.Endometritis
•Kadang –kadang lokhea tertahan dalam uterus oleh darah sisa plasenta dan selaput ketuban yang
disebut lokiametra.
•Pengeluaran lokia bisa banyak atau sedikit, kadang-kadang berbau/tidak, lokhea berwarna
merah atau coklat.
•Suhu badan meningkat mulai 48 jam postpartum, menggigil, nadi biasanya sesuai dengan kurva
suhu tubuh.
•Sakit kepala, sulit tidur, dan anoreksia.
•Nyeri tekan pada uterus, uterus agak membesar dan lembek, his susulan biasanya sangat
mengganggu.
•Leukositosis dapat berkisar antara 10.000-13.000/mm³.
2)Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena , jalan limfe dan permukaan dan endometrium.
a.Septikemia dan piemia
•Pada septikemia, sejak permulaan klien sudah sakit dan lemah sampai 3 hari postpartum suhu
meningkat dengan cepat. Biasanya disertai menggigil dengan suhu 39-40ᵒC. Keadaan umum
cepat memburuk, nadi sekitar 140-160x/menit atau lebih. Klien juga dapat meninggal dalam 6-7
hari postpartum.
•Pada piemia, suhu tubuh klien tinggi disertai dengan menggigl yang terjadi berulang-ulang.
Suhu meningkat dengan cepat kemudian suhu turun dan lambat laun timbul gejala abses paru,
pneumonia, dan pleuritis.

b.Peritonotis
•Pada umumnya terjadi peningkatan suhu, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri,serta
ada defensif muskuler. Wajah klien mula-mula kemrahan, kemudian menjadi pucat, mata
cekung, kulit wajah dingin, serta terdapat facishipocratica.
•Pada peritonitis yang terdapat di daerah pelvis, gejala tidak seberat peritonis umum klien
demam, perut bawah nyeri,tetapi keadaan umum tetap baik.

c.Selulitis pelvis
•Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeri
pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvic.
•Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
•Di tengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula mula tinggi
menetap , menjadi naik turun disertai menggigil.
•Klien tampak sakit, nadi cepat, dan nyeri perut.

6.Gejala klinis
Tanda dan gejala umum dari infeksi puerperalis ini yaitu :
a.Peningkatan suhu
b.Takikardi
c.Nyeri pada pelvis
d.Demam tinggi
e.Nyeri tekan pada uterus
f.Lokhea berbau busuk/ menyengat
g.Penurunan uterus yang lambat
h.Nyeri dan bengkak pada luka episiotomi

7.Pemeriksaan fisik
a.Keadaan Umum : Baik, CM, Tidak Anemis
b.Vital Sign
c.Status Generalis
•Kepala : Konjungtiva tidak anemis, pupil isokor
•Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid.
•Dada : Pernafasan kanan dan kiri tidak simetris, tidak ada retraksi, tidak ada ronki
•Abdomen : Tenang, supel, NT (-), tidak teraba masa dan tidak nyeri tekan
•Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak dan edema
d.Status Obstetri
Inspeksi :
•Mata : Konjungtiva tidak anemis
•Dada : Hiperpikmentasi papila dan aerola mamae terlihat
•Abdomen : Tenang, Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, dan tidak nyeri tekan
•Ekstremitas : Tidak ada edema

8.Pemeriksaan diagnostik
•Jumlah sel darah putih (SDP) : normal atau tinggi dengan pergeseran diferensial ke kiri.
•Laju endap darah (LED) dan jumlah sel darah merah(SDM) sangat meningkat dengan adanya
infeksi.
•Hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht) mengalami penurunan pada keadaan anemia.
•Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus atau intraservikal atau drainase luka atau
perwarnaan gram di uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
•Urinalisis dan kultur mengesampingkan infeksi saluran kemih.
•Ultrasonografi menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan melokalisasi abses
perineum.
•Pemeriksan bimanual : menentukan sifat dan lokal nyeri pelvis, massa atau pembentukan abses,
serta adanya vena-vena dengan trombosis.

9.Prognosis
Prognosis baik jika diatasi dengan pengobatan yang sesuai. Menurut derajatnya, septikemia
merupakan infeksi paling berat dengan mortalitas tinggi diikuti peritonitis umum.

10.Penatalaksanaan
a.Pencegahan
•Selama kehamilan, bila ibu anemia diperbaiki. Berikan diet yang baik.
•Koitus pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
•Selama persalinan, batasi masuknya kuman di jalan lahir. Jaga persalinan agar tidak berlarut-
larut. Selesai persalinan dengan trauma sedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan
penularan penyakit dan petugasdalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus steril dan
lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi tepat.
•Selama nifas rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat ibu dengan tanda-tanda
infeksi nifas bersama dengan wanita dalam nifas yang sehat.

b.Penanganan medis
•Suhu diukur dari mulut sedikitnya empat kali sehari.
•Berikan terapi antibiotik prokain penisilil 1,2-2,4 juta unit 1M penisilin G 500.000 satuan setiap
6 jam atau metisilin 1 gr setiap 6 jam 1 M ditambah dengan ampisilin kapsul 4 x 250 mg per
oral.
•Perhatikan diet ibu : diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
•Lakukan transfusi darah bila perlu.
•Hati-hati bila ada abses , jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga peritoneum.

Anda mungkin juga menyukai