Anda di halaman 1dari 43

Infeksi Nifas

Preceptor:
Nuniek Kharismawati, dr., Sp.OG

SMF Obstetri dan Ginekologi


RSUD Al-Ihsan
2023
PENDAHULUA
● Nluka jalan lahir pascasalin, terutama dari endometrium bekas insersi
Infeksi nifas adalah infeksi
plasenta. (Obstetri Patologi FK UNPAD ed 3)
● Infeksi nifas menggambarkan setiap infeksi bakteri pada saluran kelamin setelah melahirkan.
(William Obstetri 26 ed)

Williams Obstetri 26 ed. Obstetri Patologi FK UNPAD ed 3


PUERPERAL FEVER
(DEMAM MASA NIFAS)
● Demam dalam masa nifas sebagian besar
Reported by Filker & Monif (1979):
disebabkan infeksi nifas dan merupakan
- 20% wanita demam setelah 24
gejala penting
jam melahirkan spontan,
● Infeksi nifas ditandai oleh suhu ≥ 38 ℃,
kemudian di diagnosa sebagai
selama 2 hari berturut turut, kenaikan terjadi pelvic infection
sesudah 24 jam pascasalin dalam 10 hari - 70% wanita demam ≥ 39℃
pertama masa nifas. setelah 24 jam melahikan
● Kejadian infeksi nifas semakin berkurang melalui SC karena pelvic
karena peran antibiotic, pembatasan lama infection oleh group A
persalinan, asepsis, transfuse darah dan streptococcus
peningkatan kesehatan umum (kebersihan,
gizi)

Dutta Textbook of Obstetric. Obstetri Patologi FK UNPAD ed 3


ETIOLOG
I

Textbook of Obstetrics and Gynaecology Eric A.P Steeger


UTERINE INFECTION

ENDOMYOETRIT ENDOPARAMETR
ENDOMETRITIS
IS ITIS
ETIOLOGI
Sumber Infeksi
● Endogen : jalan lahir
● Eksogen : berasal dari luar (RS
atau petugas)

Williams Obstetric 26 ed
Faktor Risiko
ANTEPARTUM INTRAPARTUM

● Malnutrisi atau anemia ● Pemeriksaan dalam berulang


● Persalinan pretem ● Dehidrasi dan ketoasidosis
● KPD ● Trauma persalinan pervaginam
● Immunocompromised (HIV) ● Perdarahan antepartum-pospartum
● KPD >18 jam ● KPD >18 jam
● Diabetes ● Sisa jaringan/membran plasenta
● Persalinan lama
● Persalinan terhambat
● Sectio cesarian

Dutta Textbook of Obstetric.


Faktor Predisposisi
Patogenisitas flora vagina dipengaruhi oleh
Vaginal flora in late pregnancy and at the onset of
faktor-faktor :
labor:
(1) Doderlein’s bacillus (60–70%) (1) Selaput lendir serviks rusak pada persalinan
(2) Yeast-like fungus with increased prevalence of normal
Candida albicans (25%),
(3) Staphylococcus albus or aureus, (2) Permukaan rahim, terutama situs plasenta,
(4) Streptococcus—anaerobic common; beta- menjadi luka terbuka akibat pembelahan
hemolytic rare, desidua yang terjadi selama kala tiga persalinan
(5) Escherichia coli and Bacteroides group,
(6) Clostridium welchii on occasion. These organisms (3) Gumpalan darah (blood clot) di tempat
remain dormant and are harmless during normal plasenta merupakan media yang sangat baik
delivery conducted in aseptic condition. untuk pertumbuhan bakteri.

Dutta Textbook of Obstetric.


Manifestasi Klinis
Ringan :
● Demam >100,4°F / > 38°C
● Takikardia
● Lokia berlebih, berwarna merah atau coklat, dan bau busuk
● Uterus subinvolusi dan lunak.
● Nyeri perut

Berat :
● Onset akut dengan kenaikan suhu yang tinggi disertai
dengan menggigil dan kaku
● Denyut nadi cepat, tidak sebanding dengan suhu
● Sesak napas, batuk, sakit perut, dan disuria
● Lokia mungkin sedikit dan tidak berbau
● Rahim mungkin subinvolusi, lunak
● Terdapat infeksi luka terkait (perineum, vagina atau serviks)

Dutta Textbook of Obstetric.


TATALAKSANA
1. Antibiotik Spektrum Luas
- Penisilin G : 5 juta S / 4 jam IV
- Ampisilin : 3-4 gr, IV/IM
1. Antibiotik khusus berdasarkan hasil uji sensitivitas

Williams Obstetric 26 ed
Tindakan untuk mempercepat penyembuhan infeksi puerperalis:
● Luka perineum, vulva, vagina : drainase luka dan kompres
● Endometritis :
- Iisolasi pasien, tetapi bayi boleh terus menyusu pada ibunya
- Lokhia lancar → diletakan dalam posisi fowler dan diberi uterotonika
- Banyak minum
Adnexal Abscesses
and Peritonitis
Adnexal Abscesses and Peritonitis
OVARIAN ABSCESSES
- Jarang terjadi. Kemungkinan terjadi karena invasi bakteri melalui robekan pada ovarian capsule
- Unilateral
- 1-2 minggu setelah melahirkan

PERITONITIS
- Sering terjadi setelah SC, jarang terjadi ketika persalinan pervaginam
- Mostly group A β-hemolytic streptococci atau organisme sejenis
- Mekanisme: uterine incisional necrosis & dehiscence + pecahnya adnexal abscess atau
intraoperatif bowel injury yang tidak disengaja → peritonitis

- Gejala
> Bowel distention
> Nyeri hebat
Parametrial
Phlegmon
Parametrial Phlegmon
Parametrial cellulitis membentuk indurasi di dalam broad ligament → phlegmon

Dicurigakan jika terdapat demam > 72 jam pada postpartum dengan pemberian antibiotik i.v

Karakteristik
- Unilateral
- Terbatas pada parametrium di base dari broad ligament
- Jika inflamasi meluas → cellulitis meluas sepanjang natural line of cleavage
- Mostly, ekstensi ke lateral dari broad ligament, dengan kecenderungan meluas ke pelvic sidewall
- Occasionaly, ekstensi ke posterior melibatkan rectovaginal septum → massa keras dibelakang
cervix

Tatalaksana
- Antibiotik broad-spectum → demam mereda dalam 5-7 hari, atau lebih
Parametrial Phlegmon
Severe cellulitis dapat menjadi necrosis & separation. Ekstrusi purulen → intraabdominal abscesss
formation & peritonitis
Abdominal Incisional
Infections
Introduction
Infeksi insisi perut
Infeksi luka adalah penyebab umum demam terus-menerus pada wanita yang dirawat karena metritis
(infeksi pada uterus akibat bakteri).

Faktor risiko infeksi luka lainnya termasuk:


obesitas, diabetes, terapi kortikosteroid, imunosupresi, anemia, hipertensi, dan hemostasis yang tidak
adekuat dengan pembentukan hematoma. Tetapi, Jika antimikroba profilaksis diberikan, kejadian infeksi
luka perut setelah operasi caesar berkisar antara 2 sampai 10 persen tergantung pada faktor risiko
(Andrews, 2003; Chaim, 2000).

Klinis:
Abses insisi yang berkembang setelah operasi caesar biasanya menyebabkan demam terus-
menerus atau demam mulai sekitar hari keempat

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


Dehiscence Luka
Dehiscence Luka

Dehiscence luka adalah terbukanya kembali luka operasi yang telah dijahit. Gangguan luka atau
dehiscence mengacu pada pemisahan lapisan fasia, gangguan luka ini merupakan komplikasi yang serius
dan membutuhkan penutupan sekunder dari sayatan di ruang operasi.

Dehiscence fasia umumnya muncul dalam 7 sampai 10 hari pertama pasca operasi. Sebagian besar
gangguan bermanifestasi pada sekitar hari kelima pasca operasi dan disertai dengan keluarnya
serosanguineous (darah bercampur cairan jernih). Antibiotik spektrum luas umumnya
direkomendasikan untuk meminimalkan peritonitis terjadi.

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


Untuk penutupan, dilakukan penutupan mass closure dengan setiap jahitan ditempatkan 1,5
sampai 2 cm dari tepi luka (A) dan menggabungkan peritoneum, otot rektus, dan selubung
rektus (B). Jahitan diberi jarak 1 cm di sepanjang sayatan.

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


Necrotizing Fascitis
Infeksi luka yang jarang dan parah tetapi tingkat kematiannya yang tinggi. Dari faktor
risiko fasciitis yang dirangkum oleh Owen dan Andrews (1994), tiga di antaranya:
diabetes, obesitas, dan hipertensi yang terjadi pada wanita hamil.

Etiologic → infeksi disebabkan oleh spesies bakteri virulen tunggal seperti grup A b-
hemolytic streptococcus dan terkadang Kadang infeksi nekrotikan disebabkan oleh
patogen yang jarang ditemui (Swartz, 2004).

Klinis → Gejala biasanya baru muncul hari ke-3 atau 5 dan awalnya mirip dengan
infeksi superfisial, tetapi miofasciitis menyebabkan sepsis dan kebocoran kapiler
sehingga terjadi syok dan hemokonsentrasi.

Treatment → Pembedahan meliputi debridemen menyeluruh dari semua jaringan yang


terinfeksi

Williams Obstetrics 24th Ed


Ed.dan 26th
Treatment
● Antibiotik profilaksis sefalosporin generasi I selama 5 hari.
● Bila terdapat pus atau cairan serosa → buka jahitan, drainase, dan kompres antiseptik.
● Bila terjadi dehisensi luka tanpa necrotizing fascitis → debridement semua jaringan
nekrotik dan terinfeksi di ruang operasi dengan anestesi, lalu tutup kembali luka.
● Bila terjadi dehisensi dengan necrotizing fascitis → debridement luas batas tepi fasia dan
berikan antibiotik spektrum luas.
● Pada Luka jahitan episiotomi terinfeksi dan dehisensi perlu debridement dengan anestesi
hingga bersih dari jaringan nekrotik dan infeksi..

Williams Obstetrics 24th Ed


Ed.dan 26th
Septic Pelvic
Thrombophlebitis
Merupakan komplikasi yang sering terjadi pada era pra-antibotik, Flebitis septik timbul sebagai perluasan
sepanjang rute vena dan dapat menyebabkan trombosis.
Dalam survei 5 tahun terhadap 45.000 wanita yang melahirkan di Rumah Sakit Parkland, terdapat kejadian 1
kasus per 9000 kelahiran pervaginam dan 1 per 800 persalinan sesar.

Vena ovarium dapat terlibat karena mendrainase rahim


bagian atas dan tempat implantasi plasenta.

Tromboflebitis septik dapat melibatkan satu atau kedua


pleksus vena ovarium. Pada seperempat wanita, bekuan
meluas ke vena kava inferior dan kadang-kadang ke vena
ginjal.

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


Gejala:
Demam dengan nyeri pada satu atau kedua kuadran bawah dan
menggigil.

Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan Pelvic CT atau pencitraan


MRI

Wanita dengan tromboflebitis septik biasanya memiliki perbaikan


dengan pengobatan antimikroba.

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


Toxic Shock
Syndrome
Penyakit demam akut dengan gangguan multisistem yang parah dengan tingkat fatalitas kasus 10 hingga 15
persen.

Temuan klinis:
Demam, nyeri kepala, mental confusion, ruam eritematosa makula difus, edema subkutan, mual, muntah, diare
berair, dan hemokonsentrasi.
Saat pemulihan, area yang tertutup ruam mengelupas.

Staphylococcus Aureus biasanya ditemukan pada hampir semua orang yang menderita penyakit ini.
Khususnya, eksotoksin stafilokokal, atau disebut toxic shock syndrome toxin-1 (TSST -1).

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


Terapi:
Terapi utama adalah suportif, sambil memungkinkan perbaikan cedera endotel kapiler. Terapi antimikroba
mencakup perlindungan terhadap spesies stafilokokus dan streptokokus. Wanita dengan infeksi ini mungkin
memerlukan debridemen luka dan kemungkinan histerektomi. Karena toksinnya sangat kuat, tingkat kematiannya
juga tinggi.

Komplikasi:
Gagal ginjal yang diikuti oleh gagal hati, koagulasi intravaskular diseminata, dan kolaps sirkulasi dapat berlanjut
dengan cepat.

Williams Obstetrics 24th Ed dan 26th


INFEKSI PERINEAL
Infeksi pada luka episiotomi merupakan kejadian yang cukup jarang,
terutama sejak diperkenalkannya panduan asuhan persalinan normal
dimana tindakan episiotomi bukan merupakan tindakan yang rutin
dikerjakan pada persalinan pervaginam.

Infeksi yang berat lebih mungkin terjadi pada ibu yang mengalami
robekan perineum grade 4

Williams Obstetrics 26th Ed.


Patogenesis
● Episiotomy dehiscence paling sering dikaitkan dengan infeksi.
● Laserasi vagina juga dapat terinfeksi secara langsung atau melalui perluasan dari perineum.
Seluruh mukosa vagina menjadi merah, bengkak dan bisa mengalami nekrosis dan terkelupas.
● Laserasi serviks lebih sering terjadi dan normalnya serviks merupakan tempat koloni kuman
→ patogen.
● Bila serviks mengalami infeksi dan laserasinya cukup dalam, maka infeksi ini dapat langsung
menyebar ke ligamentum latum uteri dan menyebabkan limfangitis, parametritis, dan
bakteremia.

Williams Obstetrics 26th Ed.


Manifestasi Klinis
Gejala umum: Nyeri lokal dan disuria, dengan atau tanpa retensi urin

Ramin dan rekan (1992), mengevaluasi serangkaian 34 wanita dengan dehiscence episiotomi,
melaporkan bahwa temuan yang paling umum adalah nyeri pada 65 persen, sekret, dan demam
pada 44 persen. Dalam kasus ekstrim, seluruh vulva dapat menjadi edematous, ulserasi, dan
tertutup eksudat.

Williams Obstetrics 26th Ed.


Treatment

Pengelolaan episiotomi yang terinfeksi


sama dengan operasi lain yang terinfeksi
luka.
Drainase, jahitan dilepas dan luka yang
terinfeksi di debridement.
Pada dehiscence, perawatan luka lokal.

Williams Obstetrics 26th Ed.


Infeksi Payudara
Infeksi parenkim kelenjar susu / mastitis komplikasi antepartum yang jarang
terjadi, tetapi kejadian postpartum mendekati 3 %

● Etilogi :
- S aureus
- MRSA ( Staphylococcus Aureus resistant - metisilin)
- stafilokokus koagulase-negatif
- streptokokus viridans
● Faktor risiko :
kesulitan menyusui, puting pecah-pecah, dan terapi antibiotik oral

● Transmisi :
hampir selalu dari hidung dan tenggorokan bayi baru lahir. Bakteri masuk ke payudara
melalui puting pada celah atau lecet kecil.

Williams Obstetrics 26th Ed.


● Tanda :
- Infeksi hampir selalu unilateral,
- pembengkakan
- peradangan.

● Gejala :
- menggigil
- demam
- Nyeri parah,
- payudara menjadi keras dan merah.
- 10 % wanita dengan mastitis mengalami abses.
Treatment :

Dimulai sebelum terdapat nanah, infeksi biasanya sembuh dalam waktu 48 jam.

Antibiotik :
- Dicloxacillin, 500 mg per oral 4x/hari, dapat dimulai secara empiris.
- Eritromisin (ensitif terhadap penisilin)
- spesies staphylococcus yang resisten :
➔ menunggu hasil kultur
➔ diberikan : vankomisin, klindamisin, atau trimetoprim-sulfametoksazol
- pengobatan dianjurkan selama 10 hari.
- Melanjutkan menyusui

- Menyusui pada wanita yang terinfeksi human immunodeciency virus (HIV), dalam
keadaan mastitis atau abses payudara, dianjurkan untuk berhenti menyusui dari payudara
yang terinfeksi.
Abses Payudara
● Abses harus dicurigai bila dalam waktu 48 sampai 72 jam setelah pengobatan
atau bila massa teraba.

● Tatalaksana :
- Aspirasi jarum yang dipandu secara sonografi
- Antibiotik

● Keadaan khusus
- mastitis granulomatosa : Kanker atau TBC
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai