Anda di halaman 1dari 14

KOMPLIKASI PASCA

PERSALINAN DAN
PENANGANANNYA

DI SUSUN OLEH :
NURUL KHOTIMAH (PO7124120031)
WIRDAYANTI (PO7124120043)
A. PENDARAHAN PASCA PERSALINAN

1. pengertian
 Pendarahan post-partum didefinisikan oleh WHO sebagai
keadaan kehilangan darah >500 ml pada 24 jam setelah
melahirkan.Diagnosis dari pendarahan postpartum didapatkan
dengan mencari tahu sumber pendarahan, menghitung jumlah
darah yang hilang dan keadaan klinis pasien. Perdarahan
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc setelah persalinan
pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan abdominal.
 Perdarahan postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi
setelah bayi yang lahir melewati batas fisiologis normal. Secara
fisiologis, seorang ibu yang melahirkan akan mengeluarkan darah
sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis.
Jumlah perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1
bengkok = ± 500 cc).
2. PENYEBAB
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan postpartum,
yaitu ; (Adyani, Asta, 2021)
 Partus lama Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus
lama menyebabkan terjadinya inersia uteri yaitu, keadaan yang
menunjukkan kontraksi rahim melemah atau kekuatan kontraksi
rahim tidak sesuai dengan besarnya pembukaan mulut rahim. Hal
inidapat mengakibatkan kelelahan pada otot-otot uterus sehingga
rahim berkontraksi lemah setelah bayi lahir.
 Jarak kehamilan ,Jarak persalinan adalah waktu antara persalinan
terakhir dengan kehamilan sekarang. Jarak Persalinan Aman
Idealnya jarak kehamilan adalah lebih dari 2 tahun (2-5 tahun).
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar
pasangan dapat lebih siap dalam menerima dan siap untuk memiliki
anak.
 kehamilan ganda, polihidramnion, dan makrosomia. Sebab-sebab tersebut
akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi segera setelah
plasenta lahir sehingga sering menyebabkan perdarahan postpartum.
 Oksitosin Drip Stimulasi dengan oksitosin drip dengan pemberian dosis
yang tinggi dapat menyebabkan tetania uteri terjadi trauma jalan lahir ibu
yang luas dan menimbulkan perdarahan serta inversion uteri.
3.TANDA DAN GEJALA

 Darah berwarna merah segar


 Nyeri pada perut bawah.
 Demam.
 Pernapasan cepat.
 Keringat dingin.
 Penurunan kesadaran, mengantuk atau pingsan
PENANGANAN YANG DILAKUKAN :

 Atonia uteri : Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml


larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60
tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
 Retensio Plasenta : Melakukan plasenta manual secara hati-hati.
 Sisa Plasenta : Melakukan eksplorasi digital (bila serviks
terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh intrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta
dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.
 Robekan Jalan Lahir : Untuk perineum dan robekan dinding
vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk robekan Serviks
lakukan penjahitan secara kontinue dimulai dari ujung atas
robekan kemudian luar sehingga semua robekan dapat dijahit
B. SEPSIS PUEPERIUM

1. Pengertian
 Infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia
yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu
38oC. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah
persalinan .Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan
mortalitas bagi ibu pasca bersalin. Infeksi post partum atau
puerperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada waktu
persalinan dan perawatan masa post partum.
2. PENYEBAB

 Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
 Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum menyebabkan
infeksi terbatas.
 Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada
abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah
sakit.
3.TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala yang timbul pada infeksi post partum antara lain
demam, nyeri di daerah infeksi, terdapat tanda kemerahan pada daerah
yang terinfeksi, fungsi organ terganggu. Gambaran klinis infeksi post
partum adalah sebagai berikut:

 Infeksi local : Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada


luka, lokea bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu tubuh
meningkat.
 Infeksi umum :Sakit dan lemah, suhu badan meningkat, tekanan
darah menurun, nadi meningkat, pernafasan meningkat dan sesak,
penurunan kesadaran hingga koma, gangguan involusi uteri, lokea
berbau, bernanah dan kotor.
4.PENANGANAN YANG DILAKUKAN

 Penanganan infeksi pada masa post partum antara lain Segera


dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik, luka operasi dan
darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
 Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.Memberikan antibiotika
spektrum luas sambil menunggu hasil laboratorium.
 Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus, transfusi
darah, makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh
serta perawatan lainnya sesuai komplikasi yang ada.
C. MASTITIS

 Mastitis adalah peradangan kelenjar susu. Secara anatomi, payudara


memiliki ambang tertentu untuk pertahanan terhadap patogen yang
menyerang. Makrofag susu, leukosit dan sel epitel adalah sel
pertama yang menemukan dan mengenali patogen bakteri yang
memasuki kelenjar susu. Neutrofil kemudian direkrut dari darah ke
dalam kelenjar susu yang terinfeksi, di mana mereka mengenali,
memfagositisasi, dan membunuh patogen yang menyerang di tahap
awal infeksi . Kekebalan adaptif memainkan peran penting dalam
pembersihan kekebalan tubuh ketika pertahanan bawaan gagal
untuk sepenuhnya menghilangkan patogen penyebab mastitis.
2. PENYEBAB
Faktor penyebab mastitis: (Tristanti, 2019).
 Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan
puting payudara saat menyusui.
 Infeksi bakteri staphylococcus auereus yang masuk melalui celah
atau retakan putting payudara.
 Saluran ASI tersumbat tidaksegera diatasi sehingga menjadi
mastitis.
 Puting pada payudara retak/lecet. Hal ini dapat terjadi akibat posisi
menyusui yang tidak benar. Akibatnya puting robek dan retak.
Bakteri menjadi lebih mudah untuk memasuki payudara . Bakteri
akan berkembang biak di dalam payudara dan hal inilah yang
menyebabkan infeksi.
3.TANDA DAN GEJALA

 Diagnosis mastitis dapat ditegakkan dengan tanda-tanda dan gejala-


gejala sebagai berikut : (Efrizal, 2021)
 payudara mungkin terlihat mengkilap dan kencang?
 Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat ASI terasa
ASI, sehingga bayi akan menolak menyusu
 Adanya garis-garis merah ke arah ketiak
 Gejala umum mirip flu mungkin menyertai seperti lesu, sakit
kepala, myalgia, mual, dan kecemasan.
4. PENANGANAN YANG DILAKUKAN

Tatalaksana yang dilakukan pada ibu dengan mastitis adalah :


(Efrizal, 2021)
 Menyusui sesering mungkin dengan payudara secara bergantian dan
menyusui hingga payudara terasa kosong untuk mencegah statis.
 Gunakan bra dengan penyangga yang tidak terlalu sempit.

 Selalu mencuci tangan dan merawat payudara dengan


membersihkannya menggunakan air bersih tanpa sabun atau agen
pengering lainnya.
 Insisi dapat dipertimbangkan pada ibu yang mengalami abses
dengan melakukan aspirasi dengan jarum (abses kecil) atau insisi
abses dan drainase pus. Insisi dibiarkan terbuka, yang umumnya
dilakukan dengan drain agar tidak menahan bakteri dalamnya.
Penyembuhan akan memerlukan waktu 1-2 minggu, sehingga
antibiotic perlu
dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai