I. Definisi Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses. Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista. Payudara yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul ataupun tidak . pus dapat diaspirasi denagn spuit dan jarum berlubang besar. Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan karsinoma. (WHO, hal 20)
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak
menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi ini sebenarnya terjadi pada perokok. Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses. Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
II. Etiologi Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui bebebrapa cara yaitu sebagai berikut : 1. 2. 3. Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bias menyebabkan abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika : 1. 2. 3. Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang. Terdapat gangguan system kekebalan tubuh.
III. PATOFISIOLOGI Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting sehingga terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk kedalam payudara
sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses. IV. GAMBARAN KLINIS Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
Tanda-tanda
inflamasi
pada
payudara
(merah
Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal- gatal Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi Fisura putting susu Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal Limfadenopati aksilaris yang nyeri
Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit Suhu badan meningkat dan menggigil Payudara membesar, keras da akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.
(Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; 317) V. PEMERIKSAAN Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan. VI. PENANGANAN a. b. c. d. e. f. g. Teknik menyusui yang benar. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap dikeluarkan. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
VII. TERAPI a. Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI. b. Pecahkan kantong PUS dengan tissu forceps atau jari tangan c. Pasang tampan dan drain untuk mengeringkan nanah d. Tampan dan drain diangkat setelah 24 jam e. Karena penyebab utamanya Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi, biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari f. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
g. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari. h. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk mencegah pembengkakan payudara. i. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
VIII. PENCEGAHAN Menurut WHO, 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri puting susu diobati dengan cepat.
Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan insisi dan penyaliran, yang biasanya membutuhkan anastesi umum, tetapi dapat juga dikeluarkan melalui aspirasi, dengan tuntunan ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat diagnostik abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan melukai dibandingkan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan anastesi lokal, hal ini sering dilakukan pada pasiennn yang menjalani rawat jalan. Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas organisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan. Namun antibiotik saja tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak mempunyai arti. Sebab dinding abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari pertahanan tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif dalam jaringan terinfeksi
Kita sebagai petugas kesehatan harus meyakinkan Perawatan dengan abses payudara ia dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang lain dikemidian hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus dilakukan dengan kondisi seperti ini. Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlansung, penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut: 1. Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan
2. Bayi terus dapat menyusui pada payudar yang sehat 3. Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ib tidak dapat menyusui selama lebih dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain. 4. Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras ASI-nya dari payudara yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan. 5. Segera setelah ibu sadar kembali ( bila ibu tersebut diberi anastesi umum ), atau segera setelah pembedahan selesai ( bila digunakan anatesi lokal ), ibu dapat menyusui kembali pada payudar yang sehat. 6. Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali menyusui dari payudara yang terkena. Hal ini biasanya mungkin dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekatpada puting susu. Ibu harus diberi analgesikyang diperlukan untuk mengontrol nyeri dan memungkinkan menyusui kembali lebih dini. 7. Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi mengenyut payudara yang terkena kembali, dan hal ini dapat membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap dengan baik. dorongan ibu u ntuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk menjamin kenyutan yang baik. 8. Bila payudara yang terken tetap memproduksi ASI, penting agar bayi dapat mengisap dan mengeluarkan ASI dari payudar tersebut, untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi. 9. Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap payudra yang terkena, penting untuk memeras ASI sampai bayi mulai mengisap kembali. 10. Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering merupakan jalan yang efektif untuk merangsang peningkatan produksi. 11. Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara yang sehat. Biasanya bayi dapat menyusu cukup hanya dari satu payudar, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali. Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa : a. Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusife. b. Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Masase payudara, kompres hangat dan dingin, pakai bh yang menyokong kedua payudara . c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara. d. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.Bila puting bernanah atau berdarah, konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawat
e. Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau bidan. f. Biasakan untuk menyusui secara rutin bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri. g. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa lancar keluar tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka konsultasikan dengan bidan cara memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi penumpukan produksi ASI h. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila bayi tampak sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI menetes deras, segera kosongkan dengan cara memerah secara manual menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola ( lingkaran hitam sekitar puting ), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi mencecap dengan cawan kecil setelah ASI dihangatkan. i. Seorang ibu harus menjaga tangan dan putting susunya bersih untuk menghindari kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari putting susu sakit dan infeksi pada payudara. j. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D. k. Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.
abses payudara
PEMBAHASAN A. Pengertian Abses Payudara Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik, akumulasi nanah pada jaringan payudara yang dapat disebabkan oleh bakteri. B. Gejala Abses Payudara 1.Adanya 2. benjolan Payudara lunak lebih yang mengkilap terasa dan sangat berwarna sakit , merah.
3. Ibu mungkin panas atau tidak 4. Nyeri pada payudara, kemerahan, pembengkakan dan sensasi rasa panas pada area yang terkena 5. 6. Rasa Demam sakit dan secara kedinginan keseluruhan
melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu).
D. Pencegahan Abses Payudara Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffmans exercises dapat dimulai sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas jari atau satu jari dan dengan arah jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan. Puting Setelah susu dan payudara puting susu harus dapat dibersihkan diberikan sebelum lanolin dan atau setelah vitamin menyusui. A dan D
menyusui,
salep
E.
1. 2. 3. 4. 5. Kompres Meskipun
Mulailah
payudara
Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan. 6. 7. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
LANDASAN TEORI A. DEFINISI Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses. B. ETIOLOGI Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus). Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Pada yang wanita terletak pasca di menopause, bawah infeksi puting payudara susu. berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran
yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi. Suatu Infeksi bakteri bisa menyebabkan abses melalui beberapa cara : Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika : Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi. Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang. Terdapat gangguan system kekebalan. Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri
seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara. C. GEJALA Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya : Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan). Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah) Gatal-gatal Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
D. PATOFISIOLOGI
Luka atau lesi pada putting terjadi peradangan masuk (organisme ini biasanya dari mulut bayi) pengeluaran susu terhambat produksi susu normal penyumbatan duktus terbentuk abses. Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara. Pada penderita abses biasanya sel pemeriksaan darah putih. darah Untuk menunjukkan peningkatan jumlah
menentukan ukuran dari lokasi bses dalam, bisa dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan. Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya san mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi. Abses tidak pecah dan bisa meninggalkan benjolan yang keras.
E. PENANGANAN Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah : Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI. Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia. Antibiotic bisa diberikan setelah suatu abses mongering dan hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan. Antibiotic juga diberikan jika abses menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan p emompaan air susu pada payudara payudara. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya. yang terkena untuk mencegah pembengkakan
BAB III KASUS Jakarta - Kelahiran buah hati tentulah membawa berjuta-juta kebahagiaan. Tapi hati-hati! Ada bahaya mengancam sang ibu. Yaitu terjadi abses mammae. Inilah yang diderita Ny.Maria Phasa hingga ia tidak ingin selalu menyusui bayinya setiap kali ia melihat bayinya.setiap kali ia menyusui banyinya ia merasa kesakitan pada payudaranya..Perempuan kelahiran 15 januari 1984 ini sebenarnya sangat ingin sekali menyusui bayinya,dan dia memeriksakan sakitnya ke RS setempat,dan dokter mengatakan dia menderita abses mammae,dan dianjurkan untuk segera diinsisi ..
I.
PENGKAJIAN
Dilakukan pada hari kamis tanggal 20 Desember 2010 di RS Budi, Jakarta jam 10.00 WIB. I. DATA SUBYEKTIF Biodata Nama istri Umur Agama Pendidikan SMA Suku/Bangsa Indonesia Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta : Indonesia Suku/Bangsa : : Ny. M : 26 th : Katolik : SMA Nama suami Umur Agama Pendidikan : Tn. R : 31 thn : katolik :
mengatakan
payudaranya
terasa
sakit
dan
membengkak sehingga tidak bisa menyusui bayinya. Riwayat Menstruasi a. Menarche Umur b. Siklus : 28 hari : 7 Hari : c. Lamanya d. Banyaknya f. : 14 Tahun
Hari ke 1 2 = 3 Kotek penuh per hari Hari ke 4 7 = 2 kotek penuh per hari : Hari ke 1 2 = kental ada gumpalan Hari ke 4 7 = encer dan tidak ada gumpalan Warna : Hari ke 1 2 = Merah Tua Hari ke 3 6 = merah segar : khas, tidak berbau busuk
e. Konsistensi
g. Bau
menorhoe
nyeri pada perut yang masih normal tidak sampai menyebabkan pingsan i. j. l. Flour Albus HPHT UK : Sebelum dan sesudah menstruasi, tidak bau : 15-3-2010 : 22-12-2010 : 9 bulan
k. HPL
Sumi ke
Hamil ke
L / P L
UK
H / M H
9 bln
tidak
Riwayat persalinan saat ini Persalinan berlangsung normal tanpa indikasi ditolong oleh bidan rinda. Bayi lahir tanggal 13 Desember 2010, jam 13.00 WIB. Jenis kelamin laki-laki. BB 3000 gram PB 48 cm, AS 6-8, tidak ada kelainan konginental, anus ada. Riwayat imunisasi Imunisasi : imunisasi TT sebelum menikah 1 kali dan TT kedua setelah kehamilan 2 minggu Obat-obatan : Fe, Kalk. Vitamin He
Kebutuhan nutrisi ibu hamil, seperti : Dianjurkan minum susu hamil Banyak makan buah-buahan Perlunya ANC atau pemeriksaan kehamilan yang rutin, untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin Kegunaan pemberian imunisasi TT yaitu mencegah terjadinya infeksi tetanus Personal hygiene Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan yang lalu 1. Apakah pernah menderita penyakit menular? Tidak ada penyakit menular seperti Hepatitis, Aids, PMS (penyakit menular seksual), Typoid. 2. Apakah pernah menderita penyakit menurun? Tidak ada penyakit menurun ( Herediter ) seperti Diabetes Melitus ( DM ), hipertensi 3. Apakah pernah menderita penyakit menahun? Tidak ada penyakit menahun (kronis) seperti TBC, Asma. 4. Apakah pernah menderita infeksi virus? Tidajk pernah menderita infeksi virus lain Seperti TORCH ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus )
5.
Apakah
klien
pernah
mempunyai
alergi
terhadap
makanan/minuman,obat-obatan? Tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan tertentu. 6. Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi: IYA/TIDAK? Tidak pernah kecelakaan atau operasi Riwayat kesehatan suami atau keluarga 1. Apakah pernah menderita penyakit menurun? Tidak ada penyakiit herediter atau keturunan. Contoh : DM (Diabetes mellitus), Hipertensi. 2. Apakah pernah menderita penyakit menular? Tidak ada penyakit menular Contoh : Hepatitis, AIDS, Tipoid 3.Apakah pernah menderita infeksi virus? Tidak ada virus lain Torch ( Toksoplasmosi Rubela Citomegalovirus ) 4. Apakah pernah menderita penyakit menahun? Tidak ada penyakit Menahun Contoh : Asma, TBC 5.Apakah pernah mengalami kecelakaan/operasi: IYA/TIDAK? Tidak pernah kecelakaan atau operasi Keadaan Psiko-Sosial-Budaya Psiko
Klien mengatakan ini kehamilan pertama,kehamilan diharapkan tetapi klien merasa sedih karena tidak bisa menyusui bayinya. Sosial Hubungan klien dengan suami, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar baik. Klien tinggal bersama suami. Dalam mengambil keputuisan saling memberi masukan secara bijaksana Budaya Klien ada kebiasaan minum jamu atau pantangan makanan yang berbau amis. Pola kegiatan sehari-hari Pola Nutrisi a. Selama hamil Makan : Porsi Minum : 1 piring : Air putih : 6 gelas / hari Teh hangat : 1 gelas / hari (pagi hari) b. Selama nifas Makan : 2 x per hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk (tahu dan tempe) dan buah. Porsi Minum : 1 piring : Air putih Susu : 7 Gelas / hari : 2 gelas / hari (untuk ibu hamil) 3 x 1 hari dengan menu nasi, sayur-sayuran, lauk pauk,tahu,tempe,daging/ikan dan buah.
Pola eliminasi a. Selama hamil BAB BAK BAB BAK : : 5 Kali / hari b. Selama nifas : 1 Kali / hari : 9 Kali / hari Pola aktivitas a. Selama hamil Klien melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri Nyapu Ngepel Mencuci piring Mencuci baju b. Selama nifas Klien melakukan kegiatan hanya memasak Pola istirahat a. Selama hamil Siang : b. Selama nifas Tidur siang 2 jam,mulai 11.30-13.30 WIB Tidur malam 8 jam,mulai 21.00-05.00 WIB Malam : 1 kali / hari rutin
Siang
: Tidur siang 3 jam,mulai 11.00 - 14.00 WIB Pola Personal Hygene a. Selama Hamil Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 3 kali sehari, cuci rambut 1 kali / 2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari, ganti celana 2 x /hari. b. Selama nifas Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, cuci rambut 1 kali /2 hari, ganti pakaian dalam 2 kali sehari, ganti celana 3 x/hari. Pola Seksualitas a. Selama hamil Karena merasa tidak nyaman, takut terjadi keguguran, akan halhal yang dapat membahayakan kandungannya seperti kecacatan. b. Selama nifas Belum pernah melakukan hubungan seksual. Ketergantungan Selama hamil Klien tidak pernah ketergantungan dengan obat-obatan tertentu, tidak minum jamu-jamuan II. DATA OBYEKTIF Kedaan umum Kesadaran : lemas : Composmentis/sadar
Postur tubuh Cara berjalan Tinggi Badan Berat badan sekarang Lila TTV (Tanda Tanda Vital) Suhu Nadi Tekanan darah Respirasi Pemeriksaan Fisik Kepala ada benjolan. Muka Mata Hidung : : : Tidak : Tekstur : 38 C
: 70-80 x per menit normalnya : 110 / 70 mmHg : 20 x per menit rambut, warna hitam dan tidak
bercabang, tidak ada kutu, ada ketombe, tidak ada lesi, tidak Pucat, tidak oedema, tidak ada
chloasma gravidarum. Simetris, conjungtiva merah muda, palpebra Simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada Bibir simetris, gigi tampak kotor, tidak ada tidak oedema, sclera putih keabu-abuan. pernafasan cuping hidung. Mulut dan gigi : stomatitis. ingus, tidak ada caries, gusi tidak ada ginggivitas, tidak ada
Telinga serumen. Leher pembesaran Payudara Aksila Abdomen Genetalia Anus hemoroid. Ekstrimitas atas : : : :
Simetris, Tidak ada OMP, bersih, tidak ada Tidak ada bekas operasi, tidak ada
kelenjar : Tidak :
juguraris, tidak ada pembesaran kelenjar lymfe. payudara berwarna merah, terdapat pus. terdapat benjolan. tidak ada bekas luka SC Genetalia bersih, lochea berwarna merah : Bersih, Simetris, tidak tidak ada ada luka dan tidak tidak ada ada
oedema,
penyakit kulit, kuku bersih Ekstrimitas bawah Palpasi Leher Payudara Abdoment Auskultasi Dada jelas : Bunyi jantung normal, pernapasan teratur, : : : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak payudara membengkak,terjadi nyeri tekan TFU : 2-3 jari dibawah pusat ada bendungan vena jugularis. : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada penyakit kulit, kuku bersih
Perut Kesimpulan :
tidak dilakukan
Kebutuhan ASI bayi terpenuhi. Bengkak dan sakit pada mamae ibu berkurang
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN YANG MEMERLUKAN PENANGANAN SEGERA KONSULTASI DAN KOLABORASI
5 6.
Berikan paracetamol 500 mg tiap 4 jam sekli Rasional : 7. Untuk menurunkan suhu tubuh
Lakukan insisi payudara pada px. Rasional : 8 Untuk mengeluarkan pus,mengurangi nyeri, dan mempercepat
penyembuhan
Kolaborasi
dengan
tim
gizi
dalam
IMPLEMENTASI
4 5.. 6. 7. 8.
Mengompres payudara selama 15 20 menit, 4x sehari Memberikan obat anti nyeri pada px Memberikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali Melakukan tindakan insisi pada payudara px Melakukan kolaborasi dengan tim gizi Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi berikutnya
9.
VII EVALUASI
O A P
: : :
k/u cukup ibu bisa diajak komunikasi dengan baik P1001, post partum hari ke 10 dengan abses mammae Beri dukungan pada ibu Yakinkan pada suami dan keluarga untuk selalu memperhatikan ibu Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut. Biasanya abses disebabkan melalui beberapa cara : Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril. Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain. Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Sedangkan Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya : Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan adanya nyeri tekan). Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai suatu benjolan. Jika abses akan
pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis. Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise. Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah) Gatal-gatal Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena. Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah : Untuk meringankan neri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan dikelaurkan isinya dengan insisi. Suatu abses tidak memliki aliran darah, sehingga pemberian antibiotic biasanya sia-sia. Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 20 menit, 4 kali/hari. Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara. Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri. B. Saran dan Kritik Penulis dalam penyusunan makalah ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam kesempurnaan makalah ini, untuk itu saran
dan kritik yang membangun dari pembaca selalu penulis harapkan demi penyusunan makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pukul 16.00 WIB 3. Soedigmarto, M.Prof.1979. Perawatan Ibu.Surabaya 4. Pardoko R.H.dr.MPH. 1978. Perawatan Anak di Pusat Kesehatan. Surabaya 5. Taber Ben-Zion, MD. 1994. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta: EGC.