Anda di halaman 1dari 5

ABSES PAYUDARA

A. DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi. Sebagian sel
mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-
sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam
rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah
yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong. Jaringan
pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses. Hal ini
merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam tubuh maupun dibawah
permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.
Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Abses payudara
terjadi karena penanganan mastitis tidak baik, sehingga memperberat infeksi. Infeksi ini
paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan payudara. Ibu
yang terkena abses payudara harus tetap memberi ASI pada anaknya tetapi pada payudara
yang sehat.
Sementara, payudara yang terdapat abses harus dipompa ASI nya untuk mencegah
status progresif dan perkembangbiakkan bakteri berlebihan. Disebut sebagai abses puerperal
yaitu abses payudara pada wanita yang menyusui.

B. EPIDEMIOLOGI
Insiden yang terjadi pada abses puerperal adalah 4,8-11% sedangkan abses non
puerperal 5,5-25%. 90% kejadian abses non puerperal periductal mastitis adalah merokok.

C. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit
yang normal (Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada
wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah
melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan
menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu oleh
sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi payudara.
Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke jaringan
payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis dapat disebabkan oleh
infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan dermatitis yang mengenai
putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu
melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada putting susu). Abses payudara bisa
terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh payudara.

C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ
atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara diantaranya :
 Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak dan
adanya nyeri tekan).
 Teraba massa, bisa fluktuatif ataupun oedem yang keras.
 Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
 Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
 Gatal pada payudara.
 Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang
terkena.
 Fissura pada putting susu.
 Payudara besar, keras, lalu pecah dengan borok disertai keluarnya nanah bercampur darah.
D. PATOFISIOLOGI
Abses dibagi menjadi abses puerperal yaitu abses pada wanita yang menyusui dan
abses sub-areolar yaitu abses pada wanita yang sedang tidak laktasi. Pada abses puerperal
fisura pada puting akan mengakibatkan inflamasi pada sub areolar, obstruksi duktus, statis
air susu, dan infeksi. Pola keterlibatan ada 3 yakni central, perifer, dan non spesifik.
Pada yang central, lobus cepat menyebar dengan hiperemis, infeksi dengan duktus
sentral yang membesar biasanya unilocular. Pada yang periferduktus sublobular atau infeksi
di daerah sebelum galaktocel. Abses cepat menyebar dan biasanya multilocalated.
Sedangkan yang non spesifik, hiperemis dengan batas yang tidak jelas, edema, duktus susah
dibedakan, susah didiagnosis sebelum terbentuk abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses dalam
seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses dalam, bisa dilakukan
pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan sendirinya dan
mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan karena tubuh
menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi.

E. PENATALAKSANAAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
 Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa ditusuk dan
dikeluarkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir
areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
 Pemberian antibiotic.
 Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
 Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari.
 Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena
untuk mencegah pembengkakan payudara.
 Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk ibu menyusui dan bayinya.

F. PENCEGAHAN
Puting susu harus dibersihkan sebelum dan sesudah menyusui. Menyusui secara
bergantian pada payudara kiri dan kanan. Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan
saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya. Gunakan teknik menyusui yang
benar untuk mencegah luka pada puting.

G. PROGNOSIS
Komplikasi dan keadaan yang lebih buruk dapat dapat dihindari bila penanganan abses
cepat dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Alasiry E (2009). Mastitis: pencegahan dan penanganan. Diunduh dari:


http://www.idai.or.id/asi/artikel.asp?q=201252114142, pada tanggal 17 April 2013.
Benson RC, Martin L. Buku saku obstetri dan ginekologi. Edisi 9. Editor: Primarianti
S,Resmisari T. Jakarta: EGC; 2008. h. 487-91.
Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
Volume 2. Jakarta : EGC; 2005.h. 130-2.
Sabiston DC. Buku ajar bedah: sabiston’s essentials surgery. Jakarta: EGC; 1992. h. 373-83.
Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika; 2009. h. 109-110.
Suherni. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya; 2007. h. 56-7.
Sjamsuhidajat-de jong. Ed.3. Jakarta: EGC; 2010.h. 473-5.
Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi 3. Editor: Safitri A. Jakarta: Erlangga; 2006.
h. 18-9.
Sjamsuhidajat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah

Anda mungkin juga menyukai