Anda di halaman 1dari 15

Diagnose banding mastitis

Abses payudara
Merupakan penyakit yang sulit untuk sembuh sekaligus mudah untuk kambuh. peluang
kekambuhan bagi yang pernah mengalaminya berkisar di antara 40-50 persen.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satunya adalah Staphylococcus aureus.
Bakteri yang secara alami bisa ditemukan pada kulit manusia itu bisa masuk apabila ada luka
pada payudara terutama di sekitar puting susu Merupakan komplikasi akibat peradangan
payudara / mastitis yang sering timbul pada minggu ke dua post partum (setelah melahirkan),
karena adanya pembengkakan payudara akibat tidak menyusui dan lecet pada puting susu.
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi apabila mastitis tidak tertangani
dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Breast abscess adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh
infeksi pada payudara. Cedera dan infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama
dengan di bagian tubuh lainnya, kecuali pada payudara, infeksi cenderung memusat dan
menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat menyerupai kista
2. Gejala dan tanda

Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.

Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.

Benjolan terasa lunak karena berisi nanah. Kadang-kadang keluar cairan nanah melalui
puting susu. Bakteri terbanyak penyebab nanah pada payudara adalah stafilokokus aureus
dan spesies streptokokus.

Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak membengkak.Bengkak dengan getah
bening dibawah ketiak

nyeri dan teraba masa yang fluktuatif / empuk

sensasi rasa panas pada area yang terkena

Demam dan kedinginan, menggigil

Rasa sakit secara keseluruhan

Malaise, dan timbul limfadenopati pectoralis, axiller,

parasternalis, dan subclavia.

Diagnosis:
Untuk memastikan diagnosisnya perlu dilakukan aspairasi nanahmya
Differensial diagnosisnya galactoele, fibroadenoma dan carcinom
3. Penyebab & Faktor Risiko
Penyebab
Infeksi pada payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang umum
ditemukan
pada kulit normal (staphylococcus aureus). Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui.
Bakteri masuk ke tubuh melalui kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada
masa awal menyusui. Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah.
Infeksi pada payudara tidak berhubungan dengan menyusui harus dibedakan dengan kanker
payudara. Pada kasus yang langka, wanita muda sampai usia pertengahan yang tidak menyusui
mengalami subareolar abscesses (terjadi dibawah areola, area gelap sekitar puting susu). Kondisi
ini sebenarnya terjadi pada perokok.
Faktor risiko

Diabetes mellitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor risiko utama, beberapa faktor lain
ternyata dapat meningkatkan risiko abses payudara. Hal ini terungkap dalam sebuah
penelitian di University of Iowa, yang dipublikasikan dalam Journal of The American
College of Surgeons edisi Juli 2010.

Perokok berati
salah satu faktor yang dimaksud adalah rokok, yang dapat meningkatkan risiko abses
payudara 6 kali lipat dibanding pada wanita yang tidak merokok. Selain itu, rokok juga
membuat peluang kekambuhan melonjak hingga 15 kali lipat. Dari sejumlah pasien yang
mengalami kekambuhan, 60 persen di antaranya merupakan perokok berat. Oleh karena
itu, peneliti menyarankan para pendeita abses yang merokok untuk menghentikan
kebiasaanya agar risiko kambuh bisa dikurangi.

Dalam penelitian ini, para ahli melibatkan 68 wanita yang mengalami abses payudara, termasuk
43 wanita perokok dan 9 wanita yang memiliki tindik di putingnya. Seluruh partisipan tidak
memiliki riwayat kanker payudara dan tidak sedang menjalani penyinaran dengan radiasi
maupun operasi payudara dalam 12 bulan terakhir.

faktor berikutnya yang baru pertama kali diungkap adalah tindik di bagian puting susu.

Risiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik cenderung
meningkat pada kurun waktu hingga 7 tahun sejak tindik dibuat.

Infeksi setelah melahirkan

Kelelahan

Anemia

Penggunaan obat steroid

Rendahnya sistem imun

Penanaman silicon

4. Pencegahan

Beberapa ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah hal yang
sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffmans exercises dapat dimulai
sejak 38 minggu kehamilan. Oles sedikit pelicin (contoh Vaseline) pada areola. Dua ruas
jari atau satu jari dan jempol diletakkan sepanjang sisi puting susu dan kulit dengan
lembut ditarik dengan arah horizontal. Kemudian, gerakan ini di ulang dengan arah
horizontal, lakukan pada keduanya beebrapa kali. Jika latihan ini dilakukan beberapa kali
per hari, akan membantu mengeluarkan puting susu. Metode alternatif adalah penarikan
puting susu, digunakan pada lapisan khusus di dalam bra pada saat kehamilan.

Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah

Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A dan D

Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara

Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan

Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan


cara memompanya

menyusui.

Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekan/luka pada
puting susu.

Minum banyak cairan

Menjaga kebersihan puting susu

Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

5. Penanganan dan pengobatan


Mengajarkan pada ibu cara menyusui yang benar :
1. Teknik menyusui yang benar.
2. Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3. Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4. Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5. Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus tetap
dikeluarkan.
6. Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
7. Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
Terapi : Evakuasi abses dengan cara dilakukan operasi (insisi abses) dalam anestesi umum.
Setelah diinsisi, diberikan drain untuk mengalirkan sisa abses yang mungkin masih tertinggal
dalam payudara.
Abses / nanah kemudian diperiksa untuk kultur resistensi dan pemeriksaan PA.
Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain dipasang drain juga
dilakukan bebat payudara dengan elastic bandage. Setelah 24 jam tindakan, pasien kontrol
kembali untuk mengganti kassa. Pasien diberikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit.
Penanganan yang dapat dilakukan antara lain :
pengeluaran susu terhambat dilakukan untuk mastitis adalah pemanasan lokal, antipiretik dan
analgesik ringan, pengosongan payudara berkala dengan terus memberikan ASI atau memompa,
dan terapi antibiotika oral. Namun jika sudah terjadi abses, perlu diberikan antibiotik intravena,

aspirasi, atau insisi dan jika perlu drainase. Setiap cairan aspirasi perlu dilakukan pemeriksaan
histologik untuk menyingkirkan keganasan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan
pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan untuk
berhenti menyusui.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa inggrisnya disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Kanker ini paling umum menyerang wanita,
walaupun laki-laki juga punya potensi terkena akan tetapi kemungkinan sangat kecil dengan
perbandingan 1 diantara 1000.
Kanker ini terjadi karena pada kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali,
atau kanker payudara sering didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang
berasal dari parenchyma.
Penyakit ini diklasifikasikan Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam urutan 17.

Fase
Penyebaran penyakit ini sering disebut dengan isntilah Transformasi, sebagai fase pertumbuhan
penyakit, yaitu terdiri dari fase inisiasi dan fase Promosi, dan fase metastasis

Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi
ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi
tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik
dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan.

Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada kelenjar payudara
dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator
lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan
menginduksi transkripsi regulator siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi
dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena
estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel
epithelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal dan
morfogenesis kelenjar

Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas. Sel
yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan
beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa
diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma hiperkalsemia, pathological fractures atau
spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas
hasil induksi sel kanker merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan
aktivitas osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang mengandung kalsium
dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker untuk
membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan enzim metaloproteinase matriks
tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi
akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresi
VEGF. VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial. Tanpa
faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel
kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular,
bermigrasi dan membentuk tubulus.

Gejala klinis
Ada beberapa Gejala secara klinis kanker payudara dapat berupa:

Benjolan pada payudara

Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil,
semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada
kulit payudara atau pada puting susu.

Erosi atau eksema puting susu

Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit
jeruk (peau dorange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu semakin
lama akan semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara,
sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:

Pendarahan pada puting susu;


Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok,
atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah
bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh
(Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen
sebagai berikut

terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);

adanya nodul satelit pada kulit payudara;

kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;

terdapat model parasternal;

terdapat nodul supraklavikula;

adanya edema lengan;

adanya metastase jauh;

serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema kulit,
kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5
cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.

Keluarnya cairan (Nipple discharge)


Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu secara spontan dan tidak normal.
Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan
pemakai pil kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu keluar cairan
berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat, keluar sendiri tanpa harus memijit puting
susu, berlangsung terus menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air
susu.

Faktor-faktor penyebab
Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui,
tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker
payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur
lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama kanker payudara adalah
bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur
saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara.
Secara anatomi dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya
umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker
payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen
replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko
kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker payudara
sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan papiloma, risiko

sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada hiperplasia atipik, risiko meningkat
hingga 5 kali.
4. Obesitas: Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap kekerapan kanker ini di
negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan kekerapan sesudah migrasi
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun tentang
konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker payudara pada
wanita umur 34 sampai 59 tahun
6. Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan
bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat
terjadinya eksposur.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik: Riwayat keluarga merupakan komponen yang
penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan
gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker
payudara, probabilitas untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun
dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh -> sekitar 60%
kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar usia 75 tahun.

Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik yang diturunkan dari
orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa
gen yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah
beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya
adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.

Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara secara klinis medis yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:

Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut &
Pressman, 1992):

Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan


payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi
bukan kelenjar di ketiak.

Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya


disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.
Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2
cm dan letaknya di pinggir payudara.

Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa
di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu
makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit
cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker atau sitokina dalam bentuk pil cair
atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996).
Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena
pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang
sering digunakan untuk melawan osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression,
hiperkalsemia dan kelainan metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan
metastasis sel kanker payudara menuju tulang.[17] Walaupun pada umumnya asupan asam
bifosfonat dapat ditoleransi tubuh, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek
samping seperti osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.

CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk memproduksi cAMP dan menghambat
perkembangan sel kanker.[19] Molekul cAMP tersebut terbentuk dari ekspresi pencerap CT yang
terhubung adenylate cyclase oleh paling tidak satu buah guanine nucleotide-binding protein.
Respon cAMP terhadap CT dapat menurun ketika sel terinkubasi senyawa mitogenik berupa
17beta-estradiol dan EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat pertumbuhan
seperti tamoxifen dan 1,25(OH)2D3; serta oligonukleotida dan proto-onkogen c-myc. Namun
penggunaan tamoxifen meningkatkan risiko terjadi polip endometrial, hiperplasia dan kanker,
melalui mekanisme adrenomedulin.
Respon berupa produksi cAMP yang kuat, tidak ditemukan pada senyawa selain CT. Senyawa
efektor adenylate cyclase seperti forskolin dan senyawa beta-adrenergic receptor agonist seperti
isoproterenol hanya menghasilkan sedikit produksi cAMP.
Pada sel MDA-MB-231, CT akan menginduksi fosforilasi c-Raf pada serina posisi ke 259
melalui lintasan protein kinase A dan menyebabkan terhambatnya fosforilasi ERK1/2 yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231,[21] dan menghambat ekspresi mRNA
uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk invasi dan metastasis. Walaupun demikian
kalsitonin tidak mempunyai efek yang signifan untuk menghambat proliferasi sel MCF-7.
Apoptosis sel MDA-MB-231 juga diinduksi oleh asam lipoat yang menghambat fosforilasi Akt
dan mRNA AKT, aktivitas Bcl-2 dan protein Bax, MMP-9 dan MMP-2, serta meningkatkan
aktivitas kaspase-3.

Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu
pencegahan pada lingkungan, pada pejamu, dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat
bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang dilakukan antara
lain berupa:

Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan
karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan
pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa
berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker
payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at
risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini.
Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi
diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terusmenerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lai

Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey.

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahu.

Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun.

Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada
wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dibandingkan
yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila
dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%

Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan
dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh
banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan
tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang diberikan hanya
berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan alternatif.
Kista sarcoma filodes (tumor filodes) adalah fibroadenoma yang tumbuh meliputi seluruh
mammae.Tumor filodes juga merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup
(invasive) secara lokal dan dapat menjadi ganas (10-15%) dan (80-95%) jinak.Pertumbuhannya
cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.Tumor ini timbul biasanya pada umur 3540tahun, Tumor filodes ini dapat berukuran kecil sekitar 3-4 cm, dan dapat pula dalam ukuran
yang sangat besar dan membuat payudara menjadi besar (bengkak).

Nama kista sarcoma filodes berasal dari Muller (1838) karena mengandung kista-kista
besar diantaranya banyak sekali jaringan ikat sehingga waktu itu diduga sarkoma.Di permukaan
tumor terdapat banyak jaringan sperti lembaran-lembaran buku (phyllon).
2. ETIOLOGI
Tumor filodes secara nyata berhubungan dengan fibroadenoma dalam beberapa kasus,
karena pasien dapat memiliki kedua lesi dan gambaran histologis, kedua lesi mungkin terlihat
pada tumor yang sama. Namun, apakah tumor filodes berkembang dari fibroadenoma atau
keduanya berkembang bersama-sama, atau apakah tumor filodes dapat muncul de novo, tidaklah
jelas. Noguchi dan kolega telah mempelajari pertanyaan ini dengan analisis klonal dalam tiga
kasus dimana fibroadenoma dan tumor filodes diperoleh berurutan dari pasien yang sama. Pada
masing-masing kasus, kedua tumor monoklonal dan memperlihatkan alel inaktif yang sama.
Mereka berargumen dengan meyakinkan bahwa tumor filodes memiliki asal yang sama dengan
fibroadenoma, fibroadenoma tertentu dapat berkembang menjadi tumor filodes.
3. PATOFISIOLOGIS
Bermula dari intralobular stroma dan jarang disebabkan oleh fibroadenoma. tumor
payudara ini biasanya tumbuh cepat, terkadang jinak, terkadang di batas antara jinak dan ganas
dan terkadang ganas.
Tumor filodes (sistosarkoma filoides) merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat
menyusup (invasive) secara local dan dapat menjadi ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan
dapat ditemukan dalam ukuran yang besar. Tumor ini terdapat pada semua usia, tetapi
kebanyakan terdapat pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filodes ini dapat berukuran kecil sekitar 3-4 cm, dan dapat pula dalam ukuran
yang sangat besar dan membuat payudara menjadi besar (bengkak).
Tumor filodes merupakan neoplasma non-epitelial payudara yang paling sering terjadi,
meskipun hanya mewakili 1% dari tumor payudara.Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas
tajam dan biasanya bergerak secara bebas.Tumor ini adalah tumor yang relatif besar, dengan
ukuran rata-rata 5 cm. Namun, lesi yang > 30 cm pernah dilaporkan.
. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala dari kista sarcoma filodes yaitu:
a) Kulit di atas tumor mengkIiap, regang, tipis, merah dan pembuluh-pembuluh balik melebar &
panas.
b) Jarang terjadi mestastasis (pembesaran kelenjar regional) hal ini yang menjadi petunjuk untuk
membedakan tumor ini dari kanker karena jarang sekali kita menemukan kanker payudara
dengan ukuran diameter 10 15 cm yang tidak bermestastasis dan menginfiltrasi kulit atau
toraks.
c) Tumor tumbuh cepat, nekrosis dan radang pada kulit
d) Tumor ini memiliki tekstur halus, berbatas tajam dan biasanya bergerak secara bebas. Tumor ini
adalah tumor yang relatif besar, dengan ukuran rata-rata 5 cm

5. GAMBARAN KLINIS
Haagensen melaporkan kira-kira satu tumor filodes untuk setiap 40 fibroadenoma.
Distribusi usia luas, dari 10-90 pada seri Haagensen dari 84 pasien, namun dengan mayoritas
antara 35 dan 55 tahun. Tumor bilateral sangat jarang, meskipun sebuah kasus luar biasa dari tiga
buah tumor terpisah pada jaringan payudara ektopik aksila bilateral juga payudara normal telah
dilaporkan. Tumor filodes jarang pada pasien dibawah usia 20 tahun, ketika muncul untuk
memberikan reaksi terutama dengan cara jinak, tanpa memperhatikan corak histologis. Juga telah
dijelaskan dalam kelenjar mirip mammae di vulva, payudara pria dan di prostat dan vesikula
seminalis.
Kebanyakan tumor tumbuh dengan cepat menjadi ukuran besar sebelum pasien datang,
namun tumor-tumor tidak menetap dalam arti karsinoma besar.Hal ini disebabkan mereka
khususnya tidak invasif; besarnya tumor dapat menempati sebagian besar payudara, atau
seluruhnya, dan menimbulkan tekanan ulserasi di kulit, namun masih memperlihatkan sejumlah
mobilitas pada dinding dada.
6. PENATALAKSANAAN
Tindakan:
1. Karena potensi ganas dan lebih radikal dari fibroadenoma,biasanya dilakukan mastektomi,dengan
pengangkatan fasia pektoralis
2. Pascabedah diberi radiasi
3. Usia penting dalam manajemen lesi-lesi ini. Dibawah umur 20, semuanya harus diterapi dengan
enukleasi, karena mereka hampir selalu berperilaku dalam sikap jinak.
4. Terapi Bedah
Pada kebanyakan kasus cystosarcoma phylloides, melakukan eksisi luas normal, dengan
lingkaran jaringan normal.Tidak terdapat aturan tentang besarnya batas. Namun, batas 2 cm
untuk tumor kecil (< 5 cm) dan batas 5 cm untuk tumor besar (> 5 cm) telah dianjurkan.
Lesi tidak seharusnya dikupas keluar, seperti yang mungkin dilakukan dengan
fibroadenoma, atau angka rekurensi tanpa dapat diterima jadi meningkat.
a) Jika tumor terhadap rasio payudara cukup tinggi untuk menghindarkan hasil kosmetik yang
memuaskan dengan eksisi segmental, mastektomi total, dengan atau tanpa rekonstruksi, adalah
sebuah alternatif.
b) Prosedur yang lebih radikal tidak secara umum dibenarkan.
c) Melakukan diseksi nodus limfatikus aksila hanya untuk nodus yang dicurigai secara klinis.
Namun, sebenarnya semua nodus ini reaktif dan tidak mengandung sel-sel maligna.
7. DETEKSI DINI ( CARA MENGETAHUI KELAINAN PAYUDARA )
SADARI (periksa payudara sendiri)
Adalah pemeriksaan payudara yg di lakukan sendiri oleh tiap wanita dengan cara tertentu
secara berkala tiap bulan. Sadari dapat membantu menemukan kelainan atau penyakit payudara

yang kemudian harus di pastikan oleh dokter. Waktu yang paling tepat untuk melakukan sadari
adalah sekitar semiggu setelah hari terakhir menstruasi dengan cara:
Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada payudara.Biasanya kedua
payudara tidak sama besar, putting tidak terletak pada ketinggian yang sama.Perhatikan apakah
terdapat keriput, lekukan atau putting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat kelainan itu atau
keluar cairan atau darah dari putting susu segeralah pergi ke dokter.
Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua payudara.Bungkukkan
badan hingga payudara tergantung ke bawah dan periksa lagi.
Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tanggan kiri di belakang kepala dan sebuah bantal di
bawah bahu kiri.Rabalah payudara kiri dengan telapak dan jari jari tangan kanan.Periksalah
apakah ada benjolan pada payudara.Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
Periksalah dan rabalah putting susu dan sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba
dengan telapak jari jari tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan.Bila terasa ada
benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah pergi ke dokter.
Lakukan hal yang sama untuk payudara dan ketiak kanan.

DAFTAR PUSTAKA
Grace, Pierce A., Borley, Neil R. 2006. At Glace Ilmu Bedah Edisi Ketiga.Jakarta:Erlangga.
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Wiknjosastro, Hanifa, SpoG. Prof. dr. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai