Penyusun:
Yashica Lorencia (406152079)
Alyssa Aldilla (406152080)
Stefanie (406161019)
Penyusun:
Yashica Lorencia (406152079)
Alyssa Aldilla (406152080)
Stefanie (406161019)
Dengan ini menyatakan, menjamin, bahwa laporan kunjungan kasus keluarga yang
diserahkan kepada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, berjudul:
Merupakan hasil karya kami, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah kami
nyatakan dengan benar dan tidak melanggar ketentuan plagiarisme dan otoplagiarisme.
Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa unsur paksaan dari pihak
manapun.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis akhirnya dapat menyelesaikan
laporan diagnosis komunitas ini dengan baik. Laporan ini merupakan prasyarat agar dapat
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Selama proses
pembuatan mulai dari awal hingga akhir, banyak sekali pengalaman yang didapatkan oleh
penulis untuk berkarir sebagai dokter di kemudian hari.
Selama proses penyusunan laporan ini, penulis mengalami berbagai keterbatasan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah mendukung dalam
proses penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang atas kesempatan dan kepercayaan yang
telah diberikan selama menjalani kepaniteraan IKM.
2. dr. Dewi Novianti, MIPH., MHM selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengoreksi, memberikan
pengarahan, dan memberikan semangat kepada kami selama penyusunan laporan
kasus ini.
3. Keluarga besar Bagian IKM Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara atas
kesempatannya yang telah diberikan kepada kami serta bimbingannya dalam
penyusunan laporan ini.
4. drg. Widya Anggraeni selaku Kepala Puskesmas Legok yang telah memberikan
dukungan baik secara moral, sarana dan prasarana, serta waktunya untuk
berdiskusi dengan kami.
5. dr. Linda Mayliana, Bidan Margareth Lauren, Bidan Andriyani Rahayu, Bidan
Eem Maghfiroh dan segenap keluarga besar Puskesmas Legok yang tidak dapat
disebutkan namanya satu per satu.
6. Bapak Miswan selaku Kepala RW 08 Desa Babakan; Ibu Dyah Trisetia Asih, Ibu
Nata Suri, Ibu Barbara Kristina dan Ibu Risnawati selaku Kader Posyandu Mawar
V Desa Babakan yang telah memberi kesempatan dan ikut menyelenggarakan
kegiatan penyuluhan di Posyandu Mawar V.
7. Kepala Sekolah SDN Legok IV yang telah memberikan kesempatan dan ikut
menyelenggarakan kegiatan penyuluhan untuk murid SDN Legok IV.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini tentu tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan penulis. Maka sangat diperlukan masukan
dan saran yang membangun. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penulis
ABSTRAK
Latar Belakang : Difteri merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria yang dapat dicegah dengan imunisasi. Indonesia menduduki
peringkat kedua dengan prevalensi difteri terbanyak di dunia tahun 2016. Pada tahun
2017 terjadi KLB difteri di Indonesia dimana provinsi Banten mengalami peningkatan
kasus hingga 63 kasus disertai 9 kematian. Puskesmas Legok dilaporkan terdapat 2 kasus
suspek difteri pada awal bulan Desember. Diagnosa Komunitas diharapkan dapat
meningkatkan cakupan imunisasi difteri melalui Outbreak Response Immunization (ORI)
pada wilayah kerja Puskesmas Legok untuk menimbulkan kekebalan kelompok.
Metode: Metode yang digunakan ialah diagnosis komunitas dengan pendekatan
Paradigma BLUM, penentuan prioritas masalah non-scoring Delphi dan analisis masalah
menggunakan fishbone diagram. Data yang dibutuhkan didapatkan dengan berdiskusi
dengan kepala puskesmas, wawancara, observasi, mini survey dan data penunjang lain
dari Puskesmas Legok. Monitoring dilakukan dengan menggunakan Plan-Do-Check-Act
(PDCA) cycle serta dilakukan evaluasi pada akhir kegiatan dengan menggunakan
Pendekatan Sistem.
Hasil: Lifestyle dipilih sebagai prioritas masalah dan dilakukan intervensi berdasarkan
fishbone diagram. Hasilnya berupa penyuluhan mengenai penyakit difteri dan cara
pencegahannya serta cara mencuci tangan dan etika batuk yang benar kepada warga RW
08 Desa Babakan dan murid SDN Legok IV serta follow-up di lingkungan RW 08 Desa
Babakan. Hasil yang didapatkan terjadi peningkatan pengetahuan pada warga RW 08
menjadi rerata sebesar 8,49 dan pada murid SDN Legok 8,56. Peningkatan cakupan ORI
menjadi 96,09% pada RW 08 Babakan dan 100% pada kelas 4-6 SDN Legok IV. Setelah
dilakukan sweeping, cakupan ORI kedua RW 08 menjadi 98,43%
Kesimpulan: Intervensi yang dilakukan dapat meningkatan pengetahuan, merubah
perilaku dan meningkatkan cakupan imunisasi difteri anak berumur 1-19 tahun RW 08
Desa Babakan.
ABSTRACT
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tidak ditemukan insidens difteri di wilayah kerja Puskesmas Legok.
2.1.1 Tujuan
Tujuan diagnosis komunitas adalah:11
Dokter mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.
Dokter mampu mengembangkan instrumen guna mengidentifikasi masalah
kesehatan.
Dokter mampu menganalisis masalah kesehatan dan memberikan pemecahan
solusinya.
Dokter mampu menjelaskan struktur organisasi fasilitas kesehatan di tingkat primer.
Dokter mampu berkomunikasi dengan masyarakat secara baik.
2.2 Difteri
2.2.1 Definisi
Difteri adalah penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang disebabkan oleh
Corynebacterium diptheriae yang sangat menular.12,13,14 Khas penyakit ini adalah
pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau mukosa.13 Beberapa jenis dari C.
ulcerans dan C. pseudotuberculosis dapat memproduksi toksin difteri dan penyakit yang
ditimbulkan dapat tampak seperti klinis difteri.15 Difteri berasal dari bahasa yunani,
diphtera yang berarti leather hide yang berarti kulit yang tersembunyi. 15,17
2.2.3 Etiologi
Corynebacterium diptheriae merupakan kuman batang Gram-positif, tidak bergerak,
pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora.12,13 Bakteri ini mati pada
pemanasan 60OC selama 10 menit, tahan sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan
lendir yang telah mengering.18 Pada membran mukosa manusia C. diptheriae dapat hidup
bersama-sama dengan kuman diptheroid saprofit yang mempunyai morfologi serupa.12,13
Secara umum dikenal 3 tipe utama C. diptheriae yaitu tipe gravis, intermedius dan
mitis.13,15,17,111 Pada seorang pasien bisa terdapat kolonisasi lebih dari satu jenis C.
diptheriae.13 Menurut virulensinya, bakteri ini dibagi menjadi tipe ganas dan tipe jinak.17
Jenis tipe jinak ditemukan di tenggorok dan selaput mukosa manusia.17 Tipe ini
2.2.4 Patofisiologi
Bakteri C.diptheriae sendiri tidak terlalu invasif, menyerang lapisan superfisial dari
mukosa repiratorik dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal.21 Virulensi utama bakteri
C.diptheriae adalah eksotoksin yang dapat menginhibisi sintesis protein sel mamalia.21
Kuman C. diptheriae masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berkembang-biak pada
permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes ke sekelling, selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe
dan pembuluh darah.13 Pembentukan toksin ditentukan oleh sebuah bakteriofilia
lisogenik dan tidak ada di semua tipe C.diptheriae.13,14,22 Pada fase lisogenik, DNA
sirkuler fagus tersebut masuk kedalam sel bakteria, sehingga bakteri tersebut dapat
menghasilkan toksin polipeptida.21 Ketika diberikan stimuli seperti sinar ultraviolet,
fagus tersebut memasuki siklus lisis dan menyebabkan matinya sel host dan melepaskan
bakteriofilia baru.21 Toksin difteri membunuh sel dengan menginhibisi sintesis protein
secara ireversibel.14,20,21 Toksin diserap melalui membran mukus dan menyebabkan
penghancuran epitelium dan reaksi inflamasi lokal. Jaringan nekrotik epitelium menjadi
tersangkut dengan fibrin, eritrosit dan leukosit dan membentuk sebuah pseudomembran
putih yang akhirnya menutupi tonsil, faring atau laring.14,220,21 Membran tersebut jika
dilepas secara paksa akan merobek kapiler dibawahnya sehingga terjadi
perdarahan.14,20,21 Eksotoksin difteri memiliki efek pada semua sel manusia, tetapi efek
paling besar terjadi pada miokardium (miokarditis), saraf perifer (demielinasi) dan ginjal
2.2.5 Klasifikasi
Pembagian berdasarkan berat ringannya penyakit juga diajukan oleh Beach dkk (1950)
sebagai berikut:18
1. Infeksi ringan
Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung atau fausial dengan gejala hanya nyeri
menelan.18
2. Infeksi sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas sampai ke dinding posterior faring dengan
edema ringan laring yang dapat diatasi dengan pengobatan konservatif.18
3. Infeksi berat
Keluhan disertai gejala sumbatan jalan nafas yang berat, yang hanya dapat diatasi
dengan trakeostomi.18 Gejala komplikasi lain yang dapat menyertai yaitu
miokarditis, paralisis atau pun nefritis.18
2.2.9 Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan difteri adalah menginaktivasikan toksin yang belum terikat
secepatnya, mengeliminasi C. diptheriae secepatnya untuk memutus rantai penularan,
mengusahakan agar penyulit yang terjadi normal, mengobati infeksi penyerta dan
penyulit difteri.23
Pengobatan difteria dibagi menjadi dua yaitu tatalaksana umum dan
khusus.13,15,18,21
Umum
Pasien diisolasi pada masa akut, dan sampai hapusan tenggorok negatif 2 kali
berturut-turut.13,15,18,21 Tirah baring selama 2-3 minggu, pemberian cairan dan diet
yang adekuat.13,15,18,21,22 Khusus untuk difteria laring dijaga agar jalan nafas tetap
bebas dan udara sekitar tetap lembab dengan humidifier.13,15,18,21
Tabel 2.2. Jumlah pemberian Anti Dipthteria Serum sesuai jenis difteri13
Tipe Difteria Dosis ADS Cara Pemberian
Difteria hidung 20.000 Intramuskular
Difteria tonsil 40.000 Intramuskular atau
intravena
Difteria faring 40.000 Intramuskular atau
intravena
Difteria laring 40.000 Intramuskular atau
intravena
Kombinasi lokasi diatas 80.000 Intravena
Difteria + penyulit bullneck 80.000-120.000 Intravena
Terlambat berobat (>72 jam), 80.000-120.000 Intravena
lokasi dimana saja
2. Antibiotik
Terapi antibiotik memiliki tiga manfaat yaitu terminasi produksi toksin,
perbaikan daerah infeksi lokal dan mencegah penyebaran organisme ke daerah
yang tidak terinfeksi.21 Pemberian antibiotik disertai dengan pemberian ADS
untuk membunuh bakteri C. diptheriae dan menghentikan produksi toksin.13-
15,21,22
Penisilin prokain 50.000-100.000 IU/kgBB/hari selama 10 hari dapat
diberikan, bila terdapat alergi penisilin dapat diganti dengan eritromisin
40mg/kgBB/hari.13-15,21,22 Penderita yang dilakukan trakeostomi dapat
ditambahkan kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari yang dibagi dalam 4 dosis.18
Eritromisin sedikit lebih baik untuk membasmi karier.21 Pemberian obat
2.2.10 Pencegahan
Pencegahan difteri secara umum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan dan
memberikan pengetahuan tentang bahaya difteri.13 Pencegahan secara khusus dengan
vaksin DPT untuk anak-anak sehingga mereka mempunyai antibodi terhadap toksin
difteria sehingga jika terkena difteria gejalanya ringan.13
Imunisasi
Efektivitas imunisasi yang dilaporkan oleh Kassur dkk (1966) menyatakan yaitu
golongan yang mendapat imunisasi hanya mendapat infeksi ringan 81,3%, infeksi
sedang 16,4% sedangkan infeksi berat hanya 2,3%.18 Golongan yang tidak mendapat
imunisasi mengalami infeksi ringan 19,0%, infeksi sedang 21,5% dan infeksi 59,5%
dengan angka kematian empat kali lebih besar.18
o Vaksin yang beredar di Indonesia:23,24
1. Diptheria tetanus whole-cell pertussis (Tdwp)
2. Diptheria tetanus acellular-pertussis (Tdap)
3. Diptheria tetanus (Td)
4. Tetanus toxoid (TT)
o Indikasi:
Vaksin untuk bayi tersedia dalam bentuk DTaP dan Tdwp.15,18,23,24 Imunisasi
DTP diberikan 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan, dengan jarak 4-8
minggu.15,18,23,24 DTP tidak boleh diberikan untuk usia dibawah 6
minggu.15,18,23,24, Vaksin DTP dapat dikombinasikan dengan vaksin lain pada
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS), yaitu hepatitis B, Hib, atau polio injeksi
(IPV).24,24
Terdapat 3 dosis primer vaksinasi Td untuk orang dewasa yang belum pernah
mendapat vaksinasi difteri dan tetanus.15,18,23,24 Dosis ke 2 diberikan 1 bulan setelah dosis
pertama, dan dosis ke-3 diberikan 6-12 bulan setelah dosis ke-2, jika Td tidak tersedia
bisa diganti dengan Tdap sekali pada 3 vaksin primer.15,18,23,24 Dianjurkan setelah itu
untuk booster dengan Td atau Tdap setiap 10 tahun sekali.15,18,24,24
1. Booster dapat diberikan setiap 10 tahun sekali dengan Td atau Tdap. jika orang
dewasa tersebut telah mendapatkan imunisasi tetanus dan difteri sebelumnya,
15,18,23,24
2. Vaksin Td dapat diberikan pada trimester 2 atau 3 untuk wanita hamil jika belum
pernah divaksin difteri dan tetanus sebelumnya atau vaksin difteri dan tetanus
terakhir sudah berjarak lebih dari 10 tahun. Vaksin Tdap dapat diberikan secepatnya
pascapartum jika jarak vaksin difteri dan tetanus terakhir kurang dari 10
tahun.15,18,24,24
o Cara pemakaian:
Suntikan secara IM pada daerah deltoid dengan dosis 0,5mL. Vaksin
mengandung ajuvan apabila disuntikkan secara intradermal atau subkutan yang
dapat menimbulkan iritasi lokal.15,18,23,24
o Efek samping:
1. Reaksi lokal pada daerah penyuntikan (42,9%) berupa kemerahan, bengkak,
dan nyeri
2. Demam ringan yang tingkat kejadiannya sama dengan reaksi lokal. 2,2%
dapat mengalami hiperpireksia.18,23,24
3. Somnolen, iritabilitas, anoreksia, atau muntah5,23,24
4. Ensefalopati akut dan reaksi anafilaksis adalah kejadian ikutan yang paling
serius. Biasa disebabkan oleh komponen DPT.18,23,24
2.2.11 Komplikasi
Pasien dengan difteri memiliki risiko kematian yang besar, karena jika pasien sembuh
dari fase infeksi maka mereka masih memiliki kemungkinan meninggal karena efek
toksin yang tersisa.13,15,21 Pasien yang sembuh dari difteri maka memiliki risiko kematian
dalam 8 minggu setelah membaik dari fase akut.13,15,21 Komplikasi yang paling menonjol
adalah neuritis dan miokarditis.13,15,21 Risiko dan keparahan dari toxin akan memperluas
pembentukan pseudomembran dan memperlambat kerja antitoksin.13,15,21
1. Miokarditis
Kurang lebih 10% pada pasien difteri akan muncul miokarditis. miokarditis dapat
diprediksi dengan kecepatan pembentukan pseudomembran dan ada tidaknya
bullneck.13,15,21 Bukti pertama keterlibatan organ jantung akan muncul dalam 2
minggu pertama perjalanan penyakit.13,15,21 Gejala klinis meliputi suara jantung yang
semakin halus, irama gallop, penyakit jantung kongestif.13,15,21 Munculnya murmur
dikarenakan dilatasi ventrikel.13,15,21 Angka mortalitas dhubungkan dengan
miokarditis difteri diperkirakan 50%.13,15,21 Ekokardiografi menunjukkan adanya
dilatasi dan kontraksi ventrikel yang buruk.13,15,21 Elektrokardiografi menunjukkan
gelombang supraventricular dan ventricular yang ektopik, lonjakan takiaritmia,
pemanjangan kompleks QRS, perubahan segmen ST dan T.13,15,21 Berbagai derajat
blok jantung dan bradiaritmia dapat terjadi.13,15,21 Hilangnya gelombang R anterior
atau terbentuknya blok jantung komplit adalah gejala perburukan yang terjadi.13,15,21
Pasien dengan bundle branch block dan blok jantung komplit memiliki angka
mortalitas yang tinggi (lebih dari 80%).13,15,21
2.2.12 Prognosis
Kematian penderita sekitar 3-5% dan bergantung pada:18
1. Usia penderita karena makin muda umur anak prognosis makin buruk18,22
2. Perjalanan penyakit, karena makin lanjut makin buruk prognosisnya18
2.3.2 Kriteria
Kejadian luar biasa dapat ditetapkan pada suatu daerah apabila memenuhi salah satu
kriteria dibawah ini:25
1. Suatu penyakit menular tertentu yang timbul dimana sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Angka kejadian kesakitan yang meningkat terus menerus selama 3 kurun waktu
tertentu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Angka kejadian kesakitan mengalami peningkatan dua kali atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu tertentu menurut jenis penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 2 tahun menunjukan kenaikan
2 kali atau lebih bila dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per
bulan pada tahun sebelumnya.
6. Kenaikan 50% atau lebih angka kematian kasus suatu penyakit dalam 1 kurun waktu
tertentu bila dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Kenaikan 2 kali atau lebih angka proporsi penyakit penderita baru pada satu periode
dibandingkan dengan satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Perubahan perilaku yang belum atau tidak kondusif menuju perilaku yang kondusif
ini memiliki berbagai dimensi seperti: 27
1) Perubahan perilaku
Perubahan perilaku masyarakat yang pada awalnya tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesehatan menjadi sesuai, atau perubahan dari perilaku negatif menuju positif.
2) Pembinaan perilaku
Utamanya ditujukan kepada perilaku masyarakat agar mempertahankan perilaku sehat
yang telah ada.
3) Pengembangan perilaku
Bertujuan untuk membiasakan hidup sehat bagi anak-anak.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu: 27
1) Pengelompokan berdasarkan aspek kesehatan: 27
a. Pendidikan kesehatan berdasarkan aspek promotif dengan sasaran berupa
kelompok orang sehat. Derajat kesehatannya adalah dinamis oleh karena itu
sekalipun seseorang berada dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan serta
dibina lagi kesehatannya.
b. Pendidikan kesehatan dalam aspek pencegahan dan penyembuhan yang
mencakup tiga upaya atau kegiatan pencegahan yaitu :
Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) dengan sasaran kelompok
masyarakat yang berisiko tinggi (high risk) seperti kelompok ibu hamil,
pekerja seks, dsb. Tujuannya supaya tidak terkena penyakit.
Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) dengan sasaran para
penderita penyakit kronis seperti asma, diabetes mellitus, dsb. Tujuannya
supaya penderita dapat mencegah penyakitnya supaya menjadi tidak lebih
parah.
Pencegahan tingkat tiga (tertiary prevention) dengan sasaran kelompok
pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuannya supaya mereka
segera pulih kembali kesehatannya.
Sebesar 20% kasus difteri adalah anak yang telah terimunisasi DPT lengkap 3 kali dari
data nasional status imunisasi kasus difteri sampai tahun 2017, sedangkan sisanya tidak
diketahui status imunisasinya dahulu. Data ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar
kejadian difteri lebih banyak terjadi pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi secara
lengkap, sehingga pentingnya imunisasi untuk pencegahan difteri.6
Program pencegahan difteri sendiri telah termasuk dalam rencana imunisasi dasar
oleh Dinas Kesehatan dalam bentuk jadwal imunisasi DPT. Imunisasi dasar ini dilakukan
dengan jadwal imunisasi dasar lainnya.6
Ditemukannya satu kasus Difteri klinis adalah kriteria KLB difteri, pada Banten
sendiri telah terjadi – kasus klinis difteri dan – kematian, sehingga terhitung dari tanggal
6 Desember 2017, difteri merupakan KLB pada provinsi Banten.9 Program-program
penanggulangan KLB sendiri ada di dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 1051 tahun
2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu dan Yang Dapat Menimbulkan Wabah
dan Upaya Penaggulangan.10 Program-program khusus yang dapat dilakukan untuk kasus
difteri dengan mengimplementasikan program penanggulangan KLB oleh pemerintah
adalah sebagai berikut:18
1. Program pemberantasan bertujuan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
penderita difteria terutama untuk memutus rantai penularan penyakit.18
2. Kebijakan pemerintah dalam pengamatan ketat kasus difteria.18
3. Setiap satu kasus saja dianggap sebagai kejadian luar biasa/KLB dan direncanakan
penanggulangan untuk mencegah penyebaran penyakit.18
4. Kegiatan surveilans secara terus menerus terhadap kasus ini melalui laporan harian
atau mingguan dari unit pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, praktik dokter
dan klinik).18
5. Penyelidikan epidemiologis dengan kegiatan pelacakan untuk mencari sumber
penularan dan mencari adanya kasus baru yang mungkin terjadi serta penanggulangan
sementara. Pelacakan dilakukan pada orang yang kontak dengan penderita (tetangga
sekitar rumah, teman bermain, teman sekelas di sekolah).18
6. Pemeriksaan swab tenggorok untuk setiap orang yang kontak dengan di laboratorium
untuk mencari kemungkinan tertular.18
Tabel 3.1 Tabel target dan pencapaian imunisasi dasar DPT pada desa Legok tahun
2015 – 20178
Tahun Desa Tercapai Sasaran Persentasi Target
2015 Legok 862 882 97,73% 90%
Babakan 930 962 96,67% 90%
Palasari 627 663 94,57% 90%
Rancagong 894 914 97,81% 90%
Serdang Wetan 888 914 97,15% 90%
Bersambung ke halaman 28
Salah satu bentuk penanggulangan KLB difteri pada provinsi Banten, dilakukan
Outbreak Response Immunization (ORI) sejak minggu ke-2 bulan Desember. Putaran
ORI sendiri terdiri dari 3 bagian: putaran pertama berlangsung sampai 11 Januari, dan
langsung dilanjutkan dengan putaran kedua sebulan setelah mulainya putaran pertama,
sedangkan putaran ke-3 dilakukan 6 bulan dari putaran pertama.9 Puskesmas Legok telah
melakukan Outbreak Response Immunization/ORI sejak tanggal 11 Januari 2018 pada
warga di wilayah kerjanya dengan target anak usia 1- 19 tahun. Kegiatan ini dilakukan
mulai dari Posyandu hingga ke sekolah dengan target cakupan 95%. Hasil dari ORI yang
sudah dilakukan pada putaran pertama, cakupan ORI pada ke-5 desa wilayah kerja Legok
adalah sebagai berikut.8
Tabel 3.3 Data cakupan ORI putaran 1 di sekolah SD pada wilayah Desa Babakan8
Nama Sasaran Tercapai Persentase Target
SDN Legok I 387 376 97,15% 95%
SDN Legok II 310 304 98,06% 95%
SDN Legok IV 158 149 94,03% 95%
SDN Babakan 321 312 97,19% 95%
MI Mursidul Fauz 466 459 98,49% 95%
SD An-Nabil 100 95 95% 95%
Tabel 3.4 Data cakupan ORI putaran 1 di Posyandu pada wilayah Desa Babakan8
Nama Posyandu Sasaran Tercapai Persentase Target
Mawar I 153 139 90.84% 95%
Mawar II 146 135 92.46% 95%
Mawar III 124 116 93.54% 95%
Mawar IV 160 146 91.25% 95%
Mawar V 128 114 89.06% 95%
Mawar VI 120 109 90.83% 95%
Mawar VII 175 162 92.57% 95%
4. Environment :
Lingkungan fisik : Desa babakan RW 08 merupakan desa padat penduduk,
sehingga ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah kurang
baik.
Lingkungan biologis : kuman Corynebacterium diphteriae
Sosial ekonomi budaya :
o Desa Babakan RW 08 merupakan desa yang penduduknya golongan
menengah kebawah.
5.1.1 Intervensi 1
Intervensi 1: Pemantapan pengetahuan tentang penyakit difteri untuk warga RW 08 Desa
Babakan di posyandu Mawar V. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan warga RW 08 Desa Babakan tentang penyakit difteri (definisi, tanda dan
gejala, cara penularan, komplikasi, tanda bahaya, pencegahan (imunisasi difteri) dan
menghimbau warga yang datang untuk membawa anak umur 1-19 tahun untuk mengikuti
ORI putaran kedua yang diadakan tanggal 19 Januari 2018.
Kegiatan: Pemantapan pengetahuan tentang penyakit difteri dan pencegahannya
dengan menggunakan media berupa poster berisikan materi penyuluhan.
Dasar: Kurangnya pengetahuan warga RW 08 Desa Babakan tentang penyakit difteri
dan rendahnya cakupan imunisasi difteri.
Sasaran: 100 perwakilan KK RW 08 Desa Babakan.
Tempat: Posyandu Mawar V Desa Babakan.
Waktu: Jumat, 18 Januari 2018 pkl 08.00 – 10.00 WIB.
Indikator penilaian:
Peningkatan hasil post-test dari pre-test yang ditandai dengan nilai ≥ 7 pada ≥
60% peserta penyuluhan.
Dipertahankan pencapaian cakupan ORI lebih dari 95% pada umur 1-19 tahun di
RW 08 Desa Babakan.
5.1.3 Intervensi 3
Intervensi 3: Demonstrasi menggunakan lagu cara mencuci tangan dan etika batuk yang
benar kepada warga RW 08 Desa Babakan. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan perubahan perilaku untuk mencegah
penularan difteri pada warga RW 08 Desa Babakan.
Kegiatan: Demonstrasi tentang cara mencuci tangan dan etika batuk yang benar.
Dasar: Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga RW 08 Desa Babakan
mengenai cara pencegahan penularan penyakit difteri.
Sasaran: 100 perwakilan KK RW 08 Desa Babakan.
Tempat: Posyandu Mawar V Desa Babakan.
Waktu: Jumat, 18 Januari 2018 pkl 08.00 pagi.
Indikator penilaian: Seluruh warga yang hadir (100%) dapat memperagakan ulang
langkah mencuci tangan dan etika batuk yang benar.
test pelaksanaan
- Poster ORI putaran
- Leaflets kedua di
- Pulpen Posyandu
- Sound system Mawar V
- Konsumsi tanggal 19
- Door prize Januari
- Pre-test 2018
- Pembagian 10. PDCA
leaflets
Method
- Penyuluhan
- Tanya jawab
- Post-test
- Door prize
- Pembagian
leaflets
- Post-test
- Tanya jawab
Bersambung ke halaman 48
Membantu kegiatan Memantau Murid SDN - SDN Legok Selasa, 23 Bidan Andriyani Jumlah murid
ORI di SDN Legok keberhasilan Legok IV IV Januari 2018 Rahayu SDN Legok IV
IV pemantapan yang mengikuti
pengetahuan ORI
Sumber: Hasil Analisis Penulis
Peragaan ulang Semua peserta Peserta kegiatan - Sekolah SDN Senin, 22 Yashica Lorencia Semua siswa -
materi oleh warga yang hadir dapat Legok IV Januari Alyssa Aldilla dapat
secara bersama- memperagakan 2018 Stefanie memperagaka
sama ulang langkah n ulang.
mencuci tangan,
etika batuk dan
sadar untuk tidak
beragi alat makan
untuk mencegah
terjadinya
penularan
penyakit difteri.
Tabel 5.10 Timeline (Gantt chart) kegiatan di Posyandu Mawar V Desa Babakan.
Minggu
No. Kegiatan
1 2 3 4 5 6
Perencanaan
1. Identifikasi kasus di Puskesmas
2. Diskusi tentang masalah Puskesmas dengan Kepala Puskesmas dan
Dokter Puskesmas
3. Rapat antar anggota kelompok untuk menentukan masalah yang dipilih
4. Mengidentifikasi faktor penyebab: (menentukan target dan mini survey)
5. Penentuan prioritas masalah dengan teknik Delphi
Menyusun rencana
Berdiskusi intervensi :
Identifikasi dengan dokter,
kasus -Pemantapan
staf dan kepala pengetahuan engenai
puskesmas serta penyakit difteri dan
menganalisa data pencegahannya
2 kasus difteri di -Demonstrasi cara
Desa Babakan mencuci tangan dan
dan melakukan etika batuk yang
perencanaan benar untuk
intervensi mencegah penularan
penyakit difteri
Intervensi : Membantu
-Pemantapan Pengolahan data yang
pelaksanaan ORI didapatkan
pengetahuan mengenai putaran 2 tanggal 23
penyakit difteri dan Januari 2018 di SDN
pencegahannya IV Legok
-Demonstrasi cara
mencuci tangan dan
etika batuk yang benar Evaluasi
untuk mencegah
penularan penyakit
difteri
Pelaporan hasil
intervensi kepada
kepala dan dokter
puskesmas
Tanggal 18 Januari
2018 pukul 08.00
dilakukan pemantapan Kata sambutan dari
pengetahuan tentang bidan Desa Babakan
penyakit difteri di Pre-test
dan perkenalan diri
Posyandu Mawar V
dokter muda
Desa Babakan dengan
100 perwakilan KK
warga RW 08 Desa
Babakan
Pemberian
Sesi tanya jawab materi dari Pembagian leaflets
narasumber
Mengadakan doorprize
tentang materi yang Membantu
telah diberikan dan Post- pelaksanaan ORI
pemberian hadiah test putaran kedua tanggal
kepada peserta yang 19 Januari 2018
menjawab dengan benar
Menilai
perbandingan pre-
test dan post-test
Hasil intervensi 1 +
Menghitung jumlah
anak RW 08 yang
ikut ORI tanggal 19
Januari 2018 di
Posyandu Mawar V
Mengadakan doorprize
tentang materi yang
telah diberikan dan Pemberian
Sesi tanya
pemberian hadiah materi dari
kepada peserta yang jawab
narasumber
menjawab dengan benar
Membantu
pelaksanaan ORI
Post- Pembagian putaran kedua
test leaflets tanggal 23
Januari 2018
6.2.4 Intervensi 4: Demonstrasi Cara Mencuci Tangan dan Etika Batuk yang
Benar kepada siswa SDN Legok IV
Pemantapan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada siswa SDN
Legok IV dilaksanakan pada hari Senin, 22 Januari 2018 pukul 13.00-15.00 WIB
bertempat di ruang kelas 5 dan 6 SDN Legok IV yang beralamat di Jl. Raya Legok
Karawaci No.4, Desa Babakan, Kecamatan Legok, Tangerang, pukul 13.00 – 15.00 WIB
dengan sasaran semua murid SDN Legok IV. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tiga dokter
muda dari Universitas Tarumanagara. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran dan perubahan perilaku pada siswa SDN Legok IV untuk
mencegah penularan difteri. Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan pemantapan
pengetahuan penyakit difteri dengan demonstrasi cara mencuci tangan dan etika batuk
yang benar didepan peserta lalu diikuti dengan peragaan ulang langkah mencuci tangan
dan etika batuk yang benar oleh semua peserta. Penilaian keberhasilan intervensi
dilakukan dengan melihat apakah peserta dapat memperagakan langkah mencuci tangan
dan etika batuk yang telah diajarkan.
Peningkatan
pengetahuan 2,66 ± 1,30 2 (0-5)
Meningkat 34 (97,14)
Tidak Meningkat 1 (2,86)
Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis
Melalui Kader Desa Babakan RW 08 didapatkan daftar anak usia 1-19 tahun yang
tinggal di wilayah tersebut sebanyak 128 orang. Data yang didapatkan kemudian
dicocokkan dengan daftar hadir ORI putaran pertama di Posyandu Mawar V yang sudah
dilakukan pada tanggal 18 Desember 2017. Cakupan ORI pertama sebanyak 114 orang
(89,04%) yang ikut suntik dan 14 orang (10,96%) sisanya tidak ikut suntik pada ORI
putaran pertama, cakupan suntik ORI putaran kedua sebanyak 12 orang (9,38%) suntik
untuk pertama kali, 111 orang (86,71%) yang ikut suntik untuk kedua kali dan 5 orang
(3,91%) yang tidak ikut suntik. Kami melakukan follow-up setelah dilakukannya ORI
putaran kedua di Posyandu Mawar V, melakukan pembagian leaflet dan contact person
kepada keluarga yang anaknya tidak ikut dalam ORI putaran satu atau putaran kedua agar
mereka melakukan suntik difteri di Puskesmas lalu menghubungi contact person dan
kemudian dicocokkan dengan daftar hadir data di Puskesmas. Hasil follow-up didapatkan
bahwa dari 14 orang yang tidak mengikuti suntik ORI putaran pertama, 12 diantaranya
suntik di ORI putaran kedua di Posyandu Mawar V tanggal 19 Januari 2018. Hasil follow-
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 67
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 18 Desember 2017 - 10 Februari 2018
up didapatkan bahwa dari 3 orang yang tidak mengikuti ORI kedua telah suntik di
puskesmas pada tanggal 20-24 Januari 2018, sehingga hasil ORI kedua setelah follow-up
menjadi terdapat 12 orang (9,38%) suntik untuk pertama kali, 114 orang (89,05%) yang
ikut suntik untuk kedua kali dan 2 orang (1,57%) yang tidak mengikuti ORI putaran
pertama dan kedua dan setelah di follow-up ternyata kedua orang tersebut sedang berada
di luar kota sehingga tidak bisa mengikuti ORI saat ini.
Tabel 6.2 Tabel Karakteristik Anak yang Mengikuti ORI di Posyandu Mawar V
Proporsi (%) Median (min-
Variabel Mean ± SD
N=128 maks)
ORI 1
Suntik pertama 114 (89,04)
Tidak suntik 14 (10,96)
Tabel 6.3 Tabel Karakteristik Responden Murid SDN Legok IV, Desa Babakan
Pendidikan
Kelas 4 SD 23 (31,9)
Kelas 5 SD 26 (36,1)
Kelas 6 SD 23 (31,9)
Peningkatan
pengetahuan 4,54 ± 1,67 5 (0-7)
Tidak meningkat 1 (1,39)
Meningkat 71 (98,61)
Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis
Melalui daftar absen kelas 4-6 SD yang diberikan oleh SDN Legok IV didapatkan
bahwa jumlah total siswa kelas 4-6 SD sebanyak 72 orang, melalui survey pemantapan
pengetahuan didapatkan bahwa pada ORI putaran pertama ada 68 orang (94,44%) yang
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 69
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 18 Desember 2017 - 10 Februari 2018
suntik pertama dan ada 4 orang (5,56%) dari siswa kelas 4-6 SD yang tidak suntik, lalu
saat ORI putaran kedua didapatkan 72 orang melakukan suntik dengan 4 orang (5,56%)
melakukan suntik pertama dan 68 orang (94,44%) melakukan suntik kedua.
Tabel 6.4 Tabel Karakteristik Murid yang Mengikuti ORI di SDN Legok IV
Proporsi (%) Median (min-
Variabel Mean ± SD
N=72 maks)
ORI 1
Suntik pertama 68 (94,44)
Tidak suntik 4 (5,56)
ORI 2
Suntik pertama 4 (5,56)
Suntik kedua 68 (94,44)
Tidak suntik 0 (0,00)
Sumber : Hasil Pengolahan Data oleh Penulis
6.3.1.3 Intervensi 3: Demonstrasi Cara Mencuci Tangan dan Etika Batuk yang Benar
kepada Warga RW 08 Desa Babakan
Pengolahan dan penyajian data
Data diperoleh dengan melihat apakah peserta dapat memperagakan langkah mencuci
tangan, etika batuk yang telah diajarkan, data disajikan dalam bentuk deskripsi dan
diagram. Hasil intervensi 2 didapatkan bahwa 35 dari 35 peserta (100%) yang hadir
dapat memperagakan dengan baik dan tidak ada peserta yang tidak dapat.
Tidak
dapat
0%
Dapat
memperagakan
100%
Tidak dapat
0%
Dapat
memperagakan
100%
act plan
check do
act plan
check do
act plan
check do
act plan
check do
EVALUASI KEGIATAN
LINGKUNGAN
UMPAN
BALIK
Membuat soal pre- Dibuat soal pre-test Dibuat soal pre-test Tidak ada
test dan post-test dan post-test dan post-test
Bersambung ke halaman 81
Bersambung ke halaman 82
d) Controlling
Mengevaluasi hasil Adanya evaluasi hasil Adanya evaluasi Tidak ada
pre-test dan post-test pre-test dan post-test hasil pre-test dan
sesuai dengan jumlah sesuai dengan jumlah post-test sesuai
jawaban yang benar jawaban yang benar dengan jumlah
jawaban yang
benar
Mengevaluasi Semua peserta Semua peserta Tidak ada
pembagian leaflets mendapatkan leaflets mendapatkan
mengenai difteri dan semakin leaflets dan
memahami penyakit semakin
difteri memahami
penyakit difteri
Mengevaluasi Semua peserta Semua peserta Tidak ada
pembagian snack mendapatkan snack mendapatkan
kepada peserta snack
Bersambung ke halaman 85
6. Dampak
1. Cakupan imunisasi 1. Meningkat 1. Belum dapat dinilai
difteri
2. Angka kejadian 2. Menurun 2. Belum dapat dinilai
penyakit difteri
3. Angka kematian 3. Tidak ada 3. Belum dapat dinilai
penyakit difteri
8.1 Kesimpulan
1. Lokasi yang memiliki masalah utama yang harus segera diselesaikan di wilayah kerja
Puskesmas Legok periode Desember 2017 adalah RW 08 Desa Babakan.
2. Masalah-masalah penyebab yang menyebabkan munculnya suspek difteri dan
rendahnya cakupan imunisasi DPT tahun 2016 (87,57%) di desa Babakan.
- Genetik : tidak dinilai
- Medical care services/layanan kesehatan:
Kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas Legok
Penyediaan vaksin difteri tidak tepat waktu
Kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit difteri.
Kurangnya edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya imunisasi
difteri.
Kurangnya kontrol terhadap imunisasi DPT
- Lifestyle :
Pengetahuan:
Secara umum, pengetahuan warga mengenai penyakit difteri dan
penularannya masih kurang.
Sikap:
Sikap warga untuk turut serta dalam melakukan pencegahan difteri masih
kurang.
Perilaku
Perilaku warga dalam melakukan pencegahan penyakit difteri masih kurang
dilihat dari banyaknya responden yang tidak mengikuti imunisasi difteri serta
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang kurang baik.
- Environment :
Lingkungan fisik : Desa babakan RW 08 merupakan desa padat penduduk,
sehingga ventilasi dan pencahayaan yang masuk ke dalam rumah kurang
baik.
Lingkungan biologis : kuman Corynebacterium diphteriae.
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat 86
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode: 18 Desember 2017 - 10 Februari 2018
Sosial ekonomi budaya :
o Desa Babakan RW 08 merupakan desa yang penduduknya golongan
menengah kebawah.
3. Intervensi sebagai bagian dari alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan
dalam jangka pendek dan memiliki daya ungkit yang besar dalam menunjang tujuan
jangka menengah dan jangka panjang dipilih dari faktor lifestyle berdasarkan
prioritas masalah dengan Delphi, yaitu:
Pemantapan pengetahuan tentang Penyakit Difteri kepada Warga RW 08 Desa
Babakan di Posyandu Mawar V.
Pemantapan pengetahuan tentang Penyakit Difteri untuk Murid SDN Legok IV.
Demonstrasi Cara Mencuci Tangan dan Etika Batuk yang Benar kepada Warga
RW 08 Desa Babakan.
Demonstrasi Cara Mencuci Tangan dan Etika Batuk yang Benar kepada siswa
SDN Legok IV.
8.2 Saran
1. Saran bagi sasaran atau tempat dilakukannya intervensi
Mendorong warga RW 08 Desa Babakan dan murid SDN Legok 4 untuk
melakukan imunisasi difteri lengkap dan mengikuti imunisasi difteri tambahan
sesuai dengan jadwal.
Mendorong warga RW 08 Desa Babakan dan murid SDN Legok 4 untuk
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Mendorong warga RW 08 Desa Babakan dan murid SDN Legok 4 untuk
melengkapi ORI sampai putaran ketiga, 6 bulan setelah ORI pertama.
IDENTITAS
No Responden :
Nama :
Alamat :
RT / RW :
Tempat / Tanggal lahir :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
No Telp :
PENGETAHUAN
Petunjuk : beri tanda silang ( X )
1. Apakah penyakit difteri itu ?
a. Penyakit tenggorokan
b. Penyakit mata
c. Penyakit saluran pencernaan
d. Penyakit telinga
3. Bagaimana cara penularan penyakit difteri ? pilihlah jawaban yang anda anggap
paling benar ! boleh memilih jawaban lebih dari 1.
a. Lewat makanan yang sudah terkontaminasi
b. Terhirup percikan ludah di udara
c. Berjabat tangan
d. Darah
6. Apakah komplikasi dari penyakit difteri ? pilihlah jawaban yang anda anggap
paling benar ! boleh memilih jawaban lebih dari 1.
a. Dapat menyebabkan infeksi jantung
b. Dapat menyebabkan kesulitan bernafas
c. Dapat menyebabkan gangguan saraf
d. Dapat menyebabkan kehilangan penglihatan
7. Apakah bahaya dari penyakit difteri ? pilihlah jawaban yang anda anggap paling
benar ! boleh memilih jawaban lebih dari 1.
a. Dapat menular dan menyebar secara cepat
b. Dapat menyebabkan penyakit menahun
c. Dapat menimbulkan kematian
d. Sulit untuk diobati
9. Apakah anda mengetahui kejadian luar biasa apa yang ada di kabupaten
Tangerang saat ini ?
a. Pertusis
b. Tetanus
c. Polio
d. Difteri
PERILAKU
Petunjuk : beri tanda centang ( ) pada kolom yang anda anggap benar !
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah dilingkungan anda pernah ada penyuluhan
mengenai difteri (jika ya, lanjut ke pertanyaan 2, jika
tidak lanjut ke pertanyaan no 3)
2. Apakah anda mengikuti penyuluhan tersebut ?
3. Apakah anda telah mendapat imunisasi dasar DPT untuk
difteri ? (jika tidak tahu, pilih tidak)
4. Apakah anda pernah mengikuti imunisasi difteri
tambahan saat Bulan Imunisasi Anak Sekolah ? (jika
tidak tahu, pilih tidak)
5. Apakah anda pernah mengikuti imunisasi difteri
tambahan saat dewasa ?
6. Apakah anda telah mengikuti Outbreak Response
Immunization (ORI) untuk difteri ?
7. Apakah anda akan membawa orang yang memiliki
gejala difteri (leher bengkak, muncul selaput putih pada
tenggorokan, demam, nyeri tenggorok) harus segera
dibawa ke fasilitas kesehatan jika terdapat gejala difteri ?
8. Apakah anda mencuci tangan saat mau makan dan
sesudah ke toilet?
9. Apakah anda menggunakan masker jika sedang batuk?
10 Apakah anda menutup hidung dan mulut dengan lengan
baju atau tisu saat batuk ?
IDENTITAS
NAMA :
USIA :
PENDIDIKAN TERAKHIR :
PEKERJAAN :
ALAMAT :
Jenis
Kelas Pre- Post-
No Nama Anak Kelamin Selisih Keterangan
test test
L P 4 5 6
1 Noval 1 1 3 7 4 Meningkat
2 Hani 1 1 3 9 6 Meningkat
3 Dela 1 1 3 8 5 Meningkat
4 Keano 1 1 4 8 4 Meningkat
5 Ahmad 1 1 3 8 5 Meningkat
6 Ridho 1 1 6 10 4 Meningkat
7 Sinta 1 1 4 10 6 Meningkat
8 Syila 1 1 3 9 6 Meningkat
9 Adrian 1 1 4 9 5 Meningkat
10 Nisa 1 1 5 9 4 Meningkat
11 Ulfa 1 1 4 10 6 Meningkat
12 Zaki 1 1 4 10 6 Meningkat
13 Fani R 1 1 4 10 6 Meningkat
14 Rosa 1 1 3 10 7 Meningkat
15 Shakira 1 1 6 10 4 Meningkat
16 Kori 1 1 5 10 5 Meningkat
17 Lidia 1 1 4 10 6 Meningkat
18 Addin 1 1 5 10 5 Meningkat
19 Fathan 1 1 4 10 6 Meningkat
20 Indah 1 1 4 10 6 Meningkat
21 Vala 1 1 4 10 6 Meningkat
22 Dafa 1 1 3 8 5 Meningkat
23 Pandu 1 1 3 8 5 Meningkat
24 Ragil 1 2 5 9 4 Meningkat
25 Salva 1 2 3 7 4 Meningkat
26 Ovi 1 2 3 9 6 Meningkat
27 Davina 1 2 3 8 5 Meningkat
28 Fahira 1 2 6 7 1 Meningkat
29 Salva 1 2 6 8 2 Meningkat
30 Hanifah 1 2 6 9 3 Meningkat
31 Waada 1 2 4 8 4 Meningkat
32 Hidayah 1 2 3 8 5 Meningkat
33 Fikar 1 2 5 8 3 Meningkat
34 Reza M 1 2 5 8 3 Meningkat
35 Elfira 1 2 5 9 4 Meningkat
36 Karim 1 2 4 8 4 Meningkat
Bersambung ke halaman 101