Anda di halaman 1dari 109

PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP RENDAHNYA

KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RS. TIARA KASIH SEJATI


KOTAMADYA PEMATANG SIANTAR
SUMATERA UTARA

TESIS

OLEH

YENNI HASTITA

NIM:2023015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM


MAGISTER FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
2022
PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP RENDAHNYA
KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RS. TIARA KASIH SEJATI
KOTAMADYA PEMATANG SIANTAR
SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (MKM)

Oleh:

YENNI HASTITA

NIM:2023015

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM


MAGISTER FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Proposal : Pengaruh Perilaku Masyarakat


Terhadap Rendahnya Kunjungan Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih
Sejati Kotamadya Pematangsiantar-
Sumut
Nama Mahasiswa : Yenni Hastita
Nomor Induk Mahasiswa : 2023015
Program Studi : Magister Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Administrasi Kebijakan Kesehatan

Menyetujui
Komisi Pembimbing:

(Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes) (Bd. Desideria Yosepha Ginting,S.Si.T, M.Kes)
NPP. 03.19.06.04.1968 NPP.02.01.01.12.1975

Ketua Program Studi

(Dr.dr.Felix Kasim, M.Kes)


NPP. 03.19.06.04.1968

i
Tanggal Kolokium: 11 Maret 2022

Telah diuji

Pada Tanggal : 14 Agustus 2020

__________________________________________________________________

Panitia Penguji Tesis

Ketua : 1. Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes

Anggota : 2. Bd. Desideria Yosepha Ginting,S.Si.T, M.Kes

3. Dr. Achmad Rifai SKM , M.Kes

4. Bd.Basyariah Lubis , SST , M.Kes

ii
PERNYATAAN

PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP RENDAHNYA


KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RS. TIARA KASIH SEJATI
KOTAMADYA PEMATANG SIANTAR
SUMATERA UTARA

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya orang lain yang
pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi ,
dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain , kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebuit dalam daftar pustaka.

LubukPakam, Juli 2022


Penulis

Yenni Hastita

iii
ABSTRAK

PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP RENDAHNYA


KUNJUNGAN PASIEN RAWAT INAP DI RS. TIARA KASIH SEJATI
KOTAMADYA PEMATANGSIANTAR SUMATERA UTARA

YENNI HASTITA

Berdasarkan Data statistik BOR tahun 2020 dan tahun 2021 RS Tiara
Kasih Sejati , didapati angka masih dibawah ideal.Rendahnya kunjungan pasien
rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati kemungkinan dipengaruhi oleh faktor
kognitif,faktor lingkungan dan faktor prilaku.Untuk itu dilakukan penelitian
tujuannya untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat terhadap rendahnya
kunjungan pasien rawat inap di RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya
Pematangsiantar Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan menggunakan survey analitik dengan pendekatan
cross sectional study.Hasil penelitian untuk kognitif dengan nilai p = 0,002
terdapat hubungan kognitif dengan rendahnya kunjungan pasien rawat inap di RS.
Tiara Kasih Sejati Kotamadya Pematangsiantar Sumatera Utara, untuk lingkungan
dengan nilai p = 0,004 terdapat hubungan lingkungan dengan rendahnya
kunjungan pasien rawat inap di RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya
Pematangsiantar Sumatera Utara, untuk perilaku dengan nilai p = 0,002 terdapat
hubungan perilaku dengan rendahnya kunjungan pasien rawat inap di RS. Tiara
Kasih Sejati Kotamadya Pematangsiantar Sumatera Utara.
Kesimpulan dalam penelitian ini terdapat pengaruh perilaku masyarakat
terhadap rendahnya kunjungan pasien rawat inap di RS. Tiara Kasih Sejati
Kotamadya Pematangsiantar Sumatera Utara.Dimana Faktor yang paling dominan
adalah faktor Kognitif dibandingkan dengan faktor Lingkungan dan faktor
perilaku.

Kata Kunci : Perilaku masyarakat, Kognitif, Lingkungan, Perilaku,


Kunjungan pasien.

iv
ABSTRACT

THE EFFECT OF COMMUNITY BEHAVIOR ON THE LOWER VISIT


OF INPATIENTS IN THE RS. TIARA KASIH SEJATI KOTAMADYA
PEMATANGSIANTAR SUMATERA UTARA

YENNI HASTITA

Based on BOR statistical data in 2020 and 2021 at Tiara Kasih Sejati
Hospital, it was found that the number was still below the ideal, the low number
of inpatient visits at Tiara Kasih Sejati Hospital was probably influenced by
cognitive factors, environmental factors and behavioral factors, for that purpose
research was conducted to determine the effect of behavior community towards
the low number of inpatient visits at the hospital. Tiara Kasih Sejati,
Pematangsiantar Municipality, North Sumatra.
This research was conducted using an analytic survey with a cross
sectional study approach. The results of the study for cognitive with p value =
0.002 there was a cognitive relationship with the low number of inpatient visits at
the hospital. Tiara Kasih Sejati, Pematangsiantar Municipality, North Sumatra, for
the environment with a p value = 0.004 there was a relationship between the
environment and the low number of inpatient visits at the hospital. Tiara Kasih
Sejati, Pematangsiantar Municipality, North Sumatra, for behavior with a p value
= 0.002, there was a behavioral relationship with low inpatient visits at the
hospital. Tiara Kasih Sejati, Pematangsiantar Municipality, North Sumatra.
The conclusion in this study is that there is an influence of community
behavior on the low number of inpatient visits at the hospital. Tiara Kasih Sejati,
Pematangsiantar Municipality, North Sumatra. Where the most dominant factor is
the cognitive factor compared to environmental factors and behavioral factors.

Keywords : Community behavior, Cognitive, Environment, Behavior,


Patient visits.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikanProposal Tesis ini.

PenulisanProposal Tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Magister Kesehatan Masyarakat Administrasi Kebijakan

Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Medistra

Lubuk Pakam. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan Proposal Tesisini,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Proposal Tesis ini. Oleh karena

itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Drs.Johannes Sembiring,M.Pd.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Medistra

Lubuk Pakam.

(2) Ns.Rahmad Gurusinga,S.Kep.,M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan

Medistra Lubuk Pakam.

(3) Dr. dr. Felix Kasim, M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam sekaligus Pembimbing 1 yang

telah menyediakan waktu, tenaga, danpikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan tesis ini.

(4) Bd. Desideria Yosepha Ginting,S.Si.T, M.Kes selaku Pembimbing II yang

telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis

dalam penyusunan tesis ini.

vi
(5) dr.Henry Simbolon M.Kes selaku Direktur RS. Tiara Kasih Sejati yang

telah memberikan banyak dukungan dalam penelitian ini .

(6) Dr.Achmad Rifai SKM, M.Kes sebagai Dosen Penguji program studi

(7) Bd.Basyariah Lubis , SST , M.Kes sebagai Dosen Penguji program studi

(8) Seluruh dosen program Pascasarjana Kesehatan Masyarakat yang telah

memberikan arahan dan bimbingan untuk mendalami Ilmu Kesehatan

Masyarakat

(9) Ibunda Fadlawaty dan saudara saudara saya atas semua dukungan dan

doanya

(10) Kedua putra dan putri saya, Ariel Winata Susanto dan Aurellie Winata

Susanto atas semua kesabaran dan dukungannya telah mengerti mama,

mama sayang kalian

(11) Temen – teman RS Tiara Kasih Sejati yang telah membantu memberikan

data data yang saya butuhkan selama penelitian saya

(12) Kepada semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu

Dengan keterbatasan pengalaman , Ilmu maupun pustaka yang ditinjau,

penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki kekurangan , namum di

harapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca

Lubuk Pakam , Juli 2022

Penulis
Yenni Hastita

vii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 13Juni 1981,

beragama Islam. Status Seorang Ibu dengan 2 orang anak. Alamat rumah di

Jalan Haji Ulakma Sinaga No 52 B Kecamatan Siantar Kabupaten Pamatang

Simalungun.

Memulai pendidikan di Sekolah Dasar Perg.Swasta Sultan Agung Tahun

1986 sampai dengan Lulus SMU tahun 1998, melanjutkan pendidikan di

Fakultas Kedokteran Unversitas Methodist Indonesia Medan Tahun 1999

melanjutkan pendidikan S-2 di Program Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan

Masyarakat di Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam tahun2000.

Bekerja sebagai Dokter Tetap di Rumah Sakit Tiara Kasih sejati sejak

Tahun 2010 sampai dengan sekarang.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ..............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
PERNYATAAN .............................................................................................ii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………………….viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................11
2.1. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit ..................................................11
2.1.1 Bentuk Pelayanan Rumah Sakit ....................................................11
2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit ...............................................................14
2.2. Kesehatan ..............................................................................................17
2.2.1. Definisi Kesehatan .......................................................................17
2.2.2. Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental .......................................19
2.3. Perilaku Kesehatan..................................................................................19
2.3.1. Definisi Perilaku Kesehatan...........................................................19
2.3.2. Faktor Penentu Perilaku Kesehatan ..............................................21

ix
2.4. Social Cognitive Theory .........................................................................22
2.5. Minat dan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan ........................................28
2.6. Rumah Sakit ...........................................................................................28
2.6.1. Definisi Rumah Sakit ....................................................................28
2.6.2. Tujuan Rumah Sakit .....................................................................29
2.7. Indikator Kinerja Rumah Sakit ..............................................................30
2.7.1 BOR ..............................................................................................30
2.7.2. AVLOS (Average Length of Stay)................................................31
2.7.3. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur....31
2.7.4. BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur..............31
2.7.5. NDR (Net Death Rate)..................................................................32
2.7.6. GDR (Gross Death Rate)..............................................................32
2.8. Pasien ..............................................................................................33
2.9. Rawat Inap ..............................................................................................33
2.10. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ........................................................34
2.11. Keaslian Penelitian..................................................................................36
2.12. Kerangka Teori........................................................................................39
2.13 Kerangka Konsep....................................................................................40
2.14 Hipotesis Penelitian.................................................................................40

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................41


3.1. Jenisa dan Rancangan Penelitian ............................................................41
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................41
3.2.1. Lokasi Penelitian............................................................................41
3.2.2. Waktu Penelitian............................................................................41
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian..............................................................42
3.3.1 Populasi Penelitian.........................................................................42
3.3.2 Sampel Penelitian...........................................................................43
3.3.3 Tehnik Pengambilan Sampel.........................................................44
3.4. Variabel dan Defenisi Operasional.........................................................46
3.5. Metode Pengumpulan Data.....................................................................47

x
3.5.1. Data Primer...................................................................................47
3.5.2. Data Sekunder...............................................................................47
3.6. Metode Analisa.......................................................................................47
3.6.1. Pengolahan Data............................................................................47
3.6.2. Analisa Data...................................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN............................................................................50
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................................50
4.2 Analisa Univariat.....................................................................................50
4.3 Analisa Bivariat.......................................................................................54
4.4 Analisa Multivariat..................................................................................56
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Lokasi Penelitian dengan Kunjungan Pasien Rawat Inap di
Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.............................................59
5.2 Hubungan Lingkungan dengan Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah
Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.............................................………61
5.3 Hubungan Lingkungan dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022........................................ 63
5.4 Hubungan Prilaku dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat Inap di
RS
Tiara Kasih sejati Sejak Tahun
2022..........................................................65
5.5 Faktor Yang Paling berpengaruh dengan rendahnya kunjungan Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.....................67
BAB VI KESIMPULAN
6.1

Kesimpulan ................................................................................................7
0
6.2 Saran ..........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................72

xi
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 KERANGKA TEORI ..............................................45
GAMBAR 2.2 KERANGKA KONSEP.....................................................46

xii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
Tabel 1.1 Data Statistik BOR.RS Tiara Kasih Sejati Tahun 2020-2021.......15
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu ........................................................42
Tabel 3.2 Kegiatan Penelitian........................................................................42
Tabel 3.4 Variabel dan Definisi Operasional.................................................46
Tabel 4.2.1 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Kognitif di RS
Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar Tahun 2022...........................56
Tabel 4.2.2 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Lingkungan di RS
Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar Tahun 2022 ..........................57
Tabel 4.2.3 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Prilaku di RS Tiara
Kasih Sejati Pematangsiantar Tahun 2022....................................57
Tabel 4.2.4 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Kunjungan Pasien
Rawat Inap di RS Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar .................58
Tabel 4.3.1 Hubungan Kognitif dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat
Inap di RS Tiara Kasih sejati Tahun 2022.....................................58
Tabel 4.3.2 Hubungan Lingkungan dengan Rendahnya Kunjungan Pasien
Rawat Inap di RS Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.........................59
Tabel 4.3.3 Hubungan Perilaku dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat
Inap Di RS Tiara Kasih Sejati........................................................60

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit adalah

institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Rumah sakit ini tidak hanya berfungsi untuk kegiatan kuratif

tetapi merupakan tempat untuk meningkatkan status kesehatan individu, sehingga

kualitas kesehatan dan hidup manusia Indonesia juga meningkat.

Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan

kesehatan yang sehari-hari melakukan kontak dengan pasien. Oleh karena itu

sebuah rumah sakit harus mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh

pasien sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Kelanggengan suatu rumah sakit salah satunya ditentukan dari banyaknya jumlah

pasien yang berkunjung ke rumah sakit untuk memperoleh jasa pelayanan

kesehatan, semakin meningkatnya jumlah kunjungan pasien maka semakin baik

keberadaan rumah sakit tersebut.

Berdasarkan data oleh Tim publikasi Katadata menurut riset Patients

Beyond Borders dalam kurun waktu 9 tahun , jumlah pasien Indonesia yang

berobat ke mancanegara melonjak hampir 100%. Malaysia dan Singapura menjadi

tujuan utama bagi medical tourist dari Indonesia. Selain itu, beberapa negara di

Asia Tenggara seperti Thailand, Singapura, dan Malaysia mulai memanfaatkan

peluang tersebut dengan menggarap wisata kesehatan. Adanya sektor wisata

1
kesehatan mendatangkan keuntungan sebesar 4,3 Miliar US$ bagi Thailand, dan

sekitar 3,5 Miliar US$ bagi Singapura. Bahkan, jumlah pasien dari luar negeri di

Thailand mencapai 2,5 juta pasien dan di Singapura mencapai 850 ribu pasien.

Indonesia juga menjadi kontributor terbesar pada sektor wisata kesehatan di luar

negeri. Rata-rata masyarakat Indonesia mengeluarkan 11,5 Miliar US$/tahun

untuk menjalani pengobatan di luar negeri.

Menurut analisa Katadata pada tahun 2019 beberapa faktor yang

mempengaruhi warga Indonesia memilih berobat keluar negeri meliputi Faktor

Psikologis yaitu : a) Kurangnya mutu pelayanan dan pengawasan Kesehatan b)

Problem Komunikasi Dokter dan Tenaga medis pembantu c ) Ketepatan

Diagnosis Faktor Lingkungan d) Kecanggihan teknologi dan obat obatan Faltor

Lingkungan meliputi e) Akomodasi rumah sakit luar negeri lebih menyenangkan

f) Reputasi rumah sakit yang telah mendunia g) Lebih murah .Faktor psikologis

dan faktor lingkungan merupakan bagian dari perilaku pasien dalam pengambilan

keputusan untuk berkunjung ke rumah sakit.

Menurut Albert Bandura, salah satu perancang teori social kognitif

mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga faktor

utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling

berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi

perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif

mempengaruhi perilaku. Faktor person Bandura tak punya kecenderungan

kognitif terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif

mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.

2
Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang

lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan

perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan

antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan.

Perilaku pasien diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan

kesehatan rawat inap di rumah sakit. Bila pengetahuan, kepercayaan pasien baik

terhadap rumah sakit, fasilitas beserta dukungan dari petugas kesehatan juga baik

maka tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pasien

menjadi baik maka pasien akan memanfaatkan pelayanan kesehatan, kondisi ini

dapat meningkatkan kunjungan pasien. Pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan dengan kebutuhan dan pemakai jasa kesehehatan akan

meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan

yang puas akan membuka peluang hubungan yang harmonis antara pemberi jasa

dan konsumen, memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas

pelanggan, dan membentuk rekomendasi yang menguntungkan pemberi jasa.

(Trimurthy, 2008)

Rumah sakit sebagai tempat pelayanan harus mendukung kelengkapan dan

kenyamanan pelayanan. Rumah sakit harus berusaha memberikan kesempatan

untuk mencapai dan memerlukan waktu yang relatif singkat dalam memberikan

pelayanan kesehatan. Pemberian pelayanan kesehatan dapat diberikan dengan

menyediakan dan memperhatikan tempat pendaftaran pasien, informasi bagi yang

akan menengok, tempat parkir dan petunjuk jalan yang jelas, serta perlu di

3
perhatikan kondisi tempat menunggu giliran pemeriksaan dari waktu tunggu akan

mempengaruhi kondisi kelelahan pasien dan kejenuhan pasien. (Sabarguna, 2004)

Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Terakreditasi sejak april 2018 dan mulai

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sejak Juni 2018.Dimana jumlah kunjungan

pada saat itu hanya mencapai rata rata 128 kunjungan pasien rawat inap setiap

bulannya dan hanya memiliki fasilitas rawat inap dengan Pelayanan spesialis

Penyakit Dalam , Spesialis Penyakit Anak , Spesialis Penyakit Bedah , Spesialis

Penyakit Syaraf, Spesialis Penyakit Paru , Pemeriksaan Penunjang Laboratorium

& Radiologi ( Foto thoraks )

Sejak Juni 2018 RS menambah fasilitas layanan Rawat Jalan dengan

layanan Poliklinik Anak, Polilinik Bedah , Poliklinik Obstetri & Ginekologi ,

Poliklinik Penyakit Dalam , Poliklinik Jantung, Poliklinik Paru , Poliklinik Syaraf

.Kemudian membuka ruang perawatan Intensif (ICU ) dan menambah fasilitas

pemeriksaan penunjang radiodiagnostik CT-Scan,dan jumlah tempat tidur pada

Tahun 2019 sebanyak 90 tempat tidur dan pada tahun 2021 menjadi 100 Tempat

Tidur dengan Fasilitas layanan mulai dari layanan Perawatan kamar VIP,

Perawatan Kelas I, Perawatan Kelas II dan Kelas III, Ruang Rawat ICU,

Perinatologi dengan jumlah incubator 18 boks.

Akan tetapi Selama tiga tahun terakhir yakni dari tahun 2019 sampai

tahun 2021terjadi fluktuasi jumlah kunjungan pasien di pelayanan rawat inap RS

Tiara Kasih Sejati. Pada tahun 2019 kunjungan pasien berjumlah 5.743

kunjungan, mengalami penurunan kunjungan pasien pada tahun 2020 menjadi

5.557 kunjungan , kemudian pada tahun 2021 naik menjadi 5.694. berdasarkan

4
standar pelayanan minimal rumah sakit kepuasan pasien hanya mencapai 60%

jauh dari standar pelayanan minimal yaitu ≥ 90%.Berdasarkan dari data tahunan

dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan pasien terbanyak adalah pasien JKN .

Disisi lain terdapat permasalahan pada alat alat kesehatan dimana masih ada

beberapa pemeriksaan yang belum tersedia di RS Tiara Kasih Sejati dan ruangan

rawat isolasi intensif sehingga kurang memberikan pelayanan maksimal kepada

masyarakat.Dari data responden yang di terima bahwa 58% pasien yang datang ke

RS Tiara Kasih Sejati baru mengetahui pertama kali rumah sakit setelah

mendapat rujukan dan akses untuk ke rumah akit tidak begitu paham .

Berdasarkan Sarafino & Smith (2011) hal yang paling terpenting yang harus

dimiliki oleh individu untuk dapat melaksanakan perilaku sehat adalah self-

efficacy. Seorang individu memerlukan cukup self-efficacy untuk melaksanakan

perubahan dalam hidupnya, tanpa self-efficacy, motivasi mereka untuk berubah

akan terhambat. Bandura (1998) mendefinisikan self-efficacy sebagai keyakinan

individu dalam mengatur dan melaksanakan program tindakan yang diperlukan

untuk menghasilkan tingkatan pencapaian tertentu. Self-efficacy mengatur

motivasi dengan menentukan tujuan yang orang tetapkan untuk diri mereka

sendiri, kekuatan komitmen merekadan hasil yang mereka harapkan dari usaha

yang telah mereka lakukan (Bandura, 1998). Semakin kuat self-efficacy dirasakan

dan ditanamkan, semakin besar orang-orang untuk mendapatkan dan

mempertahankan upaya yang diperlukan untuk mengadopsi, mempertahankan dan

meningkatkan perilaku kesehatan (Bandura, 1998).

5
Rumah Sakit Tiara selaku lokasi penelitian adalah salah satu rumah sakit

swasta yang terletak di Jl. Menambin No.4, Timbang Galung, Pematangsiantar,

Pematang Siantar, Sumatera Utara. Rumah Sakit ini dikategorikan sebagai Rumah

Sakit Kelas C dengan akreditasi sejak 10 April 2018. Rumah sakit ini dipilih

sebagai lokasi penelitian dikarenakan penulis bekerja di RS tersebut, sehingga

memudahkan untuk observasi dan pencarian data.

Berdasarkan data arsip, nilai indikator kinerja RS. Tiara Kasih Sejati pada

trimester terakhir tahun 2019 menunjukkan nilai BOR sebesar 42.3%, 44.12%,

47.91%. Angka LOS adalah 3, 3, 4 (hari) Angka TOI adalah 4, 6, 7 (hari).

Sementara angka BTO adalah 59, 43, 32 (kali). Dari data BOR yang diambil dari

data statistik sensus harian rawat inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati bahwa

persentase BOR rumah sakit mengalami penurunan dibawah angka standar.

Tabel 1.1 Data Statistik BOR RS. Tiara Kasih Sejati

Periode
Bulan Periode 2020
2021
Januari 40,64% 68,23%
Februari 44% 60,47%
Maret 44,26% 63,96%
April 53,62% 49,03%
Mei 48,13% 56,31%
Juni 44,88% 59,69%
Juli 44,88% 52,15%
Agustus 58,82% 33,61%
September 63,38% 42,66%
Oktober 74,85% 36,41%
November 75,39% 31.72%
Desember 68,45% 31,42%

6
Berdasarkan tabel di atas, nilai BOR yang berada di bawah nilai ideal 60%

di tahun 2020 ada pada bulan Januari 40,64 %, Februari 44%, Maret 44,26 %,

April 53,62 %, Mei 48,13 %, Juni 44,88 %, Juli 44,88 % dan bulan Agustus 58,82

%. Sedangkan di tahun 2021 ada pada bulan April 49,03 %, Mei 56,31 %, Juni

59,69 %, Juli 52,15 %, Agustus 33,61 %, September 42,66 % dan bulan Oktober

36,41 %, November 31,72% dan di Desember 31,42%.

Indikator BOR atau bed occupancy rate merupakan salah satu indikator

mutu rumah sakit pada instalasi rawat inap. Indikator BOR memberikan gambaran

tentang tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Nilai BOR yang ideal

adalah 60-85%. Rendahnya BOR menunjukkan bahwa keputusan pasien untuk

memanfaatkan rawat inap di Rumah Sakit masih rendah. Data BOR yang rendah

merupakan salah satu dasar manajemen untuk melakukan upaya peningkatan

efisiensi tempat tidur di rumah sakit dan sekaligus dapat digunakan untuk evaluasi

dan perencanaan sumber daya rumah sakit (Siyoto & Tule, 2019).

Rendahnya indikator kinerja BOR Rawat Inap di RS. Tiara Kasih Sejati

perlu untuk dianalisa dan dievaluasi agar bisa menghasilkan peningkatan kinerja

RS. Untuk analisa dan evaluasi ini digunakan Social Cognitive Theory (SCT)

yang sebelumnya dikenal sebagai Social Learning Theory (SLT). Kata sosial

mengacu pada asal-usul sosial pemikiran dan tindakan. Kognitif mengacu pada

kontribusi kausal proses berpikir terhadap motivasi, dampak, dan tindakan

manusia. Teori berarti bahwa model ini telah diuji secara empiris dapat

menjelaskan, menggambarkan, memprediksi, atau mengontrol perilaku. Social

Cognitive Theory berpendapat bahwa perilaku manusia adalah interaksi antara

7
ketiga dimensi faktor pribadi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan yang menjadi

pertimbangan dalam merancang intervensi pendidikan kesehatan dan promosi

kesehatan (Sharmam & Romas, 2012).

Berdasarkan data tersebut diatas merupakan hal penting yang berpengaruh

pada perilaku pasien dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu

untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat inap RS Tiara Kasih

Sejati Kota Pematangsiantar sangat relevan untuk diteliti.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, masalah permumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah Pribadi /Kognitif masyarakat (pasien) berpengaruh terhadap

rendahnya kunjungan pasien rawat inap di RS Tiara Kasih sejati?

2. Apakah Lingkungan masyarakat (pasien) berpengaruh terhadap rendahnya

kunjungan pasien rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati?

3. Apakah Prilaku masyarakat (pasien) berpengaruh terhadap rendahnya

kunjungan pasien rawat inap di RS Tiara Kasih sejati?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku masyarakat terhadap rendahnya

kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh Pribadi/ Kognitif terhadap rendahnya

8
kunjungan pasien rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati

2. Untuk mengetahui pengaruh Lingkungan terhadap rendahnya kunjungan

pasien rawat inap di RS Tiara Kasih sejati

3. Untuk mengetahui pengaruh Perilaku terhadap rendahnya kunjungan pasien

rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati.

4. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya

kunjungan pasien rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi manajemen RS Tiara Kasih Sejati

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi

bagi perbaikan dan penyusunan administrasi rumah sakit dalam

menjalankan fungsi manajemen pelayanan melakukan riset pemasaran agar

pihak rs mengetahui komdisi harapan pasien serta melakukan evaluasi setiap

6 bulan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien, menciptakan

kondisi lingkungan pelayanan rawat inap yang nyaman bagi pasien , agar

mendukung perbaikan kondisi mental pasien dalam mencapai kesembuhan

selama di rawat di rs tiara kasih sejati, mampu memberikan edukasi dan

penyampaian informasi (tekhnik komunikasi efektif) dengan jelas sesuai

tingkat pemahaman pasien,agar tujuan dalam pemberian pelayanan dapat

diterima oleh pasien serta memberikan kepuasan dan kepercayaan pada

pasien,Melakukan pemasaran secara langsung dan tidak langsung kepada

masyarakat dalam promosi pelayanan kesehatan kepada masyarakat,

9
Melaksanakan standar pelayanan sesuai dengan sop untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kepada pasien.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan perbandingan penelitian lain yang belum dikaji dalam

penelitian ini serta memberikan kontribusi terhadap masalah penelitian

selanjutnya sekaligus menambah variabel yang terkait dengan penelitian.

3. Bagi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Sebagai masukan bagi institut kesehatan medistra lubuk pakam untuk dapat

dijadikan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

Rumah sakit adalah suatu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yang

merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan. Perubahan perubahan

yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal rumah sakit menyebabkan

manajer rumah sakit harus mengubah paradigma atau cara pandang bahwa rumah

sakit sekarang ini berkembang menjadi suatu industri jasa yang tidak bisa

meninggalkan aspek komersial disamping peran sosialnya.

Meningkatnya teknologi kedokteran dengan komponen- komponen lainnya

memaksa manajer rumah sakit harus berpikir dan berusaha secara sosial ekonomi

dalam mengelola rumah sakitnya. Pengelolaan rumah sakit yang padat karya dan

padat teknologi meliputi pengelolaan pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat

darurat, pelayanan intensif, farmasi, gizi, administrasi keuangan, rekam medis dll.

Pelayanan kesehatan pasien rawat inap kini merupakan salah satu

pelayanan yang menjadi perhatian utama rumah sakit di seluruh dunia. Hal ini

dikarenakan kecenderungan masyarakat mencari upaya pelayanan pengobatan

yang tepat penanganan dan tepat diagnosa dan pada hari itupula memperoleh

pelayanan yang lengkap . Oleh sebab itu para manajemen rumah sakit menyadari

bahwa menetapkan sebuah posisi yang kuat dalam pasar rawat inap adalah penting

11
demi kelangsungan hidup organisasi rumah sakit. Di dalam masa peralihan ini

menempatkan manajer rawat inap sebagai bagian essensial dari keseluruhan bisnis

pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dengan demikian, para manajer rawat inap

harus mampu mendeferensiasikan harapan dan kebutuhan pelanggan agar dapat

merebut hati para pelanggannya.

Salah satu cara utama mendiferensiasikan jasa kesehatan adalah

memberikan pelayanan kesehatan yang dapat memenuhi atau melebihi harapan

pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang diberikan. Setelah menerima

jasa pelayanan kesehatan maka pasien akan membandingkan jasa yang diterima

dengan yang diharapkan, jika mendapatkan jasa sesuai bahkan lebih dari yang

diharapkan mereka akan menggunakan lagi tapi bila tidak sesuai dengan yang

diharapkan maka pasien tidak akan berminat memanfaatkan lagi.

2.1.1 Bentuk Pelayanan Rumah Sakit

Menurut Milton Roemer & Friedman yang dikutip oleh Aditama,T.Y.,

(2002) menyatakan bahwa rumah sakit seharusnya mempunyai lima fungsi,

yakni : (1) Harus ada pelayanan rawat inap dengan fasilitas diagnostik dan

terapeutiknya, (2) Rumah sakit harus memilki pelayanan rawat jalan, (3) Rumah

sakit mempunyai tugasuntuk pendidikan dan latihan, (4) Rumah sakit melakukan

penelitian di bidang kedokteran dan kesehatan, (5) Rumah sakit mempunyai tugas

dan tanggung jawab untuk program penyakit dan penyuluhan kesehatan bagi

populasi di sekitarnya.

12
Berdasarkan temuan Achmad Hardiman (2003), sistem pelayanan kesehatan

di Indonesia belum baik. Rumah sakit belum mampu menjamin mutu pelayanan

kesehatan, misalnya dokter sering terlambat datang, pasien harus menunggu lama

untuk mendapat pelayanan, belum menyediakan ruang tunggu yang nyaman,

belum ada kontinuitas pelayanan, belum bisa menjamin waktu penyerahan obat

serta belum mampu membuat sistem peresepan on line lewat komputer. Masih

banyak rumah sakit yang belum consumer oriented, belum memberikan

kemudahan akses pelayanan bagi pasien.

Dalam perkembangannya, pelayanan rumah sakit tidak terlepas dari

pembangunan ekonomi masyarakat. Perkembangan ini tercermin pada perubahan

fungsi klasik rumah sakit yang pada awalnya hanya memberi pelayanan yang

bersifat penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap. Pelayanan

rumah sakit kemudian bergeser karena kemajuan ilmu pengetahuan khususnya

tekhnologi kedokteran, peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini tidak hanya bersifat penyembuhan

(kuratif) tetapi juga bersifat pemulihan (rehabilitatif). Keduanya dilaksanakan

secara terpadu melalui upaya promosi kesehatan(promotif) dan pencegahan

(preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan kesehatan rumah sakit bukan

hanya untuk individu pasien, tetapi juga berkembang untuk keluarga pasien dan

masyarakat umum. Fokus perhatiannya memang pasien yang datang atau yang

dirawat sebagai individu dan bagian dari keluarga. Atas dasar sikap seperti itu,

pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan yang

paripurna (komprehensif dan holistik) (Muninjaya, 2004).

13
Pelayanan rumah sakit di Indonesia saat ini sudah bersifat padat modal,

padat karya, dan padat teknologi dalam menghadapi persaingan global. Dalam hal

rujukan medik, rumah sakit juga di andalkan untuk memberikan pengayoman

medik (pusat rujukan) untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya.

Sifat pengayoman sangat erat kaitannya dengan klasifikasi rumah sakit.

Ada empat jenis rumah sakit berdasarkan klasifikasi perumah sakitan di

Indonesia yaitu kelas A, B, C dan D. Kelas rumah sakit yang lebih tinggi A

mengayomi kelas rumah sakit yang lebih rendah dan mempunyai pengayoman

wilayah yang lebih luas. Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan

yaitu sistem rujukan kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif

seperti bantuan tekhnologi, bantuan sarana dan oprasionalnya) dan rujukan medik

(berkaitan dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif).

2.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria,yakni :


a. Kepemilikan

Kepemilikan ini mencakup kepemilikan pemerintah pusat, pemerintah

daerah, militer, dan BUMN;

b. Jenis pelayanan

Jenis pelayanan meliputi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus;

c. Lama tinggal

14
Lamanya tinggal di rumah sakit terdiri dari : rumah sakit perawatan jangka

pendek, yakni kurang dari 30 hari, dan rumah sakit perawatan jangka

panjang yakni lebih dari 30 hari;

d. Kapasitas tempat

Kapasitas tempat tidur ini rumah sakit dikelompokan berdasarkan jumlah

tempat tidurnya, yakni kurang dari 50 tempat tidur, 50-99 tempat tidur, 209-299

tempat tidur, 300-399 tempat tidur, dan 500 tempat tidur atau lebih;

e. Afiliasi pendidikan

Pengelompokan berdasarkan afiliasi pendidikan meliputi: rumah sakit

pendidikan dan rumah sakit non pendidikan;

f. Status akreditasi

Pengelompokan ini rumah sakit didasarkan status terakreditasi, meliputi

rumah sakit terakreditasi dan rumah sakit belum terakreditasi.

Klasifikasi rumah sakit umum pemerintah, meliputi :

a. Rumah Sakit Umum Kalas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas. Oleh pemerintah,

rumah sakit kelas A ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan

tertinggi (top referral hospital) atau disebut pula rumah sakit pusat.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan

rumah sakit kelas B didirikan di setiap Ibu Kota Provinsi yang menampung

pelayanan rujukan dari rumah sakit Kabupaten. Rumah Sakit pendidikan

15
yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas

B.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan

pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam

pelayanan spesialis ini disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,

pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak serta pelayanan kebidanan dan

kandungan. Direncanakan rumah sakit kelas C ini akan didirikan di setiap

Ibu Kota Kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi

karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada

saat ini kemampuan rumah sakit kelas D hanyalah memberikan pelayanan

kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit

kelas C, rumah sakit kelas D ini juga menampung pelayanan rujukan yang

berasal dari Puskesmas.

e. Rumah Sakit Umum Kelas E adalah rumah sakit khusus (special

hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran

saja. Pada saat ini banyak rumah sakit kelas E yang telah ditemukan.

Misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit

kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya

yang seperti ini.

Klasifikasi rumah sakit umum swasta, mengacu pada Surat Keputusan

Menteri Kesehatan R.I.Nomor : 806b/Menkes/SK/XII/1987, yaitu :

16
a. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, memberi pelayanan medik bersifat

umum;

b. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, memberi pelayanan medik bersifat

umum dan spesialis dalam 4 cabang;

c. Rumah Sakit Umum Utama, memberi pelayanan medik bersifat umum

spesialis dan sub spesialis.

Dalam Dainur (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan antara

lain :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik dan menjadikan kunjungan

bagi masyarakat sebagai suatu hal yang wajib demi kesehatan keluarga dan

diri sendiri.

b. Memberikan perhatian kepada setiap pengunjung, biasanya makin banyak

pengunjung maka makin kurang perhatian petugas kesehatan kepada

seseorang.

c. Memberi penghargaan atau puji-pujian kepada pengunjung yang rajin

datang dan menuruti nasehat-nasehat petugas kesehatan.

d. Menghindari mencela atau menyalahkan pengunjung apabila ada hal-hal

yang mungkin kurang kita ingin dari perilaku mereka dalam menjaga

kesehatannya.

Banyak faktor yang berperan dalam kunjungan ke rumah sakit. Faktor-faktor

tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari rumah sakit

yaitu : masalah tenaga, sikap petugas, program pelayanan, fasilitas yang tersedia,

letak rumah sakit, sumber daya yang tersedia dan faktor yang berasal dari

17
masyarakat yaitu : pendidikan, pengetahuan, pendapatan, budaya, jarak dan

waktu.

2.2. Kesehatan

2.2.1. Definisi Kesehatan

Kesehatan adalah perasaan sejahtera, merasa baik, tidak sakit, dan jika

sakit, cepat sembuh. kesehatan adalah masalah moral; yaitu, penyakit adalah

akibat dari seseorang yang telah melakukan sesuatu yang dinilai buruk atau salah.

Sementara bagi orang umum kesehatan berarti melakukan apa yang ingin kita

lakukan dengan sedikit atau tanpa rasa sakit. Definisi kesehatan awalnya terbatas

pada "tidak adanya penyakit." Sementara sekarang ini definisi kesehatan juga

mencakup faktor-faktor lain, seperti gaya hidup, susunan genetik, dan lingkungan.

Definisi kesehatan yang paling sering dikutip adaah definisi WHO tahun 1948

(WHO) yaitu “Keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh dan tidak

hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.” Definisi WHO 1948 ini

mendefinisikan kesehatan lebih sebagai keadaan holistik yang bersifat

multidimensi dan dipengaruhi oleh banyak faktor (Beale, 2017).

Dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan 1986, WHO memperluas

definisi kesehatan sebagai "sumber daya untuk kehidupan sehari-hari, bukan

tujuan hidup. Kesehatan adalah konsep positif yang menekankan sumber daya

sosial dan pribadi, serta kapasitas fisik." Definisi ini bermakna bahwa kesehatan

bukan hanya keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial tetapi juga

kemampuan untuk mengembangkan sumber daya pribadi dan sosial yang

diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan seseorang.Kesehatan

18
membantu kita berfungsi sehari-hari, mencapai tujuan kita, dan aktif dalam

kegiatan keluarga, masyarakat, sekolah, dan pekerjaan. Definisi WHO tahun 1948

dan 1986 mengakui kesehatan sebagai kondisi holistik. Namun, ada perbedaan

budaya, usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi yang membuat sulit

menetapkan definisi universal tentang kesehatan (Beale, 2017).

2.2.2. Kesehatan Fisik dan Kesehatan Mental

Terdapat dua aspek kesehatan, yaitu kesehatan fisik (tubuh) dan kesehatan

mental (pikiran). Kesehatan fisik atau kesejahteraan fisik berkaitan dengan tubuh

dan terkait dengan kebugaran fisik karena pilihan olahraga, nutrisi, tidur, dan

relaksasi yang sehat. Kebugaran berkontribusi pada kesehatan fisik dan

mencerminkan daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, fleksibilitas, dan

komposisi tubuh. Kontributor lain kesehatan fisik adalah berat badan yang sesuai,

perilaku seksual yang bertanggung jawab, dan kebersihan (Beale, 2017).

Kesehatan atau kesejahteraan mental adalah kesejahteraan intelektual dan

emosional. Kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan

sosial yang mempengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertindak seseorang.

Kesehatan mental juga membantu menentukan bagaimana seseorang menangani

stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan. Kesehatan mental

penting pada setiap tahap kehidupan, dari masa kanak-kanak dan remaja hingga

dewasa. Kesehatan mental juga mencakup kemampuan untuk menikmati hidup,

bangkit kembali dari peristiwa yang membuat stres, mencapai keseimbangan,

fleksibel, dan merasa aman (Beale, 2017).

19
2.3. Perilaku Kesehatann

2.3.1. Definisi Perilaku Kesehatan

Menurut World Health Organization (WHO) sehat keadaan sempurna

meliputi sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, dan spiritual. Menurut

UndangUndang Nomor 23 Tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Secara luas sehat berarti suatu keadaan dinamis di mana individu dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan internal (seperti psikologis,

intelektual, spiritual dan penyakit) dan lingkungan eksternal (seperti lingkungan

fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya (Saam &

Wahyuni, 2012).

Menurut Bandura Sehat adalah Regulasi diri (Kemampuan mengontrol

perilaku sendiri ) ialah salah satu dari sekian penggerak utama kepribadian

manusia.Tiga tahap yamg terjadi dalam proses regulasi diri yaitu :

a. Pengamatan diri yakni melihat diri sendiri beserta oerilakunya secara terus

mengawasi

b. Penilaian yakni membandingkan apa yang dilihat pada diri dan perilaku

dengan standar ukuran tertentu

c. Respon diri yakni proses memberi imbalan pada diri sendiri setelah berhasil

melakukan penilaian sebagai respon terhadap diri sendiri.

Albert Bandura melalui Teori Pembelajaran Sosial menjelaskan bahwa

perilaku manusia dalam hal interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara

kognitif, perilaku dan perilaku lingkungan .Orang belajar melalui pengamatan

20
perilaku orang lain, sikap dan hasil dari perilaku tersebut “Kebanyakan perilaku

manusia dipelajari obervasional melalui pemodelan yaitu dari mengamati orang

lain .Kemudian hasilnya berfungsi sebagai panduan untuk bertindak “

Mengembangkan perilaku sehat ini perlu dimulai dari lingkungan terkecil

yaitu keluarga dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Jika pada usia dini anak-

anak telah diajarkan dan dibiasakan berperilaku hidup sehat maka akan

mempermudah dalam penerapan selanjutnya. Yang menjadi permasalahan

selanjutnya adalah bagaimana cara mengajarkan pola perilaku hidup sehat sejak

dini sampai dewasa.

Menurut Bandura peniruan sebenarnya terjadi sepanjang hidup, sejak anak-

anak sampai menjelang meninggal. Manusia secara sadar atau tidak sadar akan

cenderung meniru pola-pola perilaku orang lain yang terjadi di sekitarnya. Bahkan

menurut Baron dan Byrne (1987), sejak usia awal, bayi secara naluriah akan

menirukan apa saja yang dilakukan oleh pengasuh utamanya, ibu seperti

bagaimana mengekspresikan emosinya. Oleh karena itu, pendekatan belajar sosial

ini dapat diterapkan dalam menciptakan dan mengembangkan perilaku sehat.

2.3.2 Faktor Penentu Perilaku Kesehatan

Perilaku individu ditentukan oleh banyak faktor .Albert Bandura

mengembangkan model deterministik resiprokal yang terdiri dari dari 3 Faktor

utama yaitu :

1. Faktor Perilaku

2. Faktor Personal / Kogntif

3. Faktor Lingkungan

21
Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran , Faktor

Pribadi/Kognitif mempengaruhi lingkungan , perilaku mempengaruhi

lingkungan, Faktor Person / Kogntif mempengaruhi perilaku.Faktor person

Bandura tidak mempunyai kecenderungan kognitif terutama pembawaan

personalitas dan temperamen. Faktor Kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan ,

strategi pemikiran dan Pengetahuan.

Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan

moral ditekankan pada perlunya conditioning(pembiasaan merespon ) dan

imitation (peniruan ).

2.4 Social Cognitive Theory

Teori kognitif sosial (Social Cognitive Theory/ SCT) adalah teori yang

sering digunakan oleh penyedia layanan kesehatan. Gambaran umum teori SCT

terbatas pada konstruksi kunci yang dikembangkan oleh Albert Bandura pada

awal 1960-an. SCT, juga dikenal sebagai teori pembelajaran sosial atau teori

pengaruh sosial yang mengkaji bagaimana perilaku dipelajari, dipertahankan, dan

diubah dari waktu ke waktu . Fokusnya adalah pada kognisi seseorang—

pemikiran, emosi, dan perilakunya(Bale, 2017). SCT menggambarkan proses tiga

arah yang interaktif, dinamis, dan berkelanjutan antara tiga faktor yaitu:

1. Faktor pribadi, ekspektasi, keyakinan , strategi pemikiran dan Pengetahuan.

2. Faktor lingkungan, persepsi lingkungan fisik termasuk pengaruh sosial,

seperti orang yang dicintai dan keluarga, dan pengaruh fisik, seperti polusi

dan perumahan

3. Faktor perilaku manusia, seperti pilihan gaya hidup pribadi(Bale, 2017).

22
Dalam teorinya , Bandura menekankan dua hal penting yang sangat

mempengaruhi perilaku manusia yaitu pembelajaran obeservasional (modelling )

yang lebih dikenal dengan Teori Pembelajaran sosial dan regulasi diri.

Beberapa tahapan yang terjadi dalam proses modelling :

1. Atensi (perhatian )

Individu dapat belajar melalui observasi apabila ada model yang dihadirkan

secara langsung ataupun tidak langsung, dan secara akurat ada aspek-aspek yang

relevan dengan aktivitas model. Respon yang baru dapat dipelajari dengan cara

melihat, mendengarkan dan memperhatikan orang lain, maka perhatian dalam hal

ini menjadi sangat penting. Namun seperti yang kita ketahui tidak semua model

yang dihadirkan akan mendapatkan perhatian dari individu. Oleh karena itu,

supaya dapat mengamati dan belajar dari model maka perlu diarahkan dan

ditingkatkan perhatiaannya. Cara yang dipakai tidak selalu sama untuk semua

orang, misalnya anak-anak berbeda dari orang dewasa dalam mengarahkan

perhatian. Namun secara umum untuk meningkatkan perhatian dapat digunakan

reward dan penonjolan pada kualitas model misalnya model mempunyai daya

tarik tertentu.

Selain itu agar aktivitas model dapat diperhatikan perlu beberapa strategi

antara lain, penekanan pada keistimewaan perilaku, ucapan- ucapan yang

menyertai model pada aspek yang pokok dan strateginya, penjabaran aktivitas

yang umum menjadi lebih spesifik dan latihan awal untuk mendeteksi bagian-

bagian yang sulit. Sebagai contoh apabila mengajarkan anak supaya selalu

menggosok gigi dapat dilakukan dengan menawarkan sikat gigi yang menarik,

23
pasta gigi yang tidak selalu pedas, model benar-benar giginya sehat, putih dan

sebagainya.

2. Retensi (ingatan )

Setelah aktivitas model diobservasi langkah selanjutnya adalah proses encoding

dalam bentuk visual dan atau verbal symbol. Informasi yang diperoleh ini

selanjutnya akan disimpan di memori dalam short-term memory ataupun long-

term memory. Namun sebenarnya tidak semua informasi dari model akan

disimpan oleh individu, jika individu tidak berminat dan tidak perhatian biasanya

informasi akan segera dilupakan. Informasi yang diterima akan lebih efektif jika

disampaikan model secara visual ataupun verbal, tetapi untuk tahap

perkembangan awal (anak-anak) informasi secara visual ternyata lebih baik

mengingat perkembangan verbal anak-anak memang belum sempurna. Informasi

yang sudah disimpan itu akan sangat membantu individu apabila sering diulang

dengan latihan.

3. Reproduksi

· Apa yang telah disimpan dalam memori perlu diujudkan dalam bentuk

aktivitas. Di sini feedback dapat diberikan untuk mengoreksi imitasi perilaku

sehingga dapat dilakukan penyesuaian. Dalam proses ini diperlukan syarat-syarat

tertentu agar aktivitas dapat terwujud, yaitu:

 Individu mempunyai komponen skill yang mendukung terwujudnya

aktivitas yang telah diamati

 Individu mempunyai kapasitas fisik untuk melakukan koordinasi aktivitas

tersebut.

24
 Hasil dari koordinasi ini dapat diamati.

Seperti contoh mengajarkan anak menggosok gigi, anak memang mampu

mengembangkan tangannya untuk melakukan koordinasi gerakan naik, turun,

memegang sikat gigi secara benar dan dapat mudah melihat aktivitas tersebut.

4. Motivasi

Menurut Bandura ada beberapa jenis motivasi yaitu :

a. Dorongan masa lalu yaitu dorongan dorongan sebagaimana uyang dimaksud

kaum behavioris tradisional

b. Dorongan yang dijanjikan (insentif) yaitu yang bisa kita bayangkan

c. Diringan dorongan yang kentara yaitu seperti melihat atau teringat akan

model model yang patutu ditiru.

Regulasi diri (Kemampuan mengotrol perilaku sendiri ) ialah salah satu dari

sekian penggerak utama kepribadian manusia. Tiga tahapan yang terjadi dalam

proses regulasi diri yakni :

a. Pengamatan yakni melihat diri sendiri beserta perilakunya serta terus

mengawasi

b. Penilaian yakni membandingkan apa yang dilihat pada diri dan perilaku

dengan standar ukuran tertentu

c. Respon diri yakni proses memberi imbalan pada diri sendiri setelah berhasil

melakukan penilaian sebagai respon terhadap diri sendiri.

Menurut SCT, seseorang dapat mengubah perilaku kesehatannya dengan

tiga elemen yaitu: Behavioral capability, Self-efficacy dan Outcome expectations

(Bale, 2017).

25
Behavioral capability atau Kemampuan perilaku adalah kemampuan

untuk mengubah perilaku kesehatan: Seseorang mengetahui apa yang harus

dilakukan dan bagaimana melakukannya sebagai pengetahuan dan keterampilan

yang dibutuhkan untuk melakukan perilaku kesehatan tertentu. Pengetahuan

tentang risiko dan manfaat kesehatan adalah sinyal untuk perubahan, namun, jika

seorang tidak memiliki pengetahuan maka hanya akan terbentuk sedikit motivasi

untuk mengembangkan keterampilan untuk mewujudkan perubahan perilaku

kesehatan.

Self efficacy adalah rasa percaya diri pada kemampuan seseorang untuk

mengubah perilaku. Jika seseorang memiliki tingkat efikasi diri yang rendah,

maka dia tidak akan termotivasi untuk berubah, sementara dengan tingkat efikasi

diri yang tinggi, seseorang dapat mengubah perilaku kesehatan bahkan ketika

menghadapi hambatan dalam mewujudkan perubahan tersebut.Efikasi diri

seseorang tergantung pada perilaku kesehatan tertentu, contohnya adalah rasa

efikasi diri yang kuat saat berolahraga dan efikasi diri rendah saat mencoba

mengendalikan kebiasaan merokok. Seseorang selalu dapat meningkatkan efikasi

dirinya melalui pengembangan keterampilan, mengamati perilaku orang lain,

umpan balik dan dorongan dari orang lain, coping kecemasan terkait dengan

perubahan perilaku tersebut (Bale, 2017).

Outcome expectation atau ekspektasi hasil adalah harapan seseorang

karena terlibat dalam perilaku kesehatan tertentu. Ada tiga jenis hasil yang

diharapkan yaitu:

26
1. Fisik: hasil positif (kesenangan) dan negatif (sakit)

2. Sosial: reaksi dari orang lain tentang perilaku (persetujuan dan

ketidaksetujuan)

3. Evaluasi diri: reaksi positif dan negatif orang tersebut terhadap perilaku dan

status kesehatannya (Bale, 2017).

Pembelajaran observasional yaitu belajar dengan mengamati perilaku

(modeling) merupakan konstruk penting dari SCT. Pembelajaran observasional

adalah belajar melalui pengalaman orang lain, bukan hanya dengan pengalaman

sendiri. Seseorang mengamati perilaku orang lain dan mengamati hasil positif

yang orang lain capai, kemudian terlibat dalam perilaku itu dengan tujuan

mencapai hasil positif yang sama. konstruksi kunci lain dalam SCT adalah

lingkungan sebagai tempat pembelajaran observasional terjadi. Lingkungan

memberikan kesempatan bagi seseorang untuk mengamati perilaku orang lain dan

mempelajari konsekuensi dari perilaku tersebut(Bale, 2017).

Ketika seseorang mengubah perilaku kesehatannya, penguatan

meningkatkan atau menurunkan kemungkinan mengulangi perilaku tersebut.

Penguatan atau penghargaan positif meningkatkan peluang seseorang untuk

mengulangi perilaku sementara penguatan atau hukuman negatif dapat

meningkatkan kemungkinan perilaku berulang dengan stimulus negatif. Misalnya

bunyi alarm di dalam mobil (stimulus negatif) mengingatkan pengemudi untuk

memasang sabuk pengaman mereka.Penguatan bisa bersifat internal atau

eksternal. Penguatan internal adalah hal-hal yang dilakukan orang untuk

menghargai diri mereka sendiri, seperti membeli baju baru ketika berat badan

27
mereka turun. Penguatan eksternal contohnya adalah pujian, uang, atau hadiah

yang diberikan orang lain mendorong mengubah perilaku mereka (Bale, 2017).

2.5 Minat dan Kunjungan ke Fasilitas Kesehatan

Minat dan kunjungan ke fasilitas kesehatan adalah salah satu dari perilaku

konsumen layanan kesehatan. Perilaku konsumen adalah keseluruhan keputusan

konsument terkait dengan mendapatkan, mengkonsumsi dan membuang barang,

jasa, aktifitas, pengalaman, orang dan gagasan oleh unit pembuat keputusan pada

manusia (Hoyer, MacInnis&Pieters, 2013).

Minat kunjungan ulang adalah niat yang dimiliki pengunjung

untukmengunjungi suatu tempat dalam kurun waktu tertentu dan kesediaanmereka

untuk sering melakukan kunjungan kembali ke tempattersebut. Minat berkunjung

kembaliadalah perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek.

Minatberkunjung kembali menunjukkan keinginan untuk melakukankunjungan

kembali untuk waktu yang akan datang. Minat kunjungan ulang merupakan

suatukeadaan untuk menggunakan kembali pelayanan disebabkan

kepuasanterhadap pelayanan yang diperoleh sebelumnya (Yuniarti, 2021)

menggunakan suatu jasa atau produk tersebut di kemudian hari.

2.6. Rumah Sakit

2.6.1. Definisi Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

340/MENKES/PER/III/2010 “Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan

peorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan

dan gawat darurat”. Sedangkan pengertian rumah Rumah sakit menurut Peraturan

28
Menteri Kesehatan Republik Idonesia No.1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang

persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa “Rumah sakit

merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit

maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”.

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

2.6.2. Tujuan Rumah Sakit

Tujuan Rumah Sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor

44 tahun 2009 tentang rumah sakit adalah:

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,

lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.

4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya

manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.

2.7. Indikator KinerjaRumah Sakit

2.7.1 BOR

29
BOR (Bed occupancy rate) merupakan persentase pemakaian tempat tidur

pada periode tertentu (Depkes RI,2005, Kementerian Kesehatan 2011). BOR

adalah the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period

under considerration (Huffman, 1994). Parameter ini digunakan untuk melihat

tinggi rendahnya penggunaan tempat tidur di rumah sakit (Hatta,2013).

Semakin tinggi nilai BOR maka semakin tinggi pula tingkat pemakaian

tempat tidur, sebaliknya apabila nilai BOR rendah, maka tingkat pemakaian

tempat tidur rumah sakit rendah. Indikator ini merupakan gambaran untuk

mengetahui pemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Indikator-indikator pelayanan rawat inap ini sumber data diambil dari

sensus harian rawat inap. Ada beberapa parameter selain BOR untuk menilai

efisiensi rumah sakit LOS, TOI BTO, GDR, NDR. Standar ideal menurut Barry

Barber dan David Johnson untuk BOR adalah 70 – 85%, LOS adalah 3 – 12 hari,

TOI adalah 1 – 3 hari, BTO minimal 30 kali. Berikut ini rumus indikator

pelayanan rawat inap di rumah sakit:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑢 𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


Rumus BOR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒
x 100%

2.7.2. AVLOS (Average Length of Stay)

AVLOS adalah the average hospitalization stay of inpatient discharged

during the period under consideration (Huffman. 1994). AVLOS adalah rata-rata

lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga

dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis

30
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara

umum nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI. 2005, Kementerian

Kesehatan 2011).

Jumlahlamadirawat
Rumus AVLOS =
Jumlahpasienkeluar ( hidup+ mati)

2.7.3. TOI (Turn Over Interval) = Tenggang perputaran tempat tidur

TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah

diisi ke saat terisi berikutnya (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).

Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.

Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari (Depkes RI. 2005,

Kementerian Kesehatan 2011).

(JumlahtempattidurXPeriode) – Hariperawatan
Rumus TOI =
Jumlahpasienkeluar (hidup+ mati)

2.7.4. BTO (Bed Turn Over) = Angka perputaran tempat tidur

BTO adalah the net effect of changed in occupancy rate and length of stay

(Huffman. 1994). BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu

periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu

(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).Idealnya dalam satu tahun,

satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali (Depkes RI. 2005, Kementerian

Kesehatan 2011).

Jumlah pasien keluar (hidup + mati )


Rumus BTO = Jumlah tempat tidur

2.7.5. NDR (Net Death Rate)

31
NDR adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000

penderita keluar (Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011). Indikator ini

memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per

1000 (Kementerian Kesehatan 2011)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 > 48 𝑗𝑎𝑚
Rumus NDR = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝 + 𝑚𝑎𝑡𝑖 )
𝑋 1000 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑖𝑙

2.7.6. GDR (Gross Death Rate)

GDR adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar

(Depkes RI. 2005, Kementerian Kesehatan 2011).Nilai seyogyanya tidak lebih

dari 45 per 1000 penderita keluar (Kementerian Kesehatan 2011)

Jumlah pasien mati seluruhnya


Rumus GDR = Jumlah pasien keluar (hidup + mati
X 1000 permil

2.8 Pasien

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran, pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah

kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik

secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. Sementara

menurut kamus kesehatan Kementrian Kesehatan, pasien atau penderita adalah

Orang sakit/orang yang menjalani pengobatan untuk kesembuhan penyakitnya

(Kemkes.go.id, 2022). Dalam Kamus Kesehatan (Astari&Triana, 2018) pasien

32
didefinisikan sebagai seorang individu yang mencari atau menerima perawatan

medis.

2.9. Rawat Inap

Instalasi rawat inap adalah unit pelayanan non struktural yang menyediakan

fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan yang

meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan dan rehabilitasi medik.

Pada instalasi rawat inap pasien mendapatkan pemeliharaan kesehatan rumah sakit

dengan cara tinggal mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari

pelaksanaan pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksanaan pelayanan

kesehatan lain. Pelayanan rawat inap ditujukan untuk penderita atau pasien yang

memerlukan asuhan keperawatan secara terus menerus (Continous Nursing Care)

hingga terjadi penyembuhan(Zendrato, 2017).

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang

terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi

pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu

perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Rawat inap adalah

pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, pengobatan,

keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana

kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan rumah

bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami

tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien

dinyatakan boleh pulang (Zendrato, 2017).

33
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tanggal 28

Oktober 2009 tentang Rumah Sakit menyebutkan bahwa rawat inap terdiri dari 6

ruangan perawatan yaitu:

1. Unit Ruangan Perawatan Umum

2. Unit Ruangan Perawatan Penyakit Dalam

3. Unit Ruangan Perawatan Bedah

4. Unit Ruangan Perawatan Obstetri Ginekologi

5. Unit Ruangan Perawatan Bayi

6. Unit Ruangan Perawatan Pediatri

2.10. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan paling erat hubungannya dengan kapan

seseorang memerlukan pelayanan kesehatan dan seberapa jauh pelayanan

efektifitas pelayanan tersebut. Bila berbicara kapan memerlukan pelayanan

kesehatan, umumnya semua orang akan menjawab bila merasa adanya ganguan

pada kesehatan (sakit). Seseorang tidak pernah akan tahu kapan sakit, dan tidak

seorang pun dapat menjawab dengan pasti. Hal ini memberi informasi bahwa

konsumen pelayanan kesehatan selalu dihadapkan dengan masalah ketidakpastian

(Azwar, 1996).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan menurut

(Kepmenkes, 2010) dapat disebabkan oleh:

1. Jarak yang jauh (faktor geografi).

2. Tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas (faktor informasi).

3. Biaya yang tidak terjangkau (faktor ekonomi).

34
4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas (faktor budaya).

Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

1. Keterjangkauan lokasi tempat pelayanan

Tempat pelayanan yang tidak strategis sulit dicapai, menyebabkan

berkurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta Jamkesmas.

2. Jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia

Jenis dan kualitas pelayanan yang kurang memadai menyebabkan rendahnya

akses peserta Jamkesmas terhadap pelayanan kesehatan.

3. Keterjangkauan informasi

Informasi yang kurang menyebabkan rendahnya penggunaan pelayanan

kesehatan yang ada. Demand (permintaan) adalah pernyataan dari

kebutuhan yang dirasakan yang dinyatakan melalui keinginan dan

kemampuan membayar.

2.11. Keaslian Penelitian

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu

Peneliti,
Tahun, Judul Variabel Metode
No Hasil
Penelitian, Penelitian Penelitian
Penerbit
1 Hapsah Amir. Kualitas Metode kualitatif Hasil penelitian
(2016). pelayanan deskriptifdengan menunjukkan
Analisis Rawat Inap 25 informan bahwa kualitas
Kualitas pasienkeluarga pelayanan
Pelayanan rawat inap, rawatinap di
Rawat Inap di petugas RSUD cukup
RSUD Kb. kesehatan baik, tetapi
Nunukan, danmanajemen masih
Kaltara RS. memerlukan
Periode BPJS perbaikan
Tahun 2016. darisegi fisik,
Pascasarjana SDM, alur

35
pelayanan,
Universitas
sarana dan
Terbuka
prasarana.
Andra Metode
Novitasari, Penelitian survei
Muhammad deskriptif yang
Hidayat, dianalisis secara
Anada univariat
Kaporina. terhadap dimensi Sebagian besar
(2013). pelayanan responden
Kepuasan tangible, merasa puas
Pasien Rawat Pelayanan reliability, terhadap
2 Inap terhadap keperawatan responsiveness, keseluruhan
Pelayanan assurance, dimensi
Keperawatan danemphatyberda pelayanan di
di RSUP Dr. sarkan usia, instalasi rawat
Kariadi pendidikan, dan inap.
Semarang. pekerjaan.Penga
Universitas mbilan sampel
Muhammadiya dilakukandengan
h Semarang teknik total
sampling.
Hasil penelitian
di rumah sakit
Eky Endriana
Baubau
Amiruddin Pengaruh
sebanyak 57
(2013).Pengar Perilaku
Jenis penelitian responden
uh Perilaku Pasien
adalah metode (85.1%) yang
Pasien terhadap
kuantitatif memiliki tingkat
terhadap pemanfaatan
dengan kepercayaan
pemanfaatan pelayanan
3 pendekatan yang“percaya”
pelayanan Kesehatan
survey analitik dan
Kesehatan pada RS
dengan desain memanfaatkan
pada RS Umum Kota
cross sectional pelayanan
Umum Kota BauBau
study kesehatan dari
Bau Bau Sulawesi
pada yang tidak
Sulawesi Tenggara
memanfaatkan
Tenggara
sebanyak 14.9%
responden
4 Rizalia i. Kualitas Desain penelitian Hasil penelitian
Wardiah. pelayana ini adalah survey menunjukan bahwa
(2021). n analitik cross- 64,6% responden
Hubungan kesehata sectional. menyatakan tidak
Mutu n Populasi adalah puas terhadap
Pelayanan ii. Kepuasa seluruh pasien pelayanan
Kesehatan n pasien rawat inap di kesehatan, 70,8%

36
Dengan rawat RSUD dr. responden
Tingkat inap di Rasidin sebanyak menyatakan mutu
Kepuasan RSUD 48 orang yang pelayanan
Pasien Rawat dr. diambil secara kesehatan tidak
Inap di Rsud Rasidin total sampling. baik, 64,6%
Dr. Rasidin Padang. responden
Padang. e- menyatakan tidak
ISSN:2528- baik terhadap bukti
66510; fisik (Tangibles),
Volume 62,5% responden
6;No.1 menyatakan tidak
(Februari, baik terhadap
2021): 225- kehandalan
231 Jurnal (Reability), 64,6%
Human Care responden
menyatakan tidak
baik terhadap daya
tanggap
(Responsiveness),
58,3% responden
menyatakan tidak
baik terhadap
jaminan
(Assurance), dan
64,6% responden
menyatakan tidak
baik terhadap
empati (Emphaty).
Variabel yang
mempunyai
pengaruh secara
signifikan terhadap
mutu pelayanan
dengan tingkat
kepuasan pasien
(pvalue=0.001),
bukti fisik
(pvalue=0.028),
kehandalan
(pvalue=0.001),
daya tanggap
(pvalue=0.028),
jaminan
(pvalue=0.007),
empati
(pvalue=0.028).

37
Disarankan kepada
instansi terkait
untuk melakukan
survey kepuasan
pasien minimal
satu kali dalam
setahun dengan
memanfaatkan
kotak saran yang
sudah ada.

2.12. Kerangka Teori

Teori dan model kesehatan digunakan untuk menjawab pertanyaan “why,”

“what,” dan “how” atas masalah kesehatan. Teori dan model kesehatan memandu

untuk memahami apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pasien dalam

perilaku kesehatan. Teori adalah penjelasan mengapa suatu kejadian atau situasi

terjadi, teori merupakan alat untuk memahami, menjelaskan dan membuat

prediksi. Gagasan dari sebuah teori disebut sebagai konsep. Ketika konsep

digunakan dalam teori tertentu, maka ia disebut sebagai kontruk yaitu gagasan

pokok dari suatu teori tertentu. Sementara model dibentuk dari sejumlah teori

untuk menjelaskan permasalahan kesehatan tertentu. Model memberikan cara

untuk memahami teori dengan menguraikannya menjadi bentuk paling sederhana

(Beale, 2017)

Gambar 2.1. Kerangka Teori Albert Bandura

FAKTOR
PRIBADI/KOGNITIF
Ekspektasi, keyakinan, strategi
pemikirann,pengetahuan

38
FAKTOR LINGKUNGAN,
pengaruh sosial, seperti orang
yang dicintai dan keluarga, Perilaku
Manusia
polusi dan perumahan

FAKTOR PERILAKU
Pilihan gaya hidup pribadi

2.13 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian teori tersebut maka kerangka pikir penelitian ini

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Konsep


PRIBADI/KOGNITIF
Ekspektasi,keyakinan,
strategi
pemikiran ,pengetahuan

LINGKUNGAN
Pengaruh persepsi Kunjungan pasien rawat
lingkunga, orang yang inap di RS Tiara Kasih
dicintai dan keluarga Sejati

PERILAKU
Pilihan gaya hidup

39
2.14. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang harus


diuji validitasnya secara empiris. Jadi hipotesis tidak dinilai benar atau salah.
Melainkan diuji apakah sah (valid) atau tidak (Susila & Suyanto, 2016). Hipotesis
penelitian ini adalah:

H1 : Ada pengaruh Faktor Pribadi /Kognitif terhadap rendahnya kunjungan


pasien rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati

H2 : Ada pengaruh faktor Pribdai / Kognitir terhadap rendahnya kunjungan


pasien rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati

H3 : Ada pengaruh faktor Lingkungan terhadap rendahnya kunjungan pasien


rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati
H4 : Ada faktor yang paling berpengaruh terhadap rendahnya kunjungan pasien
Rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif, metode yang digunakan

adalah metode survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study yang

dilakukan untuk mendeskripsikan sikap, perilaku, dan karakteritik dari populasi

yang diperoleh melalui sampel dalam populasi (Creswell, 2012).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

40
Lokasi penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati

Pematangsiantar Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Rumah Sakit

Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar yaitu Belum pernah dilakukan penelitian yang

sejenis tentang pengaruh Perilaku masyarakat terhadap rendahnya kunjungan

pasien rawat inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati, sekaligus peneliti bekerja di

Sakit Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar sehingga memudahkan untuk

pengambilan data dan observasi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan 18 Mei sampai dengan 11

Juni 2022.Adapun uraian kegiatan selama proses penelitian dijelaskan pada tabel

dibawah ini

Tabel 3.2.Kegiatan Penelitian

Bulan

No Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan
1                                                
Judul

Bimbingan
2                                                
proposal

Persentase dan
3 seminar                                                
proposal

Perbaikan
4                                                
Proposal

Pengumpulan
5                                                
Data

41
6 Analisa Data                                                

7 Penulisan                                                

8 Sidang Tesis

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi pada

penelitian ini adalah pasien yang dirawat inap di rumah sakit Tiara Kasih Sejati

Pematangsiantar

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel dalam penelitian ini yaitu pasien

rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati.

Dimana:
N
n = 1+ Ne ²

dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
e = margin of error (1%,5% atau 10% ) dalam penelitian ini ditetapkan
sebesar 5%
Dari rumus tersebut maka :
N
n = 1+ Ne ²

42
2079
n = 1+(2079∗0.05)²

2079
n = 1+(2079∗0.0025)²

2079
n = 1+(2079∗0.0025)

2079
n = 1+(5.1975)

2079
n = 6.1975 ¿
¿
n= 335
Untuk membatasi karakteristik dari sampel, dilakukan kriteria pemilihan

yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi :

a. Pasien yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Sejati Pematang Siantar

b. Bersedia mengisi kuesioner online yang dikirimkan melalui sms atau link

yang sudah disediakan

Kriteria eksklusi :

a. Pasien yang awalnya bersedia menjadi responden karena ada sesuatu hal

sehingga batal menjadi responden

b. Tidak bersedia menjadi responden

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Random Sampling. Pengambilan sampel dengan cara (Random Sampling)

43
adalah melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara

individual (Azwar, 2010). Pelaksanaan pengambilan sampel dimulai dari

memberikan inform consent, kemudian menjelaskan kuesioner dan membagikan

kuesioner kemudian mengumpulkan kuesioner.

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu yaitu benda, manusia (Sugiyono, 2012). Variabel penelitian

terdiri dari dua yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat

(dependent). Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi

Pribadi /Kognitif, Lingkungan dan Prilaku Variabel terikat (dependent) adalah

variabel yang dipengaruhi, yaitu Kunjungan pasien rawat inap di Rumah Sakit

Tiara Sejati Pematang Siantar.

3.4.1 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna dalam penelitian

(Arikunto,2010).

Tabel 3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

44
Hasil
No Variabel Definisi AlatUkur Kategori Skala
ukur
Keyakinan diri dari
masyarakat (pasien) Positif 16-30
Pribadi/ dalam memilih RS
1. Kuisioner Ordinal
Kognitif Tiara Kasih Sejati
sebagai pilihan Negatif 1-15
pelayanan kesehatan

Respon orang sekitar Mendukung 16-30


2. Lingkungan dan situasi lingkungan Kuisioner Ordinal
Tidak
masyarakat (pasien ) 1-15
Mendukung
Kemampuan diri
masyarakat (pasien)
dalam memutuskan Baik 16-30
3. Perilaku mendapatkan Kuisioner Ordinal
pelayanan kesehatan
di RS Tiara Kasih
Tidak Baik 1-15
Sejati
Perilaku yang Berkunjung 16-30
Kunjungan
dilakukan pasien
4 pasien Kuesioner Tidak Ordinal
ketika sakit sebagai 1-15
rawat inap Berkunjung
salah satu upaya

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

3.5.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat dari sumber yang pertama, baik

dari individu atau perseorangan berupa hasil pengisian lembar observasi yang

biasa dilakukan peneliti. Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari

lembar observasi dan lembar ceklist yang berisikan hasil pernyataan tentang

45
Pribadi, Lingkungan dan Perilaku Masyarakat (Pasien ) terhadap Kunjungan

Pasien rawat inap di Rs. Tiara Kasih Sejati

1.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber yang kedua, dari

tempat penelitian. Meliputi data pasien pasien rawat inap di Rs. Tiara Kasih

Sejati.

3.6 Metode Analisa

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan

penelitian setelah pengumpulan data. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut

Pribadi /Kognitif, Lingkungan dan Perilaku. Data yang masih mentah (raw data)

perlu diolah sehingga menjadi informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk

menjawab tujuan penelitian. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang

benar, pengolahan data dilakukan melalui empat tahapan, yaitu :

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pemeriksaan isian lembar observasi dan

kuesioner, apakah jawaban yang ada dilembar observasi sudah lengkap, jelas,

relevan, dan konsisten.

2. Coding

yaitu merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan. Kegunaan dari coding ini adalah untuk mempermudah pada

saat analisis data.

3. Processing

46
Proses data dilakukan dengan cara mengentry data dari observasi dan kuesioner ke

program komputerisasi. Tahapan ini dilakukan setelah pengkodean data.

4. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry untuk melihat

apakah ada kesalahan atau tidak

3.6.2 Analisa Data

Pada penelitian ini analisis data dilakukan secara bertahap yaitu :

1. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau melihat

distribusi frekwensi dari Faktor Pribadi / Kogntiif, Lingkungan dan Prilaku serta

Kunjungan pasien rawat inap.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini diperlukan untuk menjelaskan atau mengetahui apakah ada

hubungan antar variabel independent dengan variabel dependent. Analisis bivariat

dilakukan setelah karakteristik masing-masing variabel diketahui. Dalam analis

ini dilakukan pengujian statistic dengan menggunakan Chi square. Analisis data

dilakukan dengan pengujian hipotesis dengan nilai  = 0,05.

3. Analisis Multivariat

Bertujuan untuk melihat faktor mana yang paling berpengaruh dari variabel

independen (faktor kognitif, faktor lingkungan dan faktor prilaku) terhadap

variabel dependen (Kunjungan pasien rawat inap di RS Tiara Kasih Sejati) dengan

menggunakan Uji Regresi Logistik Berganda

BAB IV

47
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati, yang terletak di

Jalan Menambin No.4 Pematang siantar. Rumah sakit ini didirikan pada tanggal

17 Juni Tahun 1994 dengan tipe pertama sebagai Rumah Sakit Bersalin yang

kemudian mengalami perubahan menjadi Rumah Sakit yang melayani pasien

secara umum dan menyeluruh pada Tanggal 17 Juni Tahun 1995 dengan surat izin

sementara dari BPPT Pematangsiantar yang diperpanjang setiap tahunnya.

Pendirian yayasan yang kemudian diberi nama Yayasan Tiara Kasih Sejati

dengan akta pendirian Nomor 08 dihadapan Notaris Henry Sinaga ,S.H.Sp.N

didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan tanpa mengubah nama Rumah

Sakit Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar.

Yayasan Tiara Kasih Sejati kemudian mengalami perubahan status badan

hukum menjadi PT.Tiara Kasih Sejati dengan akta Nomor 7 tanggal 13 Oktober

2015.RS Tiara Kasih Sejati secara administratif operasional berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada PT.Tiara Kasih Sejati Pematangsiantar secara teknis

fungsional pelayanan kesehatan, rumah sakit mengacu dan bertanggungjawab

kepada Departemen Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Kota

Pematangsiantar,RS Tiara Kasih Sejati adalah Rumah Sakit swasta yang berupaya

meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat tanpa membedakan suku

bangsa,agama dan tingkat social ekonomi masyarakat yang dilayani .

Tujuan RS Tiara Kasih Sejati untuk mewujudkan pelayanan kesehatan

48
secara menyeluruh yang sesuai dengan standar pelayanan medis dan

mengembangkan usaha pelayanan rumah sakit untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal.

RS Tiara Kasih Sejati memiliki 100 Tempat Tidur yang berada pada

berbagai tipe ruangan , VIP 1 ruangan (1), Kelas I (11 TT) , Kelas II ( 18 TT) dan

yang terbanyak terletak pada Kelas III (40) Tempat Tidur, Perawatan Isolasi 30

TT, Perawatan Intemsif 6 TT, Perawatan Perinatologi 18 boks bayi, dengan 6

incubator.

Visi RS Tiara Kasih Sejati adalah “Menjadi Rumah Sakit yang memberikan

Pelayanan Kesehatan terbaik, berkualitas, penuh dengan kasih saying kepada

pasien serta keluarga pasien “.

Misi RS Tiara Kasih Sejati adalah a) Memberikan pelayanan kesehatan

terpadu sesuai kenutuhan pasien dan keluarga pasien b) Meningkatkan kualitas

dan Kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana / prasarana pelayanan di

semua bidang sevara terus menerus dan berkesinambungan. c) Rumah Sakit

bertugas untuk melaksanakan upaya kesehatan yang berdaya guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara

serasi dan terpadu dengan upaya penignkatan dan pencegahan serta melaksanakan

upaya rujukan.

Jenis pelayanan yang diberikan RS Tiara Kasih Sejati meliputi 1) Pelayanan

Rawat Jalan yang terdiri dari a) Poliklinik bagian Anak b) Poliklinik bagian

Penyakit Dalam c) Poliklinik bagian Obstetri&Ginekologi d) Poliklinik Bedah

Umum e) Poliklinik Paru f) Poliklinik Neurologi g) Poliklinik Jantung 2)

49
Pelayanan Rawat Inap 3) Rawat Gawat Darurat 4) Pelayanan Intensif 5)

Pelayanan Isolasi 6) Pelayanan Radiologi 7) Pelayanan Laboratorium 8)

Pelayanan Gizi 9) Pelayanan pendukung lainnya.Tenaga Rumah Sakit Tiara Kasih

Sejati seluruhnya berjumlah 174 dengan tenaga dokter spesialis 18 orang , dokter

umum 10 orang dengan jumlah terbesar tenaga Keperawatan.

4.2. Analisa Univariat

Tabel 4.2.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kognitif di Rumah Sakit Tiara
Kasih Sejati Pematang Siantar Tahun 2022

No
Kognitif n %
.

1. Negatif 22 6.6

2. Posiitf 313 93.4

Total 335 100%

Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah responden bardasarkan kognitif

maka mayoritas responden yang memiliki kognitif positif sebanyak 313 orang

(93.4%) dan minoritas memiliki kognitif negatif sebanyak 22 orang (6.6%)

Tabel 4.2.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan di Rumah Sakit
Tiara Kasih Sejati Pematang Siantar Tahun 2022

No
Lingkungan n %
.

1. Tidak Mendukung 40 11.9

50
2. Mendukung 295 88.1

Total 335 100%

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa jumlah responden bardasarkan

Lingkungan maka mayoritas responden yang memiliki lingkungan yang

mendukung sebanyak 295 orang (88.1%) dan minoritas memiliki lingkungan tidak

mendukung sebanyak 40 orang (11.9 %).

Tabel 4.2.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Prilaku di Rumah Sakit Tiara


Kasih Sejati Pematang Siantar Tahun 2022

No. Prilaku n %

1. Tidak Baik 29 8.7

2. Baik 306 91.3

Total 335 100%

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah responden bardasarkan Prilaku

maka mayoritas responden prilaku baik sebanyak 306 orang (91.3%) dan

minoritas yang memiliki prilaku tidak baik sebanyak 29 orang (8.7 %).

Tabel 4.2.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan Pasien Rawat


Inapdi Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Pematang Siantar Tahun 2022

No. Kunjungan n %

51
1. Tidak Berkunjung 30 9.0

2. Berkunjung 305 91.0

Total 335 100%

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden bardasarkan

Kunjungan Pasien rawat jalan maka mayoritas responden berkunjung sebanyak

305 orang (91.0%) dan minoritas tidak berkunjung sebanyak 30 orang (9.0%).

4.3. Analisa Bivariat


4.3.1. Hubungan Kognitif dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat
Inapdi Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Kunjungan Pasien
Kognitif Tidak
Berkunjung Total P Value
Berkunjung

n % n % n %

Negatif 7 31.8 15 68.2 22 100

Positif 23 7.3 290 92.7 313 100 0.002

Total 30 9.0 305 91.0 335 100

Tabel 4.3.1 menunjukkan bahwa dari 22 responden yang memiliki kognitif

negatif dengan tidak berkunjung 7 orang (31.8%) dan berkunjung ada 15 orang

(68.2%) dan dari 313 responden dengan kognitif positif ada 23 orang (7.3tidak

berkunjung dan 313 orang responden (92.7%) berkunjung.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan nilai p value = 0.002. dalam penelitian

52
ini, yaitu: jika nilai p value ≤ 0,05, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima

yang artinya ada hubungan Kognitif dengan Rendahnya kunjungan Pasien Rawat

Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

4.3.2. Hubungan Lingkungan dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat


Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Kunjungan Pasien
Lingkungan Tidak
Berkunjung Total P Value
Berkunjung

n % n % n %

Tidak Mendukung 9 22.5 31 77.5 40 100

Mendukung 21 7.1 274 92.9 295 100 0.004

Total 30 9.0 305 91.0 335 100

Tabel 4.3.1 menunjukkan bahwa dari 40 responden yang memiliki

Lingkungan tidak mendukung 9 orang (22.5%) dan berkunjung ada 31 orang

(77.5 %) dan dari 295 responden dengan lingkungan mendukung ada 21 orang

(7.1%) tidak berkunjung dan 274 orang responden (92.9%) berkunjung.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan nilai p value = 0.004. dalam penelitian

ini, yaitu: jika nilai p value ≤ 0,05, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima

yang artinya ada hubungan Lingkungan dengan Rendahnya kunjungan Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

53
4.3.3. Hubungan Prilaku dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat Inap
di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Kunjungan Pasien
Prilaku Tidak
Berkunjung Total P Value
Berkunjung

n % n % n %

Tidak Baik 8 27.6 21 72.4 29 100

Baik 22 7.2 284 92.8 306 100 0.002

Total 30 9.0 305 91.0 335 100

Tabel 4.3.1 menunjukkan bahwa dari 29 responden yang memiliki prilaku

tidak baik 8 orang (27.6%) dan berkunjung ada 21 orang (72.4 %) dan dari 306

responden dengan prilaku baik ada 22 orang (7.2%) tidak berkunjung dan 284

orang responden (92.8%) berkunjung.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan nilai p value = 0.002. dalam penelitian

ini, yaitu: jika nilai p value ≤ 0,05, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima

yang artinya ada Prilaku Lingkungan dengan Rendahnya kunjungan Pasien Rawat

Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

4.4. Analisa Multivarait

54
Analisis multivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan beberapa

variabel independen terhadap satu variabel dependen secara bersama-sama.

Analisis multivariat yang digunakan adalah analisis regresi logistik berganda,

untuk memperoleh jawaban variabel mana di antara kognitif, Lingkungan dan

Prilaku yang memiliki hubungan paling kuat terhadap Kunjungan pasien di

Rumah Sakit Tiara Kasih. Tahapan analisis multivariat meliputi pemilihan

variabel kandidat multivariat, pembuatan model dan analisis interaksi.

4.5. Pemilihan Variabel Kandidat Multivariat

Pemilihan variabel kandidat multivariat dilakukan dengan menggunakan

analisis bivariat masing-masing variabel independen (kognitif, lingkungan dan

prilaku) dengan variabel dependen (rendahnya kunjungan pasien rawat jalan di

Rumah sakit). Variabel yang memiliki nilai p-Value < 0,25 dan mempunyai

kemaknaan secara substansi dapat dijadikan variabel kandidat multivariat. Hasil

analisis bivariat variabel independen dengan variabel dependen disajikan dalam

tabel di bawah ini :

Tabel 4.11 Variabel-Variabel Kandidat Multivariat

No. Variabel p-Value


1. Kognitif 0,002
2. Lingkungan 0,004
3. Prilaku 0,002

Berdasarkan tabel di atas variabel kognitif dan variable Prilaku memiliki

nilai p-Value < 0,25 sehingga kedua variabel masuk ke dalam model multivariat.

Standardized
Unstandardized
Coefficients
Coefficients

55
Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) 11.004 1.926 5.714 .000

Kognitif -.122 .052 -.128 -2.357 .002


1
Lingkungan -.007 .046 -.008 -.151 .004

Perilaku -.114 .058 -.110 -1.976 .002

Berdasarkan table 4.12 didapati hasil persamaan regresi pada penelitian

ini adalah: Y = 11,004 + (-0,122) X1 + (-0,007) X2 + (-0,114) X3 + e.

Faktor Beta
Kognitif -0,128

Lingkungan -0,008

Perilaku -0,110

Berdasarkan table 4.14 didapatkan hasil pada penelitian ini: Untuk uji beta

menggunakan nilai mutlak (tidak memperhatikan tanda negatif). Didapati nilai

beta kognitif = 0,128, nilai beta lingkungan = 0,008 dan nilai beta perilaku =

0,110, karena nilai beta kognitif yang paling besar (0,128) dari pada nilai beta

faktor yang lainnya maka dapat kita simpulkan bahwa faktor kognitif yang lebih

dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan dan faktor perilaku

56
BAB V

PEMBAHASAN

5.1.1 Hubungan Lokasi Penelitian dengan Rendahnya Kunjungan Pasien


Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati, yang terletak di

Jalan Menambin No.4 Pematang siantar. Rumah sakit ini didirikan pada tanggal

17 Juni Tahun 1994 dengan tipe pertama sebagai Rumah Sakit Bersalin yang

kemudian mengalami perubahan menjadi Rumah Sakit yang melayani pasien

secara umum dan menyeluruh pada Tanggal 17 Juni Tahun 1995 dengan surat izin

sementara dari BPPT Pematangsiantar yang diperpanjang setiap tahunnya.

RS Tiara Kasih Sejati memiliki 100 Tempat Tidur yang berada pada

berbagai tipe ruangan, VIP 1 ruangan (1), Kelas I (11 TT), Kelas II ( 18 TT) dan

yang terbanyak terletak pada Kelas III (40) Tempat Tidur, Perawatan Isolasi 30

TT, Perawatan Intemsif 6 TT, Perawatan Perinatologi 18 boks bayi, dengan 6

incubator.

Jenis pelayanan yang diberikan RS Tiara Kasih Sejati meliputi 1) Pelayanan

Rawat Jalan yang terdiri dari a) Poliklinik bagian Anak b) Poliklinik bagian

Penyakit Dalam c) Poliklinik bagian Obstetri&Ginekologi d) Poliklinik Bedah

Umum e) Poliklinik Paru f) Poliklinik Neurologi g) Poliklinik Jantung 2)

57
Pelayanan Rawat Inap 3) Rawat Gawat Darurat 4) Pelayanan Intensif 5)

Pelayanan Isolasi 6) Pelayanan Radiologi 7) Pelayanan Laboratorium 8)

Pelayanan Gizi 9) Pelayanan pendukung lainnya.

Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati terletak di sebuah jalan kecil lebih kurang

350 m dari pinggir jalan besar dan akses sampai ke rumah sakit tidak terjangkau

oleh sarana transportasi umum serta plank penunjuk jalan kurang terlihat.Sekitar

500 meter dari rumah sakit terdapat Fasilitas Kesehatan Lanjutan Tingkat Pertama

yakni Puskesmas Raya yang memiliki layanan fasilitas rawat inap dan sekitar

217m dari rumah sakit juga terdapat satu rumah sakit kompetitor yakni Rumah

Sakit TNI AD yang memiliki layanan kesehatan dan jasa spesialis yang lebih

lengkap dibandingkan RS Tiara Kasih sejati ,diantaranya seperti layanan spesialis

THT, Bedah Gigi & Mulut, Orthopedi, Kulit & Kelamin , Mata.Kemungkinan ini

menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya kunjungan pasien rawat inap di

Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati.Penelitian yang dilakukan oleh Jalaludin (2011)

menerangkan persepsi merupakan pengalaman sebuah objek / peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya maksud dari pesan tersebut.

Pelayanan di Rumah Sakit juga di tentukan dari kehandalan para petugas di

rumah sakit ,yang mampu memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan

secara akurat dan terpercaya .Pelayanan Kinerja harus sesuai dengan harapan

pasien yang berarti ketepatan waktu , kehandalan pelayanan tidak hanya diberikan

pada saat pasien datang dan saat ditangani akan tetapi mulai dari pelayanan saat

pasien melakukan registrasi .Petugas pendaftaran harus melakukan pekerjaan

58
dengan cepat saat melakukan registrasi dan pengambilan medical record pasien.

Pelayanan registrasi di RS Tiara Kasih Sejati dalam hal pengambilan medical

record memiliki waktu respon time lebih dari 10 menit, standart ideal untuk

respon time rawat jalan adalah ≤ 10 menit dan rawat inap ≤ 15 menit. Hal ini

mempengaruhi kecepatan dokter untuk menuliskan pengkajian awal pasien di IGD

akibatnya pasien juga terhambat masuk keruangan rawat inap dan akhirnya

dengan keterbatasan jumlah bed observasi di ruangan IGD RS Tiara Kasih Sejati

yang saat ini hanya tersedia 1 (satu) tempat tidur mengakibatkan pasien

menumpuk sehingga hal tersebut dirasakan tidak nyaman bagi pasien karena

terlalu lama menunggu di ruangan IGD.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hapsah Amir (2013) Suatu layanan

akan bermutu bila pelanggan mempunyai persepsi yang baik terhadap layanan

tersebut.

5.2. Hubungan Kognitif dengan Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah


Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Berdasarkan tabel 4.3.1 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi

square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan nilai p value =

0.002. dalam penelitian ini, yaitu: jika nilai p value ≤ 0,05, maka hipotesis dalam

penelitian ini diterima yang artinya ada hubungan Kognitif dengan Rendahnya

kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Charlie et al, (2017)

Dimana kemampuan kognitif social yang tinggi akan lebih memudahkan

seseorang untuk memahami maksud dari lawan bicaranya, Ketika seseorang sakit

59
akan lebih mudah untuknya untuk melakukan rawatan mana yang harus segera dia

lakukan untuk kelangsungan hidupnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Oktarina (2017) dimana persepsi akan mempengaruhi penggunaan

pelayanan ulang, sangat penting kemampuan untuk menelaah / mengerti dan

memahami maksud dari apa yang disampaikan oleh pasien atau pun petugas agar

didapatkan kesembuhan pasien. Penelitian yang dilakukan oleh Jalaludin (2011)

menerangkan persepsi merupakan pengalaman sebuah objek / peristiwa atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya maksud dari pesan tersebut.

Menurut Yanti (2020) Penilaian ranah kognitif bisa dilakukan dengan cara

memberikan pertanyaan tes dan nontes. Penilaian dengan tes memerlukan

instrumen berupa tes tertulis dan tes lisan. Dalam hal ini pasien diminta untuk

menjawab seluruh butiran kuesinaer yang telah diberikan oleh peneliti kepada

semua pasien yang rawat inap di RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya

Pematangsiantar dalam proses pengisian kuesioner tentu pasien dan orang tua

pasien harus memiliki tingkat kognitif yang baik sehingga pasien dapat

memahami betul apa yang sedang ditanyakan oleh peneliti. Penilaian kognitif

yang dilakukan peneliti ialah segala aktivitas yang berhubungan dengan tingkat

pengetahuan pasien dan orang tua pasien / pendamping pasien dalam pemahaman

mengapa datang berkunjung / berobat ke RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya

Pematangsiantar.

Peneliti berasumsi kognitif akan mempengaruhi hasil dan pelayanan yang

akan diperoleh pasien dari RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya Pematangsiantar,

60
sebab untuk dapat mengobati pasiennya tentu dokter yang melayani harus tahu

keluhan yang dirasakan oleh pasien, untuk itu pasien atau pendamping harus

menceritakan apa saja yang terjadi pada dirinya, apa yang dirasakannya serta apa

yang diinginkannya setelah datang ke RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya

Pematangsiantar, seluruh pertanyaan yang berkaitan dengan kognitif pasien akan

diketahui melalui hasil jawaban mereka dilembar kuesioner.

Kognitif pasien akan menentukan pelayanan yang akan didapatkan oleh

pasien di RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya Pematangsiantar hal itu jugalah yang

akan menentukan jumlah kunjungannya pasien di RS. Tiara Kasih Sejati

Kotamadya Pematangsiantar, karena semakin baik kognitif pasien maka akan

semakin baik pula ia dapat menerjemahkan maksud dari petugas, sebagai contoh

untuk mempercepat pemulihan pasien tentu ada langkah-langkah yang harus

diikuti pasien tersebut ,untuk dapat mematuhi anjuran petugas tentu pasien harus

memiliki kemampuan kognitif yang baik. Selain itu rumah sakit juga diharapkan

menempatkan petugas pendaftaran yang bisa berkomunikasi dengan baik agar

dapat menyampaikan semua informasi mengenai pelayanan rawat inap di Rumah

Sakit Tiara Kasih Sejati dan menjelaskan persetujuan atau inform consent rawat

inap dengan jelas kepada pasien ataupun keluarga pasien sebelum memutuskan

untuk rawat inap di Rumah Sakit Tiara kasih Sejati.

Respon time palayanan pendaftaran yang lama di RS Tiara Kasih Sejati

sehingga pasien harus mengantri dalam meneruskan tindakan pelayanan membuat

pasien yang memiliki kognitif yang baik akan lebih memilih pelayanan yang

lebih cepat agar dapat segera mendapatkan penanganan selanjutnya.

61
5.3. Hubungan Lingkungan dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat
Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan nilai p value = 0.004. dalam penelitian

ini, yaitu: jika nilai p value ≤ 0,05, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima

yang artinya ada hubungan Lingkungan dengan Rendahnya kunjungan Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2010)

menjelaskan bahwa lingkungan masyarakat akan menyebabkan permasalahan

Kesehatan mulai dari tingginya jumlah populasi disuatu wilayah hunian,

permasalahan limbah rumah tangga yang tidak terselesaikan dengan baik dan

mudahnya anak-anak dan orang tua terkena penyakit yang diakibatkan oleh

pathogen sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Dimensi lingkungan yaitu mencakup sumber financial, freedom, physical

safety dan security, perawatan kesehatan dan social care, lingkungan rumah,

kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan,

lingkungan fisik serta transportasi (Sekarwiri, 2008).

Menurut Sedarmayanti (2012) menjelaskan bahwa lingkungan tidak hanya

menyangkut pada keadaan yang ada disekitar pasien, lingkungan termasuk di

dalamnya: lingkungan dia terhadap dirinya sendiri dan lingkungan terhadap

pekerjaannya. Segala sesuatu yang melibatkan antara keadaan pasien dan kondisi

disekelilingnya termasuk dalam ranah lingkungan itu sendiri.

Peneliti berasumsi terlalu banyak confounding faktor pada faktor

lingkungan sehingga lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat

62
menentukan rendahnya kunjungan rawat inap RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya

Pematangsiantar. RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya Pematangsiantar terletak di

Jalan Menambin No. 4 Pematangsiantar, selain RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya

Pematangsiantar terdapat beberapa fasilitas kesehatan lainnya yang berdekatan

dengan RS Tiara Kasih Sejati seperti :Rumah Sakit Tingkat IV (4) TNI AD yang

terletah di Jalan Gunung Simabuk manuk No. 6 Pematangsiantar dan Puskesmas

Raya yang terletah di Jalan Rajamin Purba yang keseluruhan fasilitas kesehatan

ini memiliki pelayanan rawat inap , juga Rumah Sakit Tingkat IV memiliki

layanan spesialis orthopedi sehingga faktor lingkungan sangat memiliki pengaruh

terhadap rendahnya kunjungan rawat inap di RS. Tiara Kasih Sejati Kotamadya

Pematangsiantar.

Rumah Sakit Tiara Kasih sejati juga belum memiliki semua pelayanan

spesialis diantaranya seperti spesialis mata, spesialis kulit, spesialis

THT ,orthopedi serata hanya memiliki satu fasilitas pelayanan kamar VIP

sehingga hal ini juga banyak membuat pasien yang menginginkan fasilitas

tersebut memutuskan untuk pindah. Keterbatasan fasilitas dan sarana ini menjadi

salah satu faktor pasien tidak memutuskan untuk melakukan pelayanan rawat

inap .

5.4. Hubungan Prilaku dengan Rendahnya Kunjungan Pasien Rawat Inap


di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0.05) menunjukkan nilai p value = 0.002. dalam penelitian

ini, yaitu: jika nilai p value ≤ 0,05, maka hipotesis dalam penelitian ini diterima

yang artinya ada Prilaku Lingkungan dengan Rendahnya kunjungan Pasien Rawat

63
Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

Ketersediaan pelayanan kesehatan spesialis yang belum semua tersedia di

Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati membuat kunjungan pasien rendah.Hal tersebut

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewaretal ,(2012) menegaskan

bahwa keadaan fisik seseorang akan mudah dipengaruhi oleh perilaku orang

tersebut, hal ini bisa terjadi karena melibatkan banyak faktor, sehingga perlu

pengamatan yang komples untuk merumuskan fenomena tersebut. Selain itu

penelitian lain yang dilakukan oleh Amiruddin (2013) Menjelaskan bahwa

perilaku pasien akan sangat menentukan bagaimana dia memperoleh dan memilih

rawatan yang akan dia lakukan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin (2013)

dimana terdapat pengaruh perilaku pasien terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan di instalasi rawat jalan pada Rumah Sakit Umum Kota Baubau

Sulawesi Tenggara.

Peneliti berasumsi bahwa perilaku dari pasien sangat menentukan

kesembuhannya dan akan mempengaruhi pengambilan keputusannya dalam

memilih tempat / pelayanan medis mana yang nantinya akan dia ambil untuk

mengobatinya. Triwibowo (2015) Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau

tindakan seseorang dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan kemudian

dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.

Sikap manusiawi dari petugas dalam menanyakan dan mendengarkan

keluhan pasien merupakan bagian awal dari proses penyembuhan. Umumnya

pasien yang sakit menginginkan dilayani secara manusiawi, responsif terhadap

64
kebutuhan dan permintaannya, mengharapkan perhatian dari petugas pelayanan.

Respons terhadap keluhan ini menandakan adanya perhatian yang besar terhadap

keadaan pasien, sehingga pasien merasa aman terlindungi. Dalam hubungan

semacam ini, pasien akan menceritakan pengalamannya sendiri berkaitan dengan

keluhan yang dirasakannya dan hal ini akan membantu tenaga medis untuk

menetapkan situasi sebenarnya dalam pemeriksaan. Ketepatan dari diagnosa

sedikit banyaknya dipengaruhi oleh pernyataan pasien atas keluhannya (Hasan,

2007).

Menurut Sinulingga (2002) Dalam proses pemeriksaan, tenaga medis

harus mendasarkan aktifitasnya pada pemahaman yang utuh terhadap penderitaan

yang dirasakan pasien dan dalam melakukan pemeriksaan dituntut ketelitian dan

kecermatan serta kehati-hatian sebab pemeriksaan yang tidak teliti dapat

menimbulkan kerugian pada pasien. Kepercayaan pasien baru akan tumbuh

dengan melihat cara pemeriksaan yang dilakukan tenaga medis terhadap pasien.

Pada umumnya pasien akan semakin percaya pada tenaga medis yang memiliki

ketrampilan dan ketelitian dalam pemeriksaan. Nainggolan (2004)

mengemukakan betapa efisien prosedur pelayanan yang diciptakan dengan

ditunjang sarana dan prasarana yang bagus, tidak mempunyai arti jika tidak diolah

oleh tenaga medis yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai

dalam jumlah yang cukup serta mempunyai sikap mental yang baik.

5.5. Faktor yang Paling berpengaruh dengan Rendahnya Kunjungan


Pasien Rawat Inapdi Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022

Berdasarkan hasil persamaan regresi pada penelitian ini adalah: Y =

11,004 + (-0,122) X1 + (-0,007) X2 + (-0,114) X3 + e. Hal tersebut sesuai dengan

65
penelitian yang dilakukan oleh Fahmi, Fitriani dan Muhammad (2020) yang

menjelaskan terdapat faktor predisposisi dalam mengamati kunjungan rawat inap

pasien, salah satunya faktor perilaku masyarakat. Selain itu Irwan (2017) juga

menjelaskan bahwa faktor perilaku kesehatan akan lebih membantu dalam

menjawab fenomena-fenomena kesehatan yang didapati saat kita hendak

mengkaji beberapa faktor penentu kesehatan, seperti kognitif, lingkungan dan

perilaku. Selain itu nilai konstanta sangat penting untuk menilai persamaan regresi

karena nilai tersebut dianggap sebagai nilai yang dalam kondisi seperti apapun

tidak akan berubah oleh beberapa faktorlain.

Berdasarkan hasil uji yang dilakukan menggunakan nilai mutlak (tidak

memperhatikan tanda negatif). Didapati nilai beta kognitif = 0,128, nilai beta

lingkungan = 0,008 dan nilai beta perilaku = 0,110, karena nilai beta kognitif yang

paling besar (0,128) dimana kemampuan diri, keyakinan , strategi pemikiran dari

individu tersebut dalam menerima apa yang di alami secara langsung diamati di

lingkungan maupun secara tidak langsung melalui penyampaian orang lain/ media

lainnya memberikan respon positif maupun negatif.Dengan kata lain Kogfnitif

disini cenderung bahwa individu / manusia memiliki kemampuan berfikir dan

mengatur tingkah lakunya untuk mengubah suatu keadaan atau peristiwadari pada

nilai beta faktor yang lainnya, maka dapat kita simpulkan bahwa faktor kognitif

memiliki faktor yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan dan

faktor perilaku.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarina (2017)

dan Jalaludin (2011) yang menegaskan kesimpulan penelitiannya bahwa kognitif

66
atau pengetahuan pasien akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang akan

diambil. Sehingga jika kita melihat faktor mana yang paling berpengaruh akan

didapati faktor kognitif akan menjadi faktor yang paling berpengaruh. Peneliti

berasumsi banyak faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kunjungan pasien

rawat inap. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadilah

(2009) dimana menurut penelitiannya faktor lingkungan tidak mempengaruhi

kunjungan kembali pasien rawat jalan di RSU.Dr.Zainoel Abidin. Salah satu

faktor lingkungan pada penelitian ini diantaranya: motivasi, prasarana, sarana,

Tindakan keluarga. Perlu dilakukan beberapa kriteria lagi agar nantinya kuesioner

lebih dapat menjelaskan fenomena dari beberapa faktor lainnya. Selain itu peneliti

mengasumsikan faktor kognitif, lingkungan dan perilaku menyumbangkan 2,7 %

hasil dari berkurangnya jumlah kunjungan rawatinap.

Peneliti berasumsi bahwa rendahnya kunjungan pasien rawat inap juga

disebabkan oleh faktor lain salah satunya adalah faktor lingkungan, lingkungan ini

sangat mempengaruhi kunjungan pasien rawat inap karena sangat mudah

mempengaruhi pola fikir masayarakat tentang baik buruk nya pelayanan yang

akan mempengaruhi tinggi rendahnya kemauan masyarakat untuk melakukan

kunjungan ke rumah sakit sebagai pasien rawat inap. Karena kepuasan dalam

mengunjungi rumah sakit juga dipengaruhi pengalaman mereka.

67
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

1. Terdapat Hubungan Kognitif dengan Rendahnya Kunjungan Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

2. Terdapat Hubungan Lingkungan dengan Rendahnya Kunjungan

Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

3. Terdapat Hubungan Prilaku dengan Rendahnya Kunjungan Pasien

Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati Tahun 2022.

4. Faktor Kognitif adalah faktor yang paling dominan dibandingkan

dengan Faktor Lingkungan dan Faktor Perilaku terhadap Rendahnya

Kunjungan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati

Tahun 2022.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Manajeman Rumah Sakit Tiara Kasih Sejati


1. Menciptakan kondisi lingkungan pelayanan rawat inap yang nyaman

bagi pasien .

2. Meningkatkan respon time pelayanan adminitrasi registrasi sehingga

pasien mudah dilayani dengan cepat untuk mendapatkan pelayanan.

3. Menambah pelayanan fasiltas Rumah Sakit dan melaksanakan

standar pelayanan sesuai dengan SPO untuk meningkatkan kualitas

pelayanan terhadap pasien kunjungan rawat inap di RS Tiara Kasih

Sejati

68
4. Menambah jenis pelayanan spesialis sehingga masyarakat

mendapatkan kesempatan memperoleh jenis layanan kesehatan yang

dibutuhkan .

5. Seluruh Petugas Rumah Sakit mampu memberikan edukasi dan

informasi dengan tehnik komunikasi efektif sesuai dengan tingkat

pemahaman pasien agar tujuan pelayanan dapat diterima serta

memberikan kepuasan dan kepercayaan pada pasien dan petugas

rumah sakit mampu menjadi marketer bagi RS Tiara Kasih Sejati.

6.2.2.1 Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan informasi untuk penelitian selanjutnya

di RS Tiara Kasih Sejati sehingga manajeman mendapatkan

gambaran yang lebih rinci dan jelas faktor apa yang mempengaruhi

Peneberpengaruh terhadap rendahnya kunjungan pasien rawat inap

selain faktor kognitif.

69
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Y., & Oktarina, Y. (2017). Komunikasi dalam Perspektif Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Deepublish

https://katadata.co.id/timpublikasikatadata/infografik/5e9a5033b820a/infografik-
berobat-ke-luar-negeri-favorit-masyarakat

Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior, 2nd. Edition. New York:
Open University Press.

Analisis Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Peserta


Program Keluarga Harapan (pkh) di kecamatan paminggir

Andra dkk. (2013). Kepuasan Pasien Rawat Inap terhadap Pelayanan


Keperawatan di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Universitas
Muhammadiyah Semarang

BPS. (2021). Profil Statistik Kesehatan. Biro Pusat Statistik

Deborah L.dewar(2013) ,Pengembangan dan Evaluasi Tindakan Kognitif Social


Terkait dengan Aktifitas Fisik Remaja

Deborah L Dewar(2012), Pengembangan dan evaluasi tindakan kognitif sosial


terkait dengan perilaku diet remaja

Rumah Sakit Umum Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Pascasarjana Universitas


Hasanuddin.http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/94c8b91cec84d772df14
6bbd0580368a.pdf

Fahri Ahmad Baihaqi, Henny Rumaropen. (2021). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Lama Rawat Inap Pasien COVID-19 di RSUD
Serui Provinsi Papua: Studi Potong Lintang. Jurnal Penyakit Dalam
Indonesia | Vol. 8, No. 4 | Desember 2021

FADILLAH, FADILLAH (2009) PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN


PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA
KARYAWAN PADA PT. NILAS WAHANA ANTIKA DI
SUKOHARJO

Ginting, T., Chairul, M., Pane, P. Y., Sudarsono, S., Renaldi, M. R., & Lubis, F.
H. (2021). Mutu pelayanan dan minat kunjungan ulang pasien rawat

70
jalan di Rumah Sakit X. Jurnal Prima Medika Sains, 3(2), 60-67.
https://doi.org/10.34012/jpms.v3i2.2031

Hafizurrachman. (2009). Kepuasan Pasien dan Kunjungan Rumah Sakit. Jurnal


Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 4, No. 1, Agustus 2009

Hapsah Amir. (2016). Analisis Kualitas Pelayanan Rawat Inap di RSUD Kb.
Nunukan, Kaltara Periode BPJS Tahun 2016. Pascasarjana Universitas
TErbuka
Sekarwiri, Edesia. 2008. Hubungan antara Kualitas Hidup dengan sense of
community. Skripsi.Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125243-362.2%20SEK%20h%20-
%20Hubungan%20Antara%20-%20Metodologi.pdf, 22 April 2014)
Rakhmat, Jalaluddin. 2011. Psikologi Komunikasi.Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.No.40. Hlm. 224.
Yanti, I Gusti Ayu Eka Darma (2020) Gambaran Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Tuberkulosis Paru dengan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
diRuang Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2020 .

Hasnidar, dkk. (20200. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Medan: Yayasan Kita


Menulis

Hendi Setiadi, Fifi Dwijayanti. (2020). Pentingnya Kesehatan Masyarakat,


Edukasi Dan Pemberdayaan Perempuan Untuk Mengurangi Stunting Di
Negara Berkembang. Vol. 2 No. 01 (2020): Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan "Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan Kejadian
Stunting"
http://ejurnal.stikesrespati-tsm.ac.id/index.php/semnas/article/view/246

Herlina Nur Yuniawati, Hera Siti Rohmah, Sali Setiatin. (2021). Analisis
Efisiensi Nilai Bed Occupancy Rate (BOR) Pada Masa Pandemi Covid-
19 Periode Triwulan 4 Tahun 2020. Jurnal Wiyata, Vol. 8 No. 2 Tahun
2021

Hoyer, W.D., MacInnis, D.J., Pieters, R., (2013). Consumer Behavior. South-
Western, Cengage Learning

https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-
datin.html

Ira Nurmala; Fauzie Rahman; Adi Nugroho; Neka Erlyani; Nur Laily; Vina Yulia
Anhar. (2018). Promosi Kesehatan. Airlangga University Press

71
Irmawati, Hermanto, Eka Herdit Juningsih, Syaifur Rahmatullah, Faruq Aziz.

Kumpulan dari beberapa istilah dan pengertian yang berhubungan dengan


Kesehatan
Leslie Beale. (2017). Human Disease And Health Promotion. John Wiley &
Sons, Inc.

Manoj Sharmam & John A. Romas. (2012). Theoretical Foundations of Health


Education and Health Promotion. Jones & Bartlett Learning, LLC

Ninda Agustriyani, Hendra Rohman. (2019). Implementasi Kebijakan Terhadap


Efisiensi Penggunaan Tempat Tidur Di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta. Prosiding: Seminar Manajemen Informasi
Kesehatan Nasional Dan Call For Paper “E-Health Dalam Pelayanan
Kesehatan”

Nurul Fadilah. (2021). Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Bor (Bed


Occupancy Ratio) Pada Masa Pandemi Covid-19 di RSUD waru
kabupaten pamekasan tahun 2020. Stikes Ngudia Husada Madura

Onny Fitriana Sitorus; Novelia Utami (2017). Strategi Promosi Pemasaran.


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Prof. Dr. Hamka
Paralegal.id. (6 Oktober 2004). Pasien. https://paralegal.id/pengertian/pasien/

Puspa Yudha Utama, Apriatni E.P., Sari Listyorini. (2013). Analisis Tingkat
Kepuasan Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang Dilihat Dari Dimensi Kualitas Pelayanan. Diponegoro Journal
Of Social And Politic Tahun 2013, Hal. 1-9
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/

Rahmiati Rahmiati, Nauri Anggita Temesveri. (2019). Hubungan Dimensi


Kualitas Pelayanan Dengan Minat Kunjungan Ulang Pasien Di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2019.
DOI: https://doi.org/10.23917/jk.v13i1.11097.
https://journals.ums.ac.id/index.php/jk/article/view/11097

Rahmiati, Nauri Anggita Temesvari. (2019). Hubungan Dimensi Kualitas


Pelayanan dengan Minat Kunjungan Ulang Pasien di Instalasi Rawat
Jalan RSUKab Tangerang Tahun 2019. Jurnal Kesehatan 13 (1) 2020,
13-21

Rika Astari, Winda Triana. (2018). Kamus Kesehatan Indonesia-Arab.


Trussmedia Grafika

Rizalia Wardiah. (2021). Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Tingkat

72
Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Dr. Rasidin Padang. e-
ISSN:2528-66510; Volume 6;No.1 (Februari, 2021): 225-231 Jurnal
Human Care

Samsuridjal Djauzi. (18 April 2020). Pentingnya Upaya Kesehatan Masyarakat.


https://www.kompas.id/baca/opini/2020/04/18/pentingnya-upaya-
kesehatan-masyarakat

Sandu Siyoto & Albert Ronald Tule. (2019). Analysis of Bed Occupancy Rate
(BOR) in Terms of Internal Factors (Procedures, Doctor, Nurse,
Facilities and Infrastructure). Global Journal of Health Science; Vol. 11,
No. 13; 2019. ISSN 1916-9736 E-ISSN 1916-9744. Canadian Center of
Science and Education

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Cetakan


Ke-19. Bandung: Alfabeta

Suhadi Prayitno. (2017). Mutu Pelayanan Dan Kepuasan Pasien Di Instalasi


Rawat Inap Ruang Dahlia RSUD Kota Madiun. Jurnal Kesehatan
MANARANG Volume 3, Nomor 1, Juli 2017 p-ISSN: 2443-3861/e-
ISSN: 2528-5602

Triwibowo, Cecep. 2015. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Nuha


Medika: Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Victor Trismanjaya Hulu, dkk. (2020). Promosi Kesehatan Masyyarakat.


Yayasan Kita Menulis

Viva Budy Kusnandar (10/10/2019). Jumlah Rumah Sakit Menurut Provinsi


(2018). https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/berapa-
jumlah-rumah-sakit-di-indonesia

Wayne D. Hoyer; Deborah J. MacInnis. (2010). Consumer Behavior. South-


Western, Cengage Learning

73
Lampiran 1
Surat Izin Penelitian Dari INKES Medistra Lubuk Pakam

74
Lampiran 2
Surat Balasan Izin Penelitian Dari Tempat Penelitian

75
Lampiran 3

76
PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT
TERHADAP RENDAHNYA KUNJUNGAN RAWAT INAP
DI RUMAH SAKIT TIARA KASIH SEJATI
PEMATANG SIANTAR

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Responden :

TanggalPengisian........................................................2022

Kuesioner penelitian ini ditujukan bagi anda pasien rawat inap


yang berperan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah
sakit Tiara Kasih Sejati . Harap saudara mengisi sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Terima Kasih atas partisipasi anda.

Bagian A

No IDENTITAS RESPONDEN
.
1. Nama Responden

2. Umur ………. Tahun

Jenis Kelamin 1. Laki-laki


3.
2. Perempuan
1. Tidaksekolah

Pendidik 2. SD
4. 3. SMP/sederajat
an
Terakhir 4. SMA/sederajat
5. PT (Diploma, S1, S2,S3)
1. Pegawai NegeriSipil
2. Wiraswasta
5. Pekerjaan
3. Ibu RumahTangga
4. Tidakbekerja

Bagian B

77
Mohon dijawab pertanyaan dalam kuesioner dengan memberi tanda checlist (√)
pada kolom jawaban yang menurut anda paling sesuai, yaitu :
3 : Sangat Setuju
2 : Setuju
1 : Tidak Setuju

KUESIONER: PRIBADI/KOGNITIF
Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan pendapat
Bapak / Ibu / Saudara (i).

No PERNYATAAN JAWABAN
Sangat Setuju Tidak
Setuju Setuju
1. keluarga menyarankan anda untuk rawat
inap di rumah sakit ini
2 akses ke rumah sakit ini mudah untuk di
capai

3 letak rumah sakit ini di tengah kota

4 Anda mengetahui bahwa rumah sakit


memiliki lingkungan yang nyaman

5 RS memiliki ruang rawat inap yang


memadai

6 Anda mengetahui bahwa biaya tes


laboratorium di rumah sakit ini lebih
terjangkau dari pada rumah sakit
lain.
7 Anda mengetahui bahwa belum ada pasien
yang mengeluh setelah berobat di rumah
sakit ini.
8 Anda mengetahui bahwa dengan berobat di
rumah sakit maka penyakit anda cepat
sembuh.
9 Anda mengetahui bahwa berobat di rumah
sakit ini ditangani oleh dokter spesialis.
10 Anda telah mengetahui mengenai rumah
sakit ini sebelumnya

KUESIONER: LINGKUNGAN

78
Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan pendapat
Bapak / Ibu / Saudara (i).

JAWABAN
No PERNYATAAN
Sangat Setuju Tidak
Setuju Setuju
Anda memilih rumah sakit ini karena
1. saran keluarga / Teman

2 akses ke rumah sakit ini mudah untuk di


capai
3 Anda memilih rumah sakit ini karena
berada di pusat kota

4 Anda mengetahui bahwa rumah sakit


memiliki lingkungan yang nyaman

Ruang perawatan rawat inap nyaman dan


5 memadai
Anda memilih rumah sakit ini karena
6 memiliki lahan parkir yang aman

Anda mengetahui bahwa sebelumnya


7 keluarga / teman anda sembuh dari rumah
sakit ini
8 Anda memilih di rawat di rumah sakit ini
karena ada kerabat yang bekerja disini

9 Anda memilih rumah sakit ini karena


bersih dan asri
Anda memilih rumah sakit ini karena
10 fasilitas memadai dengan ruang tunggu
rumah sakit yang nyaman

79
KUESIONER : PERILAKU

I. Berikan tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban sesuai dengan
pendapat Bapak / Ibu / Saudara (i).

JAWABAN
No PERNYATAAN
Sangat Setuju Tidak
Setuju Setuju

Jika ada keluarga anda yang sakit


1 maka harus dibawa Fasilitas
Kesehatan (puskesmas, rumah sakit)
2 Jika ada keluarga yang sakit maka
dibiarkan saja
Anda percaya kalau sakit merupakan
3 hukuman bagi keluarga anda
Anda akan memilih mendapatkan
4 pengobatan ke bidan /dukun
tradisional sebelum harus ke rumah
sakit
Seseorang disebut sakit jika sudah
5 tidak dapat berjalan dan tidak bisa
makan

Seseorang harus dibawa ke rumah


6 sakit jika sudah tidak mampu bangun
dari tempat tidur
Seseorang harus dirawat ke rumah
7 sakit sebelum sakitnya parah

Seseorang harus melakukan kontrol


8 lanjutan terhadap penyakitnya

Anda lebih memilih mencegah sakit


9 lebih baik daripada di obati

10 Anda baru pertama kali berkunjung


ke rumah sakit ini

80
KUESIONER TERBUKA

Berapa kali saudara / saudari melakukan rawat inap di rumah sakit ini ?

81
Lampiran 4

82
83
84
85
FREQUENCIES VARIABLES=kognitif lingkungan prilaku kunjungan
/STATISTICS=STDDEV MEAN MEDIAN
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
[DataSet0]

Statistics
kognitif lingkungan prilaku Kunjungan
Valid 335 335 335 335
N
Missing 0 0 0 0
Mean .93 .88 .91 .91
Median 1.00 1.00 1.00 1.00
Std. Deviation .248 .325 .282 .286

Frequency Table
Kognitif
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
negatif 22 6.6 6.6 6.6
Valid positif 313 93.4 93.4 100.0
Total 335 100.0 100.0

lingkungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
tidak mendukung 40 11.9 11.9 11.9
Valid mendukung 295 88.1 88.1 100.0
Total 335 100.0 100.0

prilaku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak baik 29 8.7 8.7 8.7
Valid baik 306 91.3 91.3 100.0
Total 335 100.0 100.0

86
kunjungan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
tidak berkunjung 30 9.0 9.0 9.0
Valid berkunjung 305 91.0 91.0 100.0
Total 335 100.0 100.0

CROSSTABS
/TABLES=kognitif BY kunjungan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kognitif *
335 100.0% 0 0.0% 335 100.0%
kunjungan

kognitif * kunjungan Crosstabulation


kunjungan
tidak Total
berkunjung
berkunjung
Count 7 15 22
negatif % within kognitif 31.8% 68.2% 100.0%
% within kunjungan 23.3% 4.9% 6.6%
Kognitif
Count 23 290 313
positif % within kognitif 7.3% 92.7% 100.0%
% within kunjungan 76.7% 95.1% 93.4%
Total Count 30 305 335
% within kognitif 9.0% 91.0% 100.0%

87
% within kunjungan 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp.
Exact Sig. Exact Sig.
Value df Sig. (2-
(2-sided) (1-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 15.096a 1 .000
Continuity
12.244 1 .000
Correctionb
Likelihood Ratio 10.124 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
15.051 1 .000
Association
N of Valid Cases 335
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 1.97.
b. Computed only for a 2x2 table

CROSSTABS
/TABLES=lingkungan BY kunjungan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
lingkungan *
335 100.0% 0 0.0% 335 100.0%
kunjungan

lingkungan * kunjungan Crosstabulation

88
kunjungan
tidak Total
berkunjung
berkunjung
Count 9 31 40
% within
tidak 22.5% 77.5% 100.0%
lingkungan
mendukung
% within
30.0% 10.2% 11.9%
kunjungan
lingkungan
Count 21 274 295
% within
7.1% 92.9% 100.0%
mendukung lingkungan
% within
70.0% 89.8% 88.1%
kunjungan
Count 30 305 335
% within
9.0% 91.0% 100.0%
Total lingkungan
% within
100.0% 100.0% 100.0%
kunjungan

Chi-Square Tests
Asymp.
Exact Sig. Exact Sig.
Value df Sig. (2-
(2-sided) (1-sided)
sided)
Pearson Chi-Square 10.221a 1 .001
Continuity
8.422 1 .004
Correctionb
Likelihood Ratio 7.901 1 .005
Fisher's Exact Test .004 .004
Linear-by-Linear
10.191 1 .001
Association
N of Valid Cases 335
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 3.58.
b. Computed only for a 2x2 table

CROSSTABS

89
/TABLES=prilaku BY kunjungan
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ
/CELLS=COUNT ROW COLUMN
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet0]

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
prilaku *
335 100.0% 0 0.0% 335 100.0%
kunjungan

prilaku * kunjungan Crosstabulation


kunjungan
tidak Total
berkunjung
berkunjung
Count 8 21 29
% within prilaku 27.6% 72.4% 100.0%
tidak baik
% within
26.7% 6.9% 8.7%
kunjungan
prilaku
Count 22 284 306
% within prilaku 7.2% 92.8% 100.0%
Baik
% within
73.3% 93.1% 91.3%
kunjungan
Count 30 305 335
% within prilaku 9.0% 91.0% 100.0%
Total
% within
100.0% 100.0% 100.0%
kunjungan

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 13.516 1
a
.000

90
Continuity
11.131 1 .001
Correctionb
Likelihood Ratio 9.632 1 .002
Fisher's Exact Test .002 .002
Linear-by-Linear
13.476 1 .000
Association
N of Valid Cases 335
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is 2.60.
b. Computed only for a 2x2 table

Lampiran 5

Dokumentasi Penelitian

91
Foto1. Pemberian kuesioner dan penjelasan kepada responden

92
Foto 2. Penjelasan informed consent pada responden

Foto 3. Pemberian kuesioner dan informasi pada keluarga responden

93

Anda mungkin juga menyukai