Anda di halaman 1dari 49

Penyakit Payudara

dr.Primadella Fegita,Sp.OG
SADARI yaitu pemeriksaan payudara sendiri. Sebaiknya pemeriksaan sendiri ini dilakukan
secara berkala, yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat
mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada payudara.
Cara Melakukan SADARI
 Semasa mandi

Angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan satu jari,


gerakkan secara mendatar perlahan-lahan ke serata
tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan
untuk memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri
untuk payudara kanan. Periksa dan cari bila terdapat
gumpalan / kebetulan keras, menebal dipayudara.
 Berdiri di hadapan cermin
Dengan mengangkat kedua tangan keatas kepala, putar-
putar tubuh perlahan-lahan dari sisi kanan ke sisi kiri.
Cekak pinggang anda, tekan turun perlahan-lahan ke
bawah untuk menegangkan otot dada dan menolak
payudara anda kehadapan. Perhatikan dengan teliti
segala perubahan seperti besar, bentuk dan kontur setiap
payudara. Lihta pula jika terdapat kekauan, lekukan atau
puting tersorot kedalam. Dengan perlahan-lahan, picit
kedua puting dan perhatikan jika terdapat cairan keluar.
Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau
mengandung darah.
 Berbaring
Untuk memeriksakan payudara sebelah kanan, letakkan
bantal di bawah bahu kanan dan tangan kanan diletakkan
dibelakang kepala. Tekan jari anda mendatar dan bergerak
perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula dari
bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari
degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting. Lakukan putaran
untuk memriksa setiap bagian payudara termasuk puting.
Ulangi hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan
meletakkan bantal dibawah bahu kiri dan tangan kiri diletakkan
dibelakang kepala. Coba rasakan sama ada terdapat sebarang
gumpalan dibawah dan dibawah dan disepanjang atas tulang
selangka.
Waktu untuk melakukan SADARI

 1) Haid teratur: waktu terbaik adalah hari terakhir masa


haid.
 2) Haid tidak teratur: setiap 6 bulan sekali, saat baru
selesai menstruasi.
 3)Waktu: 10 menit setiap bulan periksa payudara.
PENGERTIAN MASTITIS

 Mastitis adalah radang  pada payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas
atau sampai 3 minggu setelah persalinan penyebabnya adalah sumbatan saluran
susu dan pengeluaran ASI kurang sempurna. Peradangan payudara adalah suatu
hal yang sangat biasa pada wanita yang pernah hamil ,malahan dalam praktek
sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-kadang kita temukan dengan mastitis.
 Mastitis kebanyakan terjadi pada ibu yang  baru pertama kali menyusui
bayinya. Mastitis hampir selalu unilateral dan  berkembang setelah terjadi
aliran susu.
 Mastitis dapat disertai infeksi atau tidak, yang disebabkan oleh kuman
terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau melalui
peredaran darah.
 Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi terjadi melalui luka pada puting
susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah. Kadang-kadang keadaan ini
bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat (memadai).
Gambar payudara yang mengalami mastitis
Klasifikasi mastitis

 Mastitis lazim dibagi dalam (1) mastitis


gravidarum, dan (2) mastitis puerperalis /
laktational, karena memang penyakit ini
boleh dikatakan hampir selalu timbul
pada waktu hamil dan laktasi
 Berdasarkan tempatnya dapat dibedakan:

1) Mastitis yang menyebabkan abses di


bawah areola mammae.
2) Mastitis di tengah-tengah mamma yang
menyebabkan abses di tempat itu.
3) Mastitis pada jaringan di bawah dorsal
dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan
otot-otot di bawahnya.
Klasifikasi mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi menjadi 3,
yaitu:

 1.      Mastitis periductal


 Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang
menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal
juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran
karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
 2.      Mastitis puerperalis/lactational
 Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui.
Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi
payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
 3.      Mastitis supurativa/abses
 Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman
Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC
memerlukan penanganan yang ekstra intensif dan drainage yang adekuat.
Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan
payudara/mastektomi.
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis,
yaitu :

 1. Umur
  2. Paritas
  3. Serangan sebelumnya
 4. Melahirkan
 5. Gizi
 6. Faktor kekebalan dalam ASI
 7. Stres dan kelelahan
 8. Pekerjaan di luar rumah
 9. Trauma
TANDA DAN GEJALA MASTITIS

 Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:


a) Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras dan kadang terasa nyeri.
b) Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting teregang menjadi rata.
c) ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI sampai pembengkakan
berkurang.
d) Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan
sakit.
e) Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara yang terkena.
 Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak karena sumbatan
saluran ASI antara lain :
a) Payudara terasa nyeri
b) Teraba keras
c) Tampak kemerahan
d) Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–pecah, dan badan terasa demam
seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam.
Pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah.
 Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila didapat sumbatan pada
saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara, dan permukaan kulit tidak pecah – pecah
maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya bagian
payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013).
Patofisiologi Mastitis

 Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi karena
proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermuara pada proses infeksi.
Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal. Namun
karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASI.Hal ini membuat ASI
terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar. Akibatnya
mammae menjadi tegang.Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar
dan tertekan.permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa komponen(terutama
protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan
jaringan sekitar sel memicu respon imun. Terjadi inflmasi hingga sehingga
mempermudah terjadinya infeksi.Kondisi ini membuat lubang duktus laktiferus
menjadi port de entry bakteri/tempat masuknya bakteri , terutama bakteri
Staphylococcus aureus dan Strepcococcus sp.
 Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi, mastitis yang terjadi akibat
proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/perlukaan
pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan menjadikan port de entry / tempat
masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan mammae.
PENCEGAHAN MASTITIS

 Pencegahan Mastitis
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa
tindakan sebagai berikut (Soetjiningsih, 1997):
1) Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
2) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan
saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
3) Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk
mencegah robekan/luka pada puting susu
4) Minum banyak cairan
5) Menjaga kebersihan puting susu
6) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
Penanganan Mastitis
 Jika diduga mastitis, intervensi dini berupa tindakan suportif dapat mencegah

 perburukan. Intervensi meliputi beberapa tindakan hygienitas dan kenyamanan:

1.Bra yang cukup menyangga tetapi tidak ketat

 2. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara

3. Kompres hangat pada area yang terkena

4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu, Jangan lakukan pemijatan jika dikhawatirkan justru membuat

kuman tersebar ke seluruh bagian payudara dan menambah risiko infeksi


 .
5. Peningkatan asupan gizi dan cairan
  
 6. edukasi ibu

Bayi sebaiknya terus menyusu, dan jika menyusui tidak memungkinkan karena nyeri payudara atau penolakan bayi pada
payudara yang terinfeksi,
 pemompaan teratur harus terus dilakukan. Pengosongan payudara dengan sering akan mencegah statis air susu.
 Tetap berikan ASI kepada bayi, terutama gunakan payudara yang sakit sesering dan selama mungkin sehingga sumbatan
tersebut lama-kelamaan akan menghilang, Bayi masih boleh menyusu kecuali bila terjadi abses. Kalau demikian keadaannya,
untuk mengurangi bengkak, ASI harus tetap dipompa keluar. Bayi sebaiknya tetap menyusu pada payudara yang tak terinfeksi.
Pengobatan Mastitis

 A . Antibiotik, Terapi antibiotik diberikan jika antara 12-24 jam tidak terdapat perbaikan, terapi
antibiotik meliputi:

1. penicillin resistan-penisilinase atau sepalosporin
 .
2. Eritromisin mungkin digunakan jika wanita alergi terhadap penicillin.

3. Terapi awal yang paling umum adalah dikloksasilin 500 mg peroral 4 kali sehari untuk 10-
14 hari. Amoxicillin-clavulanate 500mg atau 875mg untuk 10-14 hari atau Clindamycin
300mg untuk 10 – 14 hari atau Trimethoprim-sulfamethoxazole dosis tunggal untuk 10-14
hari. Pada setiap kasus, penting untuk dilakukan tindak lanjut dalam 72 jam untuk
mengevaluasi kemajuan. Jika infeksi tidak hilang hilang kultur air susu harus dilakukan.
  
 B. Analgesik,Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada
mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen
lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada
ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Fibroadenoma Mamae (FAM)
 Fibroadenomamammae(FAM) merupakan tumor jinak
yang paling banyak ditemukan. Menurut penelitian di
New York, FAMterdapat pada ¼ kasus karsinoma,
dengan frekuensi enam kali lebih banyak dibanding
papiloma duktus. Insidensi tertinggi tumor ini terjadi
pada dekade tiga meskipun dapat timbul terutama pada
usia setelah pubertas.
 Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer
Institute(2010), FAM umumnya terjadi pada wanita
dengan usia 21–25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia
di atas 50 tahun.
 Fibroadenoma berasal dari proliferasi kedua
unsurlobulus, yaitu asinus atau duktus terminalisdan
jaringan fibroblastik. Terdapat dua jenis FAM, yaitu FAM
intrakanalikuleratau stromayangtumbuh mendesak
kanalikulus pada sistem duktulus intralobulusdan
FAMperikanalikuleratau stroma yang tumbuh proliferatif
mengitari sistem kanalikulussistem duktulus
intralobulus(Nasaret al., 2010).
 Sifat lesi jinak ini berupa benjolan yangmobile atau dapat
digerakkan, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet
berukuran satu sampai dengan empat sentimeter, dan banyak
ditemukan pada kuadran lateral kanan atas payudara kiri pada
penderita yang right handed.
 Benjolan ini dapat bertambah besar satu sentimeter dibawah
pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi, atau
penggunaan kontrasepsi oral.Secara makroskopik, benjolan
ini berbeda morfologinya dari lesi ganas, yaitu tepi tajam dan
permukaannya putih keabuan sampai merah muda serta
homogen. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat susunan
lobulus perikanalikular yang mengandung stroma padat dan
epitel proliferatif.
Phyloides Tumor
 Secara mikroskopik memiliki pola pertumbuhan
seperti FAM tipe intrakanalikuler dengan stroma yang
sangat seluler, tumbuh cepat, dapat disertai pembentukan
radang pada kulit akibat desakan, sehingga
menimbulkan nekrosis iskemik pada kulit.
 Berdasarkan gejala klinik yang ditimbulkan dan
insidensi terbanyak yaitu 40 tahun yang merupakan
diagnosis banding karsinoma payudara (Underwood &
Cross, 2010).
 Tumor filodes dulu dikenal dengan nama
“cystosarcoma phyllodes”yang dikemukakan pertama
kali oleh Johannes Muller pada tahun 1838, untuk
menunjukkan tumor yang secara makroskopik
menyerupai daging dengan gambaran mikroskopis
menyerupai daun atau leaf-like. Ada juga yang
menyebutnya sebagai “giant fibroadenoma”, cellular
intercanalicular fibroadenoma”dan masih ada beberapa
nama lain tapi yang sekarang dipakai adalah
menurut World Health Organization yaitu tumor
phyllodes (filodes) sebagai penamaan yang paling
sesuai
 Manifestasi klinis tumor filodes umumnya unilateral,
tunggal, tidak disertai nyeri, dengan benjolan
yang dapat teraba. Pasien biasa mengeluh tumor yang
tiba-tiba muncul dan terus menerus mengalami
pembesaran, atau berupa benjolan yang
awalanya menetap dan tiba-tiba tumbuh bertambah
besar dalam beberapa bulan terakhir. Pada pemeriksaan
fisik payudara, tumor filodes berupa benjolan yang
lunak dan bulat, mirip dengan fibroadenoma, namun
dengan ukuran yang besar (>2-3 cm). Tumor dapat
terlihat dengan jelas jika membesar dengan cepat tapi
bukan indikasi ganas.
 Eksisi komplit dengan batas-batas bebas sel tumor dan diikuti dengan
follow-up yang baik merupakan terapi yang dianggap paling baik
untuk tumor filodes bahkan pada banyak kasus diperlukan eksisi
luas dengan batas sayatan mengambil bagian jaringan yang
secara makrosokpis normal, mengambil batas sayatan dari tumor
dengan jarak 2 cm untuk tumor yang berukuran kecil (<5cm), dan 5
cm untuk tumor dengan ukuran besar (>5 cm). Jika tumor sudah
sangat besar dan tidak dapat dihasilkan kosmetik yang baik,
diperlukan total mastektomi. Diseksi kelenjar getah bening
dilakukan hanya bila diduga telah menyebar secara klinis.
 Tidak ada bukti yang menunjukkan adanya perbaikan dengan
adjuvantkemoterapi maupun radioterapi. Respon kemoterapi dan
radioterapi untuk rekurensi maupun metastasis tidak baik, dan
perlunya manipulasi hormonal masih dalam perdebatan.
Paget Desease of the Breast
 Penyakit Paget pada Payudara adalah tipe kanker
payudara yang jarang terjadi, yang ditandai dengan
pertumbuhan abnormal dari sel-sel kanker di sekitar
puting payudara. Kanker biasanya dimulai dari saluran-
saluran kecil pada puting payudara sebelum menyebar ke
permukaan puting payudara dan kulit di sekitarnya
(areola).
Diagnosis Paget Puting Susu

 Setiap wanita sebaiknya melakukan cek rutin payudaranya ke dokter.


Terutama jika terjadi perubahan pada kulit di sekitar puting susu atau
areola. Semakin dini paget puting susu didiagnosis, semakin cepat
ditangani. Paget puting susu biasanya berhubungan dengan kanker
payudara. Dokter bisa menduga adanya tumor jinak ataupun kanker
payudara serta memeriksa lebih lanjut benjolan pada payudara.

 Pemeriksaan biopsi akan dilakukan untuk mengonfirmasi dugaan


penyakit paget puting susu. Sampel jaringan akan diambil ketika
biopsi. Kemudian jaringan akan diperiksa di bawah mikroskop untuk
diselidiki lebih jauh bila sel bersifat kanker. Pemeriksaan lain seperti
mamogram juga dapat dilakukan untuk pengecekan lebih lanjut.
Gejala Paget Puting Susu

 Gejala muncul bisa berupa ruam kulit yang merah dan


bersisik. Kulit bisa terasa nyeri dan meradang, atau terasa
gatal dan terbakar. Puting susu juga dapat menjadi rata,
timbul luka besar atau ulkus. Gejala lain adalah bisa
terjadi puting susu yang mengeluarkan cairan berwarna
kekuningan atau berdarah. Terkadang bisa juga disertai
adanya benjolan pada payudara.
Pengobatan Paget Puting Susu

 Pengobatan paget puting susu adalah dengan pembedahan. Pembedahan


dapat beragam bentuknya. Bisa berupa eksisi sentral, yaitu mengangkat
puting susu dan areola serta jaringan di bawahnya. Atau sampai ke tahap
mastektomi, termasuk mengangkat seluruh payudara.
Jika kanker merupakan tipe invasif, pengobatan akan juga meliputi:
 Kemoterapi, yaitu menggunakan obat-obatan untuk menghancurkan sel
kanker.
 Radioterapi, yaitu menggunakan radiasi untuk menghancurkan sel kanker.
 Terapi biologis atau hormon. Terapi ini dapat menurunkan risiko kanker
pada payudara yang sama atau sisi payudara sebelahnya dan risiko kanker
menyebar pada bagian tubuh lain.
Jika pengobatan dilakukan pada tahap dini, kemungkinan seseorang sembuh
total akan lebih tinggi.
Ca Mammae
Neoplasma ganas parenkim payudara terdiri atas dua
golongan, yaitu karsinoma duktal yang berasal dari sistem
duktusdan karsinoma lobular yang berasal dari asinus
kelenjar payudara.
 Insidensi karsinoma duktal invasif mencapai 70–80%
dengan subtipe papilotubular, solidtubular, danskirus
dengan prognosis masing–masing baik, kurang baik,
buruk.
 Sedangkan karsinoma lobular invasif sekitar 20% dari
seluruh keganasan payudaradan memiliki 3 jenis yaitu
jenis sel kecil, jenis sel besar, dan atypical invasive
lobular carcinoma
 Keluarga
Kemungkinan seorang wanita menderita kanker payudara dua
sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau
saudara kandungnya menderita kanker payudara.

 Usia Resiko
Terkena kanker meningkat sejalan dengan bertambahnya
usia (De Jong&Sjamsuhidajat, 2005).Kanker payudara jarang
menyerang wanita yang berusia kurang dari 30 tahun.
Setelah umur 30 tahun, resiko meningkat secara tetap
sepanjang usia, tetapi setelah masa menopause
 Hormon
Pertumbuhan kanker dipengaruhi oleh hormon estrogen
yang merangsang pembentukan faktor pertumbuhan oleh
sel kanker di sel epitel normal. Pada epitel payudara
terdapat reseptor estrogen dan progesteron yang mungkin
berinteraksi dengan promotor pertumbuhan, seperti
transforming growth factor alfayang berkaitan
dengan faktor pertumbuhanepitel, platelet–derived
growth factor, dan faktor pertumbuhan fibroblastyang
dikeluarkan oleh sel kanker payudara untukmenciptakan
suatu mekanisme autokrin perkembangan tumor
 Radiasi Pengion
Radiasi pengion ke dada meningkatkan resiko
kanker payudara tergantung dari besar dosis radiasi,
waktu sejak pajananawal, dan usia. Tetapi dosis radiasi
rendah pada penapisan mammografi hampir tidak
berefek pada insidensi kanker payudara
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan
mengetahui kriteria operabilitas Heagensen,yaitu sebagai berikut :
1.Terdapat edema luas yang lebih dari sepertiga luas kulit
payudara.
2.Adanya nodul satelit pada kulit payudara.
3.Kanker payudara jenis mastitis kasinomatosa.
4.Terdapat model parasternal dan nodul supraklavikula.
5.Adanya edema lengan dan metastase jauh.
6.Serta terdapat dua dari tanda–tanda locally advanced, yaitu
ulserasi kulit, edemakulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks,
kelenjar getah bening aksila berdiameter lebih 2,5 cm dan
kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain
Klasifikasi penyebaran TNM berdasarkan “The American
JointCommittee on Cancer Staging & End Result Reporting”
Diagnosis
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
Palpasi
Pemeriksaan Penunjang
 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran
22–25 gaugemelewati kulit atau secara percutaneousuntuk
mengambil contoh cairan dari kista payudara atau mengambil
sekelompok sel darimassa yang solid pada payudara.
Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum
yang sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk
mengambil jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan
metodeinsisi maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan
Hematoxylin dan Eosin. Metode biopsi eksisi maupun insisi ini
merupakan pengambilan jaringan yang dicurigai patologis disertai
pengambilan sebagian jaringan normal sebagai pembandingnya.
 Mammografi dan Ultrasonografi Mammografi dan
ultrasonografi berperan dalam membantu diagnosis lesi
payudara yang padat palpable maupun impalpable serta
bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik dan
ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program
skrinning sebagai alat bantu dokter untuk mengetahui
lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB.
 Menurut Muhartono (2012), FNAB yang dipandu
USG untuk mendiagnosis tumor payudara memiliki
sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%
Prognosis
Galaktocel dan Galaktore
 Galaktokel merupakan kista berisi ASI  Galaktorea adalah kondisi
pada payudara ibu menyusui, dapat pula
disebut dengan ‘kista retensi ASI’. yang terjadi akibat terlalu
Galaktokel merupakan benjolan yang banyak prolaktin (hormon
bersifat jinak, dapat digerakkandan tidak
nyeri yang paling sering ditemui pada
yang bertanggung jawab
ibu menyusui, meskipun sering juga terhadap produksi air
terjadi setelah penyapihan dan beberapa susu/laktasi). Prolaktin
kasus tidak biasa di luar proses
menyusui. diproduksi oleh kelenjar
 Benjolan ini awalnya berisi ASI tapi pituitari, kelenjar yang
dapat berubah mengental membentuk berukuran sebesar kelereng
seperti keju atau berminyak.
 Galaktokel timbul oleh adanya stagnasi
yang berada di dasar otak
ASI di dalam payudara yang disebabkan dan bertugas mengeluarkan
oleh adanya peradangan atau sumbatan serta mengatur sejumlah
pada saluran ASI.
hormon.
 Proses menyusui hendaknya tetap
diteruskan karena galaktokel tidak
berbahaya
Diagnosis Galaktorea
 Pemeriksaan fisik.
Dokter akan mencoba untuk mengungkapkan beberapa kemungkinan jenis cairan yang keluar dari putting dengan memeriksa
daerah sekitar puting. Selain itu, dokter mungkin juga memeriksa benjolan payudara atau daerah lainnya yang mengarah ke jaringan
payudara yang menebal.

 Analisis cairan yang keluar dari puting susu.


Hal ini dilakukan untuk melihat apakah tetesan lemak yang ada dapat membantu memastikan diagnosis galaktorea.

 Tes darah.
Tes ini dilakukan untuk memeriksa tingkat prolaktin dalam tubuh. Jika tingkat prolaktin Anda tinggi, dokter kemungkinan besar
akan memeriksa kadar thyroid-stimulating hormone Anda (TSH) juga.

 Tes kehamilan.
Tes ini dilakukan untuk mengecualikan kehamilan sebagai kemungkinan penyebab keluarnya cairan pada puting.

 Mamografi atau USG.


Tes ini dilakukan untuk mendapatkan gambar dari jaringan payudara. Hal ini dilakukan saat dokter menemukan benjolan payudara
atau mengamati adanya perubahan payudara atau puting yang mencurigakan selama pemeriksaan fisik.

 Magnetic Resonance Imaging (MRI) otak untuk memeriksa tumor atau kelainan lain dari kelenjar pituitary.
Hal ini biasanya dilakukan jika tes darah menunjukkan tingkat prolaktin yang tinggi.
Tatalaksana Untuk Ibu yang Bayi meninggal
1. Memompa ASI secara teratur
 Hari 1: pompa selama 5 menit setiap 4-5 jam
 Hari 2: pompa selama 5 menit setiap 2-3 jam
 Hari 3-7: pompa selama yang diperlukan untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
2. Hindari stimulasi putting, karena akan memicu produksi
ASI. Kenakan bra yang menyangga tapi tidak terlalu ketat.
3. Konsumsi obat seperti bromocriptine
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai