Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang umumnya
menyerang perempuan menyusui pada 12 minggu pertama setelah persalinan. Pada
sebagian kecil kasus, masitis juga bisa dialami oleh perempuan yang tidak menyusui.
Pada saat mengalami mastitis, payudara akan membengkak, berwarna kemerahan,
dan teraba hangat. Pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri terutama saat terkena
sentuhan. Biasanya, mastitis hanya menyerang satu sisi payudara saja meskipun tidak
menutup kemungkinan kedua payudara terkena.
Mengenakan bra yang terlalu ketat atau memberikan tekanan berlebihan pada
dada, misalnya dengan penggunaan sabuk keselamatan atau membawa tas
yang berat.
Hanya menggunakan satu posisi ketika menyusui sehingga ASI tidak keluar
semua dari payudara.
Coba berbagai jenis posisi menyusui, jangan hanya melakukan satu posisi saja.
Gunakan bra yang tidak hanya menopang payudara tapi juga nyaman dipakai.
Hindari bra yang menggunakan kawat sebagai penopang atau bra yang terlalu
kecil.
Letakkan kompres hangat dan lembab pada payudara, atau mandi dengan air
hangat sebelum menyusui atau memompa ASI agar tidak mengalami kesulitan
mengosongkan ASI dari payudara.
Jika terlalu sulit untuk menyusui, atau jika bayi Anda tidak mau menyusui dari
payudara yang terinfeksi, maka Anda bisa mencoba memompa atau meremas
payudara agar sisa ASI dapat keluar.
Segera temui dokter jika kondisi tidak kunjung membaik dalam kurun waktu 24 jam.
Biarkan bayi Anda mengosongkan ASI salah satu payudara sebelum berganti ke
payudara sebelahnya.
Pastikan posisi bayi telah pas, nyaman, dan benar ketika sedang menyusu.
Yang disebut payudara bengkak adalah jika ada pembesaran di salah satu atau kedua
payudara, dibandingkan dengan ukuran payudara biasanya. Pembengkakan payudara juga
mungkin disertai gejala lain seperti nyeri, benjolan, perubahan puting susu, dan cairan yang
keluar dari puting susu.
Payudara bengkak biasanya merupakan proses fisiologis normal seperti yang terlihat pada
masa pubertas, menjelang menstruasi, atau saat kehamilan. Namun, kondisi ini mungkin juga
merupakan gejala dari gangguan medis.
Penyebab payudara bengkak yang sering
terjadi
1. Pubertas
Masa pubertas adalah pertama kali Anda bermasalah dengan payudara Anda yang sedang
tumbuh. Payudara membengkak merupakan salah satu tanda pubertas pada anak perempuan.
Pubertas terjadi ketika tubuh perempuan mulai memproduksi hormon wanita dengan tinggi.
Kebanyakan wanita mengalami perubahan pada payudara mereka sebelum atau selama siklus
menstruasi. Payudara sering menjadi nyeri dan bengkak, terasa berat dan nyeri sebelum
menstruasi dimulai. Hal ini disebabkan oleh kenaikan hormon estrogen dan progesteron selama
sebulan. Peningkatan hormon progesteron inilah yang memicu pertumbuhan kelenjar susu.
3. Hamil
Payudara membengkak adalah salah satu tanda pertama yang diperhatikan wanita saat hamil.
Perubahan pada payudara bisa dimulai sejak 1 sampai 2 minggu setelah pembuahan.
4. Menyusui
Jika Anda menyusui anak Anda, maka Anda juga akan mengalami payudara membengkak. Hal
ini disebabkan oleh produksi susu di dalam payudara. Terkadang, bayi yang mengisap
payudara bisa menyebabkan pembengkakan sementara, untuk itu Anda tidak perlu khawatir.
5. Benjolan payudara
Terkadang, nyeri di payudara disebabkan oleh benjolan yang jinak pada payudara. Benjolan ini
bisa terbentuk selama proses menyusui. Benjolan tersebut mungkin juga kista dan bukan
kondisi yang mengkhawatirkan. Benjolan di payudara harus selalu dievaluasi oleh dokter
6. Infeksi payudara
Infeksi payudara dapat terjadi karena cedera, menyusui dan kebiasaan yang tidak bersih.
Tanda-tanda yang terlihat jika Anda mengalami infeksi payudara adalah kemerahan pada puting
susu dan payudara terasa nyeri.
7. Infeksi limfatik
Sistem limfatik mengalirkan darah dari luar pembuluh darah ke seluruh jaringan di tubuh. Jika
nodus payudara membengkak karena infeksi, area di sekitarnya menjadi merah dan nyeri juga.
Anda harus menghubungi dokter sesegera mungkin jika terjadi infeksi limfatik karena bisa
berakibat fatal jika tidak diobati.
8. Mastitis
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan bisa menyebabkan radang di sekitar
puting, bahkan hingga demam. Payudara Anda akan merasa sakit dan terasa panas saat
disentuh. Jika ini terjadi, dokter perlu dihubungi dan sering akan meresepkan antibiotik.
Setelah operasi atau luka, benjolan bisa terjadi di payudara. Benjolan ini disebabkan oleh
jaringan yang memar dan disebut nekrosis lemak payudara. Benjolan ini jinak dan tidak
menyebabkan kanker payudara. Namun, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri di
payudara.
Jika seorang Anda mengalami sakit kronis dan parah di payudara, segera hubungi dokter.
Payudara bengkak disertai rasa sakit yang parah, bisa jadi merupakan gejala kanker payudara.
Tanda-tanda lainnya yaitu rasa sakit di lengan atas, rasa nyeri pada puting, dan benjolan di
payudara.
Menemukan benjolan di payudara bisa jadi mimpi buruk bagi wanita. Namun, jangan keburu
panik dulu. Ketahuilah bahwa tidak semua benjolan payudara pasti merupakan gejala kanker
payudara. Beberapa benjolan pada payudara juga bisa berupa tumor jinak yang cenderung
tidak berbahaya.
Saat melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan menemukan benjolan, perhatikan
beberapa ciri benjolan pada kelainan payudara di bawah ini:
1. Kelainan fibrokistik
Kebanyakan benjolan payudara merupakan fibrosis atau kista yang merupakan perubahan
abnormal pada jaringan payudara dan tidak bersifat ganas atau non kanker.
Perubahan ini biasa disebut perubahan payudara fibrokistik dan biasanya terdeteksi karena
adanya benjolan pada payudara, rasa sakit, atau bahkan bengkak pada payudara. Gejala-
gejala ini biasanya semakin memburuk seiring dengan dimulainya periode menstruasi wanita.
Benjolan yang terasa di payudara mungkin lebih dari satu dan terkadang dari puting akan keluar
sedikit cairan berwarna keruh. Keadaan ini cenderung umum dialami oleh wanita usia produktif
dan dapat terjadi di salah satu payudara atau di kedua payudara.
2. Fibrosis
Jaringan ini hampir mirip dengan jaringan luka. Jika diraba, fibrosis pada payudara akan terasa
kenyal, padat, dan keras. Kelainan ini tidak akan menyebabkan atau berkembang menjadi
kanker payudara. Penelitian terkait meningkatnya risiko kanker payudara pada mereka yang
menderita kelainan fibrokistik menghasilkan kesimpulan yang beragam.
Ada yang mengatakan bahwa jika memiliki kelainan fibrokistik maka risiko kanker payudara di
kemudian hari akan meningkat, namun ada juga yang menyatakan bahwa memiliki kelainan
fibrokistik tidak akan meningkatkan risiko kanker payudara.
3. Kista
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Adanya kista biasanya baru terdeteksi ketika
ukurannya sudah membesar atau disebut (kista makro) di mana ukurannya mencapai 2,5-5 cm.
Pada tahap ini Anda sudah dapat merasakan adanya benjolan pada payudara.
Kista cenderung membesar dan menjadi lunak ketika mendekati masa menstruasi. Benjolan
kista payudara biasanya berbentuk bulat atau lonjong dan mudah digerakkan atau berpindah-
pindah ketika disentuh, seperti menyentuh kelereng. Tetapi benjolan kista dan benjolan solid
lainnya susah untuk dibedakan.
Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat apakah benjolan
benar-benar kista. Sama seperti fibrosis, kista juga tidak meningkatkan risiko Anda terhadap
kanker payudara.
4. Fibroadenoma
Merupakan salah satu jenis tumor jinak yang paling sering dialami wanita. Ciri-cirinya adalah
bisa digerakkan atau berpindah-pindah tempat, Jika ditekan, benjolannya akan terasa padat
atau solid, berbentuk bulat atau oval, serta kenyal. Biasanya benjolan payudara ini juga tidak
menimbulkan rasa sakit ketika ditekan.
Fibroadenoma biasa dialami oleh mereka yang berusia 20-30 tahun dan ras Afrika-Amerika
cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami fibroadenoma di kemudian hari. Selain itu,
benjolan fibroadenoma biasanya juga cenderung memerlukan waktu lama untuk bertambah
besar tetapi bukan tidak mungkin ukurannya akan menjadi sangat besar (atau disebut
dengan giant fibroadenoma).
Fibroadenoma tidak akan berkembang menjadi kanker, dan sama seperti fibrosis serta kista,
penelitian terkait apakah fibroadenoma dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara di
kemudian hari masih belum memberikan jawaban pasti.
5. Intraductal papilloma
Merupakan suatu tumor jinak, non kanker, yang terbentuk pada kelenjar susu. Biasanya
intraductal papilloma teraba berupa satu benjolan cukup besar yang terletak dekat dengan
puting, atau bisa juga berbentuk beberapa benjolan kecil yang terletak jauh dari puting.
Ukuran dari benjolan tumor ini berkisar antara 1-2 cm, bisa lebih besar atau bahkan lebih kecil
tergantung dari dimana benjolan tersebut tumbuh. Terbentuk dari kelenjar, sel fibrous, dan
pembuluh darah, intraductal papilloma lebih sering terjadi pada mereka yang berusia 35 sampai
55 tahun.
Jika intraductal papilloma terdiri hanya dari satu benjolan saja dan berada dekat dengan puting,
kondisi ini biasanya tidak diasosiasikan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Namun, multiple papillomas alias tumor yang lebih dari satu dan tersebar di payudara jauh dari
puting, dapat membuat risiko Anda untuk menderita kanker payudara di kemudian hari sedikit
meningkat. Ini karena multiple papillomas sering dikaitkan dengan suatu keadaan pre-kanker
yang disebut atypical hyperplasia.
pertumbuhannya lambat
Untuk diagnosis yang lebih jelas, tentu Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.
Pemeriksaan lanjutan (seperti USG dan mammografi) mungkin dibutuhkan dan akan
memberikan hasil yang lebih akurat terkait benjolan di payudara Anda.
Salah satu kondisi yang bisa mengganggu proses menyusui adalah mastitis, yaitu kondisi saat
jaringan payudara ibu mengalami peradangan. Mastitis biasanya menyerang ibu menyusui di
fase-fase awal setelah melahirkan, tapi bisa juga terjadi saat proses menyusui sudah berjalan
lama. Kondisi ini bisa membuat ibu mengalami kesulitan memberikan ASI karena kondisi
payudara bengkak dan terasa sakit.
Selain itu, Anda mungkin akan mengalami gejala menyerupai flu sebelum Anda akhirnya
menyadari ada perubahan pada payudara Anda.
Saluran aliran ASI yang tersumbat. Penyumbatan yang dimaksud adalah ketika ASI
yang tersisa mengendap di dalam saluran susu. Komplikasinya dapat berupa infeksi payudara.
Selain kedua penyebab di atas, beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko terjadinya
penyebab mastitis:
Kelelahan.
Susuilah bayi sesering mungkin pada posisi yang nyaman dan berganti sisi.
Jika bayi tidak menyusui dalam jumlah banyak, pompalah ASI Anda.
Pijatlah payudara Anda dengan lembut saat menyusui untuk memperlancar ASI.
Hindari memakai bra yang terlalu ketat.
Jika langkah-langkah di atas tidak mampu mengurangi gejala-gejala mastitis, bantuan dokter
mungkin dibutuhkan. Dokter kemungkinan besar akan memberikan antibiotik untuk membunuh
bakteri penyebab mastitis.
Meski mastitis yang menyebabkan payudara bengkak pada ibu menyusui dianggap wajar,
namun tidak ada salahnya mewaspadai penyakit ini. Mewaspadai mastitis sangat penting agar
momen paling intim antara ibu dan bayi tidak terganggu.
Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar
3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang mendasari
kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI
dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi
meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).
Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering
pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui
bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang
mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI,
mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu
payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut
stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang
disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.
Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:
Menggigil
Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena
ASI terasa asin
Berdasarkan jumlah lekosit (sel darah putih), Thomsen dkk. membagi peradangan
payudara dalam 3 kondisi klinis (Tabel 1).
Patofisiologi
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama
protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke
jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi,
dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula
mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.
2. Puting lecet.
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu
menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting
(tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir
sehingga aliran ASI tidak sempurna.
7. Frenulum pendek.
10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman
pada mobil.
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan
kulit, dan lain-lain.
14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Pencegahan
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat
dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya
bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat,
meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta
melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa
ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat
diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke
jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan
mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan
mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal
lainnya.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus
selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota
keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu
diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan
bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari
kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat
dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.
Tata laksana
Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang
baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan
masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering
menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu
dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin
dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri
sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau
ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu
mengalirkan ASI dari daerah tersebut.
Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat
terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu
khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan
pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak
mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau
pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap
terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang
dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari
daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan
yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di
rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat
membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat
dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak
kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin
justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin
lebih tergantung pada kenyamanan ibu.
Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat
membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar
proses menyusui terus berlangsung.
Penggunaan obat-obatan
Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis
dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.
Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis.
Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih
efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi
pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan
konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak
terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus
segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau
flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang
lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan
flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena
sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu
hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat
lebih dianjurkan klindamisin.
Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 - 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik
sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya
mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.
Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai
dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila
dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk.
memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri
mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat
antibiotik.
Pemantauan
Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon
klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang
adekuat termasuk antibiotik, harus dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih
lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya
abses atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau
limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang
sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya massa tumor, kista atau galaktokel.
Komplikasi
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan
untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan
risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak
aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang
jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.
Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang
walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat
dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus
terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat
besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus
mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang
diberikan sesuai dengan jenis kumannya.
Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat.
Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur
biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin
tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles
nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi
menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.
Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa
infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir.
Diagnosis mastitis ditegakkan bila ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh
serta payudara menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak. Beberapa faktor risiko
utama timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang jarang dan
pelekatan bayi yang kurang baik. Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata
laksana mastitis. Selain itu ibu perlu beristirahat, banyak minum, mengkonsumsi nutrisi
berimbang dan bila perlu mendapat analgesik dan antibiotik.
Stadium Selulitis
Pada stadium selulitis, ibu tidak boleh menyusui bayi
pada sisi yang sakit. Antibiotik pilihan adalah cefadroxil
500 mg oral setiap 12 jam diberikan selama 7-10 hari
(Mastitsi Laktasi). Pada mastitis non-laktasi antibiotik
pilihan dapat ditambahkan metronidazole 3x400 mg.
Obat NSAID dapat diberikan contohnya Ibuprofen 400
mg 3 kali per hari.
Stadium Abses
Abses sebaiknya didrainase (Insisi dan Drainase)
dengan disertai pemberian antibiotik. Jika abses
terletak pada setiap kuadran payudara, selain kuadran
bawah, abses didrainase dengan insisi radial.
Semoga Bermanfaat^^
Sponsored Content
Ma
stitis
Abses
Pencegahan:
1. Melakukan kontak kulit ke kulit segera setelah melahirkan (Inisiasi
Menyusu Dini).
2. Menyusui bayi tanpa batasan durasi maupun frekuensi (on demand).
3. Memastikan bayi menghisap dengan baik di payudara.
4. Menyusui eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2
tahun.
5. Segera mencari bantuan ahli jika mendapati proses menyusu yang
nyeri dan tidak nyaman (durasi menyusu sangat lama, bayi kesulitan
menangkap payudara, sering terlepas-lepas, nyeri di puting, lecet puting,
dll).
6. Jangan menunda dan segera konsultsikan permasalahan di payudara
Anda.
BANNER 728 x 90
Penanganan: 1-2
– Memastikan bayi memiliki hisapan yang baik. Menghentikan pemakaian
dot dan empeng. Jika terdapat tongue tie maka dilakukan tindakan
pengguntingan tali lidah bayi (frenotomy).
– Bayi dapat diposisikan menetek dengan posisi dagu ke arah payudara
yang tersumbat, karena posisi ini dapat membantu pengosongan
payudara.
– Tidak melakukan pemijatan pada payudara yang sudah terjadi mastitis.
– Tetap menyusu dari payudara yang nyeri sekalipun terdapat darah
ataupun nanah. Darah akan keluar lewat feses bayi dengan warna gelap
kehitaman, sementara bakteri di dalam nanah akan mati saat terkena
asam lambung bayi.
– Mengkonsumsi obat radang, kadang memerlukan antibiotik, bahkan
pada beberapa kasus memerlukan rawat inap untuk pemberian obat-
obatan lewat infus, untuk mencegah mastitis berkembang menjadi
abses.
– Pada kondisi abses payudara, maka perlu dilakukan pengeluaran nanah
dengan prosedur operasi oleh dokter spesialis bedah.
Terjadinya mastitis atau abses menyebabkan penurunan produksi ASI
untuk sementara pada sisi yang meradang. Hal ini dapat menyebabkan
bayi menjadi rewel karena aliran ASI tidak sederas biasanya. Pada kondisi
tertentu, perlu dilakukan pemasangan alat suplementasi untuk
sementara waktu, sehingga aliran di payudara, kembali deras, sehingga
bayi bisa menyusu nyaman dan kenyang.
Referensi:
1. World Health Organisation. Mastitis: Cause and Management.
Publication Number WHO/FCH/CAH/00.13. World Health Organisation,
Geneva, 2000.
2. Amir LH. Mastitis. ABM Clinical Protocol. Breastfeeding Medicine,
2014;4:239-243.
3. Lawrence RA, Lawrence RM. Breastfeeding : A Guide for the Medica
Profession, 7th edition. Mosby, St.Louis, 2011.
4. Usatine RP, Smith MA, Mayeaux EJ, Chumley HS: The Colour Atlas of
family Medicine, Second Edition. www.accessmedicine.com
Contoh Kasus:
Ny.C, By.M, bayi perempuan, lahir dalam persalinan spontan, usia
kehamilan 40 minggu. Bayi lahir dengan berat 3190 gr. Sejak hari kedua
sudah mulai memerah asi karena selalu merasa bayi tidak mampu
mengosongkan payudara, dan Dari RS tempat ibu melahirkan diminta
untuk mengerjakan demikian. Bayi menetek langsung di kedua payudara.
Beberapa kali bayi akhirnya diberikan minum dengan gelas atau sendok
jika sudah sangat kewalahan meneteki.
Pada hari kelima setelah melahirkan, ibu mengalami meriang dan
demam hingga 39 derajat Celsius. Ibu kemudian ke UGD dan dilakukan
massage dan ibu hanya mendapat terapi pengurang demam.
Pada hari ketujuh, ibu konsultasi ke dokter laktasi karena payudara kiri
sangat nyeri dan bengkak, serta tampak kemerahan hampir di seluruh
payudara, teraba juga benjolan yang cukup besar, teraba sangat nyeri.
Dokter laktasi melakukan observasi posisi dan perlekatan bayi saat
menetek. Dengan posisi menetek yang baik, bayi masih tampak gelisah
saat menetek. Bayi hanya mengulum puting ibu. Bibir atas bayi juga
tampak melipat kedalam saat bayi menetek. Kedua puting lecet minimal.
ASI dari payudara kanan keluar cukup deras, sementara dari payudara
sisi sakit hanya menetes. Pada pemeriksaan fisis, tampak bayi hanya bisa
menjulurkan lidah sampai batas gusi bawah. Ujung lidah bayi terbelah
seperti membentuk hati (tongue tie tipe anterior). Pada bibir atas juga
terdapat frenulum bibir grade 4. Dokter Laktasi melakukan
pengguntingan tali lidah bayi yang sangat ketat, juga pada tali bibir atas
(double frenotomy). Setelah itu hisapan bayi menjadi lebih optimal
hingga ke areola ibu. Nyeri puting ibu saat menetek juga dirasakan
minimal. Ibu mendapat antibiotik minum dan obat pengurang radang.
Ibu diberikan pengantar USG payudara. Ibu mulai stop memerah
payudara atau hanya boleh perah hingga nyaman bukan untuk
pengosongan dan bayi menetek langsung dari kedua payudara.
Pada hari kesembilan dilakukan USG payudara dan hasil USG adalah
peradangan payudara (mastitis).
Pada hari kesepuluh, Ibu akhirnya memutuskan untuk dirawat inap dan
diberikan antibiotik infus. Bayi ikut rawat inap di RS, supaya bisa menetek
langsung. BB bayi saat itu 2990 gram. Ibu kemudian dikonsultasikan ke
dokter bedah, dan dokter bedah melakukan aspirasi dengan jarum suntik
dan dari hasil pemeriksaan ditemukan nanah kuning kental dari
payudara sisi kiri. Ibu dijadwalkan untuk dilakukan operasi pengeluaran
nanah.
Setelah operasi insisi drainase abses payudara kiri, payudara ibu jauh
merasa nyaman dan nyeri berkurang. Setelah operasi, bayi masih lanjut
menetek dari kedua payudara secara bergantian. Ibu boleh pulang dari
RS 4 hari kemudian. Hari ke-14 BB bayi sudah menjadi 3175 gram dengan
menetek saja dari kedua payudara.
1 minggu setelah pulang dari RS (usia 21 hari, ibu kontrol ke dokter
bedah dan hasil operasi baik. Ibu juga kontrol bayi ke dokter anak, BB
mulai naik menjadi 3500 gr.
Saat usia 1 bulan BB bayi naik menjadi 3750 gram. Jumlah ASI di
payudara ibu juga sudah makin meningkat.
Saat usia 2 bulan BB bayi 4580 gram, 3 bulan BB bayi 5400 gram, 4 bulan
5950 gram.
Saat ini payudara ibu sudah sembuh total dan bayi masih menetek
langsung dari kedua payudara dan perkembangannya selalu baik.
Definisi
Apa itu mastitis?
Mastitis adalah infeksi pada satu atau lebih pada saluran payudara. Mastitis atau mastitis laktasi
biasanya berhubungan dengan menyusui dan dapat menyebabkan sakit parah jika tidak
terdeteksi dan terobati secepatnya.
Payudara sakit, memerah dan terasa nyeri. Bagian luar atas payudara biasanya
terpengaruh jadi memar
Sakit atau rasa panas di payudara sepanjang waktu atau hanya saat menyusui;
Bengkak
Sakit kepala
Demam tinggi dan sakit di payudara mungkin mengindikasikan bahwa abses berada di
payudara.
Beberapa tanda atau gejala mungkin ada yang tidak tercantum di atas. Jika merasa cemas
tentang gejalanya, konsultasi ke dokter.
Penyebab
Apa penyebab mastitis laktasi ?
Mastitis adalah kondisi yang seringkali disebabkan oleh bakteri dari mulut bayi. Bakteri masuk
ke dalam payudara melalui kulit (puting) yang pecah atau melalui saluran susu di puting. Orang
dengan diabetes dan puting yang lecet atau memar dapat berisiko terkena infeksi ini.
Dalam sejumlah kasus, saluran susu tersumbat dan menyebabkan bakteri terkumpul dapat
mengakibatkan infeksi tersendiri.
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk mastitis laktasi?
Mastitis adalah kondisi yang dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko, yakni:
Puting yang sakit atau lecet, meski demikian mastitis laktasi dapat berkembang tanpa
adanya kulit yang rusak.
Hanya menggunakan satu posisi menyusui, yang mungkin tidak sepenuhnya menyedot
payudara.
Mengenakan bra yang terlalu ketat atau melakukan aktivitas yang menekan payudara
misalnya mengenakan sabuk pengaman di atas payudara atau membawa tas terlalu berat,
yang dapat menghambat aliran susu.
Gizi buruk.
Antibiotik untuk mengobati mastitis biasanya membutuhkan masa 10-14 hari. Anda
mungkin membaik 24-48 jam setelah memulai antibiotik, namun penting untuk minum semua pil
untuk mengurangi peluang kambuh.
Pasien wajib beristirahat, terus menyusui dan minum cairan tambahan untuk membantu
tubuh melawan infeksi payudara.
Wanita dengan mastitis ringan tidak perlu berhenti menyusui. Dokter akan meresepkan
antibiotik untuk infeksi dan menyarankan menyusui dari payudara dan memompa dari payudara
yang tidak terkena. Mengosongkan payudara dengan benar akan menghentikan bakteri
berkumpul di dalam payudara dan membantu memperpendek masa infeksi.
Jika rasa nyeri dan demam tidak kunjung membaik, kemungkinan terdapat abses. Abses perlu
disedot melalui operasi.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mastitis laktasi?
Dokter mendiagnosis lewat gejala dan pemeriksaan. Tes darah, analisis ASI, atau sampel
bakteri dari mulut bayi mungkin juga dilakukan namun tidak terlalu penting untuk membuat
diagnosis atau memulai pengobatan.
Bentuk kanker payudara yang langka – kanker payudara yang meradang – juga bisa
menyebabkan merah dan pembengkakan yang seringkali disalahartikan sebagai mastitis.
Dokter mungkin menyarankan mamogram diagnostik. Jika tanda dan gejala membandel bahkan
setelah melewati semua tahap antibiotik, Anda perlu biopsi untuk memastikan Anda tidak
mengidap kanker payudara.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi mastitis laktasi?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mengatasi
mastitis laktasi:
Menyusui dari payudara yang tidak terinfeksi dan kosongkan kedua payudara dengan
pompa pada payudara yang terinfeksi.
Periksa ke dokter dalam 1-2 minggu untuk memastikan apakah infeksi telah sembuh.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.
MASTITIS
MEI 14, 2013BIDANIAKU TINGGALKAN KOMENTAR
A. PENGERTIAN
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang
disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.
Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses
payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari
mastitis.
B. KLASIFIKASI
1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct
ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di
payudara.
2. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama
mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting
ibu melalui kontak langsung.
3. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus,
jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra
intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan
payudara/mastektomi.
C. FAKTOR RISIKO
1. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
2. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat
mengurangi resiko mastitis.
3. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan
waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
3.Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan
saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
D. ETIOLOGI
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika
payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan
dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
2. Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia
coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai
komplikasi demam tifoid.
E. PATOFISIOLOGI
F. MANIFESTASI KLINIS
Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
Demam suhu > 38,5 derajat celcius
Ada luka pada puting payudara
Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
Terasa keras dan tegang
Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa
asin
2. Gejala mastitis non infeksiosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala klinis yang diperoleh dari anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang .
H. DIAGNOSIS BANDING
Mastitis infeksiosa
Mastitis non infeksiosa
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
– Lab darah
– Kultur kuman
– Uji sensitifitas
– Mammografi
– USG payudara
J. Tatalaksana
Pencegahan
Pengunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk
menghisap payudara yang lain.
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.2. Penatalaksaan
yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk
memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki
tanpa batas.
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri/panas/kemerahan :
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
Nyeri/puting pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan
payudara)
Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
5. Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum
dan setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi dengan
ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.
Penanganan
1. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan membuat
banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri,
wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus dinyakinkan kembali tentang nilai
menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan
membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang
terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan
bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif
Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
Gejala berat sejak awal
Terlihat puting pecah-pecah
Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Antibiotik -laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcusb aureus.
Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika mungkin,
ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.
Antibiotik Dosis
Berikan antibiotik
– Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam selama 10 hari
– Bebat/sangga payudara
Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang
akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup minum
cairan..
K. KOMPLIKASI
– Abses payudara
– Sepsis
L. PROGNOSIS