Anda di halaman 1dari 44

Infeksi Payudara

Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang umumnya
menyerang perempuan menyusui pada 12 minggu pertama setelah persalinan. Pada
sebagian kecil kasus, masitis juga bisa dialami oleh perempuan yang tidak menyusui.
Pada saat mengalami mastitis, payudara akan membengkak, berwarna kemerahan,
dan teraba hangat. Pembengkakan ini menimbulkan rasa nyeri terutama saat terkena
sentuhan. Biasanya, mastitis hanya menyerang satu sisi payudara saja meskipun tidak
menutup kemungkinan kedua payudara terkena.

Mastitis menyebabkan ibu atau penderitanya mengalami kesulitan saat mengasuh


anaknya sehingga kegiatan menyusui kadang menjadi terhambat atau terhenti.
Meskipun demikian, kegiatan menyusui sebaiknya tetap dilakukan karena baik untuk
penderita maupun bayi. Kegiatan menyusui juga masih bisa tetap dilakukan walau
penderita sedang mengonsumsi antibiotik untuk pengobatan mastitis.

Penyebab Infeksi Payudara


Pada hampir sebagian besar kasus, infeksi payudara yang terjadi pada wanita
menyusui disebabkan oleh adanya sisa air susu ibu (ASI) di payudara. Penumpukan
sisa ASI ini akan menyumbat saluran air susu sehingga payudara akan membengkak.
Para ahli menduga bahwa adanya tumpukan ASI ini lama kelamaan akan menghasilkan
suatu tekanan yang cukup kuat di dalam payudara, sehingga ASI akan merembes ke
jaringan-jaringan di sekitar payudara. Kandungan protein dalam ASI ini akan
disalahartikan oleh tubuh sebagai benda asing, dan sistem kekebalan tubuh akan
bekerja untuk melawannya, sehingga terjadilah suatu reaksi peradangan.
Sumbatan di saluran ASI ini dapat dipicu oleh teknik menyusui yang masih kurang
tepat, gangguan pada bayi sehingga tidak bisa menyedot susu dengan baik,
pengeluaran ASI secara tidak teratur, hanya menggunakan satu payudara untuk
menyusui, atau adanya trauma yang merusak jaringan pengeluaran air susu.
Penyebab lainnya adalah bakteri yang berasal dari permukaan kulit atau mulut bayi.
Bakteri dapat masuk ke dalam saluran susu melalui celah pada puting atau pembukaan
pada saluran susu. Bakteri juga dapat berkembang dari air susu yang tidak dikeluarkan
hingga habis, namun kandungan antibakteri yang dimiliki air susu ibu membuat bayi
terlindung dari infeksi.
Pada umumnya, mastitis tidak akan memengaruhi kondisi bayi. Namun demikian, bayi
yang berada dalam unit perawatan khusus tidak diperbolehkan untuk langsung
meminum ASI yang berasal dari payudara yang terinfeksi karena memiliki kandungan
garam yang cenderung tinggi.
Pada perempuan yang tidak menyusui, mastitis biasanya disebabkan oleh puting yang
mengalami keretakan, ditindik, atau luka, dan disebut dengan mastitis periduktal.
Kondisi puting ini dapat menyebabkan bakteri mudah masuk ke dalam saluran ASI dan
menimbulkan infeksi.
Ada beberapa faktor risiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan terjangkit infeksi
payudara atau mastitis, di antaranya:

 Nutrisi yang buruk.

 Pernah mengalami mastitis sebelumnya yang terjadi pada periode menyusui.

 Terlalu lelah atau stres

 Mengenakan bra yang terlalu ketat atau memberikan tekanan berlebihan pada
dada, misalnya dengan penggunaan sabuk keselamatan atau membawa tas
yang berat.

 Hanya menggunakan satu posisi ketika menyusui sehingga ASI tidak keluar
semua dari payudara.

 Periode menyusui yang jarang atau terlewat.


 Kerusakan pada saluran ASI atau kelenjar yang ada di payudara.

Gejala Infeksi Payudara


Infeksi payudara atau mastitis ditandai dengan adanya pembengkakan yang teraba
hangat dan berwarna kemerahan pada payudara, dan biasanya menimbulkan rasa sakit
dan sensasi terbakar terutama ketika menyusui. Biasanya, gejala ini hanya dialami
pada satu sisi payudara saja.
Selain itu, mastitis seringkali membuat penderita merasa kehabisan tenaga, atau
kelelahan, dan gejala-gejala seperti demam tinggi dan panas dingin.
Pada kasus lainnya, gejala yang muncul dapat serupa dengan gejala flu selama
beberapa jam sebelum penderita menyadari ada area di payudara yang agak
membengkak. Segera temui dokter untuk memastikan diagnosis dan mendapatkan
pengobatan.

Diagnosis Infeksi Payudara


Diagnosis infeksi payudara biasanya diberikan oleh seorang ahli kandungan, namun
dapat juga didapatkan dengan melakukan pemeriksaan pada dokter umum saja.
Penderita mungkin akan dirujuk kepada seorang konsultan laktasi jika ternyata mastitis
disebabkan oleh gangguan menyusui.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik berdasarkan gejala yang disampaikan
penderita untuk memastikan diagnosis mastitis, misalnya demam tinggi yang diikuti
dengan sakit di payudara atau pembengkakan. Pemeriksaan mamografi dan biopsi
mungkin akan dilakukan untuk menyingkirkan dugaan kanker payudara yang memiliki
gejala yang hampir sama, yaitu bengkak yang berwarna kemerahan.
Dokter juga akan memeriksa jika terdapat abses (nanah) pada area payudara yang
mengalami pembengkakan jika ternyata kondisinya sudah berlangsung cukup lama.
Abses dapat berkembang jika infeksi payudara tidak segera diobati atau infeksi yang
dialami cukup parah.
Pemeriksaan terhadap ASI mungkin akan dilakukan untuk menentukan antibiotik yang
cocok bagi penderita.

Pengobatan Infeksi Payudara


Obat antibiotik yang diminum biasanya akan diberikan untuk mengobati kondisi ini dan
penderita akan merasa membaik setelah dua hari. Namun demikian, antibiotik
sebaiknya harus tetap diminum hingga periode pengobatan berakhir agar kondisi ini
tidak terulang kembali. Obat pereda rasa sakit juga dapat diberikan, seperti ibuprofen
dan asetaminofen.
Jika tidak segera diobati, pembengkakan dapat berkembang menjadi nanah hingga
menebal dan diperlukan operasi untuk mengeluarkannya dari payudara. Dokter
mungkin akan melakukan tes tambahan jika kondisi penderita tidak kunjung membaik
walau telah memeroleh pengobatan di atas.
Jika mastitis disebabkan oleh tersumbatnya aliran susu yang berasal dari teknik
menyusui yang kurang baik, maka dokter dapat merekomendasikan seorang konsultan
laktasi untuk membantu penderita dengan kondisi ini. Ingatlah selalu untuk menyusui
hingga persediaan susu di payudara habis dan bayi menyusu dengan benar.
Pastikan juga Anda mendapatkan waktu istirahat yang cukup, perbanyak asupan cairan
untuk membantu tubuh melawan infeksi, dan tetaplah menyusui anak Anda sesering
mungkin dan selama bayi lapar. Semakin sering Anda menyusui, maka risiko saluran
tersumbat juga akan semakin berkurang. Di bawah ini adalah langkah lain yang bisa
dilakukan:

 Beristirahat di tempat tidur bersama bayi akan memungkinkan terciptanya


kegiatan menyusui yang lebih sering.

 Coba berbagai jenis posisi menyusui, jangan hanya melakukan satu posisi saja.

 Gunakan bra yang tidak hanya menopang payudara tapi juga nyaman dipakai.
Hindari bra yang menggunakan kawat sebagai penopang atau bra yang terlalu
kecil.

 Hindari pengisian susu berkepanjangan (sebelum menyusui kembali), karena


bisa memicu pembengkakan.

 Letakkan kompres hangat dan lembab pada payudara, atau mandi dengan air
hangat sebelum menyusui atau memompa ASI agar tidak mengalami kesulitan
mengosongkan ASI dari payudara.

 Jika terlalu sulit untuk menyusui, atau jika bayi Anda tidak mau menyusui dari
payudara yang terinfeksi, maka Anda bisa mencoba memompa atau meremas
payudara agar sisa ASI dapat keluar.

Segera temui dokter jika kondisi tidak kunjung membaik dalam kurun waktu 24 jam.

Pencegahan Infeksi Payudara


Infeksi payudara dapat dicegah dengan menerapkan cara menyusui yang baik sejak
awal, termasuk dengan berkonsultasi dengan ahli laktasi jika memang diperlukan. Ahli
laktasi bisa memberikan saran yang berguna mengenai teknik laktasi yang baik dan
benar. Beberapa tindak pencegahan lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko
mastitis, adalah:

 Selalu mengganti posisi (berganti payudara) setiap akan menyusui.


 Mengosongkan payudara sepenuhnya ketika sedang menyusui. Jika bayi sudah
berhenti menyusu dan payudara belum sepenuhnya kosong, gunakanlah alat
pompa ASI hingga payudara kembali kosong.

 Biarkan bayi Anda mengosongkan ASI salah satu payudara sebelum berganti ke
payudara sebelahnya.

 Pastikan posisi bayi telah pas, nyaman, dan benar ketika sedang menyusu.

10 Penyebab Payudara Bengkak, dari


PMS Sampai Infeksi
Oleh Andisa ShabrinaInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum.

 1Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)1

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)


Yang disebut payudara bengkak adalah jika ada pembesaran di salah satu atau kedua
payudara, dibandingkan dengan ukuran payudara biasanya. Pembengkakan payudara juga
mungkin disertai gejala lain seperti nyeri, benjolan, perubahan puting susu, dan cairan yang
keluar dari puting susu.

Payudara bengkak biasanya merupakan proses fisiologis normal seperti yang terlihat pada
masa pubertas, menjelang menstruasi, atau saat kehamilan. Namun, kondisi ini mungkin juga
merupakan gejala dari gangguan medis.
Penyebab payudara bengkak yang sering
terjadi
1. Pubertas

Masa pubertas adalah pertama kali Anda bermasalah dengan payudara Anda yang sedang
tumbuh. Payudara membengkak merupakan salah satu tanda pubertas pada anak perempuan.
Pubertas terjadi ketika tubuh perempuan mulai memproduksi hormon wanita dengan tinggi.

Anak perempuan biasanya mengalami pengembangan atau pembengkakan payudara antara


usia 7 dan 13 tahun, walaupun beberapa anak perempuan dapat mengalaminya lebih awal atau
lebih lambat. Saat anak perempuan memasuki pubertas, jaringan yang terbentuk di payudara
mereka menyebabkan area datar di sekitar puting susu membesar, dan payudara terlihat
membengkak.

2. Gejala akan menstruasi

Kebanyakan wanita mengalami perubahan pada payudara mereka sebelum atau selama siklus
menstruasi. Payudara sering menjadi nyeri dan bengkak, terasa berat dan nyeri sebelum
menstruasi dimulai. Hal ini disebabkan oleh kenaikan hormon estrogen dan progesteron selama
sebulan. Peningkatan hormon progesteron inilah yang memicu pertumbuhan kelenjar susu.

3. Hamil

Payudara membengkak adalah salah satu tanda pertama yang diperhatikan wanita saat hamil.
Perubahan pada payudara bisa dimulai sejak 1 sampai 2 minggu setelah pembuahan.

4. Menyusui

Jika Anda menyusui anak Anda, maka Anda juga akan mengalami payudara membengkak. Hal
ini disebabkan oleh produksi susu di dalam payudara. Terkadang, bayi yang mengisap
payudara bisa menyebabkan pembengkakan sementara, untuk itu Anda tidak perlu khawatir.

5. Benjolan payudara

Terkadang, nyeri di payudara disebabkan oleh benjolan yang jinak pada payudara. Benjolan ini
bisa terbentuk selama proses menyusui. Benjolan tersebut mungkin juga kista dan bukan
kondisi yang mengkhawatirkan. Benjolan di payudara harus selalu dievaluasi oleh dokter

6. Infeksi payudara

Infeksi payudara dapat terjadi karena cedera, menyusui dan kebiasaan yang tidak bersih.
Tanda-tanda yang terlihat jika Anda mengalami infeksi payudara adalah kemerahan pada puting
susu dan payudara terasa nyeri.

7. Infeksi limfatik
Sistem limfatik mengalirkan darah dari luar pembuluh darah ke seluruh jaringan di tubuh. Jika
nodus payudara membengkak karena infeksi, area di sekitarnya menjadi merah dan nyeri juga.
Anda harus menghubungi dokter sesegera mungkin jika terjadi infeksi limfatik karena bisa
berakibat fatal jika tidak diobati.

8. Mastitis

Mastitis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan bisa menyebabkan radang di sekitar
puting, bahkan hingga demam. Payudara Anda akan merasa sakit dan terasa panas saat
disentuh. Jika ini terjadi, dokter perlu dihubungi dan sering akan meresepkan antibiotik.

9. Nekrosis lemak payudara

Setelah operasi atau luka, benjolan bisa terjadi di payudara. Benjolan ini disebabkan oleh
jaringan yang memar dan disebut nekrosis lemak payudara. Benjolan ini jinak dan tidak
menyebabkan kanker payudara. Namun, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit dan nyeri di
payudara.

10. Kanker payudara

Jika seorang Anda mengalami sakit kronis dan parah di payudara, segera hubungi dokter.
Payudara bengkak disertai rasa sakit yang parah, bisa jadi merupakan gejala kanker payudara.
Tanda-tanda lainnya yaitu rasa sakit di lengan atas, rasa nyeri pada puting, dan benjolan di
payudara.

5 Jenis Benjolan Payudara yang


Bukan Kanker
Oleh Monika NandaInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum.

 386Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)386

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)


Menemukan benjolan di payudara bisa jadi mimpi buruk bagi wanita. Namun, jangan keburu
panik dulu. Ketahuilah bahwa tidak semua benjolan payudara pasti merupakan gejala kanker
payudara. Beberapa benjolan pada payudara juga bisa berupa tumor jinak yang cenderung
tidak berbahaya.

Saat melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan menemukan benjolan, perhatikan
beberapa ciri benjolan pada kelainan payudara di bawah ini:

1. Kelainan fibrokistik
Kebanyakan benjolan payudara merupakan fibrosis atau kista yang merupakan perubahan
abnormal pada jaringan payudara dan tidak bersifat ganas atau non kanker.

Perubahan ini biasa disebut perubahan payudara fibrokistik dan biasanya terdeteksi karena
adanya benjolan pada payudara, rasa sakit, atau bahkan bengkak pada payudara. Gejala-
gejala ini biasanya semakin memburuk seiring dengan dimulainya periode menstruasi wanita.

Benjolan yang terasa di payudara mungkin lebih dari satu dan terkadang dari puting akan keluar
sedikit cairan berwarna keruh. Keadaan ini cenderung umum dialami oleh wanita usia produktif
dan dapat terjadi di salah satu payudara atau di kedua payudara.

2. Fibrosis
Jaringan ini hampir mirip dengan jaringan luka. Jika diraba, fibrosis pada payudara akan terasa
kenyal, padat, dan keras. Kelainan ini tidak akan menyebabkan atau berkembang menjadi
kanker payudara. Penelitian terkait meningkatnya risiko kanker payudara pada mereka yang
menderita kelainan fibrokistik menghasilkan kesimpulan yang beragam.

Ada yang mengatakan bahwa jika memiliki kelainan fibrokistik maka risiko kanker payudara di
kemudian hari akan meningkat, namun ada juga yang menyatakan bahwa memiliki kelainan
fibrokistik tidak akan meningkatkan risiko kanker payudara.

3. Kista
Kista adalah kantung yang berisi cairan. Adanya kista biasanya baru terdeteksi ketika
ukurannya sudah membesar atau disebut (kista makro) di mana ukurannya mencapai 2,5-5 cm.
Pada tahap ini Anda sudah dapat merasakan adanya benjolan pada payudara.

Kista cenderung membesar dan menjadi lunak ketika mendekati masa menstruasi. Benjolan
kista payudara biasanya berbentuk bulat atau lonjong dan mudah digerakkan atau berpindah-
pindah ketika disentuh, seperti menyentuh kelereng. Tetapi benjolan kista dan benjolan solid
lainnya susah untuk dibedakan.

Pemeriksaan lebih lanjut diperlukan untuk mendapatkan data yang akurat apakah benjolan
benar-benar kista. Sama seperti fibrosis, kista juga tidak meningkatkan risiko Anda terhadap
kanker payudara.
4. Fibroadenoma
Merupakan salah satu jenis tumor jinak yang paling sering dialami wanita. Ciri-cirinya adalah
bisa digerakkan atau berpindah-pindah tempat, Jika ditekan, benjolannya akan terasa padat
atau solid, berbentuk bulat atau oval, serta kenyal. Biasanya benjolan payudara ini juga tidak
menimbulkan rasa sakit ketika ditekan.

Fibroadenoma biasa dialami oleh mereka yang berusia 20-30 tahun dan ras Afrika-Amerika
cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami fibroadenoma di kemudian hari. Selain itu,
benjolan fibroadenoma biasanya juga cenderung memerlukan waktu lama untuk bertambah
besar tetapi bukan tidak mungkin ukurannya akan menjadi sangat besar (atau disebut
dengan giant fibroadenoma).

Fibroadenoma tidak akan berkembang menjadi kanker, dan sama seperti fibrosis serta kista,
penelitian terkait apakah fibroadenoma dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara di
kemudian hari masih belum memberikan jawaban pasti.

5. Intraductal papilloma
Merupakan suatu tumor jinak, non kanker, yang terbentuk pada kelenjar susu. Biasanya
intraductal papilloma teraba berupa satu benjolan cukup besar yang terletak dekat dengan
puting, atau bisa juga berbentuk beberapa benjolan kecil yang terletak jauh dari puting.

Ukuran dari benjolan tumor ini berkisar antara 1-2 cm, bisa lebih besar atau bahkan lebih kecil
tergantung dari dimana benjolan tersebut tumbuh. Terbentuk dari kelenjar, sel fibrous, dan
pembuluh darah, intraductal papilloma lebih sering terjadi pada mereka yang berusia 35 sampai
55 tahun.

Jika intraductal papilloma terdiri hanya dari satu benjolan saja dan berada dekat dengan puting,
kondisi ini biasanya tidak diasosiasikan dengan peningkatan risiko kanker payudara.

Namun, multiple papillomas alias tumor yang lebih dari satu dan tersebar di payudara jauh dari
puting, dapat membuat risiko Anda untuk menderita kanker payudara di kemudian hari sedikit
meningkat. Ini karena multiple papillomas sering dikaitkan dengan suatu keadaan pre-kanker
yang disebut atypical hyperplasia.

Bagaimana mengetahui apakah benjolan


payudara saya kanker atau bukan?
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa biasanya benjolan payudara yang
jinak dan tidak berbahaya memiliki beberapa karakteristik berikut:

 cenderung mudah digerakkan atau bergeser jika disentuh

 memiliki batas yang jelas


 berbentuk oval atau bulat (biasanya terasa seperti kelereng)

 aktivitasnya cenderung mengikuti siklus menstruasi

 bisa terasa sakit atau tidak sama sekali

 pertumbuhannya lambat

Untuk diagnosis yang lebih jelas, tentu Anda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter.
Pemeriksaan lanjutan (seperti USG dan mammografi) mungkin dibutuhkan dan akan
memberikan hasil yang lebih akurat terkait benjolan di payudara Anda.

Mengenal Mastitis, Penyebab Nyeri


Payudara di Masa Menyusui
Oleh Yuliati IswandiariInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Yusra Firdaus - Dokter Umum.

 2Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)2

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)


Salah satu kondisi yang bisa mengganggu proses menyusui adalah mastitis, yaitu kondisi saat
jaringan payudara ibu mengalami peradangan. Mastitis biasanya menyerang ibu menyusui di
fase-fase awal setelah melahirkan, tapi bisa juga terjadi saat proses menyusui sudah berjalan
lama. Kondisi ini bisa membuat ibu mengalami kesulitan memberikan ASI karena kondisi
payudara bengkak dan terasa sakit.

Apa ciri-ciri dan gejala mastitis?


Mastitis di masa menyusui biasa menyerang hanya satu payudara. Gejala penyakit ini sendiri
bisa muncul dengan tiba-tiba. Berikut gejala-gejala mastitis yang harus diwaspadai:

 Payudara memar kemerahan.

 Sering terasa gatal di payudara.

 Payudara terasa perih saat menyusui.

 Terdapat benjolan di payudara yang terasa menyakitkan.

 Ukuran salah satu payudara lebih besar karena pembengkakan.

 Payudara mudah merasa nyeri.


 Puting bernanah.

 Sering merasa lelah.

 Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.

Selain itu, Anda mungkin akan mengalami gejala menyerupai flu sebelum Anda akhirnya
menyadari ada perubahan pada payudara Anda.

Apa penyebab mastitis?


Infeksi pada payudara ini bisa disebabkan oleh beberapa hal:

 Bakteri. Bakteri penyebab mastitis adalah staphylococci atau streptococci yang


menginfeksi jaringan payudara melalui luka di puting maupun saluran air susu. Biasanya bakteri
ini berasal dari mulut bayi dan permukaan kulit payudara.

 Saluran aliran ASI yang tersumbat. Penyumbatan yang dimaksud adalah ketika ASI
yang tersisa mengendap di dalam saluran susu. Komplikasinya dapat berupa infeksi payudara.

Selain kedua penyebab di atas, beberapa faktor berikut bisa meningkatkan risiko terjadinya
penyebab mastitis:

 Luka pada puting payudara.

 Menyusui hanya dengan satu payudara.

 Memakai bra yang terlalu ketat.

 Kelelahan.

 Frekuensi menyusui yang tidak teratur.

 Pernah mengalami mastitis di masa lalu.

Bagaimana cara mengobati mastitis?


Memberikan ASI melalui payudara yang terinfeksi harus tetap dilakukan meski terasa
menyakitkan. Menghentikan pemberian ASI pada payudara yang sakit justru akan
memperburuk kondisi. Selain tetap menyusui, berikut beberapa langkah yang bisa Anda
lakukan untuk mengatasinya:

 Susuilah bayi sesering mungkin pada posisi yang nyaman dan berganti sisi.

 Jika bayi tidak menyusui dalam jumlah banyak, pompalah ASI Anda.

 Pijatlah payudara Anda dengan lembut saat menyusui untuk memperlancar ASI.
 Hindari memakai bra yang terlalu ketat.

 Cukupilah kebutuhan cairan tubuh agar metabolisme tubuh lancar.

 Istirahat yang cukup agar tubuh tidak mudah lelah.

Jika langkah-langkah di atas tidak mampu mengurangi gejala-gejala mastitis, bantuan dokter
mungkin dibutuhkan. Dokter kemungkinan besar akan memberikan antibiotik untuk membunuh
bakteri penyebab mastitis.

Selain menggunakan antibiotik, Anda mungkin direkomendasikan untuk mengonsumsi pereda


nyeri. Dokter biasanya menyarankan hal itu sembari menunggu bakteri musnah oleh antibiotik
agar proses menyusui tetap nyaman.

Meski mastitis yang menyebabkan payudara bengkak pada ibu menyusui dianggap wajar,
namun tidak ada salahnya mewaspadai penyakit ini. Mewaspadai mastitis sangat penting agar
momen paling intim antara ibu dan bayi tidak terganggu.

MASTITIS: PENCEGAHAN DAN


PENANGANAN
26.08.2013

Mastitis merupakan masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar
3-20% ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang mendasari
kita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya menurunkan produksi ASI
dan menjadi alasan ibu untuk berhenti menyusui. Kedua, karena mastitis berpotensi
meningkatkan transmisi vertikal pada beberapa penyakit (terutama AIDS).

Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir (paling sering
pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis dapat terjadi sepanjang masa menyusui
bahkan pada wanita yang sementara tidak menyusui.

Definisi dan Diagnosis

Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang
mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI,
mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu
payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut
stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang
disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.
Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:

 Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC

 Menggigil

 Nyeri atau ngilu seluruh tubuh

 Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.

 Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena
ASI terasa asin

 Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

Berdasarkan jumlah lekosit (sel darah putih), Thomsen dkk. membagi peradangan
payudara dalam 3 kondisi klinis (Tabel 1).

Patofisiologi

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama
protein kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke
jaringan sekitar sel sehingga memicu respons imun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi,
dan kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.

Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus ke lobus sekresi,
melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus (periduktal) atau melalui
penyebaran hematogen (pembuluh darah). Organisme yang paling sering adalah
Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan Streptococcus. Kadangkadang ditemukan pula
mastitis tuberkulosis yang menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil. Pada
daerah endemis tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:

1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.

2. Puting lecet.
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu
menghindari pengosongan payudara secara sempurna.

3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.


Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum
sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna

5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting
(tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir
sehingga aliran ASI tidak sempurna.

6. Ibu atau bayi sakit.

7. Frenulum pendek.

8. Produksi ASI yang terlalu banyak.

9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.

10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman
pada mobil.

11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan
kulit, dan lain-lain.

12. Penggunaan krim pada puting.

13. Ibu stres atau kelelahan.

14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

Pencegahan

Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor


risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit
melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu
untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah dengan tangan
atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan
punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI
mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu
diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan
dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan
payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of
lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.

Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat
dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya
bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat,
meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta
melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.

Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa
ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat
diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke
jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan
mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan
mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal
lainnya.

Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus
selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota
keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.

Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus


adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat.
Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui
dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga
biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas
setelah digunakan.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk menunjang diagnosis tidak selalu
diperlukan. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan kultur dan uji
sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila:

 pengobatan dengan antibiotik tidak -- memperlihatkan respons yang baik dalam 2


hari

 terjadi mastitis berulang

 mastitis terjadi di rumah sakit

 penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat.

Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang langsung
ditampung menggunakan penampung urin steril. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan
bibir penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari
kuman yang terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat
dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas bakteri.

Tata laksana

Tata laksana suportif

Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang
baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan
masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering
menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu
dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin
dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri
sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau
ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu
mengalirkan ASI dari daerah tersebut.

Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat
terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu
khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan
pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak
mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau
pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap
terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang
dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari
daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan
yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di
rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat
membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat
dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak
kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin
justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin
lebih tergantung pada kenyamanan ibu.

Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat
membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar
proses menyusui terus berlangsung.

Penggunaan obat-obatan

Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis
dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.

Analgesik

Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam
proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis.
Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih
efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan
parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi
pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

Antibiotik

Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan
konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak
terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus
segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau
flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang
lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan
flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena
sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu
hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat
lebih dianjurkan klindamisin.

Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 - 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik
sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya
mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama
dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.

Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai
dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila
dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk.
memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri
mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat
antibiotik.

Pemantauan

Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon
klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang
adekuat termasuk antibiotik, harus dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih
lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya
abses atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau
limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang
sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya massa tumor, kista atau galaktokel.

Komplikasi

Penghentian menyusui dini

Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan
untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan
risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak
aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang
jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.

Abses

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang
walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses.
Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG
payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat
dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus
terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat
besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus
mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang
diberikan sesuai dengan jenis kumannya.
Mastitis berulang/kronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat.
Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

Infeksi jamur

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida
albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur
biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang
saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin
tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles
nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi
menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.

Kesimpulan

Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa
infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama setelah bayi lahir.
Diagnosis mastitis ditegakkan bila ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh
serta payudara menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak. Beberapa faktor risiko
utama timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang jarang dan
pelekatan bayi yang kurang baik. Melancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam tata
laksana mastitis. Selain itu ibu perlu beristirahat, banyak minum, mengkonsumsi nutrisi
berimbang dan bila perlu mendapat analgesik dan antibiotik.

Diagnosis dan Terapi Mastitis:


Laktasi vs Non Laktasi
Mastitis adalah kondisi keradangan pada
jaringan mamae. Radang pada mastitis
sering disebabkan oleh infeksi bakterial.
Mastitis dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar: mastitis laktasi dan non-
laktasi.
Mastitis laktasi paling sering terjadi pada ibu yang
sedang menyusui. Faktor pemicu adalah

1. Fisura pada puting payudara


2. Retraksi puting payudara
3. Infeksi kavum oris pada bayi
Mastitis non-laktasi terjadi pada pasien dengan ektasia
duktus dan mastitis periduktus. Bilamana abses seperti
ini mengalami ruptur, keadaan ini mengakibatkan
fistula duktus mamae.

Abses ini biasanya pecah mengeluarkan cairan pada


sambungan antara areola dengan kulit payudara.
Bakteri anaerob merupakan penyebab pada sebagian
besar kasus.

Diagnosis Klinis Mastitis Akut


Diagnosis klinis Mastitis biasanya cukup ditegakkan
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun,
pemeriksaan USG dilakukan untuk mengkonformasi
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.

Gambaran klinis mastitis terdiri dari

1. Nyeri hebat pada payudara. Payudara mengalami


pembengkakan, tampak tegang, nyeri tekan (+) dan
hangat bila disentuh
2. Segera setelah abses payudara timbul, demam
yang tinggi muncul disertai menggigil dan tubuh
gemetar. Dapat ditemukan pembengkakan kistik lunak
yang berfluktuasi, tampak pada perabaan payudara.
Pada kasus yang tidak diterapi, abses dapat mengalami
ruptur melalui kulit dan mengakibatkan nekrosis kulit
payudara, ulserasi dan sekret.
3. Pada abses yang terletak dalam, fluktuasi sulit
diperlihatkan dan seringkali merupakan stadium lanjut.
Pada mastitis akut, drainase tidak harus menunggu
muncul fluktuasi. Drainase sudah dianjurkan ketika
muncul gejala nyeri yang berdenyut, demam, menggigil
dan tubuh bergetar.

Tatalaksana Mastitis Akut


Tatalaksana mastitis akut dapat dibagi menjadi dua
tahap

Stadium Selulitis
Pada stadium selulitis, ibu tidak boleh menyusui bayi
pada sisi yang sakit. Antibiotik pilihan adalah cefadroxil
500 mg oral setiap 12 jam diberikan selama 7-10 hari
(Mastitsi Laktasi). Pada mastitis non-laktasi antibiotik
pilihan dapat ditambahkan metronidazole 3x400 mg.
Obat NSAID dapat diberikan contohnya Ibuprofen 400
mg 3 kali per hari.

Stadium Abses
Abses sebaiknya didrainase (Insisi dan Drainase)
dengan disertai pemberian antibiotik. Jika abses
terletak pada setiap kuadran payudara, selain kuadran
bawah, abses didrainase dengan insisi radial.

Abses pada kuadran bawah didrainase dengan insisi


inframammae pada sisi inferior payudara. Dalam proses
drainase abses, USG dapat digunakan untuk memandu
tindakan.

Semoga Bermanfaat^^

Sponsored Content

Aku beberapa baca buku-buku bedah. Syamsu De Jong,


Sabiston, Appley dsb. Masing-masing punya kelemahan
dan kelebihan.

Namun, aku nemu satu buku bedah nggak bisa dibilang


kacangan. Enak dibaca, kualitasnya bagus dan
harganya lumayan terjangkau. Namanya Buku Ajar Ilmu
Bedah karangan Rajgopal, dkk. Meskipun "cuma" dokter
berdarah India, rajgopal adalah professor dengan
segudang prestasi. Salah satu kelebihannya adalah di
bidang evidence based medicine, yang membuat
tulisannya mudah untuk dipahami dengan bukti ilmiah
yang kuat.

Kemarin aku mesenin Sabiston buat TS yang pengen


masuk Bedah ke Singapore, kalau di kurs kan harganya
bisa antara 4-5 juta.

Kalau buku Ajar Ilmu Bedah Rajgopal sepaket (2 buku)


harganya cuma 780 ribu (belum termasuk ongkir).
Mastitis dan
Abses Payudara
PRABORINI LACTATION TEAM ON NOVEMBER 11, 2017

Ditulis oleh dr.Yudith Angeline Hardjadinata, IBCLC

Mastitis adalah kondisi peradangan payudara, dapat disertai maupun


tidak disertai infeksi. Kondisi ini paling sering terjadi pada minggu kedua
dan ketiga setelah melahirkan, namun tetap dapat terjadi kapanpun pada
saat masa meneteki. 1-3

Ma
stitis

Penyebab terjadinya mastitis: 1


Dua penyebab utama terjadinya mastitis adalah stasis ASI dan infeksi.
Stasis ASI menjadi salah satu media pertumbuhan bakteri.
Stasis ASI dapat terjadi apabila ASI tidak dikeluarkan secara efisien dari
payudara. Hal ini dapat disebabkan oleh hisapan bayi di payudara yang
tidak efektif, pembatasan frekuensi dan atau durasi meneteki, dan
sumbatan saluran ASI.
Pada awal melahirkan, terutama pada hari ketiga dan keempat, dapat
terjadi bendungan ASI, namun jika disusukan segera, maka kondisi ini
dapat dicegah.
Frekuensi menetek yang dibatasi, misalnya tidak tidur bersama dengan
bayi (bayi di dalam box), semalaman tidak menyusui bayi, akan
meningkatkan risiko terjadinya bendungan ASI yang berujung pada
mastitis.
Hisapan bayi yang tidak efisien di payudara, bahkan beberapa juga
terjadi nyeri bahkan luka pada puting. Nyeri atau luka ini menjadi
penyebab ibu menyusui sering kali menghindari menetek dari sisi sakit,
sehingga bendungan ASI terjadi. ASI tidak keluar secara efektif sekalipun
ibu melakukan pengeluaran ASI dengan cara memerah payudara. Luka di
puting menjadi tempat masuk dari kuman yang akan berkembang biak
pada kondisi ASI yang terbendung ini.
Berbagai jenis bakteri dapat menjadi penyebab infeksi pada mastitis,
penyebab tersering adalah bakteri Staphilococcus aureus. Hal ini dapat
dihindarkan dengan melakukan kontak kulit ke kulit segera setelah bayi
lahir, dilanjutkan dengan rawat gabung. Ibu memindahkan organisme
saluran napas dan kulit kepada bayinya, sehingga flora baik berkembang
di saluran napas dan mulut bayi. 2
Penyebab hisapan yang tidak baik, antara lain:
1. Frenulum lidah pendek (tongue tie). Kondisi ini menyebabkan gerakan
lidah memerah daerah areola untuk pengosongan ASI menjadi tidak
efektif. Gerakan lidah hanya mengenai puting, sehingga dapat terjadi
nyeri hingga luka di puting.
2. Penggunaan dot maupun empeng pada usia berapapun, dapat
menyebabkan cara menghisap menjadi salah dan frekuensi menyusu
langsung di payudara juga berkurang, sehingga menyebabkan terjadinya
bendungan ASI.
3. Pemberian makanan dan minuman lain pada bulan awal, terutama
dari botol dot.
4. Pakaian dan bra yang ketat ataupun posisi tidur telungkup, dapat
menekan saluran ASI sehingga menyebabkan bendungan ASI.
5. Tidak menyusui di malam hari, tidak tidur bersama bayi (bayi tidur di
dalam box). Sebaiknya bayi tidur di tempat tidur yang sama dengan
ibunya (bedding in).
Tanda dan gejala mastitis: 1-3
– Kondisi ‘flu like syndrome’, demam, meriang
– Teraba keras di area payudara, disertai rasa nyeri dan warna kulit mulai
memerah.

Abses

Abses payudara adalah kondisi perburukan peradangan payudara yang


berakibat terbentuknya nanah di dalam payudara. Nanah bisa terkumpul
di dalam payudara lalu bisa keluar melalui puting atau hanya terkumpul
di dalam payudara dan berakhir dengan menipis dan robeknya kulit
payudara dan nanah mengalir keluar .

Pencegahan:
1. Melakukan kontak kulit ke kulit segera setelah melahirkan (Inisiasi
Menyusu Dini).
2. Menyusui bayi tanpa batasan durasi maupun frekuensi (on demand).
3. Memastikan bayi menghisap dengan baik di payudara.
4. Menyusui eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2
tahun.
5. Segera mencari bantuan ahli jika mendapati proses menyusu yang
nyeri dan tidak nyaman (durasi menyusu sangat lama, bayi kesulitan
menangkap payudara, sering terlepas-lepas, nyeri di puting, lecet puting,
dll).
6. Jangan menunda dan segera konsultsikan permasalahan di payudara
Anda.

BANNER 728 x 90

Penanganan: 1-2
– Memastikan bayi memiliki hisapan yang baik. Menghentikan pemakaian
dot dan empeng. Jika terdapat tongue tie maka dilakukan tindakan
pengguntingan tali lidah bayi (frenotomy).
– Bayi dapat diposisikan menetek dengan posisi dagu ke arah payudara
yang tersumbat, karena posisi ini dapat membantu pengosongan
payudara.
– Tidak melakukan pemijatan pada payudara yang sudah terjadi mastitis.
– Tetap menyusu dari payudara yang nyeri sekalipun terdapat darah
ataupun nanah. Darah akan keluar lewat feses bayi dengan warna gelap
kehitaman, sementara bakteri di dalam nanah akan mati saat terkena
asam lambung bayi.
– Mengkonsumsi obat radang, kadang memerlukan antibiotik, bahkan
pada beberapa kasus memerlukan rawat inap untuk pemberian obat-
obatan lewat infus, untuk mencegah mastitis berkembang menjadi
abses.
– Pada kondisi abses payudara, maka perlu dilakukan pengeluaran nanah
dengan prosedur operasi oleh dokter spesialis bedah.
Terjadinya mastitis atau abses menyebabkan penurunan produksi ASI
untuk sementara pada sisi yang meradang. Hal ini dapat menyebabkan
bayi menjadi rewel karena aliran ASI tidak sederas biasanya. Pada kondisi
tertentu, perlu dilakukan pemasangan alat suplementasi untuk
sementara waktu, sehingga aliran di payudara, kembali deras, sehingga
bayi bisa menyusu nyaman dan kenyang.

Segera periksakan payudara yang mengalami nyeri maupun kemerahan


sebelum terlambat. Jika Anda mengalami mastitis maupun abses
payudara, tidak perlu berkecil hati karena Anda masih tetap dapat
menyusui!

Referensi:
1. World Health Organisation. Mastitis: Cause and Management.
Publication Number WHO/FCH/CAH/00.13. World Health Organisation,
Geneva, 2000.
2. Amir LH. Mastitis. ABM Clinical Protocol. Breastfeeding Medicine,
2014;4:239-243.
3. Lawrence RA, Lawrence RM. Breastfeeding : A Guide for the Medica
Profession, 7th edition. Mosby, St.Louis, 2011.
4. Usatine RP, Smith MA, Mayeaux EJ, Chumley HS: The Colour Atlas of
family Medicine, Second Edition. www.accessmedicine.com

Contoh Kasus:
Ny.C, By.M, bayi perempuan, lahir dalam persalinan spontan, usia
kehamilan 40 minggu. Bayi lahir dengan berat 3190 gr. Sejak hari kedua
sudah mulai memerah asi karena selalu merasa bayi tidak mampu
mengosongkan payudara, dan Dari RS tempat ibu melahirkan diminta
untuk mengerjakan demikian. Bayi menetek langsung di kedua payudara.
Beberapa kali bayi akhirnya diberikan minum dengan gelas atau sendok
jika sudah sangat kewalahan meneteki.
Pada hari kelima setelah melahirkan, ibu mengalami meriang dan
demam hingga 39 derajat Celsius. Ibu kemudian ke UGD dan dilakukan
massage dan ibu hanya mendapat terapi pengurang demam.
Pada hari ketujuh, ibu konsultasi ke dokter laktasi karena payudara kiri
sangat nyeri dan bengkak, serta tampak kemerahan hampir di seluruh
payudara, teraba juga benjolan yang cukup besar, teraba sangat nyeri.
Dokter laktasi melakukan observasi posisi dan perlekatan bayi saat
menetek. Dengan posisi menetek yang baik, bayi masih tampak gelisah
saat menetek. Bayi hanya mengulum puting ibu. Bibir atas bayi juga
tampak melipat kedalam saat bayi menetek. Kedua puting lecet minimal.
ASI dari payudara kanan keluar cukup deras, sementara dari payudara
sisi sakit hanya menetes. Pada pemeriksaan fisis, tampak bayi hanya bisa
menjulurkan lidah sampai batas gusi bawah. Ujung lidah bayi terbelah
seperti membentuk hati (tongue tie tipe anterior). Pada bibir atas juga
terdapat frenulum bibir grade 4. Dokter Laktasi melakukan
pengguntingan tali lidah bayi yang sangat ketat, juga pada tali bibir atas
(double frenotomy). Setelah itu hisapan bayi menjadi lebih optimal
hingga ke areola ibu. Nyeri puting ibu saat menetek juga dirasakan
minimal. Ibu mendapat antibiotik minum dan obat pengurang radang.
Ibu diberikan pengantar USG payudara. Ibu mulai stop memerah
payudara atau hanya boleh perah hingga nyaman bukan untuk
pengosongan dan bayi menetek langsung dari kedua payudara.
Pada hari kesembilan dilakukan USG payudara dan hasil USG adalah
peradangan payudara (mastitis).
Pada hari kesepuluh, Ibu akhirnya memutuskan untuk dirawat inap dan
diberikan antibiotik infus. Bayi ikut rawat inap di RS, supaya bisa menetek
langsung. BB bayi saat itu 2990 gram. Ibu kemudian dikonsultasikan ke
dokter bedah, dan dokter bedah melakukan aspirasi dengan jarum suntik
dan dari hasil pemeriksaan ditemukan nanah kuning kental dari
payudara sisi kiri. Ibu dijadwalkan untuk dilakukan operasi pengeluaran
nanah.
Setelah operasi insisi drainase abses payudara kiri, payudara ibu jauh
merasa nyaman dan nyeri berkurang. Setelah operasi, bayi masih lanjut
menetek dari kedua payudara secara bergantian. Ibu boleh pulang dari
RS 4 hari kemudian. Hari ke-14 BB bayi sudah menjadi 3175 gram dengan
menetek saja dari kedua payudara.
1 minggu setelah pulang dari RS (usia 21 hari, ibu kontrol ke dokter
bedah dan hasil operasi baik. Ibu juga kontrol bayi ke dokter anak, BB
mulai naik menjadi 3500 gr.
Saat usia 1 bulan BB bayi naik menjadi 3750 gram. Jumlah ASI di
payudara ibu juga sudah makin meningkat.
Saat usia 2 bulan BB bayi 4580 gram, 3 bulan BB bayi 5400 gram, 4 bulan
5950 gram.
Saat ini payudara ibu sudah sembuh total dan bayi masih menetek
langsung dari kedua payudara dan perkembangannya selalu baik.

Grafik Pertambahan Berat Badan

Grafik Antropometri WHO bayi perempuan:


Pada kasus ibu C dan bayi M, beberapa hal dapat kita pelajari.
– Ibu C sebaiknya sudah mulai mendapatkan edukasi laktasi sejak
sebelum melahirkan. ANC Laktasi biasanya dilakukan di kehamilan
trimester 2 (28 minggu) dan trimester 3 (36 minggu). Edukasi laktasi di
masa kelhamilan akan membantu ibu untuk mengetahui posisi dan cara
perlekatan bayi yang baik, hingga ke beberapa permasalahan menyusui
termasuk mastitis dan penyulit menyusui seperti tongue tie dan lip tie.
– Bayi M sebetulnya sudah mengalami kesulitan untuk mengosongkan
payudara ibu C sejak hari awal menyusui, sehingga ASI mulai menumpuk
di payudara sejak masa laktogenesis pertama. Penumpukan ASI di
payudara diperberat dengan memompa ASI di masa laktogenesis 1, dan
bayi diberikan ASIP via gelas, sehingga semakin jarang menetek untuk
pengosongan payudara.
– Bayi M dengan tongue tie tipe anterior dan liptie gr 4, menetek di
puting dan menyebabkan kedua puting lecet. Puting lecet menjadi
tempat masuk kuman dan kuman berkembang biak di dalam payudara
yang terus menerus mengalami penumpukan ASI, berujung pada kondisi
mastitis.
– Mastitis diawali dengan gejala demam dan payudara tampak
kemerahan, bengkak dan nyeri. Penanganan harus menyeluruh dan
melihat ibu dan bayi sebagai suatu kesatuan. Jika hanya memberikan
terapi pada ibu dan hisapan bayi di payudara tidak dinilai, biasanya
mastitis tidak kunjung membaik dan mungkin sekali berulang atau
bahkan berakhir pada abses payudara.
– Pada kondisi mastitis, massage payudara sebaiknya sudah tidak
dikerjakan lagi, karena akan memicu radang semakin hebat. Kompres
yang diberikan sebaiknya adalah kompres dingin, untuk mengurangi rasa
nyeri dan proses radang.
– Early Frenotomy sangat disarankan pada bayi dengan tongue tie dan /
lip tie, dengan penilaian menyusu dengan scoring khusus ibu dan bayi.
Pengerjaan frenotomi di H-7 pada bayi M sebetulnya sudah sangat baik,
sehingga bayi bisa melekat dengan sempurna. Namun karena sudah
terjadi proses pembentukan nanah dan terjadi abses, operasi harus tetap
dilakukan.
– Ibu dengan mastitis atau abses bahkan post operasi abses payudara
tidak perlu khawatir karena bayi tetap dapat menetek di payudara yang
sakit. Tidak perlu khawatir jikalau ada darah atau nanah yang ikut
terminum bayi.
– Produksi ASI pasca mastitis dan operasi abses payudara biasanya akan
mengalami penurunan, bahkan beberapa ibu membutuhkan alat
suplementasi untuk membantu bayi bertahan lebih lama saat menghisap
di payudara yang sakit. Seiring bertambah waktu dan selama bayi terus
menetek di payudara tersebut, maka produksi ASI akan meningkat
kembali seperti semula. Pada kasus ibu C, bayi M bisa tetap menetek
tanpa alat suplementasi dan kenaikan berat badan bayi dalam
pemantauan tiap bulan juga selalu baik.
– Penanganan yang cepat dan tepat akan membantu ibu untuk bisa tetap
meneteki hingga 2 tahun, walaupun terjadi masalah menyusui. Yang
sangat dibutuhkan ibu adalah dukungan keluarga besar, dan tim laktasi
(dokter laktasi, dokter anak, dokter obgyn, dan dokter bedah) dan juga
rumah sakit yang pro ASI dan meneteki untuk mensukseskan ASI 2
tahun.

Apa itu mastitis laktasi?


Oleh Novita JosephInformasi kesehatan ini sudah direview dan diedit oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum.

 43Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)43

 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi pada Tumblr(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi via Google+(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)

 Klik untuk berbagi di Line new(Membuka di jendela yang baru)


Definisi
Apa itu mastitis?
Mastitis adalah infeksi pada satu atau lebih pada saluran payudara. Mastitis atau mastitis laktasi
biasanya berhubungan dengan menyusui dan dapat menyebabkan sakit parah jika tidak
terdeteksi dan terobati secepatnya.

Seberapa umum mastitis laktasi?


Mastitis laktasi adalah kondisi yang dapat memengaruhi wanita menyusui. Sebanyak 2-3%
wanita menyusui terkena mastitis dalam waktu 6-12 bulan pertama setelah melahirkan atau
selama menyusui. Mastitis adalah kondisi yang dapat diatasi dengan mengurangi faktor risiko.
Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala


Apa saja tanda-tanda dan gejala mastitis laktasi?
Gejala mastitis adalah:

 Payudara sakit, memerah dan terasa nyeri. Bagian luar atas payudara biasanya
terpengaruh jadi memar

 Sakit atau rasa panas di payudara sepanjang waktu atau hanya saat menyusui;

 Bengkak

 Suhu tubuh tinggi hingga kedinginan

 Sakit kepala

 Demam tinggi dan sakit di payudara mungkin mengindikasikan bahwa abses berada di
payudara.

Beberapa tanda atau gejala mungkin ada yang tidak tercantum di atas. Jika merasa cemas
tentang gejalanya, konsultasi ke dokter.

Kapan saya harus periksa ke dokter?


Jika mengalami salah satu tanda atau gejala di atas atau ingin bertanya, konsultasi ke dokter.
Setiap tubuh bertindak berbeda satu sama lain. Diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan
solusi terbaik untuk kondisi yang Anda alami.

Penyebab
Apa penyebab mastitis laktasi ?
Mastitis adalah kondisi yang seringkali disebabkan oleh bakteri dari mulut bayi. Bakteri masuk
ke dalam payudara melalui kulit (puting) yang pecah atau melalui saluran susu di puting. Orang
dengan diabetes dan puting yang lecet atau memar dapat berisiko terkena infeksi ini.

Dalam sejumlah kasus, saluran susu tersumbat dan menyebabkan bakteri terkumpul dapat
mengakibatkan infeksi tersendiri.

Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk mastitis laktasi?
Mastitis adalah kondisi yang dapat dipengaruhi beberapa faktor risiko, yakni:

 Menyusui selama beberapa minggu pertama setelah melahirkan.

 Puting yang sakit atau lecet, meski demikian mastitis laktasi dapat berkembang tanpa
adanya kulit yang rusak.

 Hanya menggunakan satu posisi menyusui, yang mungkin tidak sepenuhnya menyedot
payudara.

 Mengenakan bra yang terlalu ketat atau melakukan aktivitas yang menekan payudara
misalnya mengenakan sabuk pengaman di atas payudara atau membawa tas terlalu berat,
yang dapat menghambat aliran susu.

 Terlalu capek atau stres.

 Pernah menderita mastitis di masa menyusui terdahulu.

 Gizi buruk.

Obat & Pengobatan


Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan
pada dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk mastitis laktasi?


 Pengobatan melibatkan obat pereda rasa sakit seperti ibuprofen dan acetaminophen,
kantong es, istirahat, dan dukungan.

 Antibiotik untuk mengobati mastitis biasanya membutuhkan masa 10-14 hari. Anda
mungkin membaik 24-48 jam setelah memulai antibiotik, namun penting untuk minum semua pil
untuk mengurangi peluang kambuh.

 Pasien wajib beristirahat, terus menyusui dan minum cairan tambahan untuk membantu
tubuh melawan infeksi payudara.

Wanita dengan mastitis ringan tidak perlu berhenti menyusui. Dokter akan meresepkan
antibiotik untuk infeksi dan menyarankan menyusui dari payudara dan memompa dari payudara
yang tidak terkena. Mengosongkan payudara dengan benar akan menghentikan bakteri
berkumpul di dalam payudara dan membantu memperpendek masa infeksi.

Jika rasa nyeri dan demam tidak kunjung membaik, kemungkinan terdapat abses. Abses perlu
disedot melalui operasi.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk mastitis laktasi?
Dokter mendiagnosis lewat gejala dan pemeriksaan. Tes darah, analisis ASI, atau sampel
bakteri dari mulut bayi mungkin juga dilakukan namun tidak terlalu penting untuk membuat
diagnosis atau memulai pengobatan.

Bentuk kanker payudara yang langka – kanker payudara yang meradang – juga bisa
menyebabkan merah dan pembengkakan yang seringkali disalahartikan sebagai mastitis.
Dokter mungkin menyarankan mamogram diagnostik. Jika tanda dan gejala membandel bahkan
setelah melewati semua tahap antibiotik, Anda perlu biopsi untuk memastikan Anda tidak
mengidap kanker payudara.

Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi mastitis laktasi?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mengatasi
mastitis laktasi:

 Jaga kebersihan selama menyusui. Hindari menggunakan pengering, selalu cuci


tangan, dan jaga kebersihan puting dan bayi.

 Hindari dehidrasi. Minum lebih banyak cairan.

 Istirahat cukup dan makan makanan bergizi ketika menyusui.

 Menyusui dari payudara yang tidak terinfeksi dan kosongkan kedua payudara dengan
pompa pada payudara yang terinfeksi.

 Periksa ke dokter dalam 1-2 minggu untuk memastikan apakah infeksi telah sembuh.

Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

Hello Health Group tidak memberikan nasihat medis, diagnosis, maupun pengobatan.

MASTITIS
MEI 14, 2013BIDANIAKU TINGGALKAN KOMENTAR
A. PENGERTIAN

Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak, yang
disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka pada puting susu atau
melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis.
Infeksi terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah.
Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses
payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari
mastitis.

B. KLASIFIKASI

Berdasarkan tempat terjadinya terbagi menjadi:

 Mastitis yang menyebabkan abses di bawah aerola mammae


 Mastitis yang menyebabkan abses di tengah payudara
 Mastitis pada jaringan bawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses diantara
payudaran dan otot-otot di bawahnya.
Pembagian mastitis menurut penyebab dan kondisinya dibagi pula menjadi 3, yaitu :

1. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang menopause, penyebab
utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal juga dengan sebutan mammary duct
ectasia, yang berarti peleburan saluran karena adanya penyumbatan pada saluran di
payudara.

2. Mastitis puerperalis/lactational

Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau menyusui. Penyebab utama
mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi payudara ibu, yang ditransmisi ke puting
ibu melalui kontak langsung.

3. Mastitis supurativa

Mastitis supurativa paling banyak dijumpai. Penyebabnya bisa dari kuman Staphylococcus,
jamur, kuman TBC dan juga sifilis. Infeksi kuman TBC memerlukan penanganan yang ekstra
intensif. Bila penanganannya tidak tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan
payudara/mastektomi.

C. FAKTOR RISIKO

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu :


1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui
yang buruk yang tidak diperbaiki.

1. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan
oksitosin tidak meningkatkan resiko.
2. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis. Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat
mengurangi resiko mastitis.
3. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan dalam payudara.

1. Stres dan kelelahan


Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin istirahat, tetapi tidak
jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini atau tidak.

2. Pekerjaan di luar rumah

Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan
waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.

3.Trauma

Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan kelenjar dan
saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.

D. ETIOLOGI

Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI biasanya merupakan
penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.

1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini terjadi jika
payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap
ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan
dan menyusui untuk kembar dua/lebih.

2. Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses payudara adalah
organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus. Escherichia
coli dan Streptococcus kadang-kadang juga ditemukan. Mastitis jarang ditemukan sebagai
komplikasi demam tifoid.

E. PATOFISIOLOGI

Stasis ASIà peningkatan tekanan duktusàjika ASI tidak segera dikeluarkanàpeningkatan


tegangan alveoli yang berlebihanàsel epitel yang memproduksi ASI menjadi datar dan
tertekanàpermeabilitas jaringan ikat meningkatàbeberapa komponen(terutama protein dan
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar
selàmemicu rrespon imunàrespon inflmasiàkerusakan jaringanàmempermudah terjadinya
infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) àdari port d’ entry yaitu: duktus
laktiferus ke lobus sekresi dan putting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal
dan secara hematogen.

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala mastitis infeksiosa

 Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di sertai takikardia
 Demam suhu > 38,5 derajat celcius
 Ada luka pada puting payudara
 Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
 Terasa keras dan tegang
 Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang berbatas tegas
 Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena ASI yang terasa
asin
2. Gejala mastitis non infeksiosa

 Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut


 Bercak kecil keras yang nyeri tekan
 Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik saja.
G. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala klinis yang diperoleh dari anamesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang .

H. DIAGNOSIS BANDING

 Mastitis infeksiosa
 Mastitis non infeksiosa
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

– Lab darah
– Kultur kuman

– Uji sensitifitas

– Mammografi

– USG payudara

J. Tatalaksana

Pencegahan

1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui


 Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
 Menyusui dengan posisi yang benar
 Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
 Makan dengan gizi yang seimbang
Hal-hal yang mengaggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan proses menyusui
dan meningkatkan statis ASI antara lain :

 Pengunaan dot
 Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
 Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia siap untuk
menghisap payudara yang lain.
 Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
 Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
 Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.2. Penatalaksaan
yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :

 Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya untuk
memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting susu.
 Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki
tanpa batas.
 Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri/panas/kemerahan :

 Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan menyusui.
 Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :

 Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.


 Sering menyusui pada payudara yang terkena.
 Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat/pancuran.
 Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui untuk membantu
ASI mengalir dari daerah tersebut.
 Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada keesokan harinya.
4. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu mengalami kesulitan
yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :

 Nyeri/puting pecah-pecah
 Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
 Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi melepaskan
payudara)
 Bayi yang tidak puas, menyusu sangat sering, jarang atau lama
 Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya tidak cukup
 Pengenalan makanan lain secara dini
 Menggunakan dot
5. Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan sering sebelum
dan setelah kontak dengan bayi. Kontak kulit dini, diikuti dengan rawat gabung bayi dengan
ibu merupakan jalan penting untuk mengurangi infeksi rumah sakit.

Penanganan

Prinsip-prinsi utama penanganan mastitis adalah :

1. Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi, dan membuat
banyak wanita merasa sakit. Selain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri,
wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus dinyakinkan kembali tentang nilai
menyusui, yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan
membahayakan bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.

Ia membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari payudara yang
terkena. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat dukungan terus menerus dan
bimbingan sampai ia benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif

Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain :

 Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya


 Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan
 Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi
3. Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada :

 Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan infeksi
 Gejala berat sejak awal
 Terlihat puting pecah-pecah
 Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Antibiotik -laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcusb aureus.
Untuk organisme gram negatif, sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. Jika mungkin,
ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan.

Antibiotik Dosis

– Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam

– Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam

– Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral

– Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam

– Sefaleksin 250-500 mg setiap 6 jam

Pada kasus infeksi mastitis, penanganannya antara lain :

 Berikan antibiotik
– Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam selama 10 hari

– Atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari

 Bantulah ibu agar


– Tetap meneteki

– Bebat/sangga payudara

– Kompres dingin sebelum meneteki untuk mengurangi bengkan dan nyeri

 Berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam


 Evaluasi 3 hari
4. Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesic. Ibuprofen dipertimbangkan sebagai obat yang
paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi dan nyeri. Parasetamol
merupakan alternatif yang paling tepat. Istirahat sangat penting, karena tirah baring dengan
bayinya dapat meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat memperbaiki pengeluaran
susu.

Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang
akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan yakinkan bahwa ibu cukup minum
cairan..
K. KOMPLIKASI

– Abses payudara

– Pengumpulan nanah di payudara

– Sepsis

L. PROGNOSIS

Umumnya prognosis dari mastitis adalah baik(bonam).

Anda mungkin juga menyukai