Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 1

KELOMPOK 1
• Bobby Kandami • Ni Putu Vidha Cendraswari
• Dyerik Lingling • Nurfitria
• Eka Indrayanti Sirait • Santhi Irawati Achmad
Panigoro
• Inggryd Christianita
• Suirina Ulina Saraan
• Muhamad Agung
• Syama Rena Tandiallo
Supriyanto
DEFINISI
 Mastitis merupakan suatu proses
peradangan pada satu atau lebih
segmen payudara yang mungkin
disertai infeksi atau tanpa infeksi.
 Sebagian besar mastitis terjadi
dalam 6 minggu pertama
setelah bayi lahir (paling sering
pada minggu ke-2 dan ke-3)
meskipun mastitis dapat terjadi
sepanjang masa menyusui
bahkan pada wanita yang
Dikenal pula istilah :
1. Apabila ASI menetap dibagian tertentu payudara, karena
saluran tersumbat atau karena payudara bengkak maka
ini disebut STATIS ASI

2. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan


jaringan payudara yang disebut MASTITIS TANPA
INFEKSI

3. Bila telah terinfeksi bakteri disebut


MASTITIS
INFEKSI
EPIDEMIOLOGI
 Diperkirakan sekitar 3-20% ibu menyusui dapat mengalami
mastitis. Terdapat 2 hal penting yang mendasari kita
memperhatikan kasus ini:
1. Mastitis biasanya menurunkan produksi
ASI dan menjadi alasan ibu untuk berhenti
menyusui.
2. Mastitis berpotensi meningkatkan transmisi
vertikal pada beberapa penyakit
(terutama AIDS)
ETIOLOGI

 Organisme yang paling sering adalah Staphylococcus


aureus, Escherecia coli dan Streptococcus.
 Kadang-kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosa yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil
Terdapat beberapa cara
masuknya kuman, yaitu:
Melalui duktus laktiferus  ke
lobus sekresi
Melalui putting yang retak  ke
kelenjar limfe sekitar duktus
(periduktal)
Melalui penyebaran hematogen
(pembuluh darah)
PATOFISIOLOGI

Terjadinya mastitis diawali Bila ASI tidak segera


dengan ↑ tekanan didalam dikeluarkan maka
duktus (saluran ASI) terjadi tegangan alveoli
akibat stasis ASI yang berlebihan
Mengakibatkan sel epitel
yang memproduksi ASI
menjadi datar dan tertekan
sehingga permeabilitas
jaringan ikat ↑

Stasis ASI, adanya Beberapa komponen (terutama


respons inflamasi, dan
protein kekebalan tubuh dan
natrium) dari plasma masuk ke
kerusakan jaringan dalam ASI dan selanjutnya ke
memudahkan terjadinya jaringan sekitar sel sehingga
infeksi memicu respon imun
FAKTOR RESIKO
1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya
2. Puting lecet (menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat
kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna)
3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek
(biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya
minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-
gesa)
4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna
5. Pelekatan bayi pada payudara kurang baik. Bayi yang hanya menghisap
puting (tidak termasuk aerola) menyebabkan putting terhimpit diantara gusi
atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna
6. Ibu atau bayi sakit
7. Frenulum pendek
8. Produksi ASI yang terlalu banyak
9. Berhenti menyusu secara cepat/mendadak, misalnya saat berpergian
10. Penekanan payudara misalanya oleh bra yang terlalu ketat atau
sabuk pengaman pada mobil
11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI,
jamur, serpihan kulit dll
12. Penggunaan krim pada puting
13. Ibu stres atau kelelahan
14. Ibu nalutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan yang rendah
DIAGNOSA
Diagnosa mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala
sebagai berikut :
 Demam dengan suhu >38,5˚C
 Menggigil
 Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
 Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak,
dan terasa sangat nyeri
 Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat
bayi menolak karena ASI terasa asin
 Timbul garis-garis merah ke arah ketiak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lain untuk
menunjang diagnosis tidak selalu diperlukan. WHO menganjurkan
pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan
yaitu, bila :
 Pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons
yang baik dalam 2 hari
 Terjadi mastitis berulang
 Mastitis terjadi dirumah sakit
 Penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Cara Pemeriksaan Kultur
1. Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari
perahan tangan yang langsung ditampung menggunakan
penampung urin steril
2. Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir
penampung diusahakan tidak menyentuh puting untuk
mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat dikulit
yang dapat memberikan hasil positif dari kulit
TATALAKSANA

TatalaksanaSuportif
PenggunaanObat-
obatan
Tatalaksana Suportif

 Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang
bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari
sisi payudara yang sehat, kemudian sesegara mungkin dipindahkan ke
payudara yang bermasalah.
 Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga ujung dagu atau
ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan
membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut
 Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari
payudara dengan tangan atau pompa. Pijatan payudara yang dilakukan
dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari
daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan ASI
 Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat,
mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang
 Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu
mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres
dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak
Penggunaan Obat-obatan
1. Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan seperti
ibuprofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram/hari tidak terdeteksi pada ASI
sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.
2. Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung dari 24 jam maka
perawatan konservatif. Jika gejala dalam 12-24 jam atau jika ibu tampak
sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa
digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksaasilin 500 mg setiap 6 jam
secara oral selama 10-14 hari. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil
yang alergi terhadap penisilin tetapi untuk kasus hipersensitif penisilin yang
berat lebih dianjurkan klindamisin.
KOMPLIKASI
1. Abses 2. Penghentian Menyusui
 Abses merupakan komplikasi mastitis yang Dini
biasanya terjadi karena pengobatan terlambat atau Mastitis dapat menimbulkan
tidak adekuat. berbagai gejala akut yang
 Bila terdapat daerah payudara teraba keras, membuat seorang ibu
merah dan tegang walaupun ibu telah terapi, maka memutuskan untuk berhenti
kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. menyusui. Penghentian
Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk menyusui secara mendadak
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. dapat meningkatkan risiko
terjadinya abses
Cairan ini dapat dikeluarkan dengan
aspirasi jarum halus yang berfungsi
sebagai diagnostik sekaligus terapi
3. Mastitis
berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya
disebabkan karena 4. Infeksi jamur
pengobatan terlambat atau
tidak adekuat. Ibu harus benar-  Komplikasi sekunder pada
benar beristirahat, banyak mastitis berulang adalah
minum, makanan dengan gizi infeksi oleh jamur seperti
berimbang, serta mengatasi
stress. candida albicans. Sering
ditemukan setelah ibu
mendapat terapi antibiotik.
PENCEGAHAN
 Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya
menjadi sulit melekat dengan baik karena permukaan payudara
menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian
ASI setiap 3-4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau
pompa ASI yang direkomendasikan
 Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk
mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang
menghambat penyaluran ASI
 Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba
benjolan, terasa nyeri dan kemerahan
 Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan
ibu-ibu yang merasa ASInya kurang
 Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan
penyembuh luka seperti lanolin yang segera meresap kejaringan
sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat
dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah
menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering.
 Ibu menyusui dianjurkan beristirahat yang cukup.
 Ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk
mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga
biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci
dengan sabun dan air panas setelah digunakan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai