Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PEMERIKSAAN

HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG)

SM F RA D IO LOGI
FA K U LTAS K E D O K T E RAN Oleh : Sabaria
U N IVERSITAS C E N D E RAWASIH (0120840314)
RU M A H S A K IT U M U M DA E R A H YO WA RI J AYA P U RA - Pembimbing : dr. Frans
PA P UA Sigala, Sp.Rad
2018
PENDAHULUAN
Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG) kini merupakan
pemeriksaan rutin ditiap RS yang mempunyai peralatan
Roentgen yang cukup besar.

Di Negeri kita pemeriksaan ini dilakukan sendiri oleh


ahli radiologi dengan atau tanpa bantuan fluoroskopi.
Waktu yang optimum untuk melakukan HSG ialah pada
hari ke 9- 10 sesudah haid mulai.

Pada pemeriksaann terasa sakit (nyeri), tetapi


nyeri ini sifatnya individual

Dengan penjelasan dari ahli Radiologi, tindakan


ini bukan suatu operasi melainkan hanya untuk
memasukkan bahan kontras ke dalam uterus
Tinjauan Pustaka
Pemeriksaan Hysterosalpingografi (HSG) merupakan pemeriksaan yang menggunakan
media kontras untuk melihat kavum uteri dan patensi tuba uterina. Patensi tuba uterina
dinilai dari media kontras yang mengalir dan spill ke kavum peritoneum

 Pada kasus infertilitas pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya
sumbatan pada salah satu atau kedua tuba fallopii yang dapat menghambat penyatuan
sperma dan sel telur.

 HSG juga dapat memberikan gambaran dari cavum uteri dan mendeteksi adanya
abnormalitas uterus yang juga dapat menyebabkan infertilitas atau keguguran yang
berulang

 Mendiagnosa penyebab nyeri pelvis yang berasal dari dalam uterus atau memberikan
informasi keberhasilan operasi tuba beberapa minggu atau bulan pasca operasi
BAHAN KONTRAS
 Bahan kontras yang sering digunakan oleh ahli radiologi di Indonesia adalah
zat kontras yang larut dalam air yaitu urografin 60% (meglumin diatrizoate
60% atau sodium diatrizoate 10%)

 Bahan kontras ini sifatnya encer, memberikan opasitas yang memuaskan dan
mudah masuk ke dalam tuba dan menimbulkan pelimpahan kontras ke dalam
rongga peritoneum dengan segera

 Dipakai juga bahan kontras lipiodol ultrafluid yang juga dipakai untuk
pemeriksaan limfografi, sialografi, fistulografi, dan saluran-saluran yang
halus. Kekurangan lipiodol adalah bahwa resorpsi kembali berlangsung lama
sekali jika kontras ini masuk kedalam rongga peritoneum
 Kontras larut minyak sekarang sudah banyak ditinggalkan,
karena dapat menimbulkan komplikasi, serta penyerapan
lebih lama.

 Bahan kontras lain yang juga sering dipakai dan memberikan


hasil sama seperti urografin, misalnya hipaque 50% (sodium
diatrizoate)
INDIKASI HSG
Indikasi pemeriksaan histerosalpingografi :
 Infertilitas: untuk menggambarkan tuba fallopi dan salurannya sampai ke kavum
peritoneum
 Abortus berulang: menggambarkan apakah ada kelainan bawaan pada kavum
uteri. Memonitor pasca operasi tuba, seperti pada prosedur sterisilasi.
 Indikasi HSG yang paling sering ialah dalam ginekologi, untuk melihat potensi
tuba. Pada tuba yang paten akan terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke
dalam rongga peritoneum  gambaran yang khas karena bahan kontras akan
tersebar diantara lingkaran-lingkaran usus dalam perut, kelainan-kelainan
uterus dan kanalis servisis
NEXT…

 Menentukan apakah IUD (intrauterine device) masih ada dalam kavum


uteri. Indikasi ini, dibuat dahulu foto polos abdomen untuk melihat
apakah IUD masih didalam abdomen Jika tidak tampak lagi, IUD
yang sengaja dibuat opak, maka HSG tidak perlu dilakukan

 HSG terbukti mempunyai efek terapeutik, bahwasanya kehamilan


sering terjadi segera sesudah pemeriksaan HSG dilakukan.
 Kemungkinan besar kontras membuka secara mekanis obstruksi-
obstruksi yang disebabkan oleh sekret, melepaskan adesi yang ada
dalam tuba, meluruskan bengkokan tuba dan menimbulkan peristaltik
yang lebih aktif karena masuknya bahan kontras.
NEXT…

 HSG juga diindikasikan jika ada perdarahan per vaginam sedikit


 HSG juga dapat dilihat jika ada kelainan bawaan uterus atau
adhesi dalam kanalis servisis dan kavum uteri yang dapat
menyebabkan abortus.
 HSG kadang-kadang dilakukan sesudah section caesaria untuk
melihat parut-parut pada cerviks dan uterus.
 Tumor maligna kavum uteri kadang-kadang juga perlu diperiksa
dengan HSG untuk melihat lokasi, ekstensi, dan bentuk tumor. Tumor
maligna seperti koriokarsinoma memperlihatkan bentuk yang khas
pada HSG.
KONTRA INDIKASI HSG
Kontraindikasi pemeriksaan HSG :
 Infeksi pelvis yang aktif dapat menyebarkan infeksi
 Hipersensitifvitas pada zat kontras
 Pasien yang baru di kuretase
 Kehamilan
 Terpasang IUD
 Perdarahan aktif
i. Proses-proses inflamasi yang akut pada abdomen merupakan
kontraindikasi. Pada hamil muda, pemeriksaan ini tidak boleh
dikerjakan abortus. Lagi pula radiasi terhadap fetus sangat tinggi.
Pada umumnya pada hamil muda tak boleh dilakukan pemeriksaan
foto polos abdomen, karena sel-sel fetus masih dalam stadium
pembagian yang aktif.
ii. Pada perdarahan pervaginam yang berat Jika ada perdarahan,
maka bahan kontras biasa masuk kedalam vena uterina dan vena
ovarii, masuk kedalam vena kava inferior, jantung sebelah kanan,
kemudian masuk kedalam paru-paru.
iii. HSG tidak boleh dilakukan segera setelah dikerjakan kuretase atau
dilatasi kanalis servikalis  ada kemungkinan masuknya kontras
kedalam vena-vena sekitar uterus.
iv. Penyakit ginjal dan jantung yang sudah lanjut juga  kontraindikasi
untuk dilakukan HSG, juga setelah dan sebelum menstruasi  endotel
menebal dan dapat terjadi intravasasi kontras, sehingga interpretasi
foto akan lebih sulit.
KOMPILKASI PEMERIKSAAN HSG
Umumnya pemeriksaan HSG hanya ringan. Keluhan utama rasa nyeri pada
waktu dilakukakn pemeriksaan. Kadang timbul keadaan pra-renjatan (pre-
shock) karena pasien sensitif terhadap zat kontras.
Hal-hal yang mungkin timbul setelah pemeriksaan Hysterosalpingografi:
1. Bercak darah pervaginal selama beberapa hari
2. Nyeri atau rasa kram yang moderat mungkin dapat timbul beberapa jam
setelah beberapa jam post pemeriksaan
3. Demam atau nyeri yang persisten dapat merupakan indikasi berkembangnya
infeksi. Gejala-gejala ini sebaiknya dilaporkan kepada dokter jika menetap
lebih dari beberapa jam
4. Pemakain semprot, sanggama, atau tampon vagina sebaiknya ditunda hingga
48 jam setelah prosedur.
Persiapan Pemeriksaan HSG
1. Siklus menstruasi yang tepat saat pemeriksaan HSG i (hari ke 9-10
setelah HPHT)
2. Sebelumnya tidak melakukan koitus
3. Vesica Urinaria dalam keadaan kosong (Post Miksi)
4. Pakaian dan perhiasan berbahan metal di tinggalkan.
5. Malam sebelum pemeriksaan, pasien diberi laksatif untuk
mengosongkan saluran cerna, sehingga uterus dan struktur
disekitarnya terlihat dengan jelas
6. Beberapa saat sebelum pemeriksaan  sedatif ringan untuk
mengurangi ketidaknyamanan, antibiotik juga dapat diberikan
sebelum dan sesudah pemeriksaan
7. Dilakukan tes alergi terhadap zat kontras, dijelaskan akan rasa
sakit yang akan dialami pasien
8. Inform consent  berikan penjelasan menegenai prosedur yang
akan dilakukan beserta komplikasi yang dapat terjadi
PERALATAN
Peralatan radiologi yang digunakan
meliputi:
• Meja radiologi
• Tabung sinar-x
• Monitor yang berada di ruang
pemeriksaan atau dekat ruang
pemeriksaan.
Untuk melihat gambaran pada proses
pemeriksaan, gambaran sinar-x di
ubah menjadi gambaran video
Disaat yang bersamaan radiographer
mengambil gambar yang dicetak
pada film.
Alat yang dipilih untuk HSG Alat dan bahan untuk pemeriksaan HSG set
beberapa kriteria : terdiri atas bahan-bahan steril dan unsteril.
• Mudah digunakan Alat-alat lain yang diperlukan adalah
kateter HSG
• Memberikan gambaran
anatomi uterus dan tuba • Spekulum
dengan baik
• Tenakulum
• Mencegah kontras kembali
ke vagina, terhindar dari • Spuit
trauma serviks dan uterus • Media kontras (iodium) sebanyak 10cc ;
dan bila perlu posisi pasien 5cc di injeksikan untuk mengisi cavum
dapat diubah sesuai uteri dan
kebutuhan.
• 5cc lagi untuk memperlihatkan patensi
• Jangan lupa tuba uterina, larutan disinfektan.
mempersiapkan obat-
obatan emergensi.
PROSEDUR
Persiapan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan meliputi:
1. Foto polos sebelum prosedur dimulai
2. Setelah kandung kemih dikosongkan dan pembersihan perineum,
pasien ditempatkan di meja pemeriksaan.
3. Pasien diposisikan supine dengan posisi litotomi lutut yang
difleksikan dan dirilekskan.
4. Lakukan disinfeksi pada daerah vagina dan sekitarnya, masukkan
spekulum ke dalam vagina dan bersihkan serviks dengan larutan
antiseptik
5. Masukkan kateter HSG ke dalam kanal serviks
6. Balon kateter kemudian dikembangkan
7. Tenakulum dapat digunakan untuk membantu insersi dan fiksasi kateter.
Setelah kateter terpasang, spekulum dan tenakulum dapat dilepas.
8. Pasien diposisikan sedikit trendelenburg
9. Spuit yang telah diisi media kontras dipasang ke kateter HSG
10. Dengan fluoroskopi, media kontras diinjeksikan sedikit demi sedikit
(setiap 1cc didifluoroskopi)
11. Jika tuba uterina paten, maka media kontras akan mengalir pada
bagian distal tuba uterina ke kavum peritoneum
12. Selama injjeksi kontras, dapat di ambil beberapa spot film dan pada
saat terjadi spill juga di ambil spot film
13. Posisi pengambilan foto adalah posisi AP, namun posisi LPO atau RPO
juga dapat di ambil bila perlu
TEKNIK PEMOTRETAN
Proyeksi AP
 Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan kedua
tungkai lurus, pelvis rapat pada meja pemeriksaan, kedua tangan
diatas kepala, meja pemeriksaan diposisikan trendelenberg.
 Ukuran kaset : 18x24 cm dipasang melintang
 Bahan kontras : Disuntikkan 2-5 cc
 Central ray : Pada symphisis pubis
 Kriteria gambar : gambar yang tampak  pengisian bahan
kontras ke dalam tuba fallopi, tampak gambaran corpus uteri dan
spill pada peritoneal cavity (rongga peritoneal)

AP Post Kontras : 5 cc
Proyeksi Oblique Kanan
 Posisi pasien : supine, tungkai kanan lurus,panggul bagian kiri
diangkat kira-kira 45º, panggul bagian kanan merapat ke meja
pemeriksaan, kedua tangan diatas kepala, meja dalam keadaan
trendelenberg.
 Ukuran kaset : 18x24 cm dipasang melintang
 Central ray : diarahkan pada pertengahan antara SIAS dan
sympisis pubis bagian kanan, lalu di eksposi.
 Kriteria gambar : gambar yang tampak adalah tampak pada
pengisian bahan kontras pada cavum uteri, tube uterine, dan spill
pada rongga peritoneum
Proyeksi Oblique Kiri
 Posisi pasien : supine, tungkai bawah
kiri lurus, panggul bagian kanan
diangkat kira-kira 45º, panggul
bagian kiri merapat ke meja
pemeriksaan , kedua tangan diatas
kepala, posisi meja trendelenberg.
 Ukuran kaset : 18x24 cm diletakkan
melintang
 Central ray : diarahkan pada
pertengahan antara SIAS dengan
sympisis pubis.
 Kriteria gambar : gambar yang
tampak adalah pengisian bahan
kontras pada cavum uteri, tube uterus
bagian kanan dan kiri serta spill di
(LPO Post Kontras : 3-5 cc)
sekitar fimbrae
Post Void
Pembersihan bahan kontras,
posisi sama dengan plan foto,
setelah pasien loncat- loncat di
toilet. Kriteria gambar:
 Daerah pelvis mencakup
vesica urinaria
 Daerah uterus (pintu atas
panggul terlihat di
pertengahan film)
 Tampak sisa kontras,
sebagian telah kosong
GAMBARAN HISTEROSALPINGOGRAFI
Kanalis servikalis panjangnya 3-4 cm atau kira-kira
sepertiga panjang uterus, lonjong. Ismus antara
kavum uteri dan kanalis servikalis lebih sempit.
Ostium uteri internum tampak seperti penyempitan
pendek

Kavum uteri berbentuk segitiga, sisi dan fundus uteri


lurus atau konkaf. Fundus kadang-kadang konveks
dan lebih lebar daripada panjang uterus.

Jarak antara kornu kanan dan kiri rata-rata 3,5


cm. Sfingter kornu bentuknya khas seperti bawang.
Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba
yang panjangnya variable.

Ismus tuba kemudian melebar sebagai ampula


tuba. Dengan tuba masih paten / spill(+) atau non
paten/spill (-).

Anda mungkin juga menyukai