Anda di halaman 1dari 19

KEGAWATDARUR

ATAN DENGAN
MASTITIS

Presented by: Kelompok 4
Anggota Kelompok

1. Alfana Agustina (201540102)
2. Silvia Redina Putri (201540134)
3. Widia Wati (201540136)
Definisi

 Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.Pada
infeksi yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara
(penimbunan nanah di dalam payudara). Mastitis adalah reaksi sistematik
seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi
sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001).
 Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susu mengalami sumbatan. Mastitis paling sering
terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran.Penyebab penting dari
mastitis ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui
yang buruk.Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk
menggunakan bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik
pada payudaranya (Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013).
Lanjutan

 Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di
tarik suatu kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau
peradangan pada jaringan payudara yang diakibatkan
karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang
masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.
 Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis, yaitu: mastitis
puerparalis epidemic, mastitis aninfeksosa, mastitis
subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat jenis
tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda.
Diantaranya adalah sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam
Djamudin, 2009):
Klasifikasi Mastitis

 Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi dan
ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen. Masalah ini
paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten.
 Mastitis Noninfesiosa
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau seluruh
payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti.Namun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2–3 minggu.
Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons peradangan.
 Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat disertai
dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat
berkurang yaitu kira- kira hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
Lanjutan

 Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak
sembuh dan proteksi oleh faktor imun dalam ASI dan
oleh respon–respon inflamasi. Secara normal, ASI segar
bukan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
Faktor Risiko Mastitis

 Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo, 2010), yaitu:
1. Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di bawah usia
21 tahun atau di atas 35 tahun.
2. Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan akibat teknik menyusui
yang buruk yang tidak diperbaiki.
3. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun penggunaan oksitosin
tidak meningkatkan resiko.
4. Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi terjadinya mastitis.
Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami mastitis karena kurangnya zat
besi dalam tubuh, sehingga hal itu akan memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis).
Antioksidan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis.
Lanjutan

5. Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme
pertahanan dalam payudara.
6. Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu
dalam pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu
terjadinya statis ASI.
7. Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat
merusak jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut
dapat menyebabkan mastitis.

 Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering
terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita
menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah
melahirkan.
 Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya tejadi mastitis.
2. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak.
3. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis.
4. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.
Tanda dan Gejala Mastitis

 Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa:
a. Payudara yang terbendung membesar, membengkak, keras
dan kadang terasa nyeri.
b. Payudara dapat terlihat merah, mengkilat dan puting
teregang menjadi rata.
c. ASI tidak mengalir dengan mudah, dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisap ASI sampai pembengkakan berkurang
d. Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu, dengan gejala
demam, rasa dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit.
e. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi
yang sama dengan payudara yang terkena.
Lanjutan

Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain :
 Payudara terasa nyeri
 Teraba keras
 Tampak kemerahan
 Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah–
pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena sumbatan tanpa
infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam. Pada payudara juga
tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada payudara,
dan permukaan kulit tidak pecah – pecah maka hal itu bukan mastitis. Bila terasa
sakit pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang
mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2013).
Penatalaksanaan Awal
Mastitis

1. Konseling Suportif
Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk
diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan
bayinya dan bahwa payudaranya akan pulih, baik bentuk maupun fungsinya. Ibu
membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan
untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari
payudara yang sakit. Ibu akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih.
2. Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting, antara lain:
 Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
 Dorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan
 Bila perlu peras ASI dengan tangan/pompa/botol panas, sampai menyusui dapat
dimulai lagi
Lanjutan

3. Terapi simtomatik
Berbaring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi menyusui, sehingga dapat
memperbaiki pengeluaran susu. Tindakan lain yang dianjurkan adalah penggunaan kompres
hangat pada payudara yang akan menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI, dan
yakinkan bahwa ibu cukup minum cairan. Dilakukan pengompresan hangat pada payudara
selama 15-20 menit, 4 kali/hari. Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan,
sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
A. Mastitis (Payudara tegang / indurasi dan kemerahan)
 Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum terbentuk
abses biasanya keluhannya akan berkurang.
 Sangga payudara.
 Kompres dingin.
 Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
 Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.
 Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
Lanjutan

B. Abses Payudara (Terdapat masa padat, mengeras di bawah kulit yang kemerahan).
 Diperlukan anestesi umum.
 Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola, ke pinggir supaya tidak mendorong saluran
ASI.
 Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan.
 Pasang tampon dan drain, diangkat setelah 24 jam.
 Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
 Sangga payudara.
 Kompres dingin.
 Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan.
 Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus.
 Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari.
Jika terjadi abses, biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah, serta dianjurkan
untuk berhenti menyusui.Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan obat pereda nyeri (misalnya
acetaminophen atau ibuprofen).Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya.
Penanganan Lanjut Mastitis

Penatalaksanaan bisa berupa medis dan non-medis, dimana medis melibatkan obat antibiotik
dan analgesik sedangkan non-medis berupa tindakan suportif.
 Antibiotik diberikan jika dalam 12-24 jam tidak ada perubahan atautidak ada perubahan,
antibiotik yamg diberikan berupa penicillin resistan-penisilinase . Jika ibu alegi terhadap
penisilinase dapat diberikan Eritromisin. Terapi yang paling umum adalah adalah
Dikloksasilin. Berikut antibiotik yang efektif terhadap infeksi Staphylococcus aureus.
 Pemberian antibiotik dikonsulkan oleh dokter supaya mendapat antibiotik yang tepat dan
aman untuk ibu menyusui. Selain itu, bila badan terasa panas sebaiknya diberikan obat
penurun panas. Namun jika infeksi tidak hilang maka dilakukan kultur asi (Prasetyo, 2010).
 Selanjutnya pemberian Analgesik untuk mengurangi rasa nyeri. Rasa nyeri menjadi
penghambat hormon oksitosin yang berperan dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik
yang diberikan berupa ibuprofen dengan dosis 1,6gram per hari karena lebih efektif dalam
menurunkan peradangan dibandingkan dengan paracetamol dan asetaminofen. Sehingga
direkomendasikan pada ibu menyusui yang mengalami mastitis (Novyaningtias, 2016).
Selain analgesik, untuk mengatasi nyeri dan payudara terasa keras bisa diberikan kompres
kentang.
Prinsip Pencegahan
Syok

tujuan utama pengobatan syok adalah melakukan
penanganan awal dan khusus untuk :
1. menstabilkan kondisi pasien
2. memperbaiki valume cairan sirkulasi darah
3. mengefisiensi sitem sirkulasi darah
4. setelah pasien stabil tentukan penyebab syok
Prinsip Penyelamatan
danBHD
 Bantuan hidup dasar (basic life support) adalah suatu tindakan pada saat pasien
ditemukan dalam keadaan tiba-tiba tidak bergerak, tidak sadar, atau tidak
bernafas, maka periksa respon pasien. Bila pasien tidak merespon, aktifkan sistem
darurat dan lakukan tindakan bantuan hidup dasar (W.Sudoyo et al., 2015).
Tujuan dilakukannya BHD adalah:
 Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pernapasan
 Memberikan bantuan eksternal dan ventilasi pada pasien yang mengalami henti
jantung atau henti nafas melalui resusitasi jantung paru (Nur, 2017).
 Indikasi Bantuan HIdup Dasar
a. Henti nafas Henti nafas dapat disebabkan karena tenggelam, stroke, obstruksi
jalan nafas oleh benda asing, inhalasi asap, kelebihan dosis obat, tekanan aliran
listrik, trauma, koma.
b. Henti jantung Henti jantung dapat mengakibatkan: fibrilasi ventrikel, akhikardi
ventrikel, asistol. (Krisanty et al., 2016).
Lanjutan

Langkah-Langkah Bantuan Hidup Dasar
1. Menganalisis keamanan (Danger)
2. Memeriksa respon korban (Respon)
3. Meminta Bantuan (Shout for help)
4. Circulation
5. Airway control
6. Breathing support
7. Recovery position

Anda mungkin juga menyukai