Anda di halaman 1dari 9

BAHAN AJAR

MASTITIS

A. Definisi
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau
tidak, yang disebabkan oleh kuman terutama Staphylococcus aureus melalui luka
pada puting susu atau melalui peredaran darah. Penyakit ini biasanya menyertai
laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Infeksi
terjadi melalui luka pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran
darah. Kadang-kadang keadaan ini bisa menjadi fatal bila tidak diberi tindakan
yang adekuat.
Abses payudara, penggumpalan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Macam-macam mastitis dibedakan
berdasarkan tempatnya serta berdasarkan penyebab dan kondisinya. Mastitis
berdasarkan tempatnya dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae
b. Mastitis di tengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di tempat itu
c. Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot di bawahnya.
Sedangkan pembagian mastitis menurut kondisinya dibagi pula menjadi 3,
yaitu :
a. Mastitis periductal
Mastitis periductal biasanya muncul pada wanita di usia menjelang
menopause, penyebab utamanya tidak jelas diketahui. Keadaan ini dikenal
juga dengan sebutan mammary duct ectasia, yang berarti peleburan saluran
karena adanya penyumbatan pada saluran di payudara.
b. Mastitis puerperalis/lactational
Mastitis puerperalis banyak dialami oleh wanita hamil atau
menyusui.Penyebab utama mastitis puerperalis yaitu kuman yang menginfeksi
payudara ibu, yang ditransmisi ke puting ibu melalui kontak langsung.
c. Mastitis supurativa
Mastitis supurativa paling banyak dijumpai.Penyebabnya bisa dari kuman
Staphylococcus, jamur, kuman TBC dan juga sifilis.Infeksi kuman TBC
memerlukan penanganan yang ekstra intensif.Bila penanganannya tidak
tuntas, bisa menyebabkan pengangkatan payudara/mastektomi.
Berdasarkan etiloginya:
a. Mastitis karena stasis ASI/ non infeksiosa
b. Mastitis infeksiosa yang paling sering adalah Staphylococcus aureus dan
Streptococcus.
Klasifikasi lain:
a. Mastitis puerperalis epidemic
b. Mastitis monensiosa
c. Mastitis sublkinis
d. Mastitis tuberkulosis

B. Etimologi
Penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi.Statis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau menyebabkan infeksi.
1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara.
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan, atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi yang buruk pada payudara,
pengisapan yang tidak efektif, pembatasan frekuensi/durasi menyusui, sumbatan
pada saluran ASI, suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar
dua/lebih.
2. Infeksi
Organismen yang paling sering ditemukan pada mastitis dan abses
payudara adalah organisme koagulase-positif Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus albus.Escherichia coli dan Streptococcus kadang-kadang juga
ditemukan.Mastitis jarang ditemukan sebagai komplikasi demam tifoid.
C. Epidemiologi
a. Insiden
Penelitian di seluruh dunia dalam 10 tahun terakhir menunjukkan kejadian
mastitis laktasi berkisar 4-27% wanita menyusui tergantung pada metode,
terutama subjek seleksi, yang digunakan dalam studi ini. Mastitis terjadi pada
semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan menyusui.Insiden yang di laporkan
bervariasidari sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah
10%.
b. Mula Timbul
Mastitis laktasi dapat berkembang pada minggu-minggu awal pasca
kelahiran setelah ibu meninggalkan rumah sakit. Mastitis paling sering terjadi
pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan
menunjukkan bahwa 74% sampai 95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama.
Namun sekitar sepertiga dari kasusu-kasus ibu menyusui jangka panjang terjadi
setelah bayi berusia 6 blan.

D. Patogenesisi/Patofisiologi
Stasis ASI peningkatan tekanan duktusjika ASI tidak segera
dikeluarkanpeningkatan tegangan alveoli yang berlebihansel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat
meningkatbeberapa komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan
natrium) yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus/ periduktal dan secara
hematogen.dari plasma masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar selmemicu
rrespon imunrespon inflmasikerusakan jaringanmempermudah terjadinya
infeksi (Staohylococcus aureus dan Sterptococcus) dari port d entry yaitu:
duktus laktiferus ke lobus sekresi dan putting.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus
(saluran ASI) akibat stasis ASI.Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi
tegangan alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang
memproduksi ASI menjadi datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan
ikat meningkat.Beberapa komponen (terutama protein kekebalan tubuh dan
natrium) dari plasma masuk ke dalam ASI dan selanjutnya ke jaringan sekitar sel
sehingga memicu respons imun.Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan
kerusakan jaringan memudahkan terjadinya infeksi.
Terdapat beberapa cara masuknya kuman yaitu melalui duktus laktiferus
ke lobus sekresi, melalui puting yang retak ke kelenjar limfe sekitar duktus
(periduktal) atau melalui penyebaran hematogen pembuluh darah). Organisme
yang paling sering adalah Staphylococcus aureus, Escherecia coli dan
Streptococcus.Kadang-kadang ditemukan pula mastitis tuberkulosis yang
menyebabkan bayi dapat menderita tuberkulosa tonsil.Pada daerah endemis
tuberkulosa kejadian mastitis tuberkulosis mencapai 1%.

E. Manifestasi Klinis
1. Gejala mastitis infeksiosa
a. Lemah, mialgia, nyeri kepala seperti gejala flu dan ada juga yang di
sertai takikardia
b. Demam suhu > 38,5 derajat celcius
c. Ada luka pada puting payudara
d. Kulit payudara kemerahan atau mengkilat
e. Terasa keras dan tegang
f. Payudara membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan yang
berbatas tegas
g. Peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau menyusu karena
ASI yang terasa asin
2. Gejala mastitis non infeksiosa
a. Adanya bercak panas/nyeri tekan yang akut
b. Bercak kecil keras yang nyeri tekan saja
c. Tidak ada demam dan ibu masih merasa naik-baik.
F. Komplikasi
1. Penghentian menyusui dini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang
ibu memutuskan untuk berhenti menyusui.Penghentian menyusui secara
mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses.Selain itu ibu juga
khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi
mereka.Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas
dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.
2. Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena
pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara
teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita
harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi abses.Pemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul.Cairan
ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serial.Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan
bedah.Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik.ASI
dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan
sesuai dengan jenis kumannya.
3. Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat.Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan
dengan gizi berimbang, seta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang
karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500
mg sekali sehari) selama masa menyusui
4. Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicans.Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu
mendapat terapi antibiotik.Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan
nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI.Di
antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal.Puting mungkin
tidak nampak kelainan.Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik
adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting
dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin
oral pada saat yang sama.

G. Pencegahan
1. Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
a. Menyusui sidini mungkin setelah melahirkan
b. Menyusui dengan posisi yang benar
c. Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
d. Makan dengan gizi yang seimbang
Hal-hal yang mengaggu proses menyusui, membatasi, mengurangi isapan
proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain :
a. Pengunaan dot
b. Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
c. Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum ia
siap untuk menghisap payudara yang lain.
d. Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
e. Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
f. Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain.
2. Penatalaksaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh
bayinya untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka
pada punting susu.
b. Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas.
c. Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan
pemerasan ASI.
3. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Ibu harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan,
nyeri/panas/kemerahan :
a. Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko, seperti kealpaan
menyusui.
b. Bila ibu mengalami demam/merasa sakit, seperti sakit kepala.
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut, maka ibu perlu untuk :
a. Beristirahat, di tempat tidur bila mungkin.
b. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
c. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat/pancuran.
d. Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan saat bayi menyusui
untuk membantu ASI mengalir dari daerah tersebut.
e. Mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik pada
keesokan harinya.
4. Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI, seperti :
a. Nyeri/puting pecah-pecah. Bayi yang tidak puas, menyusu sangat
sering, jarang atau lama.
b. Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya, menganggap ASInya
tidak cukup.
c. Pengenalan makanan lain secara dini.
d. Menggunakan dot.
5. Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi.Kontak kulit dini, diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit.
H. Penatalaksanaan
Laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu.
Aliran ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena
stasis Tata ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya
mastitis.Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang
bermasalah.Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari
sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara
bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah
berkurang.Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau
ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan
membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.
1. Penggunaan obat-obatan
Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan
mastitis dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.
2. Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang
berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri pada mastitis.Analgesik yang dianjurkan adalah obat
anti inflamasi seperti ibuprofen.Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan
gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau
asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada
ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami
mastitis.
3. Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka
perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup
membantu.Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 24 jam atau jika ibu
tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang
biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam
secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam
darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan
flukloksasilin.Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara
intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah.Sefaleksin
biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk
kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.

I. Prognosis
Prognosis dari penyakit pada mastitis, tergantung pada seberapa cepat dari
upaya detektisi dan penanganan diri, serta penyakit penyebab.Semakin dini upaya
deteksi dan penanganannya, hasilnya akan lebihbaik dari beberapa jenis kondisi
atau penyakit.

Anda mungkin juga menyukai