Anda di halaman 1dari 51

DISTOSIA

KELOMPOK 15
Definisi

 Distosia adalah persalinan sulit yang ditandai dengan


hambatan kemajuan persalinan.
Klasifikasi
DISTOSIA

Kekuatan (Power) Kelainan Janin (Passenger) Kelainan ukuran/bentuk jalan lahir (Passage)

Kelainan His Kelainan Letak Panggul Sempit

Kekuatan mengejan
Kelainan Presentasi Kelainan Bentuk
kurang kuat
Panggul

Kelainan Posisi
Neoplasma Genitalia

Kehamilan Ganda Interna

Neoplasma Visera Rongga


Bayi Besar
Panggul

Cacat Bawaan
DISTOSIA KARENA KEKUATAN PENDORONG
KURANG (POWER)
DISTOSIA KARENA KELAINAN HIS
 Baik tidaknya his dapat dinilai dari :
1. Kemajuan persalinan → kemajuan pembukaan, turunnya bagian
terendah janin, terjadi tidaknya putaran paksi dalam bila janin
sudah sampai di bidang Hodge III atau lebih rendah
2. Sifat his → frekuensi, kekuatan dan lamanya his.
3. Caput succedaneum → ukuran.

 His dikatakan kurang kuat bila :


1. Terlalu lemah → dinilai dengan palpasi pada puncak his.
2. Terlalu pendek → dinilai dari lamanya kontraksi.
3. Terlalu jarang → dipantau dari waktu sela antara 2 his.
INERSIA UTERI

 Inersia uteri → pemanjangan fase laten atau fase


aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan.
 Pemanjangan fase laten → serviks belum matang
atau penggunaan analgetik terlalu dini.
 Pemanjangan fase aktif ditemukan pada disproposi
sefalopelvik atau kelainan anak
 Penyebab :
1. Penggunaan analgetik terlalu cepat
2. Kesempitan panggul
3. Letak defleksi (muka atau dahi)
4. Kelainan posisi (positio occipito posterior persistens, transverse
arrest)
5. Regangan dinding rahim berlebihan (hidramnion, kehamilan
ganda)
6. Rasa takut ibu
 Klasifikasi inersia uteri :
1. Inersia uteri hipotonis → kontraksi terkoordinasi tetapi
lemah. Pada KTG, tekanan tampak >15 mmHg. Pada
palpasi, frekuensi his teraba jarang, dan pafa punca
kontraksi dinding, rahim masih dapat ditekan ke dalam.

2. Inersia uteri hipertonis → kontraksi tidak terkoordinasi,


misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen
atas. Biasa disebut inersia spastis dan pasien biasanya
sangat kesakitan.
Terapi
1. Inersia uteri hipotonis
 Pemberian drip oksitosin dilakukan di fasilitas kesehatan yang
mampu mengawasi persalinan secara ketat, karena penyulit yang
mungkin terjadi adalah gawat janin atau ruptur uteri.
 Sebelum pemberian oksitosin drip, kandung kemih dan rektum
harus dikosongkan serta skor Bishop juga harus ditentukan.
Oksitosin drip kurang berhasil pada skor Bishop rendah.
2. Inersia uteri hipertonis
 Pengobatan terbaik → petidin 50 mg atau tokolitik seperti
ritodrin untuk merelaksasi dan mengistirahatkan kontraksi
rahim agar timbul his yang normal.
 Bila his tidak membaik → seksio sesarea.
Skor Bishop
Skor
Faktor
0 1 2 3

Pembukaan serviks (cm) 0 1–2 3–4 5–6

Pendataran serviks (%) 0 – 30 40 – 50 60 – 70 >80


Turunnya bagian terendah
-3 -2 -1 atau 0 +1 atau 2
(station)
Konsistensi serviks Kaku Kenyal Lunak
Tengah-
Arah serviks Ke belakang Ke depan
tengah
Keterangan :
• Skor Bishop 0-4: Angka keberhasilan induksi persalinan 50-60%
• Skor Bishop 5-9: Angka keberhasilan induksi persalinan 80-90
• Skor Bishop > 9: Angka keberhasilan induksi persalinanmendekati 100%
PARTUS PRESIPITATUS

 Partus presipitatus ialah persalinan yang lebih pendek dari


3 jam.
 Kadang pada multipara, jarang sekali pada primigravida.
 Persalinan terlalu cepat akibat his yang kuat dan
kurangnya tahanan jalan lahir.
 Bahaya bagi anak meningkat → oksigenasi kurang sebagai
akibat kontraksi rahim yang terlalu kuat.
 Terapi → his berupaya dikurangi dengan sedatif.
POSISI, PRESENTASI ATAU
KELAINAN JANIN

KELAINAN POSISI
 Kebanyakan persalinan dengan posisi oksipito posterior, kepala
akan mengalami putaran paksi, sehingga anak lahir dengan
oksiput di bawah simfisis.
 Penyebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul
antropoid, panggul android, kesempitan bidang terngah
panggul, ketuban pecah sebelum waktunya, fleksi kepala
kurang, serta inersia uteri.
 Untuk menghindari ruptur perinei totalis, episiotomi
harus dibuat lebih lebar karena dalam hal ini perineum
diregangkan oleh sirkumferensia oksipito frontalis.
Terapi
1. Ekstraksi dengan forseps
a. Anak dilahirkan dengan oksiput tetap di belakang
→ bila ada faktor-faktor yang menyuitkan rotasi ke
depan, seperti panggul antropoid atau android.
b. Anak dilahirkan dengan oksiput sebelah depan →
bila tidak ada faktor-faktor yang menghalangi rotasi.
2. Ekstraksi dengan vakum
 Pada ekstraksi dengan vakum, ikuti arah putaran ubun-
ubun kecil dan hanya menarik kepala kebawah menurut
arah yang sesuai dengan tingkatan penurunan kepala.
KELAINAN PRESENTASI

1. Presentasi Muka

• Presentasi kepala dengan defleksi maksimal sehingga oksiput


menyentuh punggung dan muka terarah ke bawah (kaudal terhadap
ibu). Punggung dalam posisi lordosis.
• Diagnosis dalam kehamilan :
 Tonjolan kepala teraba sesisi dengan punggung dan di antara belakang
kepala dan punggung teraba sudut runcing (sudut Fabre). Tonjolan kepala
bertentangan dengan sisi bagian-bagian kecil
 Bunyi jantung anak terdengar di sisi bagian-bagian kecil. Diagnosis ini dapat
diperkuat dengan USG.
• Diagnosis dalam persalinan :
 Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba orbita,
hidung, tulang pipi, mulut dan dagu.

• Terapi :
 Sebaiknya periksa ada tidaknya kelainan panggul. Bila tidak ada pengelolaan
persalinan bersifat konservatif.
 Sebagai salah satu upaya menurunkan angka kematian perinatal → kala II
ditetapkan tidak boleh lebih dari 1 jam.
 Jika ada indikasi menyelesaikan persalinan, forseps digunakan dengan syarat-
syarat :
 Kepala sudah sampai di Hodge IV
 Dagu terdapat sebelah depan
Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, lebih baik lakukan seksio sesarea.
2. Presentasi Dahi

• Presentasi kepala dengan defleksi sedang, sehingga dahi


menjadi bagian terendah .
• Biasanya bersifat sementara.
• Dengan majunya persalinan, presentasi berubah menjadi
presentasi muka atau belakang kepala.
• Sebab-sebab presentasi dahi kira-kira sama dengan penyebab
presentasi muka.
• Diagnosis :
Mencurigai letak defleksi ini cukup dengan palpasi, yakni bila :
 Tonjolan kepala teraba di sisi punggung anak (bertentanga
dengan bagian kecil).
 Bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak terdapat di
satu sisi.
Biasanya presentasi dahi baru dapat didiagnosis sewaktu
persalinan bila pembukaan sudah cukup besar. Akan teraba sutura
frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita dan pangkal hidung.

• Terapi :
 Persalinan dilakukan dengan seksio sesarea.
KELAINAN LETAK
1. Letak Sungsang (Presentasi bokong)

Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai


bagian yang terendah (presentasi bokong).

Klasifikasi :
a. Presentasi bokong murni (frank breech)
b. Presentasi bokong kaki (complete breech)
c. Presentasi lutut
(Incomplete breech presentation)
d. Presentasi kaki
Diagnosis
 Pergerakan anak teraba di bagian perut bawah, di
bawh pusat, dan ibu sering merasa benda keras
(kepala) mendesak tulang iga.
 Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan
melenting di fundus uteri. Punggung anak dapat teraba
di salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil di sisi
berlawanan. Di atas simfisis, teraba bagian yang kurang
bundar dan lunak.
 Bunyi jantung terdengar di punggung anak setinggi
pusat.
Terapi
 Yang paling penting ialah berusaha memperbaiki letak anak
dalam kehamilan sebelum persalinan dengan versi luar.
 Versi luar masih dapat diusahakan pada saat persalinan,
dengan syarat:
1. Pembukaan < 3-4 cm
2. Ketuban masih utuh
3. Bokong anak masih dapat dibebaskan
Teknik versi luar meliputi:
1. Persiapan
2. Mobilisasi
3. Sentralisasi
4. Versi
2. Letak Lintang (Presentasi Bahu)
 Pada letak lintang, sumbu panjang anak tegak lurus atau
hampir tegak lurus sumbu panjang ibu. Istilah pada
presentasi bahu:
- Presentasi akromion: bahu menjadi bagian terendah
- Dorsoanterior: bila punggung terdapat di sisi depan
- Dorsoposerior: bila punggung terdapat di sisi
belakang
Diagnosis
 inspeksi: perut tampak melebar ke samping; pada
kehamilan cukup bulan, fundus uteri tampak lebih
rendah daripada biasanya.
 Palpasi: fundus uteri maupun bawah rahim teraba
kosong sedangkan bagian-bagian besar (kepala dan
bokong) teraba di samping kiriatau kanan di atas fossa
iliaka.
 Seringkali salah satu lengan menumbung.
Terapi
 Setelah diagnosis letak lintang ditegakkan, versi luar segera
diupayakan dalam kehamilan agar sedapat-dapatnya diubah
menjadi letak kepala.
 Bila versi luar berhasil, kepala didorong ke dalam pintu
atas panggul supaya kepala terfiksasi oleh pintu atas
panggul dan anak tidak memutar kembali. Terutama pada
multipara, sesudah versi luar berhasil, pasien dianjurkan
memakai gurita.
 Bila versi luar tidak berhasil, dilakukan seksio sesarea,
karena versi dan ekstraksi sangat berisiko bagi ibu
maupun anak.
PRESENTASI MAJEMUK
(COMPOUND
PRESENTATION)
• Letak majemuk ialah bila ekstremitas teraba di samping bagian
terendah.
• Pada presentasi majemuk, tali pusat sering juga menumbung, dan
hal ini sangat mempengaruhi prognosis.
• Tali pusat menumbung tidak selalu terdiagnosis melalui
pemeriksaan dalam.
• Bila pemantauan persalinan dilakukan dengan kardiotokografi,
kompresi tali pusat di antara kepala anak dan panggul akan
menampilkan gambaran terjadi gawat janin.
Terapi
 Tangan menumbung, gangguan putaran paksi dapat
diselesaikan melalui ekstraksi forsipal dengan pemasangan
sendok forseps di antara tangan yang menumbung dan
kepala anak.
 Bila pembukaan sudah lengkap, tangan yang menumbung
sebaiknya direposisi. Bila reposisi tidak berhasil dan kepala
tidak mau turun, lakukan seksio sesarea.
 Bila kepala sudah jauh masuk ke dalam rongga panggul,
persalinan diselesaikan dengan forseps.
 Kaki yang menumbung di samping kepala sebaiknya
direposisi.
TALI PUSAT MENUMBUNG
(PROLAPSUS FOENICULI)
 Terabanya tali pusat di samping atau lebih rendah dari
bagian depan ketika ketuban sudah pecah → tali pusat
menumbung
 Penyebab : disproposi sefalopelvik, letak lintang, letak kaki,
kehamilan ganda, letak majemuk, hidramnion.
 Diagnosis : ditegakkan bila pada pemeriksaan dalam
teraba benda seerti tali yang berdenyut atau bila tali pusat
tampak keluar dari vagina.
Terapi

 Diagnosis harus cepat ditegakkan melalui pemeriksaan


dalam sewaktu ketuban sudah pecah, sementara kepala
masih tinggi.
 Tali pusat menumbung merupakan indikasi menyelesaikan
persalinan dengan segera bila anak masih hidup. Bila anak
sudah mati, persalinan dapat ditunggu berlangsung spontan.
 Jangan membuang waktu dengan mengupayakan reposisi tali
pusat.
JANIN BESAR
(MAKROSOMIA)

 Anak dikatakan besar jika BB > 4000 g.


 Penyebab:
1. Diabetes melitus
2. Keturunan (orang tua berbadan besar)
3. Multiparitas
 Besarnya kepala/bahu dapat menyebabkan kesulitan
dalam persalinan. Regangan dinding rahim oleh anak,
dapat menimbulkan inersia uteri.
Terapi
 Bila anak diduga besar melalui palpasi dalam asuhan
antenatal, ibu harus menjalani pemeriksaan untuk
mengetahui ada tidaknya diabetes melitus.
 Bila panggul normal, biasanya diusahakan persalinan
pervaginam.
 Bila anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas
panggul, untuk mendiagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
USG.
DISTOSIA BAHU
 Merupakan penyulit yang berat
karena seringkali baru diketahui
ketika kepala sudah lahir dan tali
pusat sudah terjepit di antara
panggul dan badan anak.
 Angka kejadian :
 Bayi bobot >2500 gram →
0,15%
 Bayi bobot >4000 gram →
1,7%
Etiologi
 Umumnya terjadi pada makrosomia → ukuran badan bayi
relatif lebih besar dari ukuran kepala bayi dan bukan
semata-mata karena bobot yang >4000 gram.
 Kemungkinan makrosomia perlu diperkirakan bila selama
kehamilan terdapat penyulit, seperti obesitas, diabetes
mellitus atau kehamilan lewat waktu.
 Distosia bahu juga dapat terjadi pada bayi anensefalus
yang disertai kehamilan serotinus.
Faktor Resiko
 bertambahnya perbedaan antara ukuran badan dan
bahu dengan ukuran kepalanya.
 Bayi makrosomia
 Keadaan intrapartum:
 kala I lama
 partus macet
 kala II lama
 stimulasi oksitosin
 persalinan vaginal dengan tindakan
Pencegahan Faktor Resiko
 Tawarkan untuk dilakukan bedah sesar pada persalinan
vaginal berisiko tinggi ;
 Janin luar biasa besar (> 5 kg)
 Janin sangat besar (> 4,5 kg) dengan ibu diabetes
 Janin besar (> 4 kg) dengan riwayat distosia bahu
pada persalinan sebelumnya
 Kala II yang memanjang dengan janin besar
 Identifikasi dan obati diabetes pada ibu
 Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi
 Kenali adanya distosia seawal mungkin
 Perhatikan waktu dan segera minta pertolongan
begitu distosia diketahui.
Diagnosis
Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya :
a. Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat
dilahirkan.
b. Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan
kencang.
c. Dagu tertarik dan menekan perineum.
d. Traksi pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap
tertahan di kranial simfisis pubis.
Penatalaksanaan

 Bila diduga akan terjadi distosia bahu dan


diputuskan untuk melahirkan anak pervaginam,
beberapa persiapan yang harus dilakukan :
1. Dokter penolong harus sudah berpengalaman
mengelola distosia bahu
2. Penolong harus didampingi seorang ahli
anestesi
3. Dokter anak harus hadir dan siap mengatasi
dampak buruk yang mungkin terjadi pada anak
akibat distosia
 Upaya melahirkan bahu dapat dilakukan dengan cara :
1. Penekanan di daerah suprapubis oleh pembantu
penolong;
Sementara penolong menggerakkan kepala anak ke
bawah ke arah sakrum ibu untuk melepasakan bahu
depan yang tersangkut di bawah simfisis.
2. Perasat Mc Roberts;
Ibu dianjurkan memegang dan menarik kedua pahanya
ke arah perutnya sambil meregangkan kedua paha ke
kiri dan ke kanan. Sementara itu, penolong berusaha
membebasakan bahu depan anak yang tersangkut
dengan menggerakkan kepala anak ke bawah
3. Perasat Wood;
Bahu depan diputar 180⁰ , sehingga bahu depan menjadi bahu
belakang dan bahu belakang yang sudah diputar ke depan akan
lahir di bawah simfisis. Hal ini dapat terjadi karena bahu belakang
sudah turun lebih jauh dari bahu depan.
4. Berusaha melahirkan bahu belakang;
Lengan belakang secara hati-hati dilahirkan dengan
menggerakkan lengan anak dengan tangan dalam sedemikian rupa
hingga seolah-olah lengan anak menyapu mukanya dan
selanjutnya menyapu dadanya, dilanjutkan dengan melahirkan
lengan belakang. Selanjutnya, bahu diputar sehingga diameter
biakromialis mengisi diameter oblik pintu bawah panggul,
kemudian bahu depan dilahirkan di bawah simfisis. Cara ini
beresiko mematahkan lengan atas yang dilahirkan lebih dahulu.
5. Bila anak mati dilakukan Kleiodotomi
Komplikasi
 Janin :
• Fraktur tulang (klavikula dan humerus)
• Cedera pleksus brakhialis
• Hipoksia yang dapat menyebabkan kerusakan permanen
di otak
• Dislokasi tulang serviks yang fatal akibat melakukan
tarikan dan putaran pada kepala dan leher
 Ibu
• Perdarahan akibat laserasi jalan lahir
• Episiotomi
• Atonia uteri
Prognosis
Prognosis pada anak :
 Angka morbilitas dan morbiditas anak cukup tinggi.
 Dapat terjadi fraktur humerus dan klavikula, kelumpuhan
Erb, serta kematian janin.

Prognosis pada ibu :


 Penyulit yang sering menyertai adalah perdarahan
pascasalin akibat atonia uteri, dapat juga akibat robekan
vagina dan/atau serviks. Penyulit-penyulit ini lebih banyak
akibat makrosomia.
Hidrosefalus
 Hidrosefalus: terjadi pertambahan cairan otak di
dalam ventrikel, sehingga ukuran kepala menjadi besar.
 Hidrosefalus sering disertai catat bawaan lain, seperti
spina bifida.
 sering menimbulkan distorsia, bahkan ruptur uteri,
dan anak sering dilahirkan dalam letak sungsang.
 Etiologi belum jelas, tapi salah satunya ialah
toksoplasmosis
Diagnosis
 Karena kepala besar, badan anak terdesak ke atas dan
bunyi jantung anak terdengar di tempat yang lebih tinggi
dari biasanya.
 Pada rontgen, kepala tampak besar. Foto rontgen tidak
boleh hanya dinilai menurut ukuran kepala, tetapi juga
menurut:
1. Bentuk kepala
2. Perbandingan antara tengkorak dan muka
3. Tebal tulang tengkorak
Terapi

 Setelah diagnosis ditegakkan dan pembukaan cukup besar


(2 jari), pungsi dikerjakan pada anak yang hidup dilakukan
dengan jarum yang panjang dan besar untuk memperkecil
volume kepala.
 Pada anak yang mati, dapat dilakukan perforasi.
 Setelah anak lahir, harus selalu dilakukan eksplorasi kavum
uteri.
DISTOSIA KARENA KELAINAN JALAN
LAHIR

DISTOSIA KARENA PANGGUL SEMPIT

 Kesempitan panggul dibagi menjadi :


1. Kesempitan pintu atas panggul
2. Kesempitan bidang tengah panggul
3. Kesempitan pintu bawah panggul
4. Kombinasi kesempitan pintu atas panggul, bidang tengah dan
pintu bawah panggul
1. Kesempitan pintu atas panggul

 Pintu atas panggul dianggap sempit bila konjugata vera <10


cm atau bila diameter transversa <12 cm .
 Penyebab timbulnya kelainan panggul dapat dibagi menjadi :
 Kelainan akibat gangguan pertumbuhan
 Kelainan akibat penyakit tulang atau sendi panggul
 Kelainan panggul akibat kelainan tulang belakang
 Kelainan panggul akibat kelainan anggota bawah

 Panggul sempit sangat berpengaruh terhadap kehamilan,


persalinan, maupun terhadap anak.
2. Kesempitan bidang tengah panggul

 Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila :


1. Jumlah diameter transversa dan sagitalis posterior
≤13,5 cm (normal : 10,5 + 5 cm = 15,5 cm)
2. Diameter antar spina <9cm

 Dapat juga diduga adanya kesempitan bidang tengah panggul


bila :
 Spina iskiadika sangat menonjol
 Dinding samping panggul konvergen
1
 Bila diameter antara-tuber ischii <8 cm)
2
3. Kesempitan pintu bawah panggul

 Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak diantara


tuber os ischii <8 cm. Bila jarak ini berkurang, arkus pubis
dengan sendirinya akan meruncing. Dengan demikina,
besar arkus pubis dapat digunakan untuk menentukan
kesempitan pintu bawah panggul.
 Distosia dapat terjadi bila jumlah ukuran antartuber ischii
1
dan diameter sagitalis posterior <15 cm (normal: 11 + 7
2
1
cm = 18 cm)
2
DISTOSIA KARENA KELAINAN ALAT
KANDUNGAN
a. VULVA
 Atresia (tertutupnya) vulva dapat merupakan
kelainan bawaan atau didapat, misalnya karena
radang atau trauma.
 Distosia disebabkan oleh atresia inkomplet.
b. VAGINA
 Di vagina dapat terjadi:
1. Atresia
2. Pembentukan sekat
3. Tumor vagina
c. SERVIKS
 Kelainan penting yang terkait dengan persalinan:
1. Atresia
2. Conglutinatio orificii externi
3. Sikatriks di serviks
4. Kekakuan serviks pada primi tua akibat
infeksi/operasi dan pada elongatio colli
d. UTERUS
 Retrofleksio Uteri
jarang sekali kehamilan di dalam uterus retrofleksio
mencapai umur cukup bulan. Jikaini terjadi, dapat
terjadi ruptur uteri dalam persalinan.
 Prolapsus Uteri
biasanya prolapsus uteri inkomplet lambat laun
berkurang. Akan tetapi, ada kalanya porsio tetap tampak
dalam vulva akibat elongatio colli. Porsio yang
edematus dapat menimbulkan distosia.
e. TUMOR ALAT KANDUNGAN
 Tumor lain lain yang dapat menjadi rintangan antara
lain:
1. Ginjal ektopik
2. Batu kandung kencing
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai