Uterus bicornu
Uterus bikornu
dipisahkan oleh sebuah septum. Akibat dari fitur anatomi tersebut, uterus bikornu
dikenal
dengan
istilah
heart-shaped
uterus.
Walaupun
kondisi
ini
dapat
dikategorikan normal pada beberapa mamalia seperti tikus dan babi, pada manusia
kondisi seperti ini digolongkan ke dalam malformasi uterus kongenital. Pada
populasi umum, prevalensi kelainan uterus kongenital adalah sekitar 7-8%, di mana
uterus bikornu mencakup sekitar 10% dari total kelainan uterus kongenital. 1, 2
Patofisiologi
Uterus bikornus dan kelainan kongenital uterus lainnya terbentuk dalam proses
embriogenesis yang melibatkan duktus Mullerian (duktus paramesonefrik). Pada
embrio, terdapat duktus Mullerian dan duktus Wolffian (duktus mesonefrik) hingga
periode ambiseksual (hingga usia kehamilan 8 minggu). Setelah itu salah satu
duktus akan menetap, tergantung dari ada tidaknya testis determining factor
(duktus Wolffian jika terbentuk testis determining factor, duktus Mullerian jika
tidak).3
1,3
berhubungan, serta satu serviks dan vagina. Pada uterus bikornu, terdapat pula
septum yang berkaitan dengan indentasi pada fundus. 1
Klasifikasi
Pada tahun 1988, American Society of Reproductive Medicine (dahulu bernama
American Fertility Society) membuat klasifikasi dari malformasi uterus kongenital
menjadi beberapa kelas yaitu:
1. Class I: Mullerian agenesis
Uterus tidak terbentuk, vagina hanya rudimenter atau tidak terbetuk sama
sekali juga. Kondisi ini dikenal dengan nama sindrom Mayer-RokitanskyKuster-Hauster. Pasien dengan sindrom MRKH mengalamai amenorea primer.
2. Class II: Uterus unicornis
Pada uterus unicornis, hanya satu sisi dari duktus Mullerian yang
berkembang.
3. Class III: Uterus didelphis
Kedua sisi duktus Mullerian berkembang, tetapi fusi tidak terjadi. Akibatnya,
penderita memiliki uterus ganda.
4. Class IV: Uterus bicornu
Hanya bagian kranial dari duktus Mullerian yang tidak mengalami fusi,
sedangkan bagian kaudal normal. Sehingga terdapat percabangan pada
bagian kranial, menyebabkan uterus berbentuk hati (heart-shaped uterus).
5. Class V: Uterus septa
Kedua duktus Mullerian telah berfusi, tetapi partisi antara keduanya masih
ada, membagi uterus menjadi dua bagian.
6. Class VI: Uterus arkuata
Uterus arkuata terjadi akibat resorpsi septum uterovaginal yang belum
komplit, sehingga meninggalkan indentasi kurang dari 1cm di fundus.
7. Class VII: DES uterus
DES uterus terbentuk akibat pajanan janin dengan dietilstilbestrol (DES).
Pada DES uterus, kavum uteri berbentuk huruf T. 4,5
Ilustrasi mengenai klasifikasi dari malformasi Mullerian adalah sebagai
berikut:
Persalinan preterm
Abortus rekuren
Kehamilan ektopik
IUGR
Malposisi dan malpresentasi janin
f.
Tatalaksana
Umumnya uterus bicornu tidak memerlukan tatalaksana khusus. Akan tetapi, jika
penderita mengalami abortus rekuren serta tanda gejala lain, pembedahan dapat
dilakukan untuk memperbaiki struktur uterus, yaitu metroplasty (hysteroplasty).
Metode metroplasty yang dapat digunakan yaitu prosedur Strassmann untuk
menyatukan uterus bikornu.4
Referensi:
1. Behr SC, Courtier JL, Qayyum A. Imaging of Mullerian duct anomalies.
Radiographics. 2012; 32: E233-E250.
2. Aruna S, Yellayi ASSR, Sunanda Rani G. Bicornuate uterus with pregnancy: a
case report and review of literature. Int J Sci Stud. 2015; 3: 231-233.
3. Madhavi D. Bicornuate uterus: a case report. Anat Physiol. 2012; 2: 109.
4. Amesse LS. Mullerian duct anomalies [online]. Cited 2016 August 15.
Available
from:
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/273534-
overview#a9
5. The American Fertility Society classifications of adnexal adhesions, distal
tubal
occlusion,
tubal
occlusion
secondary
to
tubal
ligation,
tubal