Oleh :
Rahadiyan Hadinata
15014101034
Masa KKM : 8 Juni – 12 Juli 2020
Perkembangan genitalia janin selalu menjurus kearah alat reproduksi wanita. Lekukan
ephitel mesoderm diketemukan Muller, “disebut duktus Muller atau duktus mesonephros”,
Kelainan Genetalia yang dibentuk duktus Muller dapat mengalami agenesis, hipoplasia
atau atresia. Gonad terus berkembang menjadi ovarium dan pada saat berfungsi mengeluarkan
hormone estrogen dan progesterone. Oleh karena itu pertumbuhan tanda seks sekunder tidak ada
hubungannya dengan pembentuka alat genitalia interna, karena saat pembentukan alat genitalia
interna adalah :
2. Bila testis determining factor tidak terbentuk pada pertemuan seks kromosom XX, maka
arah pertumbuhannya menuju alat genitalia wanita. Hasil tumbuh kembang duktus Muller yang
akan membentuk :
b. Uterus
c. Vagina
Anomali pada organ genitalia perempuan diakibatkan oleh karena terjadinya defek pada
proses fusi lateral dan vertikal dari sinus urogenitalis dan duktus muller. Proses fusi
(penggabungan duktus Muller kanan dan kiri akan selesai pada usia kehamilan 12 minggu.
Sementara itu, proses kanalisasi akan selesai pada usia kehamilan 5 bulan.
Kegagalan fusi vertikal antara duktus Muller dan sinus urogenital akan menyebabkan
kelainan gangguan kanalisasi organ genitalia. Selanjutnya, kegagalan untuk melakukan fusi
uterus. Apabila sama sekali tidak terjadi fusi, maka akan terbentuk dua uterus. Tersering bentuk
bikornu maupun adanya septum dalam kavum uteri yang keduanya dikarenakan hanya sebagian
Pada keadaan ini seringkali diikuti dengan terdapatnya dua serviks. Apabila salah satu
dari bentuk bikornu yang disertai septum tidak mempunyai saluran melalui serviks uteri, maka
akan terjadi penimbunan darah (hematometra). Berbagai keluhan akan timbul pada proses
penimbunan ini. Kelainan yang ekstrem yaitu tidak terbentuknya uterus. Kelainan kongenital
uterus tersebut akan menyebabkan abortus, kelahiran prematur atau kesulitan melahirkan.
B. Servikal
C. Fundal
D. Tubal
E. Kombinasi
B. No rudimentary horn
Tipe III: Uterus didelphys
B. Parsial
C. Arkuata
B. Parsial
A. Uterus bentuk T
Uterus unicornis dikenal juga dengan nama single horned uterus, yaitu uterus yang hanya
mempunyai satu "tanduk" sehingga bentuknya seperti pisang. Sekitar 65% wanita memiliki
kelainan uterus unicornis yang mempunyai semacam tanduk kedua lebih kecil.Terkadang
"tanduk" kecil ini berhubungan dengan uterus dan vagina, tetapi yang sering terjadi adalah
Uterus didelphis adalah kelainan uterus yang memiliki "dua leher rahim". Sebagian besar kasus
ini mempunyai dinding yang memisahkan vagina menjadi dua bagian. Wanita dengan kelainan
ini tidak mengalami gejala apapun. Namun sebagian mengalami sakit ketika haid yang
disebabkan karena adanya dinding penyekat yang memisahkan vagina menjadi dua bagian.
Uterus bikornis adalah kelainan bentuk uterus seperti bentuk hati, mempunyai dinding di bagian
dalamnya dan terbagi dua di bagian luarnya. Jika hamil, wanita yang memiliki bentuk rahim ini
akan mengalami kelainan letak, yaitu janin sering dalam keadaan melintang atau sungsang.
Namun, wanita yang mempunyai kelainan ini masih mempunyai kesempatan melahirkan anak,
walaupun risiko tinggi untuk mengalami inkompetensia serviks keadaan leher rahim yang lemah
Septate uterus adalah kelainan uterus yang sebagian atau seluruh dindingnya terbelah seolah-olah
mempunyai sekat menjadi dua bagian. Padahal bagian luar terlihat normal. Kelainan ini dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan dalam, tetapi terkadang tidak diketahui sampai wanita tersebut
mengalami gangguan kehamilan seperti sulit hamil atau sering keguguran berulang.
5 Uterus Arkuata
Arcuate uterus ini mempunyai rongga uterus tunggal dengan fundus uteri cembung atau flat.
Bentuk ini sering dianggap sebagai varian normal karena tidak meningkatkan risiko keguguran
Pejanan in utero terhadap dietilstilbestrol (DES) terjadi pada individu yang lahir pada tahun
1940-1972 yang ibunya diberi estrogen sintetis untuk mencegah keguguran. DES kemudian
terbukti menyebabkan kelainan kongenital pada wanita, dan pada derajat yang lebih rendah, juga
pada pria. Kelainan pada wanita yang paling sering adalah bentuk serviks yang abnormal.
Serviks ini digambarkan seperti mangkuk, peci, atau hipoplasia. Susunan otot-otot uterus juga
mengalami kelainan pada wanita yang terpajan DES seperti rongga uterus berbentuk T pada
histerosalpingografi. DES tampaknya menyebabkan kelainan ini melalui aktivasi yang tidak
sesuai pada gen yang tergantung estrogen yang terlibat saat diferensiasi serviks dan sepertiga
bagian atas vagina bagian bawah. Keadaan ini tidak hanya menyebabkan kelainan struktural
pada serviks dan uterus, namun juga menyebabkan menetapnya epitel kelenjar serviks pada
Tidak semua perempuan yang memiliki anomali pada organ genitalia akan menemukan
masalah. Sebagian dapat hamil normal, bahkan melahirkan biasa. Apabila kehamilan terjadi pada
hemiuterus yang normal kadangkala dapat terjadi abortus, persalinan aterm, kelainan letak janin,
Anamnesis yang cermat mengenai kelainan haid, gangguan dalam kehamilan dan proses
persalinan disertai pemeriksaan ginekologi yang teliti dapat mengarahkan kecurigaan kearah
membantu dokter dalam hal penegakan diagnosis pada kelainan – kelainan tersebut. Namun,
perlu diingat secara embriologis perkembangan organ genitalia sangat erat dengan
perkembangan organ organ traktus urinarius. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan
pemeriksaan pielogram intravena untuk dapat mengetahui apakah juga terdapat kelainan pada
Tindakan pembedahan pada kasus kelaianan organ genitalia hanya akan dilakukan
apabila ada indikasi berupa kejadian abortus berulang, infertilitas, gangguan proses persalinan,
atau adanya gejala – gejala yang menunjukkan pengumpulan darah haid pada vagina, kavum
uteri, tuba falopii, atau tanduk rudimenter yang tidak memiliki komunikasi dengan hemiuterus
yang normal.