Oleh :
Rahadiyan Hadinata
15014101034
Masa KKM : 27 Juli – 9 Agustus 2020
setelah Perang Dunia kedua. Setelah lama kelaparan dan diberi makan para
elektrolit yang berat akibat pemberian nutrisi awal pada pasien malnutrisi dan
hipofosfatemia dapat terjadi 30 -38 % pada yang menerima fosfat dan dapat
pasien malnutrisi bisa berkurang walaupun kadar fosfat serum normal. Ketika
mereka mulai makan, pola metabolisme berubah dari lemak ke karbohidrat dan
sekresi insulin meningkat. Ini merangsang ambilan fosfat ke dalam sel, dan bisa
jantung, gagal napas, dan gagal jantung kongestif adalah yang paling sering
sangat penting untuk menghindari morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan
fenomena ini.
medula ginjal, dan sel darah merah). Namun, setelah 72 jam puasa/ kelaparan,
ketika cadangan glikogen hati dan otot rangka sepenuhnya dan sebagian habis,
masing-masing sintesis glukosa terjadi terutama dari pemecahan produk lemak
dan protein . Secara khusus, pelepasan sejumlah besar asam lemak dan gliserol
dari jaringan adiposa dan asam amino dari otot rangka yang diamati. Oksidasi
menghasilkan energi melalui siklus Krebs. Energi dalam bentuk glukosa juga
dan glutamin), laktat dan piruvat yang dihasilkan oleh glikolisis melalui siklus
Cori. Secara keseluruhan, adaptasi untuk perubahan menjadi sumber energi ini
dapat mengakibatkan hilangnya lemak dalam dan pengecilan otot, serta terjadi
intrasel. Fenomena ini biasa terjadi dalam beberapa hari setelah mulai makan.
Pemberian awal karbohidrat juga dapat mengurangi ekskresi air dan natrium,
cairan, edema paru dan / atau dekompensasi jantung. Beberapa gambaran klinis
makanan.
laktat.
tiamin.
d. Hipofosfatemia
hipofosfatemia. Cadangan fosfat tubuh antara 500 dan 800 g pada manusia
utama . Asupan fosfat dalam makanan adalah sekitar 1 g/hari dan sekitar
80% diserap di jejunum. Fosfat yang dapat diserap 60-70 % dari diet.
Makanan kaya protein adalah sumber utama asupan fosfat, seperti sereal
glomerulus ini diserap kembali oleh tubulus proksimal, dan sistem ini
fungsi sel dan memiliki banyak fungsi fisiologis. Fosfat berperan sebagai
jalur glikolisis dan fosforilasi oksidatif. Salah satu produk sampingan dari
adenosin trifosfat (ATP) dari adenosin difosfat (ADP) dan untuk reaksi
mg/dL).
e. Hipomagnesemia
% pada cairan ekstrasel) dan penting bagi fungsi optimal. Magnesium sel
sebagian besar diserap di usus kecil bagian atas. Sebanyak 70% dari
f. Hipokalemia.
Kalium merupakan kation monovalen penting intraselular (98 %
total kalium tubuh), yang berfungsi untuk menjaga potensial aksi sel-
kurang dari 3,0 mmol/L dan pada titik ini manifestasi komplikasi klinis
dapat terlihat.
hipotensi, dan serangan jantung, pada gastrointestinal terdiri dari ileus dan
Faktor Resiko
a. Risiko sedang.
b. Risiko tinggi
bulan terakhir
2) asupan gizi sangat sedikit atau tidak ada selama >10 hari
bulan terakhir
3) asupan gizi sangat sedikit atau tidak ada selama >5 hari
syndrome
gizi buruk (misalnya muscle wasting, kulit kering, rambut tipis). Penilaian
indikator dalam memantau efektivitas terapi gizi, memiliki waktu paruh pendek
1,9 hari, adalah indikator yang lebih sensitif untuk penilaian status gizi. Transferin
elektrolit, terutama fosfor, magnesium, dan potasium, sebelum makan dan setiap
penggantian peroral lebih disukai jika dapat ditoleransi atau suplemen intravena
dapat digunakan pada pasien yang tidak mampu untuk memperoleh suplemen
oral atau pada pasien yang berisiko tinggi. Penatalaksanaan nutrisi ditunda
refeeding syndrome yaitu mantra klinis “ start low go slow”. Salah satu
rekomendasi konservatif menganjurkan mulai dari 25% dari target pada hari 1
dan ditingkatkan secara bertahap selama beberapa hari. Rekomendasi yang lebih
umum adalah 20 kkal / kg per hari atau 1.000 kkal/hari , pada pasien penderita
gizi buruk, 15 kkal /kg per hari. Tujuan dapat dicapai dalam waktu 5 sampai 7
hari.
syndrome :
Rekomendasi Umum
1) Meningkatkan kesadaran semua tenaga kesehatan pentingnya penilaian
pasien berisiko, rencana perawatan interdisipliner, dan pemantauan.
2) Menghargai bahwa risiko dapat terjadi apakah pasien diberi makan
peroral, enteral atau parenteral.
3) Hati-hati mengembalikan volume sirkulasi: pantau denyut nadi dan
keseimbangan cairan.
4) Asupan energi harus ditetapkan hati-hati dan ditingkatkan secara
bertahap selama 4-10 hari.
5) Suplementasi empiris elektrolit dan vitamin dapat
dimulai sebelum pemberian makan dimulai.
Hari 1–3
1) Energi (semua jalur): mulai 10 kkal/kg/hari dan ditingkatkan bertahap
sampai 15 kkal/kg/hari; Karbohidrat 50–60% , lemak 30–40% dan
protein 15–20% .
2) Elektrolit: ukur konsentrasi serum basal, 4–6 jam, dan setiap hari
selama pemberian makanan.
Suplemen propilaksis (kecuali kadar plasma tinggi sebelum pemberian
makanan), pada kebanyakan kasus pemberian awal melalui jalur
intravena. Dosis tergantung berat badan dan konsentrasi elektrolit
plasma, tetapi biasanya diberikan kebutuhan harian:
Fosfat: 0.5–0.8 mmol/kg/hari
Kalium:1–3 mmol/kg/hari
Magnesium 0.3–0.4 mmol/kg/hari
Kadarnnya sebaiknya dipantau lebih sering dan suplemen dapat
ditingkatkan jika perlu.
Hari 4–6
1) Energi (semua jalur): 15–20 kkal/kg/hari; karbohidrat 50–60%, lemak
30–40% dan protein 15–20% .
2) Elektrolit: Lanjutkan suplementasi, dapat ditingkatkan atau dikurangi
tergantung konsentrasi plasma. Jika diagnosis refeeding syndrome telah
ditegakkan, tujuannya adalah mengembalikan ke kadar normal. Jika:
PO4 2- <0.6 mmol/L, berikan 30–50 mmol fosfat i.v. selama 12 jam
Mg2+ <0.5 mmol/L, berikan 24 mmol MgSO4 i.v. selama 12 jam
K+ <3.5 mmol/L, berikan >20–40 mmol KCl i.v. selama 4 jam.
Lakukan pemeriksaan ulang, jika perlu suplementasi ulang .
3) Mineral dan vitamin: selama 1–3 hari.
4) Cairan: tergantung status hidrasi, perubahan dan kehilangan berat badan.
Pasien biasanya membutuhkan 25–30 ml/kg/hari.
5) Monitor setiap hari: selama 1-3 hari.
Hari 7–10
1) Energi (semua jalur): 20–30 kkal/kg/hari; karbohidrat 50–60%, lemak
30–40% fat, dan protein 15–20% .
2) Elektrolit, mineral and vitamin: sama dengan penanganan di atas. Besi
seharusnya disuplementasi mulai pada hari ke- 7.
3) Cairan : pertahankan keseimbangan cairan 0. Kebutuhan sekitar 30
ml/kg/hari
4) Monitor berat badan dan biokimia 2 kali seminggu
Pemeriksaan klinis: setiap hari
50 % dari kebutuhan sampai 2 hari pertama, untuk yang berisiko tinggi diberikan
200 – 300 kkal setiap 3 – 4 hari umumnya ditoleransi dengan baik. Jika terjadi
gejala refeeding syndrome yang berat, peningkatan kalori harus lebih lambat dan
Jika tidak terdapat gejala refeeding yang signifikan, maka peningkatan pemberian