Anda di halaman 1dari 38

ASKEP PADA KLIEN DG DIABETES

MELLITUS

KUNI PURWANI, SKp.,M.Biomed


Diabetes Mellitus (DM)
 Termasuk penyakit metabolik, yg ditandai dengan meningkatnya
kadar glukosa dalam darah, peningkatan tersebut disebabkan oleh
adanya defek pada sekresi insulin ataupun defek pada fungsi insulin
atau kedua-duanya
 Secara normal sebagian glukosa didalam tubuh, berada didalam
sirkulasi
 Sumber utama glukosa adalah dari absorpsi makanan (karbo hidrat)
di gastrointestinal tract yg selanjutnya akan dicerna menjadi
monosakarida (glukosa, galaktosa, fruktosa) oleh usus halus dan
diserap oleh darah, kemudian dibawa ke hepar untuk diubah
menjadi glukosa, selanjutnya masuk kedalam sirkulasi, disebut
dengan kadar glukosa darah
GLUKOSA
• Glukosa berfungsi sebagai sumber energi untuk sel dan sebagai
cadangan energi yang disimpan di dalam sel.
• Sel menggunakan glukosa sebagai sumber energi setelah diubah ke
dalam bentuk ATP. Hidrolisis ATP menjadi ADP dan AMP yang
melepaskan banyak energi yang digunakan oleh sel.
• Kelebihan glukosa dalam tubuh diubah menjadi glikogen dan
disimpan di hati yang disebut dengan glikogen hati juga di otot.
Glikogen hati berfungsi sebagai cadangan glukosa dan akan
digunakan saat tubuh mengalami kekurangan glukosa
INSULIN
• Insulin disekresi oleh sel-sel beta pulau Langerhans di Pankreas
• Apabila seseorang memakan makanan, sekresi insulin akan meningkat dan
menggerakkan glukosa kedalam sel-sel otot, hati, dan lemak
• Fungsi Insulin adalah :
1. Mempermudah transport glukosa kedalam sel
2. Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam bentuk glikogen dalam hati
dan otot dan menghambat glikogenolisis
3. Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa
4. Mempercepat pengangkutan asam amino yg berasal dari protein
makanan ke dalam sel dan menghambat penguraian protein
5. Menghambat penguraian glikogen menjadi glukosa
GLUKAGON

• Pengeluaran glukagon dirangsang oleh penurunan kadar glukosa


dalam darah dan glukagon berperan di sel hepatocytes untuk:
• Mengubah glycogen menjadi glukosa (glycogenolisis)
• Membentuk glukosa dari asam laktat dan asam amino
(gluconeogenesis)
• Kedua proses diatas akan menyebabkan glukosa dilepas oleh
hepatosit kedalam darah sampai kadar glukosa meningkat ke
kadar (N)
• Bila glukosa darah terus meningkat maka keadaan hyperglycemia
akan menginhibisi keluarnya glucagon
Sel endokrin pankreas adalah:

 Sel β, tempat sintesis dan sekresi


insulin
 Sel α, tempat sintesis glukagon
 Sel δ, tempat sintesis
somatostatin,
 Sel PP, mengeluarkan polipeptida
pankreas (jarang)
Pankreas endokrin
Fisiologi Insulin :
• Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan
timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormon lainnya,
contohnya insulin menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat
sekresi glukagon dan insulin.
• Insulin dilepaskan pada suatu kadar basal oleh sel-sel beta pulau langerhans.
Rangsangan utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan
kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah
80-90 mg/dl.
• Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin di membrane sel
dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua untuk
menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera
digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati
Klasifikasi DM
1. DM tipe 1 : Diabetes mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent
Diabetes Melitus/ IDDM)
2. DM tipe 2 : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus / NIDDM)
3. Gestational DM
4. DM dg syndrome yg berbeda

Klasifikasi diatas mempunyai variasi pada penyebab, manifestasi klinis, dan


berdampak pada penatalaksanaan
Kecuali DM tipe 1, penderita bisa berubah dari satu tipe ke tipe lain.
Contoh : seorang ibu menderita DM gestasi, sesudah melahirkan manifestasi
klinis DM menetap, maka selanjutnya akan di diagnosa dg DM tipe 2
Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
Ditandai oleh adanya destruksi sel-sel beta pankreas sebagai akibat dari kombinasi
berapa factor, yaitu :
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi/ kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
  Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

 Pada DMTTI penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat


 Pada DMTTI terdapat dua masalah yg berhubungan dg insulin yaitu
gangguan sekresi insulin dan resistensi dari sel-sel sasaran terhadap
kerja insulin.
 Cara kerja Insulin ketika mengantar glukosa adalah insulin akan
mengikatkan dirinya kepada reseptor-reseptor insulin membran sel ,
kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport
glukosa dari luar sel menembus membran sel.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

• Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan


insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya
terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan system transport glukosa, sehingga pengambilan glukosa oleh
sel menjadi menurun.
• Kadar glukosa normal didalam sel masih dapat dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
mempertahankan euglikemia
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)………….. Cont’

• Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,


diantaranya adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik tertentu (contoh : penduduk asli Amerika
kemungkinan untuk DM tipe 2 lebih besar d.p Afro-Amerika)
Patofisiologi
• Pada keadaan normal glukosa yang dimakan akan menjadi :
• 50% mengalami metabolisme sempurna menjadi energi, CO2,dan air,
• 10% menjadi glikogen dan
• 20% - 40% diubah menjadi lemak.
Proses tsb diatas diatur oleh insulin
• Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel dan
metabolismenya terganggu, dan glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap
berada dalam sirkulasi darah sehingga kadar gula darah meningkat dan
terjadi hiperglikemi.
Patofisiologi

• Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas ginjal untuk
gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
dapat mengabsorbsi glukosa setelah di filtrasi. maka glukosa dikeluarkan bersama
urin yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra
selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
• Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan glukosa, lemak dan
protein menjadi menipis, karena digunakan untuk melakukan metabolisme dalam
tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang
disebut poliphagia.
Patofisiologi …………………………… cont’
• Terlalu banyak lemak yg digunakan untuk sumber metabolisme, maka
akan terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria
(keton dalam urin) serta pembentukan asam dalam darah, pH serum
menurun yang menyebabkan ketoasidosis.
• Keton juga dikeluarkan melalui pernapasan, akibatnya napas penderita
berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila
tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetikum.
Patofisiologi ……… cont’
• Pasien dg DM tipe I sering memperlihatkan gejala yg eksplosif dg
polidipsi, poliuri, polifagi, turunnya BB, lemah, somnolen, yg terjadi
beberapa hari atau minggu dan dapat berlanjut dg timbulnya
ketoasidosis  terapi insulin mutlak diperlukan untuk mengontrol
metabolisme
• Pasien dg DM tipe 2, mungkin tidak memperlihatkan gejala apapun dan
penetapan diagnose dibuat berdasarkan pemeriksaan laboratorium.
Pada hiperglikemi yg berat dapat terjadi gejala trias. Biasanya tidak
sampai terjadi ketoasidosis karena pasien tidak terjadi defisiensi insulin
secara absolut, sehingga insulin masih cukup untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi bahan keton sehingga ketoasidosis
tidak terjadi (lambat terjadinya)
Patofisiologi ……… cont’
• Pada DM tipe 2, bila terjadi hiperglikemia berat dan tidak berespon
terhadap terapi diet atau terhadap pemberian obat hipoglikemia,
maka diperlukan insulin
• Pasien DM tipe 2 memperlihatkan hilangnya sensitivitas terhadap
insulin, kadar insulin pasien mungkin berkurang/ normal/ malahan
tinggi, tetapi tidak memadai untuk mempertahankan kadar glukosa
darah
Gejala Klinis yang umum terjadi
     
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum (polidipsi), Banyak kencing (poliuri) dan banyak
makan (polifagia)
2. Penurunan berat badan.
3. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
4. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
5. Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan. 
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada orang dewasa yg tidak hamil
6. Glukosa sewaktu > 200mg/dl
7. Glukosa puasa (nuchter) > 140mg/dl
8. Glukosa yg diambil 2 jam setelah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat
(postprandial) > 200mg/dl
Pemeriksaan penunjang
• Gula darah puasa (nuchter)
• Gula darah 2 jam PP (postprandial)
• Pemeriksaan HbA1C, (hemoglobin glikosilat) untuk melihat glukosa yg
diikat oleh Hb pada 3 bulan terakhir, jika kadar glukosa tinggi pada 3
bulan terakhir maka HbA1C meningkat
• Test toleransi glukosa (TTG) 2 jam pertama < 200 mg/dl.
• Osmolitas serum 300 m.osm/kg.
• Urine = glukosa positif,3)keton
4) positif, aseton positif atau negative
Komplikasi
 Akut
Hipoglikemia atau hiperglikemia
Ketoasidosis diabetikum
Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner
(cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penyakit mikrovaskuler,  mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada
gastro intestinal, kardiovaskuler.
 Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
Neuropati diabetic
Retinopati diabetic
Nefropati diabetic
Proteinuria
Kelainan coroner
Ulkus/gangren
Lima grade ulkus diabetikum antara lain:

Grade 0    :    tidak ada luka


Grade I    :    kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
Grade II    :    kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
Grade III   :    terjadi abses
Grade IV   :    Gangren pada telapak kaki bagian distal
Grade V    :    Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
Faktor – faktor yg mempengaruhi orang dengan diabetes lebih tinggi
resikonya mengalami masalah kaki yaitu:

1. Sirkulasi darah dari kaki ke tungkai yang menurun (gangguan


pembuluhdarah),
2. Neuropathi menyebabkan berkurangnya perasaan pada kedua kaki
(gangguan saraf)
3. Akibat dari tidak normalnya metabolisme tubuh maka akan
mengalami berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
Penatalaksanaan Diabetes mellitus
• Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik.
• Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah
normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktivitas pasien.
• Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
d. Terapi (jika diperlukan)
e. Pendidikan
Diet

 Diet dan pengendalian BB merupakan dasar penatalaksanaan


diabetes
 Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk :
Memberikan semua unsur makanan esensial (vitamin dan mineral)
Mencapai dan mempertahankan BB yg sesuai
Memenuhi kebutuhan energi
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap hari dg
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal .
Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Diet
• Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
J I    : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
J II    : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III   : jenis makanan yang manis harus dihindari
• Bagi klien yg memerlukan insulin untuk membantu mengendalikan
kadar glukosa darah, upaya mempertahankan konsistensi jumlah kalori
dan karbohidrat yg dikonsumsi pada jam-jam makan yg berbeda
merupakan hal yg penting untuk membantu mencegah reaksi
hipoglikemi
Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
1. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½
jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita
dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin dengan reseptornya.
2. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore, mempertahankan
BB merupakan kunci pada penanganan DM
3. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
4. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
5. Menurunkan kadar glukosa darah dg meningkatkan pengambilan glukosa oleh
otot
6. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran
asam lemak menjadi lebih baik.
Penyuluhan

Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan


salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui
bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
• Terapi Insulin
• Pada DM tipe I., insulin eksogenus harus diberikan dalam jumlah
tidak terbatas
• Pada DM tipe II , insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka
panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat-
obatan hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya, terutama
ketika klien mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan, atau
beberapa kejadian stress lainnya.
Obat oral hipoglikemik
• Pasien dg DM tipe 2 dini, dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal
hanya dg diet dan latihan fisik saja, tetapi bila penyakit progresif maka harus
diberikan obat-obat oral hipoglikemik.
• Obat-obatan yg digunakan adalah golongan :
1. Penyensitif insulin
 Metformin 500 – 1700 mg/hari
 Tiazolidinedion : rosiglitazone 4-8 mg/hari, pioglitazone 30-45 mg/hari
2. Sulfonilurea
 Glipizide 2.5 – 40 mg/ hari
 Gliburid 2.5 – 25 mg/ hari, gliburid mempunyai waktu paruh yg lebih lama dari pada
glipizide, dan dosis total hariannya dapat diberikan sekali sehari
Gabungan pemberian sulfonylurea dg penyensitif insulin sering digunakan pada pasien
diabetes tipe 2
Penyuntikan insulin
• Dilakukan minimal dua kali sehari, untuk, mengendalikan kenaikan kadar glukosa
darah setelah makan dan pada malam hari
• Dosis insulin yg diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar glukosa
dalam darah, maka pemantauan kadar glukosa darah yg akurat sangat penting
• Pemantauan mandiri kadar glukosa darah telah menjadi dasar dalam memberikan
terapi insulin
• Insulin diklasifikasi sebagai, insulin masa kerja pendek, sedang, panjang,
berdasarkan waktu yg digunakan untuk mencapai efek penurunan glukosa plasma
yg maksimal
• Masa kerja pendek, mencapai kerja maksimal dalam waktu beberapa menit s/d 6 jam
• Masa kerja sedang, 6-8 jam setelah penyuntikan
• Masa kerja panjang, 14 – 20 jam setelah penyuntikan
Jenis dan Lama kerja Insulin
Cara penyuntikan insulin:
• Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di bawah kulit
(subkutan), dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan
permukaan kulit
• Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip
• Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun dosis insulin harus
dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat
suntik.
• Penyuntikan insulin dengan menggunakan spuit insulin dan
jarumnya sebaiknya hanya dipergunakan sekali, meskipun dapat
dipakai 2-3 kali oleh penyandang diabetes yang sama, sejauh
sterilitas penyimpanan terjamin.
Cara penyuntikan insulin:

• Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu penggantian


jarum suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai 2-3 kali
oleh penyandang diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga.

• Kesesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit/mL)


dengan semprit yang dipakai (jumlah unit/mL dari semprit) harus
diperhatikan, dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap.
Saat ini yang tersedia hanya U100 (artinya 100 unit/ml).

• Penyuntikan dilakukan pada daerah: perut sekitar pusat sampai


kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid),
kedua paha bagian luar.
Pengkajian
1. Riwayat atau adanya faktor resiko, Riwayat keluarga tentang penyakit,
obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih
dari 4 kg, riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan,
trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid,
diuretik tiasid, kontrasepsi oral)
2. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia,
polifagia, penurunan berat badan, pruritus, kelelahan, gangguan
penglihatan, peka rangsang, dan kram otot.
3. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
Pengkajian
 Gula darah puasa normal atau diatas normal.
 Essei hemoglobin glikolisat (HbA1C) diatas rentang normal
 Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
 Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada
terjadinya aterosklerosis.

5. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan


diagnostik dan tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
6. Kaji perasaan pasien tentang kondisi penyakitnya.
Diagnosa keperawatan yg mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :

a) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.


b) Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d) Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
e) Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
f) Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang
tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.
g) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi/ kesalahan interpretasi informasi.
terimakasih

Anda mungkin juga menyukai