Anda di halaman 1dari 4

PERUBAHAN METABOLISME PROTEIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

1. Definisi Diabetes Melitus Menurut American Diabetic Association 2003 mendefinisikan Diabetes Melitus adalah sekelompok penyakit metabolic yang ditandai oleh hiperglikemia, karena defek sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. 2. Etiologi & Klasifikasi Klasifikasi DM menurut etiologinya dapat dibagi atas 4 yaitu : a. DM tipe 1 : kekurangan insulin absolute karena kerusakan sel B pancreas untuk mensekresi insulin, hal ini bisa karena factor genetic dan factor lingkungan seperti infeksi virus yang dapat menyebabkan proses autoimun. b. DM tipe 2 : DM tipe ini karena resistensi insulin bahwa insulin yang diproduksi tidak efektif terhadap sel target & hal ini akan berlanjut menjadi defisiensi insulin karena sel B pancreas tidak dapat lagi mensekresi insulin. c. DM tipe lain : Defek genetic sel B pancreas & pemakaian obat steroid. d. DM Gestasional : Intoleransi glukosa pada ibu hamil. Namun, dalam pembahasan ini hanya membahas diabetes mellitus tipe 2, saya akan memfokuskan patofisiologi tentang diabetes mellitus tipe 2 serta bagaiman perubahan metabolisme di tubuh pada diabetes mellitus tipe 2 terutama perubahan metabolisme proteinnya. 3. Patofisiologi DM tipe 2 Berawal dari factor resiko seseorang untuk mendapatkan penyakit DM baik itu dari genetic maupun gaya hidup yang tidak sehat ini menyebabkan pemakaian energy menurun dan pemasukan kalori ketubuh meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan penyimpanan lemak di tubuh menjadi meningkat dan glukosa darah meningkat (hiperglikemia). Peningkatan jaringan lemak bebas akan membuat peningkatan asam lemak bebas berakumulasi di organ, terutama pada organ pancreas dan hepar. Selain itu hiperglikemia ini akan mempengaruhi insulin mensekresi insulin lebih banyak lagi,terjadilah hipersekresi insulin ditambah dengan asam lemak bebas tadi mempengaruhi hepar dalam pengikatan degradasi insulin, kedua hal tersebut dapat mempengaruhi peningkatan insulin didalam darah (hiperinsulinemia).

Hiperinsulinemia ini mengakibatkan resistensi insulin disertai dengan penurunan jumlah reseptor insulin membuat reseptor insulin tidak terikat baik terhadap jaringan target. Jika hal ini berlangsung lama, maka akan berlanjut menjadi defisiensi insulin karena sel B pancreas rusak sehingga tidak dapat lagi mensekresi insulin. 4. Perubahan Metabolisme pada DM tipe 2 Metabolisme Karbohidrat Banyak sel tubuh yang tidak dapat mengambil glukosa tanpa bantuan insulin sehingga kadar glukosa darah yang tinggi tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme sel. Meskipun otak merupakan organ yang bersifat non-insulindependent dan tetap mendapatkan nutrisi yang cukup pada kondisi DM, perkembangan penyakit yang lebih lanjut dapat menyebabkan disfungsi otak. Ketika glukosa darah meningkat hingga melebihi kapasitas reabsorpsi sel tubulus ginjal, glukosa akan diekskresikan melalui urin (glukosuria). Glukosa pada urin memiliki efek osmotik yang dapat menarik H2O masuk ke dalam tubulus ginjal sehingga terjadi proses osmotik diuresis yang ditandai poliuria. Peningkatan kehilangan cairan tubuh menyebabkan dehidrasi yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi perifer karena penurunan volume darah. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan kematian karena aliran darah ke otak berkurang atau gagal ginjal sekunder akibat gangguan filtrasi. Sel tubuh mengalami kehilangan cairan akibat air berpindah dari sel ke cairan ekstraselular yang bersifat hipertonik. Sel otak sangat sensitif sehingga dapat terjadi gangguan fungsi sistem saraf. Polidipsia merupakan mekansime kompensasi terhadap dehidrasi. Defisiensi glukosa intrasel menstimulasi peningkatan nafsu makan sehingga terjadi polifagia. Namun, pasien mengalami penurunan berat badan secara progresif akibat defisiensi insulin pada metabolisme lemak dan protein.

Metabolisme Lemak Penurunan sintesis trigliserid disertai peningkatan lipolisis mengakibatkan mobilisasi asam lemak dari penyimpanan trigliserid dalam jumlah besar. Peningkatan asam lemak darah digunakan sebagai sumber energi alternatif bagi sel tubuh. Peningkatan penggunaan asam lemak oleh liver

mengakibatkan penglepasan badan keton ke plasma darah dalam jumlah besar sehingga terjadi ketosis yang dapat berujung pada metabolik asidosis progresif. Asidosis menekan otak dan pada keadaan yang parah dapat mengakibatkan koma diabetikum atau bahkan kematian.

Metabolisme Protein Salah satu efek defisiensi insulin adalah meningkatkan katabolisme protein. Pemecahan protein otot mengakibatkan penurunan massa dan kelemahan otot rangka. Diabetes pada anak menurunkan pertumbuhan secara umum. Penurunan uptake asam amino oleh sel tubuh disertai peningkatan degradasi protein merupakan penyebab peningkatan kadar asam amino dalam darah. Asam amino dalam sirkulasi dapat digunakan sebagai prekursor glukoneogenesis yang dapat memperparah hiperglikemia. Glukosa iintrasel merupakan sumber energy untuk mempertahankan integritas protein. Jika insulin berkurang,maka glukosa intrasel kurang sebagai sumber energi. Sehingga otot mengambil energi dari katabolisme protein menjadi asam amino. Asam amino dibawa kehati untuk diubah menjadi glucosa (glukoneogenesis). Sebagai akibat ketidak normalan metabolisme hidrat arang, protein akan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi tubuh melalui proses deaminasi asam amino. Pemecahan protein tersebut akan menyebabkan peningkatan glucosa darah dan pembakaran asam lemak yang tidak lengkap. Insulin umumnya mempunyai efek anabolik terhadap metabolism protein, yaitu merangsang sintesis protein dan menghambat proses penguraian protein. Insulin mestimulasi pengambilan amino netral oleh otot, yaitu suatu efek yang tidak berkaitan dengan pengambilan glukosa atau dengan penyatuan selanjutnya sistem manufacturing amino ke dalam protein. Efek protein terhadap sintesis protein yang umum di dalam otot kerangka serta jantung dan di dalam hati diperkirakan tetjadi pada tingkat translasi mRNA. Dalam tahun-tahun terakhir ini, dibuktikan bahwa insulin mempunyai pengaruh terhadap sintesis beberapa protein spesifik dengan menimbulkan perubahan pada mRNA yang bersesuaian. Kerja isulin inilah yang akhirnya dapat menerangkan banyak efek yang dimiliki hormon tersebut terhadap aktifitas atau jumlah protein yang spesifik.

TUGAS MANDIRI METABOLISME PROTEIN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

D I

S U S U N

OLEH

VIVIN ANGGIA PUTRI 1008151915

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

Anda mungkin juga menyukai