Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH HOME CARE

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI


DIABETES MELLITUS

OLEH :
KELOMPOK 2

1. HESTY DORA BR BANGUN


2. FERLIS DIANTO HALAWA
3. SUGIANTO
4. FICTOR IDAMAN

INSTITUT KESEHATAN SUMATRA UTARA


MEDAN
2

2021

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KAKI


DIABETES MELLITUS

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat
dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak
pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya
jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses
nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. ( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-
hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh
darah sedang atau besar ditungkai. ( Askandar, 2001).

2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira
15 cm,lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya
rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di
belakang lambung.Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang
terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan
(kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh
duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang
3

merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan
bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari
epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1) Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar,
tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 %
dari berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan
besar masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang
terkecil adalah 50 µ, sedangkan yang terbesar 300 µ, terbanyak adalah
yang besarnya 100 – 225 µ. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.

Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :


a) Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi
glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai “anti insulin like activity “.
b) Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat
insulin.
c) Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat
somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan
struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau
langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung
pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada
tetapi berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak
menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap
tidak berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat
molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari
4

dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan


B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan ( perangkai ),
yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan
rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4
– 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat
berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di
dalam
membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin
dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari
kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek
umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah
meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin
akan menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti
asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina merangsang
sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme
utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa
melalui membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas
dan sel lemak.

3. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi
dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor
lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta
sampai kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor – faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta,
antara lain agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana
5

pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara


berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel – sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel - sel
penyekresi insulin, kemudian peningkatan kepekaan sel beta
oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan
kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membran sel yang responsir
terhadap insulin.

b. Gangren Kaki Diabetik


Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki
diabetic dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen :
1) Genetik, metabolic
2) Angiopati diabetik
3) Neuropati diabetic
Faktor eksogen :
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat

4. Patofisiologis
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat
dihubungkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya
insulin berikut:
1) Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi
300 – 1200 mg/dl.
6

2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak


yang menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang
abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding
pembuluh darah.
3) Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal
atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah
yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa
darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria
karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida,
potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi
dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama
urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein
negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein
tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk
energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis,
penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer.
Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

b. Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik
DM akibat hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1) Teori Sorbitol
7

Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa


pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa
tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase
akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam
sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan
perubahan fungsi.
2) Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi
pada semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal
dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskular. Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri
disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan dalam etiologi.
Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati,
neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting
untuk
terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan
terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan
sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi
nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki,
sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi
pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya
aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa
sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat
berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan.
8

Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya


penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993).
Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD
akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga
faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.

5. Klasifikasi
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam
tingkatan , yaitu :
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan
kemungkinan disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
b. Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
c. Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
d. Derajat III: Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
e. Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selulitis.
f. Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki
menjadi 2 (dua) golongan :
1) Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
 Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
 Pada perabaan terasa dingin.
 Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
 Didapatkan ulkus sampai gangren.
2) Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
9

Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada


gangguan dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering,
hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi
pembuluh darah kaki teraba baik.

6. Dampak Masalah
Adanya penyakit gangren kaki diabetik akan mempengaruhi
kehidupan individu dan keluarga. Adapun dampak masalah yang bisa
terjadi meliputi :
a. Pada Individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya
penyakit ini, Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi
kesehatan yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan
tersebut yaitu :
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi
dan tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan
persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan
untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan
yang lama, oleh karena itu perlu adanya penjelasan yang benar
dan mudah dimengerti pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolism.
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi
insulin maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan
sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status
kesehatan penderita.
3) Pola eliminasi.
10

Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis


osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri)
dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada
eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
4) Pola tidur dan istirahat.
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah
sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat
penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita
mengalami perubahan.
5) Pola aktivitas dan latihan.
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai
bawah menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
6) Pola hubungan dan peran.
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
7) Pola sensori dan kognitif.
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati
rasa pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
8) Pola persepsi dan konsep diri.
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran
diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga
( self esteem ).
9) Pola seksual dan reproduksi.
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek,
gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
11

10) Pola mekanisme stres dan koping.


Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi
tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita.

b. Dampak pada keluarga


Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat
di rumah sakit akan muncul bermacam –macam reaksi psikologis
dari kelurga, karena masalah kesehatan yang dialami oleh seorang
anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.
Waktu perawatan yang lama dan biaya yang banyak akan
mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran
pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat
menjalankan perannya.
12

ASKEP HOMECARE DIABETES MELITUS


FORMULIR PENGKAJIAN DATA DASAR KELUARGA

A. Identitas klien / keluarga:

Nama                : Tn.P

Umur                : 56 th

Jenis kelamin    : laki-laki

Suku                 : Banjar

Alamat              : Barabai

No. Telpon :-
13

B. Riwayat Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga saat ini : keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga :
1. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
2. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga.
3. Berperan sebagai suami istri, kakek nenek.
Dapat dijalankan : √     tidak dapat dijalankan
Bila tidak dijalankan, sebutkan:

C. Struktur Keluarga

Pola komunikasi: baik √                                                          Disfungsional

Peran dalam keluarga: tidak ada masalah √                            ada masalah

Pengambilan keputusan: tidak ada masalah √                        ada masalah

Nilai / norma keluarga: tidak ada konflik nilai √                    ada konflik

D. Fungsi Keluarga

Fungsi afektif: berfungsi√                              tidak berfungsi

Fungsi sosial: berfungsi√                                tidak berfungsi

Fungsi ekonomi: baik  √                                  kurang baik

Fungsi keperawatan kesehatan:

 Pengetahuan tentang masalah kes : kurang baik


 Pencegahan penyakit                    : kurang baik
 Perawatan penyakit                       : kurang baik
 Pemanfaatan layanan kesehatan   : cukup baik
14

E. Pola koping keluarga

Efektif √          tidak efektif

Stessor yang dihadapi keluarga:

Kondisi kesehatan Tn. P  yang buruk

Daftar anggota keluarga

Nama Gender Hubungan Pendidika


No Umur Pekerjaan
(inisial) (L/P) dg KK n
1 Tn. P 56 th L ayah SMA Tani
2 Ny. S 69 th P ibu SR/SD Tani
3 Sdr. MS 42 th L anak SMA Swasta
4 Sdr.I 34 th P menantu SMA IRT
5 An. I 13 th P cucu SD IOT
6. An. A   6 th P cucu SD IOT
Tipe keluarga:

Keluarga inti

Keluarga besar √

Keluarga campuran

Single parent

F. Pola aktifitas sehari – sehari

Pola makan                              baik                 kurang   √

Pola minum                             baik     √          kurang

Istirahat                                   baik     √          kurang  

Pola BAK                               baik                 kurang    √
15

Pola BAB                                baik     √          kurang

Pola Kebersihan diri                baik     √          kurang

Olahraga                                  baik                 kurang   √

Tingkat kemandirian               baik                 kurang  √

G. Perilaku Tidak Sehat

Merokok                                              ya                     tidak   √

Minum kopi                                         ya                     tidak   √

Mengkonsumsi garam berlebih           ya                     tidak   √

Mengkonsumsi gula berlebih              ya                    tidak    √

Minum beralkohol / obat                     ya                     tidak   √

Dan zat adiktif                                     ya                     tidak   √

Sarana kesehatan yang digunakan : puskesmas pembantu

Keluhan utama yang dirasakan : nyeri

H. Spiritual:
Taat beribadah                                                            ya  √    tidak
Kepercayaan yang berlawanandengan kesehatan       ya         tidak   √
Distress spiritual                                                          ya         tidak   √

I. Psikososial
Keadaan emosi pada saat ini:
 Marah                                            ya         tidak    √
 Sedih                                             ya         tidak   √         
16

 Ketakutan                                     ya         tidak   √
 Putus asa                                       ya         tidak   √
 Stres                                              ya         tidak   √
 Kurang interaksi dengan orang lain    ya         tidak   √
 Menarik diri dengan lingkungan         ya        tidak    √
 Konflik dengan keluarga                     ya         tidak   √
 Penurunan harga diri                           ya         tidak   √
 Gangguan gambaran diri                     ya         tidak   √

J. Faktor resiko masalah kesehatan:


 Tidak pernah / jarang periksa kesehatan                      ya        tidak    √
 Sosial ekonomi kurang                                                ya         tidak   √
 Rumah / lingkungan tidak sehat                                  ya         tidak   √
 Hubungan keluarga tidak harmonis                            ya         tidak   √
 Obesitas                                                                       ya         tidak   √
 Status gizi kurang                                                        ya         tidak   √

K. Pemeriksaan fisik

Tanda vital: pemeriksaan laboratorium

TD: 130/80 mmHg - gula darah / 2 jam pp / acak:


RR:20×/menit 
Gula darah sewaktu 312 mg/dl
nadi: 80×/menit 
Gula darah 2 JPP 264   mg/dl
suhu: 36,5°C 
Gula darah puasa 152 mg/ dl
BB dan TB: 160 cm / 46 kg
Glukosa urine 2 JPP ++++
Keterangan: BB klien turun 4
- Hb:-
kg sejak 30 hari yang lalu
- kadar asam urat:-
Indeks masa tubuh: 19,8
- colesterol: 200mg/dl
                      
17

Keadaan umum: sistem kardiovaskuler


baik             lemah   √
aritmia ×
Status mental
nyeri dada ×
Bingung √ Cemas √
ditensi vena jugularis ×
Stres    × Depresi×
jantung berdebar ×
Menarik diri×
Nyeri spesifik              sistem pernafasan

Lokasi : tumit kaki stridor ×

Tipe     : seperti ditusuk-tusuk   wheezing ×

Durasi  :  ±10 menit ronchi ×

Intensitas: sewaktu-waktu   akumulasi sputum ×


                           

Sistem integument sistem perkemihan sistem


muskuloskletal
Cianosi× disuria ×
tonus otot kurang ×
Akral dingin × hematuria ×
paralisis ×
Diaporesis × frekuensi ± 6×/ hari
hemiparesis ×
Jaundice × retensi  ×
ROM kurang ×
Luka  √ inkontinensia ×
gangg.
Mukosa mulut ×
Keseimbangan √
Lebih 2 dtk

Kapiler refil time √

Keterangan: terdapat luka di bagian jempol kaki sebelah kiri dengan luas
±2 cm , kedalaman 1 cm, ulkus grade I, tampak jaringan nekrotik berwarna
putih
18

Sistem pencernaan sistem persyarafan

Intake cairan kurang ×          nyeri kepala ×

Mual / muntah × pusing ×

Nyeri perut × Muntah darah  × tremor × reflek pupil anisokor ×

Flatus √ Distensi abdomen × paralisis: lengan kiri / kanan / kaki


kiri / kaki  kanan ×
Colostomy × Diare ×
anestesi daerah perifer ×
Konstipasi × Bising usus ×

Terpasang sonde ×

Riwayat pengobatan

Alergi obat ×               sebutkan: -

Jenis obat yang dikonsumsi: injeksi actrapid 8 u

L. Tingkat Kemandirian Dalam Kehidupan Sehari – hari dengan memberikan


tanda √ pada kolom yang sesuai

Dengan
No Jenis kegiatan sehari - hari mandiri
bantuan
1 Makan & minum √
2 Berpindah dari kursi ke tempat tidur dan √
sebaliknya
3 Kebersihan diri, cuci muka, menyisir, √
nebcukur, dan aktifitas kamar mandi
4 Berjalan dijalan yang datar √
5 Naik turun tangga √
6 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu √
7 Mengontrol buang air besar √
8 Mengontrol buang air kecil √
9 Olahraga / latihan fisik √
19

M. Pengkajian lingkungan
1. Ventilasi: (1) < 10 % luas lantai                (2) 10 % luas lantau √
2. Pencahayaan: (!) baik √                             (2) kurang
3. Lanati: (1) semen (2) tegel           (3) keramik √   (4) tanah          (5)
lainnya
4. Kebersihan rumah: (1) baik √        (2) kurang
5. Jenis bangunan: (1) permanen √    (2) semi permanen       (3) non
permanent

                                                                                               

                                                                                               

ANALISA DATA 1

DATA MASALAH KEPERAWATAN


Ds : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis)
berhubungan dengan kurangnya
Keluarga mengatakan bingung
pengetahuan keluarga tentang cara
memikirkan Tn. P, karena sejak 3
perawatan Diabetes Melitus.
bulan yang lalu Tn. P dinyatakan
positif menderita DM

Keluarga mengatakan 3 minggu yang


lalu tumit Tn. P  sebelah kiri terdapat
luka dan belum sembuh.

Do :

terdapat luka di jempol kaki sebelah


kiri dengan luas ±2 cm , kedalaman 1
cm, ulkus grade 1, tampak jaringan
nekrotik berwarna putih

Gula darah sewaktu 312 mg/dl


20

Gula darah 2 JPP 264   mg/dl

Gula darah puasa 152 mg/ dl

Glukosa urine 2 JPP ++++

 Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara perawatan  anggota
keluarga dengan Diabetes Melitus.

Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah : Luka pada penderita DM bila tidak
2/ 3 x
1 dirawat dengan baik dan benar akan
resiko 1= 2/3
menjadi infeksi yang meluas
Kemungkinan masalah Keluarga punya keingintahuan yang
dapat diiubah : besar tentang cara merawat anggota
2 2 / 2 x 2= 2 keluarga dengan DM dan
mudah
keluarga  mempunyai sumber dana
untuk perawatan  DM
Potensial masalah untuk Keingintahuan keluarga yang besar
dicegah : untuk mengetahui cara
1 3/ 3 x 1= 1
merawat anggota keluarga dengan
Tinggi: 3
DM
Menonjolnya masalah : Keluarga menyadari adanya
masalah tetapi kurang menyadari
Masalah dirasakan dan 1 2/2 x 1 = 1
dampak bila anggota keluarga yang
harus ditangani
sakit tidak dirawat dengan benar
Jumlah 4 2/3
21

N DIAGNOSA Tujuan umum dan Kriteria hasil Rencana


O khusus tindakan

1 Resiko tinggi Tujuan umum: v Keluarga dapat1.    Ajarkan pada


terhadap menyebutkan   5   tanda keluarga dank
Setelah dilakukan
infeksi -tanda infeksi lien tentang
tindakan keperawatan,
(sepsis) tanda-tanda
tidak terjadi perluasan·      Nyeri
berhubungan infeksi
luka di kaki Tn. P
dengan  deng ·      Rasa panas
2.    Libatkan
an kurangnya ·      Bengkak keluarga
pengetahuan Tujuan khusus:
·      Kemerahan pasien pada
keluarga
·   Keluarga  dan
klien tindakan rawat
tentang cara ·      Perubahan fungsi
dapat menyebutkan luka
perawatan an jringan, jika sudah
tanda dan gejala
ggota parah akan disertai pus 3.    Anjurkan
meluasnya luka infeksi kepada pasien
keluarga
di kaki Tn. P v Keluarga dapat
dengan dan keluarga
menyebutkan cara
Diabetes ·   Keluarga dapat untuk selalu
pencegahan infeksi
Melitus. menyebutkan cara menjaga
pada luka  di kaki Tn. P
pencegahan infeksi kebersihan diri

pada luka di kaki Tn. P v Keluarga dapat merawat selama


anggota keluarga perawatan.
·   Keluarga  dapat
dengan DM secara
22

memahami cara benar 4.    Anjurkan


merawat anggota pada keluarga
keluarga dengan DM dan klien
untuk ganti
perban tiap
hari.

 ANALISA DATA 2

DATA MASALAH KEPERAWATAN


DS: Perilaku mencari pertolongan
kesehatan berhubungan dengan
·    Tn. P mengatakan tidak mau
keinginan untuk mencapai kesehatan
penyakitnya mengalami komplikasi
yang lebih baik
yang semakin parah

·    Keluarga Tn. P mengatakan ingin


Tn. P segera sembuh

·    Keluarga Tn. P ingin tahu cara


menurunkan kadar gula darahnya
yang tinggi

DO:

·    Keluarga Tn. P bertanya tentang


diit untuk menurunkan kadar gula
darah

·    Keluarga Tn. P terlihat semangat


23

mendengarkan penjelasan dari


petugas kesehatan

Hasil cek gula darah Tn. P

·    Gula darah sewaktu 312 mg/dl

·    Gula darah 2 JPP 264   mg/dl

·    Gula darah puasa 152 mg/ dl

·    Glukosa urine 2 JPP ++++

Perilaku mencari pertolongan kesehatan berhubungan dengan keinginan


untuk mencapai kesehatan yang lebih baik

No Kriteria Perhitungan Skor Rasional


 1. Sifat masalah 1/3 X 1 1/3 Keluarga dan Tn.S ingin
keluarganya sehat
Potensial
 2. Kemungkinan 2/2 X 2 2 Karena keinginan dan
masalah dapat kesadaran dari keluarga
diubah sendiri

mudah
 3. Potensi 3/3 X 1 1 Masalah cepat teratasi karena
pencegahan keluarga yang menginginkan
perubahan tanpa paksaan
Tinggi
 4. Menonjolnya 2/2 X 1 1 Masalah harus segera di
masalah tangani untuk itu keluarga
menyadari untuk cepat
Segera di
mengambil keputusan untuk
tangani
24

perubahan yang lebih baik


 Jumlah 4 1/3

N DIAGNOS Tujuan umum Kriteria hasil Rencana tindakan


O A dan khusus

1 Perilaku Tujuan umum: v Keluarga dapat


1.         Jelaskan pada
mencari menyebutkan  diit klien dan keluarga
Setelah dilakukan
pertolongan untuk penyakit tentang program diet
tindakan
kesehatan diabetes melitus dan pola makan
keperawatan
berhubungan pasien dan
diharapkan v Keluarga mengatakan
dengan bandingkan dengan
kesehatan klien bersedia untuk
keinginan makanan yang dapat
semakin baik membawa anggota
untuk dihabiskan oleh
keluarganaya yang
mencapai Tujuan khusus: pasien.
sakit ke layanan
kesehatan ·   Keluarga dan klien kesehatan terdekat
2.         Libatkan keluarga
yang lebih mematuhi diit secara rutin pasien pada
baik untuk penyakit DM perencanaan makan
v Kesehatan klien
·   Kadar gula darah semakin baik tidak sesuai indikasi.
klien dalam batas mengalami 3.         Berikan
normal <200 mg/dl komplikasi pengobatan insulin

·   Keluarga rajin mikrovaskuler secara teratur sesuai


25

memeriksakan ataupun indikasi dan ajarkan


anggota keluarga makrovaskuler pada klien dan
yang sakit ke keluarga cara
layanan kesehatan melakukan injeksi
terdekat insulin yang benar

4.         Ajarkan senam
kaki diabetic pada
klien

5.         Motivasi keluarga
untuk mematuhi diit
dan pengobatan.

ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
DS: Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah DM yang terjadi pada
         Keluarga mengatakan tidak tahu
keluarga berhubungan dengan
secara pasti apa gejala penyakit
kurangnya pengetahuan keluarga
DM
tentang arti, gejala, penyebab dan
         Keluarga mengatakan tidak tahu cara pencegahan komplikasinya
secara pasti penyebab penyakit
DM, dan cara pencegahan
komplikasinya

DO:

·      Keluarga tidak mampu


menjelaskan tentang pengertian dan
gejala penyakit stroke

·      tampak bingung ketika ditanya


tentang sebab dan cara pencegahan
26

komplikasinya

hasil cek gula darah anggota keluarga

·    Gula darah sewaktu 312 mg/dl

·    Gula darah 2 JPP 264   mg/dl

·    Gula darah puasa 152 mg/ dl

·    Glukosa urine 2 JPP ++++

 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah DM yang terjadi pada


keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
arti, gejala, penyebab dan cara pencegahan komplikasinya

NO Kriteria Skor Bobot Pembenaran


1 Sifat Masalah (3/3)x1 1 Masalah ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah
aktual
DM sudah disadari dan
dirasakan oleh keluarga Tn.
P
2 Kemungkinan (2/2)x2 2 Keluarga kurang mengerti
masalah untuk masalah tetapi bersedia
diubah untuk diberikan penyuluhan

mudah
3 Potensi masalah (3/3)x1 1 Keingintahuan keluarga
untuk diubah Tn.P sangat tinggi untuk
mengenal masalah penyakit
tinggi
DM
27

4 Menonjolnya (1/2)x1 1/2 Keluarga menyadari akan


masalah masalah
Total 4 1/2

N Tujuan umum dan


DIAGNOSA Kriteria hasil Rencana tindakan
O khusus
1 Ketidakmampu Tujuan umum: ·   Keluarga 1. Jelaskan
an keluarga mampu kepada keluarga
Setelah dilakukan
mengenal menyebutkan tentang
tindakan keperawatan
masalah DM pengertian a. Pengertian DM
diharapkan keluarga dan
yang terjadi penyakit DM b. Gejala DM
klien mampu mengenal
pada keluarga c. Penyebab DM
masalah DM yang terjadi ·   Keluarga
berhubungan d. Cara
pada keluarga mampu
dengan pencegahan
menyebutkan
kurangnya Tujuan khusus: komplikasi dari
gejala
pengetahuan ·   Keluarga mampu DM
penyakit DM
keluarga menyebutkan pengertian 2. Kaji ulang
tentang arti, ·   Keluarga tentang informasi
penyakit DM
gejala, mampu yang telah
·   Keluarga mampu menyebutkan
penyebab dan dijelaskan
menyebutkan gejala penyebab
cara 3. Berikan
penyakit DM penyakit DM
pencegahan reinforcement
komplikasinya ·   Keluarga mampu ·   Keluarga positif pada
menyebutkan penyebab mampu keluarga
penyakit DM menyebutkan
28

·   Keluarga mampu cara


menyebutkan cara pencegahan
pencegahan komplikasi komplikasi
penyakit DM penyakit DM

Anda mungkin juga menyukai