Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Diabetes Mellitus
1. Pengertian
Mansjoer (1999) menyatakan bahwa DM adalah keadaan hiperglikemi
kronik yang disertai dengan berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf
dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan
dengan mikroskop elektron.
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, demam tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau
tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya
insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan
protein. (Askandar, 2000).
Sedangkan Tapan (2006) menjelaskan bahwa DM adalah penyakit kronis
yang disebabkan oleh kekurangan produksi insulin (kuantitas / kualitas) baik
oleh keturunan atau didapat. Konsentrasi glukosa yang berlebih pada darah
dapat menyebabkan kerusakan sel tubuh.
Long (1996) menjelaskan bahwa DM merupakan penyakit kronik yang
kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler dan
neurologis.

Price dan Wilson (1995) menambahkan bahwa DM merupakan gangguan


metabolisme yang dimanifestasikan dengan hilangnya toleransi karbohidrat yang
terjadi secara genetis maupun didapat.
Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa
secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk
dihati dari makanan yang dikonsumsi (Brunner dan Suddarth, 2002).
Dari berbagai definisi diatas tentang DM diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan
hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas)
dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik
dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel sel
yang memproduksi insulin.

Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The
National Institutes of Health, sebagai berikut :
a. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau
tipe juvenil
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi
insulin untuk mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut
juvenile onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe

ini terjadi destruksi sel beta pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin
absolut. Mereka cenderung mengalami komplikasi metabolik akut berupa
ketosis dan ketoasidosis.
b. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin
secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan
ada kecenderungan familiar.
NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang
beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif.
c. Gestational Diabetes
Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational. Yaitu intoleransi
glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon
hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada
janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
d. Intoleransi glukosa
Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu hiperglikemi
yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat obatan, dan bahan
kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya
obat obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik

furosemid (lasik), dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam


nikotinat (Long, 1996 ).

2. Anatomi dan Fisiologi


Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kirakira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya ratarata
6090 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas
terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari
segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu : (1). Asini sekresi getah
pencernaan ke dalam duodenum. (2). Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan
sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau
berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50, sedangkan yang
terbesar 300, terbanyak adalah yang besarnya 100 225. Jumlah semua pulau
langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 2 juta.
Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :

(1). Selsel A (alpha), jumlahnya sekitar 2040% ; memproduksi glukagon yang


manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai anti insulin
like activity .
(2). Sel sel B (betha), jumlahnya sekitar 6080 % , membuat insulin.
(3). Selsel D (delta), jumlahnya sekitar 515 %, membuat somatostatin.
Masing masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan
sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada
penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal
dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga
dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu
rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai),
yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri
dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 47 dengan titik isoelektrik pada
5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor
yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam
butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin
dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar
glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat
cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.

Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak,
dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbedabeda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport
glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel
lemak.

3.

Etiologi dan Predisposisi


DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer ( 1996 ) menyebutkan
bahwa ada 4 penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel
pankreas dan sekresi insulin yang berkurang, kegemukan atau obesitas,
perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin.
Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan
paling penting dalam terjadinya DM karena pola familial yang kuat (keturunan)
mengakibatkan terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi
insulin. Sehingga terjadi kelainan dalam sekresi insulin maupun kerja insulin
(Long, 1996).
Fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi
karena insulin diperlukan untuk transport glukosa, asam amino, kalium dan
fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolisme intraseluler. Jika terjadi
kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan menyebabkan
gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat
(Long, 1996).

Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena


insiden DM menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat
pada mereka yang mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas
merupakan faktor resiko tinggi DM karena jumlah reseptor insulin menurun
pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa dan hiperglikemia (Price dan
Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin
dapat mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsurangsur akan menurun bersamaan dengan berjalannya usia seseorang
mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan lebih lamanya
keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya
pelepasan insulin dari selsel beta, lambatnya pelepasan insulin dan penurunan
sensitifitas perifer terhadap insulin (Long, 1996).
Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan
fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului.
Mansjoer (1996 : 588) menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes
Melitus (IDDM), atau DM yang tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh
destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses autoimmune. Sedangkan Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe II disebabkan
kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh
jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta

tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi


relatif insulin).

Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :


a. Faktor genetik (herediter)
Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena atau
menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosomonal
dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : <50 % dan Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus : 90100% (Long, 1996).
b. Faktor ras dan etnik tertentu
NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat Amerika
angka kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah
1:200 ( Long, 1996 )
c. Faktor autoimmune
Sel sel beta pankreas dihancurkan oleh proses autoimmune.
d. Proses radang atau infeksi
Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan sekresi insulin
e. Faktor obesitas
Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan ( Long, 1996
).
f. Pada keadaan tertentu
Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau karena efek dari obat
obatan tertentu ( Long, 1996 ).

4.

Patofisiologi
Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan
kelenjar eksokrin dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau pulau
sel terletak menyebar dalam organ ini. Terdapat 3 jenis sel sel endokrin, yaitu
sel alpha yang memproduksi glukagon ; sel beta, yang mensekresi

insulin , sel

delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin pankreas.


Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam
keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan
kalori akan disimpan sebagai glikogen dalam sel sel hati dan otot yang disebut
proses glikogenesis. Proses ini mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi
kekurangan insulin maka menyebabkan perubahan metabolisme yang
menyebabkan hiperglikemi, antara lain :
a. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang.
b. Glukogenesis berkurang,dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa
hati akan dicurahkan secara terus menerus.
d. Glukoneogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari
hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma. Hiperglikemia
meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah
meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus
dan reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria.

Karena glukosa dalam larutan, maka pengeluaran urine pun banyak sebanding
dengan pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan poliuri. Banyak garam mineral
tubuh pun ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar
garam dan terjadi penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan
merangsang rasa haus berkepanjangan ( polidipsi ), starvasi seluler dan
kehilangan kalori akan merangsang rasa lapar yang berkepanjangan ( polifagi ).

5. Manifestasi Klinis
1. Gejala klasik pada DM adalah :
a. Poliuri ( banyak buang air kecil ), frekuensi buang air kecil meningkat
termasuk pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus meningkat.
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar meningkat.
2. Gejala lain yang dirasakan penderita
a. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
b. Keletihan.
c. Penglihatan atau pandangan kabur.
d. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan
penurunan kesadaran.
3. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
a. Kehilangan berat badan.
b. Luka, goresan lama sembuh.
c. Kaki kesemutan, mati rasa.

d. Infeksi kulit.

6.

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik oral
1) Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan
denagn obat golongan lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase
atau

insulin.

Obat

golongan

ini

mempunyai

efek

utama

meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu
menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan
yang berlebihan.
Obat obat yang beredar dari kelompok ini adalah ;
Glibenklamida ( 5mg/tablet ).
Glibenklamida micronized ( 5 mg/tablet ).
Glikasida ( 80 mg/tablet ).
Glikuidon ( 30 mg/tablet ).
2) Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki ambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer ).
Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien dengan kelebihan berat
badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran


pencernaan, sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih
normal.
b. Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan
Human Monocommponent Insulin ( 40 UI dan 100 UI/ml injeksi ),
yang beredar adalah Actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang
kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan
penggunaan obat obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontraindikasi dengan obat obatan tersebut, bila
mengalami ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress
berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil
dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
Insulin kerja cepat
Jenis jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan
semilente.
Insulin kerja sedang
Jenis jenisnya adalah NPH ( Netral Protamine Hagerdon )

Insulin kerja lambat


Jenis jenisnya adalah PZI ( Protamine Zinc Insulin )
2. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.
Walaupun telah mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan,
lebih dari 50 % pasien tidak melaksanakannya.
Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan
komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 %
protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah
agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara :
Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari
makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat
insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat
badan, memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM
melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan
melakukan olahraga yang berat berat.

7.

Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. ( Carpenito, 2001 )

1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang


penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002 :
1258 )
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah
insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002 : 1258 )
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah
tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 :
1262)
c. Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
(Smeltzer, 2002 : 1256)

2. Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua


pembuluh darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati
Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)
1) Mikrovaskuler
a. Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahanperubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar
glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan
mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah
dalam urin (Smeltzer, 2002 : 1272)
b. Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan
kabur sampai kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu
disebabkan

retinopati

(Sjaifoellah,

1996

588).

Katarak

disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang


menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long,
1996 : 16)
c. Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi
sorbital dan perubahanperubahan metabolik lain dalam sintesa
atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat
menimbulkan perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)

2) Makrovaskuler
a. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke
b. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai
dari celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel
kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang
menebal, dan kalus demikian juga pada daerahdaerah yang
terkena trauma (Long, 1996 : 17)
c. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah keotak menurun (Long, 1996 : 17)
B. PENGKAJIAN FOKUS ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pengkajian keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga,

merencanakan

asuhan

keperawatan

dan

melaksanakan

intervensi

keperawatan terhadap keluarga sesuai rencana yang telah disusun dan mengevaluasi
mutu hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan terhadap keluarga. Proses
keperawatan merupakan kerangka kerja dalam melaksanakan tindakan yang
digunakan agar proses asuhan keperawatan dan kesehatan terhadap keluarga menjadi
lebih sistematis (Effendy, 1998 : 46).
I. Pengkajian Keluarga
Friedman (1998) membagi proses pengkajian keperawatan keluarga
kedalam tahap-tahap meliputi mengidentifikasi data, tahap dan riwayat
perkembangan, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping
keluarga.
a. Mengidentifikasi data
Data-data dasar yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan
pasien dengan memakai norma kesehatan keluarga maupun social yang
merupakan

system

integritas

dan

kesanggupan

untuk

mengatasinya

(Friedman, 1998).
Pengumpulan data pada keluarga dengan Diabetes Mellitus difokuskan
pada komponen-komponen yang berkaitan dengan diabetes Mellitus.

b. Data Identitas
1) Umur
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara
drastic menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering
muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama mereka

yang berat badannya berlebih karena tubuh tidak peka terhadap insulin,
semakin bertambah usia semakin tinggi resiko diabetes (Setiono, 2005 :
24).
2) Jenis Kelamin
Wanita pada umumnya cenderung mudah terserang Diabetes
Mellitus bila dibandingkan dengan pria, hal ini dikarenakan wanita lebih
banyak mempunyai factor yang mendorong terjadinya DM seperti obesitas
saat kehamilan, strees, kelelahan, serta makanan yang tidak terkontrol.
3) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang mempengaruhi keluarga dalam
melakukan perawatan dan pengobatan pada anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus. Salah satu penyebab ketidakmampuan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan dan perawatan adalah tidak
seimbangnya sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnnya
keuangan (Effendy,1998).

4) Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi fungsi kognitif karena dengan
pendidikan yang rendah, daya ingat klien, afektif dan psikomotorik dalam
pengelolaan penderita Diabetes Mellitus dan akibatnya serta pentingnya
fasilitas pelayanan kesehatan.

5) Hubungan (genogram)

Resiko terkena diabetes meningkat apabila ada anggota keluarga


yang menderita diabetes. Resiko juga meningkat pada keadaan kembar
monozigot dan autosomal dominan.

6) Tipe atau Bentuk Keluarga


Bentuk keluarga extended family yang mempunyai riwayat penyakit
DM lebih cenderung menderita DM dari pada keluarga yang ukurannya
lebih kecil dan tidak mempunyai riwayat DM.
7) Latar Belakang atau Kebiasaan Keluarga
a) Kebiasaan Makan
Pola makan keluarga telah tergeser dari pola makan tradisional
yang mengandung banyak karbohidrat dan serat dari sayuran ke pola
makan dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung
protein, gula, lemak, garam, dan mengandung sedikit serat. Pola
makan seperti inilah yang beresiko terjadinya penyakit diabetes
mellitus (Noer, 1996).

b) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan


Pemanfaatan fasilitas kesehatan merupakan factor penting dalam
pengelolaan pasien dengan Diabetes Mellitus. Effendy (1998)
menyatakan bahwa fasilitas kesehatan yang terjangkau memberikan
pengaruh yang besar terhadap perawatan dan pengobatan pada
keluarga yang anggota keluarganya menderita Diabetes Mellitus. Bila

keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan, maka dengan rajin


mereka akan melakukan control dan memeriksakan dirinya secra
teratur apabila ada keluhan lemas-lemas ke tempat pelayanan
kesehatan terdekat. Pada keluarga yang kurang mampu memanfaatkan
pelayanan fasilitas kesehatan, maka keluarga hanya memeriksakan
kesehatan apabila sakit saja, termasuk ketika merasakan adanya gejalagejala yang terkait dengan Diabetes Mellitus.
c) Pengobatan Tradisional
Cara-cara yang lazim digunakan adalah meminum jamu
tradisional. Namun perlu diperhatikan dalam melakukan pengobatan
tersebut harus kontrol teratur agar pengobatannya berhasil. Namun
mayoritas penderita Diabetes Mellitus telah memanfaatkan pengobatan
modern untuk mengatasi gejala dan keluhan Diabetes Mellitus.
8) Status Sosial Ekonomi
Diabetes Mellitus sering terjadi pada keluarga yang mempunyai
status ekonomi menengah keatas. Karena factor lingkungan dan gaya
hidup yang tidak sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang
aktivitas fisik, dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes.
c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga yang berisiko mengalami masalah
Diabetes Mellitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia
pertengahan dan lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degeneratif

yaitu suatu kemunduran fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan


fungsi dari sel beta pancreas.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Diabetes Mellitus berkaitan erat dengan penyakit yang lain misalnya
riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus, Hiperensi, Penyakit ginjal,
Stroke dan lain-lain.
d. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Penataan perabot rumah yang tidak teratur, penerangan atau
pencahayaan yang kurang, keadaan lantai yang licin, merupakan factor
yang meningkatkan resiko injury karena pada pendrita Diabetes Mellitus
yang lanjut akan mengalami gangguan pada system persepsi sensori
terutama visual seperti adanya keluhan pandangan kabur.
2. Karakteristik tetangga dan komunitasnya, menjelaskan tentang karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat
a) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga berinteraksi
dengan masyarakat setempat
b) Fasilitas pelayanan kesehatan
Adanya fasilitas pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan
kesehatan, pencegahan penyakit serta pengobatan.
c) Fasilitas transportasi

Transportasi yang memadai sangat berpengaruh terhadap kemampuan


keluarga untuk menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan.
d) Sistem pendukung
Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Mellitus di keluarga
sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas
dari pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Semuanya berperan
dalam pemberian edukasi, motivasi dan memonitor atau mengontrol
perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita Diabetes
Mellitus.
e) Struktur keluarga
1) Pola komunikasi
Interaksi antar anggota keluarga yang positif akan menimbulkan
saling

pengertian

satu

sama

lain

dalam

menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga dan merupakan tugas anggota


keluarga yang dapat menurunkan tingkat stress yang menjadi
pemicu terjadinya suatu masalah kesehatan (Effendy, 1998).
2) Struktur kekuasaan
Pada masyarakat Indonesia kebanyakan pemegang kekuasaan yang
lebih dominant adalah patriarkal yaitu pemegang kekuasaan yang
tertinggi di pihak ayah (Effendy, 1998).
3) Struktur peran
Friedman (1986), menyatakan peran atau status seseorang dalam
keluarga dan masyarakat mempengaruhi gaya hidupnya, peran

dalam keluarga terbagi dalam peran sebagai suami, ayah, istri, ibu,
anak, kakak, adik, cucu, dan lain-lain.
4) Nilai-nilai dalam keluarga
Kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga adalah yang
bertentangan dengan masalah DM seperti halnya pergi ke dukun
dan bukan pada petugas fasilitas kesehatan (Effendy, 1998).

f) Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif
Bagaimana keluarga merasakan hal-hal yang dibutuhkan oleh
individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang
memperhatikan keluarga yang menderita DM akan menimbulkan
komplikasi lebih lanjut (Noer, 1996).
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga
yang menderita DM untuk berinteraksi dengan lingkungan akan
mengurangi tingkat stress keluarga. Biasanya penderita DM akan
kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan pengobatan
yang berlaku seumur hidup.
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah
Diabetes Mellitus:
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada DM salah
satu factor penyebabnya adalah karena kurang pengetahuan
tentang DM (Effendy, 1998). Apabila keluarga tidak mampu

mengenal masalah Diabetes Mellitus, penyakit tersebut akan


mengakibatkan komplikasi.
b) Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidak sanggupan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam melakukan tindakan disebabkan karena tidak
memahami tentang sifat, berat, dan luasnya masalah yang
dihadapi dan masalah yang tidak begitu menonjol. Penyakit
Diabetes Mellitus yang tanpa penanganan akan mengakibatkan
komplikasi.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan ini disebabkan karena tidak mengetahui
keadaan penyakit, tanda dan gejala, penyebab dan pengelolaan
pada Diabetes Mellitus (Effendy, 1998).
d) Ketidak sanggupan keluarga dalam memelihara lingkungan
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan.
Ketidak mampuan ini disebabkan karena sumber-sumber dalam
keluarga tidak mencukupi, diantaranya adalah biaya (Effendy,
1998).
e)

Ketidakmampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas


kesehatan.
Hal ini sangat penting sekali untuk keluarga yang mempunyai
masalah

Diabetes

Mellitus.

Agar

penderita

dapat

memeriksakan kesehatan secara rutin dan sebagai tempat jika


ada keluhan (Effendy, 1998).
g) Koping keluarga

Apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota keluarga,


sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress
pada anggota keluarga yang menderita diabetes, karena salah satu cara
mengatasi kekambuhan yaitu dengan menjaga diit yang teratur, dan
mengurangi stress.

2. Pathways
Faktor etiologi
Usia, keturunan, infeksi, gaya hidup, kehamilan, obesitas

Sel beta pancreas rusak/ terganggu

Produksi insulin meningkat

Glokosa dalam darah meningkat

Hipertensi >20mg/dl

glukoneogenesis

Lipolisis meningkat

Asam lemak
bebas meningkat

Hiperosmolaritas

Sel kelaparan

Asam lemak
teroksidasi
Sel tidak mampu
menggunakan glukosa
sebagai energi

Katabolisme
protein meningkat

Produksi
energi
metabolisme
menurun

Kalori keluar

Glukosuria

Rasa lapar

Diuresis osmotik

polifagi

Poliuri

Ketonemia

Ketonuria

Asam
amino
menurun

Sintesa
protein
menurun

Gangguan
pemenuhan
nutrsi kurang
dari kebutuhan

Kelelahan

Intoleransi
aktifitas
Asam laktat
meningkat

Glokoneogenesis
meningkat

Gangguan
perfusi
ginjal

Respon
peredaran
darah dan
peradangan
lambat

Kurang
pengetahuan

Dehidrasi
Ketoasidosis

Rasa haus

Kekurangan
volume
cairan dan
elektrolit

Asidosis
metabolisme
Kompensasi
tubuh

Oliguri

Syok
Polidipsi

Anuria
Pembuluh
besar/
sedang

Penurunan
kesadaran

Resiko infeksi
Koma
Makroangio
pati
Insufisiensi
vaskuler
perifer

3. Diagnosa
KeperawatanPerubahan
Arteroskleosis
vasikuler
Diagnosa

keperawatan

adalah

pernayataan

Gangguan
integritas kulit

tentang

factor-faktor

yang

mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat dan menghalangi perubahan
yang diharapkan (Effendy, 1998).
Diagnosa adalah yang mungkin timbul pada keluarga dengan diabetes mellitus
antara lain (Doengoes, 2000: 51):
a. Kekurangan volume cairan, kemungkinan dibuktikan oleh peningkatan pengeluaran
urine, urine encer, kelemahan, haus, penurunan berat badan, kulit atau membrane
mukosa kering, turgor kulit buruk, hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian
kapiler. Berhubungan dengan
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang


kesehatan.
5) ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kemungkinan dibutuhkan oleh
masukan makanan yang tidak adekuat, kurang minat pada makanan, penurunan
berat badan 10-20% atau lebih dari yang diharapkan, kelemahan, tonus otot
buruk, diare berhubungan dengan
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
5) ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
d.

Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori, dapat diterapkan adanya


tanda-tanda dan gejala-gejala untuk membuat diagnosa aktual berhubungan
dengan

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.


2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
5) ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
e.

Kelelahan, kemungkinan dibuktikan oleh kurang energi yang berlebihan,


ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasanya, penurunan kinerja
biasanya biasanya berhubungan dengan
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
4) Ketidakmampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang menunjang
kesehatan.
5) ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

4. Rencana Keperawatan
a. Menyusun prioritas
Setelah menentukan diagnosis keperawatan, selanjutnya adalah melakukan
prioritas masalah kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan (Effendy, 1998):
1) Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang ditemukan dalam
keluarga tidak dapat diatasi sekaligus.
2) Mempertimbangkan masalah yang dapat mengancam kesehatan.
3) Respon dan perhatian keluarga terhadap asuhan keperawatan yang
diberikan.

4) Keterlibatan keluarga dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.


5) Sumber daya keluarga yang menunjang masalah kesehatan keluarga atau
keperawatan keluarga.
6) Pengetahuan dan kebudayaan keluarga.
b. Kriteria prioritas masalah (Effendy, 1998: 52):
1) Kriteria masalah, dikelompokkan menjadi ancaman kesehatan, keadaan sakit
atau kurang sehat, dan situasi krisis. Bobot terbesar adalah kurang sehat
kemudian ancaman kesehatan dan yang ketiga adalah krisis.
2) Kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat diubah, hal-hal yang harus
diperhatikan:
a) Pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk menangani diabetes mellitus.
b) Sumber daya keluarga, diantaranya keuangan, tenaga, sarana dan prasarana.
c) Sumber daya keperawatan, diantaranya adalah pengetahuan tentang
diabetes mellitus, ketrampilan dalam perawatan.
d) Sumber daya masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi seperti
posyandu, polindes dan sebagainya.
3) Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan
timbul dan dapat dikurangi / dicegah melalui tindakan keperawatan dan
kesehatan misalnya dengan memberikan informasi tentang diabetes mellitus,
cara

mencegah

dan

merawat,

serta

menganjurkan

keluarga

untuk

memeriksakan kesehatan anggota keluarga dengan diabetes mellitus ke


pelayanan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi
pencegahan masalah diabetes mellitus:

a) Kesulitan masalah diabetes mellitus, berkaitan dengan beratnya penyakit


diabetes mellitus yang menunjukkan kepada prognosa DM (Diabetes
Mellitus).
b) Lamanya masalah berhubungan dengan terjadinya masalah diabetes mellitus,
dan kemungkinan masalah diabetes mellitus dapat dicegah.
c) Tindakan yang sudah dan sedang dilakukan untuk mencegah dan
memperbaiki masalah diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan status
kesehatan keluarga.
d) Adanya kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat
peka menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah
diabetes mellitus dalam hal beratnya dan mendesak untuk diatasi melalui
intervensi keperawatan (Effendy, 1998: 49).
c. Penyusunan Tujuan
Perencanaan meliputi perumusan tujuan yang berorientasi pada klien,
penyusunan tujuan bersama tersebut terdiri atas kemungkinan sumber-sumber,
menggambarkan pendekatan alternatif untuk memenuhi tujuan, menyeleksi
intervensi keperawatan yang spesifik dan mengoperasionalkan perencanaan
(menyusun prioritas dan menulis bagaimana rencana tersebut dilaksanakan dalam
fasenya).

1) Tujuan umum

Setelah diberikan informasi kepada keluarga mengenai diabetes mellitus, maka


keluarga mampu mengenal masalah diabetes mellitus, mampu mengambil
keputusan untuk mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang
mengalami diabetes mellitus.
2) Tujuan khusus
Masalah tentang diabetes mellitus dalam keluarga dapat teratasi atau tidak
bertambah buruk keadaanya.
a) Menentukan kriteria evaluasi
Kriteria yang akan dicapai adalah:
-

Respon verbal kognitif, keluarga dapat menyebutkan tentang masalah


kesehatan diabetes mellitus, yaitu pengertian, penyebab, tipe, tanda dan
gejala, dan perawatan diabetes mellitus.

Respon afektif dari keluarga, mampu mengungkapkan secara verbal akan


mengambil tindakan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita
diabetes mellitus.

Respon motorik keluarga dan evaluasi perilaku yaitu keluarga mampu


melakukan perawatan diabetes mellitus dan mencegah terjadinya
komplikasi diabetes mellitus.

b) Menentukan standar evaluasi:


Pengertian, tipe-tipe, penyebab, tanda dan gejala, perawatan diabetes
mellitus.

d. Fokus Intervensi

1) Kekurangan volume cairan


a) Afektif / pengetahuan
- Berikan informasi kepada keluarga dan klien tentang manifestasi klinik
kekurangan volume cairan sebagai tanda memberatnya penyakit
Diabetes Mellitus.
- Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang cara
mengatasi kekurangan volume cairan.

b) Kognitif / sikap
- Anjurkan kepada klien untuk selalu memonitor keluaran urine.
- Motivasi klien untuk menimbang berat badannya ke pelayanan kesehatan
terdekat.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Anjurkan kepada keluarga untuk membawa klien ke pelayanan
kesehatan.
- Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif dalam regimen pengobatan.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian
pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus.
- Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
b) Kognitif / sikap

- Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada penderita Diabetes Mellitus.
- Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang
benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
- Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.
3) Resiko infeksi
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarga tentang adanya
resiko tinggi infeksi pada luka penderita Diabetes Mellitus.
- Ajarkan pada klien cara mencegah infeksi pada luka penderita Diabetes
Mellitus.
b) Kognitif / sikap
- Ajarkan cara perawatan luka yang benar pada klien dan keluarga agar
terhindar dari infeksi.
- Motivasi klien dan keluarga untuk mendemonstrasikan cara perawatan
luka yang benar.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan agar
mendapatkan perawatan luka yang benar.
- Rujuk ke pelayanan kesehatan .

4) Resiko gangguan persepsi sensori


a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
gangguan persepsi sensori visual (pandangan kabur) sebagai manifestasi
penyakit Diabetes Mellitus.
- Anjurkan klien untuk memeriksakan kesehatan matanya ke pelayanan
terdekat.
b) Kognitif / sikap
- Berikan informasi pada klien dan keluarga tentang adanya penurunan
ketajaman penglihatan sebagai manifestasi dari terjadinyya komplikasi
Diabetes Mellitus yang lanjut.
- Anjurkan kepada klien untuk menggunakan alat bantu penglihatan jika
terjadi gangguan penglihatan.

c) Psikomotor / ketrampilan
- Anjurkan keluarga untuk membawa klien ke pelayanan kesehatan untuk
pemeriksaan lanjutan, penggunaan kacamata dan penggunaan obat.
- Motivasi klien untuk patuh dalam pengobatan.
5) Kelelahan, kelemahan
a) Afektif / pengetahuan
- Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga klien tentang pengertian
pentingnya gizi bagi penderita Diabetes Mellitus.

- Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara diit yang benar
bagi penderita Diabetes Mellitus.
b) Kognitif / sikap
- Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang
benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
- Demonstrasikan cara diit yang benar bagi klien dan keluarga.
c) Psikomotor / ketrampilan
- Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara diit yang
benar bagi penderita Diabetes Mellitus.
- Motivasi klien untuk melakukan cara diit yang benar bagi penderita
Diabetes Mellitus.

Anda mungkin juga menyukai