Anda di halaman 1dari 76

1

BAB I

LANDASAN TEORI

DIABETUS MILITUS

A. Medis
1. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah
glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.
(Brunner and Sudarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
atau keduanya.
(Francis & John, 2002)
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.Kadar gula darah yang
normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70 - 110
mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120 - 140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya.
(kapita selekta kedokteran, jilid 1. 2005)

2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira –
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung.Pankreas merupakan kelenjar endokrin
terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia.
Bagian depan (kepala) kelenjar1 pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan
2

yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa
dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.

Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di


dalam tubuh manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas terletak
pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :

a. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.

b. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar,


tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :

a. Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ; memproduksi


glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang
mempunyai “ anti insulin like activity “.

b. Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat insulin.

c. Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat


somatostatin
3

Pancreas meniliki fungsi kelenjar eksokrin (enzim – enzim digestif)


dan endokrin. Berbeda dengan kelenjar endokrin, kelenjar eksokrin
menyekresi produknya lewat saluran (duktus) ke tempat produk tersebut
akan digunakan dan bukan ke aliran darah. Hasil sekresi pancreas
berupa enzim – enzim digestif yang kaya protein dan elektrolit. Hasil
sekresi tersebut mencakup Amilase membantu mencerna karbohidrat,
Tripsin yang membantu pencernaan protein, dan Lipase yang membantu
pencernaan lemak.

Pancreas bagian Endokrin, pulau – pulau langerhans yang tersusun


dari sel alfa, sel beta, sel Delta. Hormon yang diproduksi sel Beta
disebut Insulin, sel Beta menyekresi Glukagon, Sel Delta menyekresikan
Somatostatin.

Kerja utama Insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan


memfasilitasi masuknya glukosa kedalam sel jaringan hati, otot dan
jaringan lain tempat gluosa disimpan sebagai glikogen. Tanpa Insulin,
glukosa tida dapat masuk kedalam sel dan akan diekskresikan edalam
urine.

Efek Glukagon (yang berlawanan dengan efek Insulin) terutama


adalah menaikkan kadar glukosa darah melalui konversi glikogen
menjadi glukosa dalam hati.

Somatostatin menimbulkan efek hipogliemik dengan menghambat


pelepasan hormone pertumbuhan dari hipofisis dan glucagon dari
pancreas.

(Brunner & Suddarth, 2000)

Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia.Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak
sama, yaitu rantai A danB. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua
4

jembatan ( perangkai ), yang terdiri daridisulfida. Rantai A terdiri dari 21


asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.Insulin dapat larut
pada pH 4 – 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulindapat
berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam
membrana sel. Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di
simpan dalam butiranberselaput yang berasal dari kompleks Golgi.
Pengaturan sekresi insulin dipengaruhiefek umpan balik kadar glukosa
darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darahmeningkat diatas 100
mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadarglukosa
normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.Selain kadar glukosa
darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, danhormon
gastrointestinal merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.
Fungsimetabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport
glukosa melaluimembran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas
dan sel lemak.

3. Klasifikasi
a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM).
Hampir 90 - 95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi
hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut
menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa.Glukosa
menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan hiperglikemia,
kemudian glukosa dikeluarkan melalui ginjal (glukosuria) dan terjadi
osmotik diuresis.Osmotik diuresis menyebabkan terjadinya kehilangan
cairan dan terjadi polidipsi.Penurunan insulin menyebabkan tubuh
tidak bisa menggunakan energi dari karbohidrat sehingga tubuh
menggunakan energi dari lemak dan protein sehingga mengakibatkan
ketoasidosis dan penurunan BB.Poliphagia dan kelemahan tubuh
akibat pemecahan makanan cadangan. Awitannya mendadak, biasa
sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
5

Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin


(resisten insulin) atau akibat pembentukan insulin.Pada obesitas,
kemampuan insulin untuk mengambil dan memetabolisir glukosa ke
dalam hati, muskuloskeletal dan jaringan berkurang.Dimana IMT
semakin tinggi, masalah kesehatan lebih berkembang.Dengan
terjadinya obesitas/kegemukan pada tubuh seseorang berarti factor
utama penyebab timbulnya DM tipe 2 sudah terjadi dalam tubuh
seseorang tersebut.Hal ini diperkirakan 80 – 90 % pasien DM tipe 2
mengalami obesitas.Gejala hampir sama dengan DM Tipe I dengan
gejala non spesifik lain (pruritus, mudah infeksi). Resistensi insulin
meningkat pada usia diatas 65 tahun
(Brunner &Suddart ;2000).
WHO menyebutkan bahwa setelah usia 30 tahun, maka kadar
glukosa darah akan naik 1- 2 mg/dL tahun pada saat puasa dan akan
naik 5,6 – 13 mg/dL pada 2 jam setelah makan
(Rochmah dalam Sudoyo, 2006).
c. Tipe Lain
Etiologinya antara lain defek genetic fungsi sel beta, defek genetic
kerja insulin, penyakit esokrin pancreas, endokrinopathy, obat atau zat
kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, sindrom genetic lain yang
berkaitan dengan DM.
d. DM Gestasional
Adalah DM yang terjadi selama kehamilan.Hiperglikemia terjadi
selama kehamilan akibat sekresi hormon – hormon plasenta. Semua
wanita hamil harus menjalani skrining pada usia kehamilan 24 sampai
27 minggu untuk mendeteksi adanya diabetes. Diabetes yang tidak
terkontrol saat melahirkan akan disertai dengan insidens makrosomia
janin (bayi yang sangat besar), persalinan dan kelahiran yang sulit,
bedah sesar serta kelahiran mati (stillbirth). Disamping itu bayi yang
dilahirkan dengan ibu diabetes akan mengalami hipoglikemia saat
lahir. Keadaan ini akibat keadaan pancreas bayi yang normal telah
mensekresi insulin untuk mengimbangi hiperglikemia ibu.Jika terjadi
hipoglikemia pemberian air gula harus segera diberikan. Sesudah
6

melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita


diabetes gestasional akan kembali normal.

4. Epidemiologi
Berbagai penelitian yang telah dilakukan, tingkat kekerapan DM di
Indonesia adalah sekitar 1,2 – 2,3 % dari penduduk berusia diatas 15
tahun. Angka tersebut cenderung meningkat seiring dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Menurut laporan terakhir dari International
Diabetes Federation/ IDF WHO, jumlang pasien DM didunia telah
meningkat secara alarming, biaya pengelolaanya menjadi tiga kali lipat
dan satu dari dua orang yang menderita DM masih belum terdiagnosis
(Perkeni, 2002).
Berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, sekitar tahun
1980-an didapatkan prevalensi DM 1,5 – 2,3%. Bahkan dalam suatu
penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi sebesar 6,1%.
Ternyata prevalensi didaerah rural masih rendah. Di Tasikmalaya
prevalensi DM 1,2%, di Toraja prevalensi 0,8%. Hasil penelitian
epidemiologis di Jakarta (daerah urban) membuktikan peningkatan
prevalensi DM dari 1,7% tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 serta
tahun 2001 di Depok, sub urban Jakarta 12,8%. Dalam Diabetes Atlas
2000 tercantum perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125
juta dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, diperkirakan tahun 2000
pasien DM akan berjumlah 5,6 juta.

5. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
7

2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.DMTTI ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin.Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin
yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
hiperglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
8

terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul


pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
1) Usia
Insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun. Ada dua
masalah yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin pada tipe 2 disertai
dengan penurunan reaksi intra sel, sehingga insulin menjadi tidak
efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan
( Smeltzer& Bare, 2002).

2) Obesitas
Dimana IMT semakin tinggi, masalah kesehatan lebih
berkembang.Dengan terjadinya obesitas/kegemukan pada tubuh
seseorang berarti factor utama penyebab timbulnya DM tipe 2
sudah terjadi dalam tubuh seseorang tersebut.Hal ini diperkirakan
80 – 90 % pasien DM tipe 2 mengalami obesitas.
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik

Di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli


Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe 2 dibandingkan dengan golongan Afro –
Amerika.
9

6. Pathofisiologi

Insufisiensi Insulin

Peningatan Kegagalan metabolisme KH Peningkatan


metabolisme metabolism lemak
protein

Katabolisme Penggunaan glukosa dalam sel Katabolisme


protein lemak

hyperglikemia Hyperlipidemia( l
emak dalam
darah)
Glikosuria
(Deuresis osmotic)

Tubuh kehilangan air dan Natrium


Nitrogen dan Dehydration Ketonemia( badan
kalium dalam keton dalam darah
darah )
Asidosis diabeticum

Pengeluaran
nitrogen dan
kalium dalam
urine
10

Ketonuria (pengeluaran badan keton Pengeluaran


lewat urine) aceton lewat paru
Menurut Patrick Woods C ( Medical Surgical Nursing, 1998)
11

Pasien – pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat


mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang
ginjal normal (konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan
diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium,
klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien
akan mengalami keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun
serta cenderung terjadi polifagia. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk
yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan
jugaberkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia
yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis
dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya
gangren.

7. Tanda & Gejala


a. Nokturia (sering buang air kecil pada malam hari).
b. Kesemutan dank ram.
c. Cepat merasa lapar dan kehausan (polidipsi & polifagia).
d. Gairah sex menurun.
e. Cepat merasa lelah dan mengantuk.
f. BB menurun, nafsu makan bertambah (kehabisan glikogen, peleburan
zat dari protein & lemak).
g. Penglihatan kabur (penimbunan sorbitol di lensa).
h. Mudah timbul abses dan kesembuhan lama.
i. Ibu sering mengalami keguguran atau melahirkan bayi mati (stillbirth).
j. Ibu melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah
vena, serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan
deproteinisasi 5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi.
12

b. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >
160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji
dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang
populer: carik celup memakai GOD.
c. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat
cepat didekarboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai
Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
d. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans ( islet cellantibody).
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa.

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar GD Plasma Vena < 110 110 - 199 ≥ 200
sewaktu
(mg/dl)
Darah kapiler < 90 90 - 199 ≥200
Kadar GD Plasma vena < 110 110 - 125 ≥126
puas (mg/dl)
Darah kapiler < 90 90 - 109 ≥100

9. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:


a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita.
2) Mengarahkan pada berat badan normal.
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda.
4) Mempertahankan kadar KGD normal.
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetic.
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
13

7) Menarik dan mudah diberikan.

Prinsip diet DM, adalah:

1) Jumlah sesuai kebutuhan.


2) Jadwal diet ketat.
3) Jenis: boleh dimakan/tidak.

Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan


kandungan kalorinya.

1) Diit DM I : 1100 kalori.


2) Diit DM II : 1300 kalori.
3) Diit DM III : 1500 kalori.
4) Diit DM IV : 1700 kalori.
5) Diit DM V : 1900 kalori.
6) Diit DM VI : 2100 kalori.
7) Diit DM VII : 2300 kalori.
8) Diit DM VIII : 2500 kalori

Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.

Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal.

Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja,


atau diabetes komplikasi,

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti


pedoman 3 J yaitu:

1) J I : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan


dikurangi atau ditambah.
2) J II : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
3) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari.

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh


status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan
rumus:
14

BB (Kg)

BBR = ------------------------ X 100 %

TB (cm) – 100

Kurus (underweight)

1) Kurus (underweight) : BBR < 90 % .


2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %.
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %.
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
a) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
b) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
c) Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
d) Morbid : BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk


penderita DM yang bekerja biasa adalah:

1) Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari.


2) Normal : BB X 30 kalori sehari.
3) Gemuk : BB X 20 kalori sehari.
4) Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari.
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM,
adalah:
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila
dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi
insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen.
4) Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein.
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
15

6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena


pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
c. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan
salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui
bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.

d. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes).
a) Mekanisme kerja sulfanilurea.
 Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra
pancreas.
 Kerja OAD tingkat reseptor.
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
 Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat.
- Menghambat glukoneogenesis di hati.
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
 Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin.
 Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler.
2) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
a) DM tipe I.
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD.
c) DM kehamilan.
d) DM dan gangguan faal hati yang berat.
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren).
f) DM dan TBC paru akut.
g) DM dan koma lain pada DM.
h) DM operasi.
i) DM patah tulang.
j) DM dan underweight.
k) DM dan penyakit Graves
16

Beberapa cara pemberian insulin :

a) Suntikan insulin subkutan


Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam,
sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat
suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
 Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding
perut, lengan, dan paha.Dalam memindahkan suntikan
(lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan
rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi
perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
 Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan
dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu
pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30
menit setelah suntikan.
 Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
 Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin.
 Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin
dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat
efeknya daripada subcutan.
 Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi.Tetapi apabila terdapat
penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin
dipercepat.
b) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik
atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan
subkutan.Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan
untuk terapi koma diabetik.
3) Cangkok pancreas
17

Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari


donor hidup saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 1992).

10. Komplikasi
a. Hiperglikemia :
1) Insulin menurun.
2) Glukagon meningkat.
3) Pemakaian glukosa perifer terhambat.
b. Hipoglikemia :
1) KGD < 60 mg%.
2) Akibat terapi insulin.
c. Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis, ketonbodi, koma.
d. Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual, muntah, kembung.
e. Nefropati Diabetik : proteinuria.
f. Retinopati Diabetik : penglihatan kabur.
g. Ulkus/Gangren.
h. Kelainan Vaskuler :
1) Mikrovaskuler.
2) Makrovaskuler.

Komplikasi jangka panjang diabetes :

Organ/jaringan yg
Yang terjadi Komplikasi
terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek
menyumbat arteri berukuran menyebabkan
besar atau sedang di jantung, penyembuhan luka yg
otak, tungkai & penis. jelek & bisa menyebabkan
Dinding pembuluh darah kecil penyakit jantung, stroke,
mengalami kerusakan sehingga gangren kaki & tangan,
pembuluh tidak dapat impoten & infeksi.
mentransfer oksigen secara
normal & mengalami kebocoran.
Mata. Terjadi kerusakan pada pembuluh Gangguan penglihatan &
darah kecil retina. pada akhirnya bisa terjadi
kebutaan.
Ginjal.  Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk.
ginjal. Gagal ginjal.
 Protein bocor ke dalam air
kemih.
18

 Darah tidak disaring secara


normal.
Saraf. Kerusakan saraf karena glukosa  Kelemahan tungkai yg
tidak dimetabolisir secara normal terjadi secara tiba-tiba
& karena aliran darah berkurang. atau secara perlahan.
 Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki.
 Kerusakan saraf
menahun.
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg  Tekanan darah yg naik-
otonom. mengendalikan tekanan darah & turun.
saluran pencernaan.  Kesulitan menelan &
perubahan fungsi
pencernaan disertai
serangan diare.
Kulit. Berkurangnya aliran darah ke  Luka, infeksi dalam
kulit & hilangnya rasa yg (ulkus diabetikum).
menyebabkan cedera berulang.  Penyembuhan luka yg
jelek.
Darah. Gangguan fungsi sel darah putih. Mudah terkena infeksi,
terutama infeksi saluran
kemih & kulit.
Jaringan ikat. Gluka tidak dimetabolisir secara Sindroma terowongan
normal sehingga jaringan karpal Kontraktur
menebal atau berkontraksi. Dupuytren.
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, wawancara, observasi dan dokumentasi secara
biopsikososial dan spiritual.
a. Identitas pasien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku bangsa, status perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
no.register RS, Diagnosa medis, penanggung jawab. Biasanya pasien
datang dengan keluhan : pusing, lemah, letih, luka yang tidak sembuh.
b. Riwayat penyakit sekarang.
1) Perubahan pola berkemih.
2) Pusing.
3) Mual, muntah.
4) Apa ada diberi obat sebelum masuk RS.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien punya penyakit DM sebelumnya.
19

d. Riwayat penyakit keluarga.


Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit
keturunan seperti yang di derita pasien.
Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan umum : penampilan, tanda vital, kesadaran, TB, BB.
b. Kulit : keadaan kulit, warnanya, turgor, edema, lesi, memar.
c. Kepala : keadaan rambut, warna rambut, apa ada massa.
d. Mata : bagaimana pupilnya, warna sklera, kunjungtiva, bagaimana
reaksi pupil terhadap cahaya, apakah menggunakan alat bantu.
e. Hidung : strukturnya, apa ada polip, peradangan, fungsi penciuman.
f. Telinga : strukturnya, apa ada cairan keluar dari telinga, peradangan,
nyeri.
g. Mulut : keadaan mulut, gigi, mukosa mulut dan bibir, apa ada
gangguan menelan.
h. Leher : keadaan leher, kelenjar tiroid.
i. Dada/ pernapasan/ sirkulasi : bentuk dada, frekuensi napas, apa ada
bunyi tambahan, gerakan dinding dada.
j. Abdomen : struktur, kebersihan, apa ada asites, kembung, bising usus,
apa ada nyeri tekan.

Pola Fungsi Gordon :

a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.


Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata
laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak
gangren kaki diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum,
berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
20

menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa


pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada
gangguan.
d. Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang
ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita,
sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
e. Pola aktivitas dan latihan
Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari -
hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
f. Pola hubungan dan peran
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita
malu dan menarik diri dari pergaulan.
g. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan
peran pada keluarga ( self esteem ).
i. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi seks, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme.
j. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan
tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain –
lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta
luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam melaksanakan
ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
21

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
padaekstrimitas.
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganintake makanan inadekuat.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginyakadar gula darah.
g. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
h. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatanberhubungan dengan kurangnya informasi.
i. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satuanggota tubuh.
j. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
22

3. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


1. Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan a. Ajarkan pasien untuk a. Dengan mobilisasi
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 melakukan mobilisasi. meningkatkan sirkulasi darah.
dengan melemahnya / jam diharapkan perfusi b. Ajarkan tentang faktor-faktor b. Meningkatkan melancarkan
menurunnya aliran jaringan pasien menjadi yang dapat meningkatkan aliran darah balik sehingga
darah ke daerah efektif dengan kriteria hasil aliran darah. Tinggikan kaki tidak terjadi oedema.
gangren akibat adanya : sedikit lebih rendah dari
obstruksi pembuluh  Denyut nadi perifer jantung ( posisi elevasi pada
darah. teraba kuat dan regular. waktu istirahat ), hindari
 Warna kulit sekitar luka penyilangkan kaki, hindari
tidak pucat/sianosis. balutan ketat, hindari
 Kulit sekitar luka teraba penggunaan bantal, di belakang
hangat. lutut dan sebagainya.
 Oedema tidak terjadi c. Ajarkan tentang modifikasi c. Kolestrol tinggi dapat
dan luka tidak faktor-faktor resiko berupa : mempercepat terjadinya
bertambah parah.  Hindari diet tinggi arterosklerosis, merokok dapat
 Sensorik dan motorik kolestrol, teknik relaksasi, menyebabkan terjadinya
membaik. menghentikan kebiasaan vasokontriksi pembuluh darah,
merokok, dan penggunaan relaksasi untuk mengurangi
obat vasokontriksi. efek dari stress.
d. Kolaborasi dengan tim d. Pemberian vasodilator akan
kesehatan lain dalam meningkatkan dilatasi
pemberian vasodilator, pembuluh darah sehingga
pemeriksaan gula darah secara perfusi jaringan dapat
rutin dan terapi oksigen diperbaiki, sedangkan
(HBO). pemeriksaan gula darah secara
23

rutin dapat mengetahui


perkembangan dan keadaan
pasien, HBO untuk
memperbaiki oksigenasi
daerah ulkus/ gangren.
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji luas dan keadaan luka a. Pengkajian yang tepat
jaringan berhubungan keperawatan selama 3x24 serta proses penyembuhan. terhadap luka dan proses
dengan adanya gangren jam diharapkan integritas penyembuhan akan membantu
pada ekstrimitas. kulit pasien baik dengan dalam menentukan tindakan
kriteria hasil : selanjutnya.
 Berkurangnya oedema b. Rawat luka dengan baik dan b. merawat luka dengan teknik
sekitar luka. benar : membersihkan luka aseptik, dapat menjaga
 Pus dan jaringan secara abseptik menggunakan kontaminasi luka dan larutan
berkurang. larutan yang tidak iritatif, yang iritatif akan merusak
 Adanya jaringan angkat sisa balutan yang jaringan granulasi yang
granulasi. menempel pada luka dan timbul, sisa balutan jaringan
 Bau busuk luka nekrotomi jaringan yang mati. nekrosis dapat menghambat
berkurang. proses granulasi.
c. Ajarkan dan libatkan keluarga c. Apabila pasien pulang APS
dalam merawat luka. rawat luka bisa dilanjutkan
dengan bantuan keluarga /
orang terdekat.

d. Kolaborasi dengan dokter d. Insulin akan menurunkan


untuk pemberian insulin, kadar gula darah, pemeriksaan
pemeriksaan kultur pus kultur pus untuk mengetahui
pemeriksaan gula darah jenis kuman dan anti biotik
24

pemberian anti biotik. yang tepat untuk pengobatan,


pemeriksaan kadar gula darah
untuk mengetahui
perkembangan penyakit.
3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat, frekuensi, dan a. Untuk mengetahui berapa
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 reaksi nyeri yang dialami berat nyeri yang dialami
iskemik jaringan. jam diharapkan nyeri pasien. pasien.
pasien hilang/ berkurang b. Jelaskan pada pasien tentang b. Pemahaman pasien tentang
dengan kriteria hasil : sebab-sebab timbulnya nyeri. penyebab nyeri yang terjadi
 Penderita secara verbal akan mengurangi ketegangan
mengatakan nyeri pasien dan memudahkan
berkurang/hilang . pasien untuk diajak
 Mendemonstrasikan bekerjasama dalam melakukan
tindakanuntuk tindakan.
mengatasi atau
mengurangi nyeri . c. Ciptakan lingkungan yang c. Rangsangan yang berlebihan
 Pergerakan penderita tenang. dari lingkungan akan
bertambah luas. memperberat rasa nyeri.
 Tidak ada keringat d. Ajarkan teknik distraksi dan d. Teknik distraksi dan relaksasi
dingin, tanda vital relaksasi. dapat mengurangi rasa nyeri
dalam batasnormal.( S : yang dirasakan pasien.
36 – 37,5 0C, N: 60 – e. Atur posisi pasien senyaman e. Posisi yang nyaman akan
80 x /menit, T : 100 – mungkin sesuai keinginan membantu memberikan
130 mmHg, RR : 18 – pasien. kesempatan pada otot untuk
20 x /menit ). relaksasi seoptimal mungkin.
 Skala nyeri 0 – 3. f. Lakukan massage dan kompres f. Massage dapat meningkatkan
luka dengan BWC saat rawat vaskulerisasi dan pengeluaran
luka. pus sedangkan BWC sebagai
25

desinfektan yang dapat


memberikan rasa nyaman.
g. Obat –obat analgesik dapat
g. Kolaborasi dengan dokter membantu mengurangi nyeri
untuk pemberian analgesik. pasien.
4. Keterbatasan mobilitas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji dan identifikasi tingkat a. Untuk mengetahui derajat
fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 kekuatan otot pada kaki pasien. kekuatan otot-otot kaki pasien.
dengan rasa nyeri pada jam diharapkan pasien b. Beri penjelasan tentang b. Pasien mengerti pentingnya
luka. mencapai tingkat aktivitas pentingnya melakukan aktivitas sehingga dapat
yang optimal dengan aktivitas untuk menjaga kooperatif dalam tindakan
kriteria hasil : kadargula darah dalam keadaan keperawatan.
 Pergerakan paien normal.
bertambah luas. c. Anjurkan pasien untuk c. Untuk melatih otot – otot kaki
 Pasien dapat menggerakkan/mengangkat sehingga berfungsi dengan
melaksanakan aktivitas ekstrimitas bawah baik.
sesuai dengan sesuikemampuan.
kemampuan ( duduk, d. Bantu pasien dalam memenuhi d. Agar kebutuhan pasien tetap
berdiri, berjalan ). kebutuhannya. dapat terpenuhi.
 Rasa nyeri berkurang. e. Kolaborasi dengan tim e. Analgesik dapat membantu
 Pasien dapat memenuhi kesehatan lain : dokter mengurangi rasa nyeri,
kebutuhan sendiri ( pemberian analgesik ) fisioterapi untuk melatih
secara bertahap sesuai dantenaga fisioterapi. pasien melakukan aktivitas
dengan kemampuan. secara bertahap dan benar.
5. Pemenuhan nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Kaji status nutrisi dan a. Untuk mengetahui tentang
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 kebiasaan makan. keadaan dan kebutuhan nutrisi
tubuh berhubungan jam diharapkan kebutuhan pasien sehingga dapat
dengan intake makanan nutrisi pasien terpenuhi diberikan tindakan dan
inadekuat. dengan kriteria hasil : pengaturan diet yang adekuat.
26

 Tidak mual, muntah. b. Anjurkan pasien untuk b. Kepatuhan terhadap diet dapat
 Berat badan dan tinggi mematuhi diet yang telah mencegah komplikasi
badan ideal. diprogramkan. terjadinya hipoglikemia/
 Pasien mematuhi hiperglikemia.
dietnya. c. Timbang berat badan setiap c. Mengetahui perkembangan
 Kadar gula darah dalam seminggu sekali. berat badan pasien ( berat
batas normal. badan merupakan salah satu
 Tidak ada tanda-tanda indikasi untuk menentukan
hiperglikemia/ diet ).
hipoglikemia. d. Mengetahui apakah pasien
d. Identifikasi perubahan pola telah melaksanakan program
makan. diet yang ditetapkan.

e. Pemberian insulin akan


e. Kerja sama dengan tim meningkatkan pemasukan
kesehatan lain untuk glukosa ke dalam jaringan
pemberian insulin dan sehingga gula darah
dietdiabetik. menurun,pemberian diet yang
sesuai dapat mempercepat
penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.
6. Potensial terjadinya Setelah dilakukan tindakan a. Kaji adanya tanda-tanda a. Pengkajian yang tepat tentang
penyebaran infeksi keperawatan selama 3x24 penyebaran infeksi pada luka. tanda-tanda penyebaran
( sepsis ) berhubungan jam diharapkan tidak ada infeksi dapat membantu
dengan tingginya kadar tanda – tanda penyebaran menentukan tindakan
gula darah. infeksi dengan kriteria selanjutnya.
hasil :
27

 Tanda-tanda vital dalam b. Anjurkan kepada pasien dan b. Kebersihan diri yang baik
batas normal (S : 36 – keluarga untuk selalu menjaga merupakan salah satu cara
0
37,5 C). kebersihan diri selama untuk mencegah infeksi
 Keadaan luka baik dan perawatan. kuman.
kadar gula darah c. Lakukan perawatan luka secara c. Untuk mencegah kontaminasi
normal. aseptik. luka dan penyebaran infeksi.
d. Anjurkan pada pasien agar d. Diet yang tepat, latihan fisik
menaati diet, latihan fisik, yang cukup dapat
pengobatan yang ditetapkan. meningkatkan daya tahan
tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan
sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
e. Kolaborasi dengan dokter e. Antibiotika dapat menbunuh
untuk pemberian antibiotika kuman, pemberian insulin
dan insulin. akan menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga proses
penyembuhan.
7. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan yang a. Untuk menentukan tingkat
dengan kurangnya keperawatan selama 3x24 dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami
pengetahuan tentang jam diharapkan ansietas pasien sehingga perawat bisa
penyakitnya. pasien hilang dengan memberikan intervensi yang
kriteria hasil : cepat dan tepat.
 Pasien dapat
mengidentifikasikan b. Beri kesempatan pada pasien b. Dapat meringankan beban
sebab kecemasan. untuk mengungkapkan rasa pikiran pasien.
 Emosi stabil., pasien cemasnya.
28

tenang. c. Gunakan komunikasi c. Agar terbina rasa saling


 Istirahat cukup. terapeutik. percaya antar perawat-pasien
sehingga pasien kooperatif
dalam tindakan keperawatan.
d. Beri informasi yang akurat d. Informasi yang akurat tentang
tentang proses penyakit dan penyakitnya dan keikutsertaan
anjurkan pasien untuk ikut pasiendalam melakukan
serta dalam tindakan tindakan dapat mengurangi
keperawatan. beban pikiran pasien.
e. Berikan keyakinan pada pasien e. Sikap positif dari
bahwa perawat, dokter, dan tim timkesehatan akan membantu
kesehatan lain selalu berusaha menurunkankecemasan yang
memberikan pertolongan yang dirasakan pasien.
terbaik dan seoptimal mungkin.

f. Berikan kesempatan pada f. Pasien akan merasa lebih


keluarga untuk mendampingi tenang bila ada anggota
pasien secarabergantian. keluarga yang menunggu.
g. Ciptakan lingkungan yang g. Lingkungan yang tenang dan
tenang dan nyaman. nyaman dapat membantu
mengurangi rasa cemas
pasien.
8. Kurangnya Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat pengetahuan a. Untuk memberikan informasi
pengetahuan tentang keperawatan selama 3x24 pasien/keluarga tentang pada pasien/ keluarga, perawat
proses penyakit, diet, jam diharapkan pasien penyakit DM dan gangren. perlu mengetahui sejauh mana
perawatan dan mendapatkan informasi informasi atau pengetahuan
pengobatan yang benar dan jelas yang diketahui pasien/
berhubungan dengan tentang penyakitnya keluarga.
29

kurangnya informasi. dengan kriteria hasil : b. Kaji latar belakang pendidikan b. Agar perawat dapat
 Pasien mengetahui pasien. memberikan penjelasan
tentang proses dengan menggunakan kata-
penyakit, diet, kata dan kalimat yang dapat
perawatan dan dimengerti pasien sesuai
pengobatannya dan tingkat pendidikan pasien.
dapat menjelaskan c. Jelaskan tentang proses c. Agar informasi dapat diterima
kembali bila ditanya. penyakit, diet, perawatan dan dengan mudah dan tepat
 Pasien dapat melakukan pengobatan pada pasien sehingga tidak menimbulkan
perawatan diri sendiri dengan bahasa dan kata-kata kesalahpahaman.
berdasarkan yang mudah dimengerti.
pengetahuan yang d. Jelasakan prosedur yang kan d. Dengan penjelasdan yang ada
diperoleh. dilakukan, manfaatnya bagi dan ikut secra langsung dalam
pasien dan libatkan pasien tindakan yang dilakukan,
didalamnya. pasien akan lebih kooperatif
dan cemasnya berkurang.
e. Gunakan gambar-gambar e. Gambar-gambar dapat
dalam memberikan penjelasan membantu mengingat
( jika ada / memungkinkan). penjelasan yang telah
diberikan.
9. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan a. Kaji perasaan/persepsi pasien a. Mengetahui adanya rasa
diriberhubungan keperawatan selama 3x24 tentang perubahan gambaran negatif pasien terhadap
dengan perubahan jam diharapkan pasien diri berhubungan dengan dirinya.
bentuk salah satu dapat menerima salah satu keadaan anggota tubuhnya
anggota tubuh. perubahan bentuk yang kurang berfungsi secara
tubuhnya dengan kriteria normal.
hasil :
 Pasien mau berinteraksi
30

dan beradaptasi dengan b. Lakukan pendekatan dan bina b. Memudahkan dalm menggali
lingkungan. Tanpa rasa hubungan saling percaya permasalahan pasien.
malu dan rendah diri. dengan pasien.
 Pasien yakin akan c. Tunjukkan rasa empati, c. Pasien akan merasa dirinya di
kemampuan yang perhatian dan penerimaan pada hargai.
dimiliki. pasien.
d. Bantu pasien untuk d. Dapat meningkatkan
mengadakan hubungan dengan kemampuan dalam
orang lain. mengadakan hubungan dengan
orang lain dan menghilangkan
perasaan terisolasi.
e. Untuk mendapatkan dukungan
e. Beri kesempatan kepada pasien dalam proses berkabung yang
untuk mengekspresikan normal.
perasaan kehilangan. f. Untuk meningkatkan perilaku
f. Beri dorongan pasien untuk yang adiktif dari pasien.
berpartisipasi dalam perawatan
diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari
pasien.
10. Ganguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan a. Ciptakan lingkungan yang a. Lingkungan yang nyaman
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 nyaman dan tenang. dapat membantu
rasa nyeri pada luka di jam diharapkan kebutuhan meningkatkan tidur/ istirahat.
kaki. tidur pasien terpenuhi b. Kaji tentang kebiasaan tidur b. Mengetahui perubahan dari
dengan kriteria hasil : pasien di rumah. hal-hal yang merupakan
 Pasien mudah tidur kebiasaan pasien ketika tidur
dalam waktu 30 – 40 akan mempengaruhi pola tidur
menit. pasien.
31

 Pasien tenang dan


wajah segar.
 Pasien mengungkapkan
dapat beristirahat c. Mengetahui faktor penyebab
dengan cukup. gangguan pola tidur yang lain
c. Kaji adanya faktor penyebab dialami dan dirasakan pasien.
gangguan pola tidur yang lain
seperti cemas,efek obat-obatan d. Pengantar tidur
dan suasana ramai. akanmemudahkan pasien
d. Anjurkan pasien untuk dalam jatuh dalam tidur,
menggunakan pengantar tidur teknik relaksasi akan
dan teknik relaksasi . mengurangi ketegangan dan
rasa nyeri.
e. Untuk mengetahui terpenuhi
atau tidaknya kebutuhan tidur
e. Kaji tanda-tanda kurangnya pasien akibat gangguan pola
pemenuhan kebutuhan tidur tidur sehingga dapat diambil
pasien. tindakan yang tepat.
32

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

DIABETUS MILITUS

Mahasiswa / NIM : Desta Windy Pamungkas/0902014

Tanggal : 16 Januari 2012

Jam : 08.00 WIB

A. Identitas Pasien
1. Pasien :
a) Nama : Ny. S
b) Umur : 57 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Alamat : Sleman
e) Status : Kawin
f) Suku : Jawa
g) Agama : Kristen
h) Pendidikan : S1
i) Pekerjaan : PNS
j) Tgl. masuk RS : 13 Januari 2012
k) No. RM : 00957xxx
l) Ruang :E/2
m) Diagnosis kerja/medis : 13/01/2012 1.Diabetes Melitus
13/01/2012 2.Ulkus Dekubitus

2. Keluarga / penanggung jawab :


34
a) Nama (initial) : Bp. P
b) Umur : 70 tahun
c) Hubungan : Suami
d) Pendidikan : PGSLP
e) Pekerjaan : Pensiunan
f) Alamat : Sleman.
33

B. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Kesehatan Pasien :
a. Keluhan utama saat dikaji : pasien mengatakan merasa nyeri pada kaki
kanan. Skala nyeri 5
b. Keluhan tambahan saat dikaji : pasien mengatakan telinga kiri tidak
mendengar bila telinga kanan ditutup. Sejak kemarin merasa mual-
mual, dipagi hari ini diare 3 kali
c. Alasan utama masuk rumah sakit : mual muntah dan diare selama 2
hari.
d. Riwayat penyakit sekarang : 1 minggu yang lalu pasien jatuh dari
motor, lutut kanan memar dan terasa nyeri berwarna merah, ada luka
(ulkus) sejak 4 bulan yang lalu pada kaki kanan, sejak tanggal 13
januari kemarin merasa mual dan muntah 1 kali disertai diare 2 kali.
Pasien dibawa ke Rs.Betehsda diterima di IGD, dialakukan
pemeriksaan PDL, Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT. Dari tim medis
ditegakkan ddiagnosa medis Ulkus Dekubitus, DM diberikan obat
obatan antara lain glucotka, glimepirid, amplodipin, ceprofaloxacim,
metronidasol, miniaspi, as. Mefenamat, ceftriaxone. Mendapatkan
terapi infus RL 20 tpm, terpasang di lengan kanan. Pasien disarankan
untuk opname dan dirawat diruang E /2. Dilakukan tindakan rawat
luka 1 kali sehari, pemeriksaan laboratorium darah dan urine, juga
dilakukan pemeriksaan gula darah puasa, glukosa 2 jam PP, dan
glukosa sesaat. Tanggal 16 januari 2012 pasien mengeluhkan nyeri
diperut pagi hari skala nyeri 5, sakit mules. Pasien pagi hari sudah
BAB 3 kali.
e. Riwayat penyakit yang lalu :
1) Pasien mempunyai riwayat penyakit Diabetes Melitus, dan sudah
dilakukan upaya pengobatan dan kontrol gula darah.
2) Pasien mengalami vertigo, dilakuakan perawatan dirumah sakit,
akan tetapi pasien mengalami gangguan pada telinga sebelah kiri
f. Alergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi baik obat maupun
makanan.
2. Kesehatan Keluarga :
Genogram :

X X X X
34

X X

5
8
t
h

keterangan gambar:
X : Perempuan meninggal : perempuan

X : Laki-laki meninggal : laki-laki

: serumah : ikatan pernikahan

: Pasien dengan Umur 58 th : hungungan darah

: menderita penyakit
hipertensi dan Gula darah
35

C. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Nutrisi - Metabolik
a. Sebelum sakit :
1) Frekuensi makan : 3x sehari
2) Jenis makanan/diet : Nasi biasa, pasien tidak melakukan diet
khusus
3) Porsi yang dihabiskan : 1 porsi
4) Makanan pantang : tidak ada pantangan.
5) Kebiasaan makan : dirumah.
6) Nafsu makan : baik.
Alasan: pasien mampu menghabiskan makanannya 1 porsi makan
3 kali sehari.
7) Banyaknya minum : 4 – 6 gelas sehari (800 – 1200cc).
8) Jenis minuman : air putih dan teh.

b. Selama sakit :
1) Jenis makanan : diit Bubur DM 870Kkal
2) Frekuensi makan : 3x sehari
3) Porsi makan yang dihabiskan : ½ dari porsi yang diberikan
4) Banyaknya minum dalam sehari :4 – 6 gelas cc (800-1200cc)
5) Jenis minuman : air putih
6) Minuman Pantanga : pasien tidak bisa
mengkonsumsi minuman yang mengandung jahe, dikarenakan
apabila mengkonsumsi minuman tersebut parut pasien terasa penuh
dan kembung.
7) Keluhan
mual, dan diare  3 kali pagi hari. Saat dikaji
8) Alat bantu untuk memasukan zat makanan : terpasang infus di
tangan kanan RL 20tpm.
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
1) Buang air besar (BAB)
Frekuensi : 2x sehari.
Waktu : tidak menentu.
Warna : coklat.
Konsistensi : keras.
Posisi waktu BAB : duduk.
2) Buang air kecil (BAK)
36

Frekuensi : 3-4x sehari.


Jumlah : 200 – 500cc.
Warna : kekuningan.
Bau : khas urine.

b. Selama sakit
1) Buang air besar (BAB)
Frekuensi : 3-5x sehari.
Waktu : tidak menentu.
Warna : kekuningan.
Konsistensi : lembek.
Keluhan : diare
Diare : selama pagi ini pasien telah BAB 3x.
Upaya : diberikan obat diare.
2) Buang air kecil (BAK)
Frekuensi : 7-9x sehari.
Jumlah : 1400-1800cc.
Warna : seperti teh
Bau : khas urine.

3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur


a. Sebelum sakit
1) Keadaan aktifitas sehari-hari
a) Kebiasaan olahraga: Tidak pernah.
b) Lingkungan rumah/tempat kerja: Luas.

c) Tidak memakai alat bantu beraktifitas.

Aktivitas 0 1 2 3 4
37

Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Masak √
Belanja √
Merapikan rumah √
Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total

2) Kebutuhan tidur
Tidur siang : kadang – kadang.
Tidur malam : 5-7 jam.
Mengutamakan tidur pada malam hari.
Pasien tidur bersama suami.
Kebiasaan pasien sebelum tidur, dengan menonton tv
Tidak ada keluhan untuk kebutuhan tidur.

b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilitas di TT √
Berpindah √
38

Ambulasi/ROM √
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
2) Kebutuhan Tidur
Tidur siang : - sehari.
Tidur malam : 2x sehari.

4. Pola Kebersihan Diri (sebelum sakit)


a. Kebersihan kulit
Kapan kebiasaan mandi : 2x sehari, menggunakan sabun.
b. Kebersihan rambut : mencuci rambut 3x satu minggu menggunakan
shampoo.
c. Kebersihan telinga : pasien membersihkan telinga kanan apabila terasa
kotor, telinga kiri tidak pernah dibersihkan pasien karena pasien
sempat megalami sakit telinga setelah vertigo
Keluhan: telinga kiri tidak bisa mendengar apabila telinga kanan
ditutup.
d. Kebersihan mata : membersihkan mata saat mandi / cuci muka.
e. Kebersihan mulut : menggosok gigi 2 kali sehari menggunakan pasta
gigi.

5. Pola Pemeliharaan Kesehatan


a. Pasien tidak pernah menggunakan tembakau, alcohol, NAPZA dan
sejenisnya.
b. Pengetahuan tentang penyakit yang diderita : pasien mengatakan saya
sakit gula.
c. Pengertian tentang perawatan, pencegahan penyakit yang diderita :
pasien mengatakan saya harus mengurangi yang manis-manis

6. Pola Reproduksi – Seksualitas


a. Perkembangan karakteristik seks sekunder : berkembang dengan baik.
Payudara pasien tumbuh, bentuk pinggul membesar
b. Masalah menstruasi/hormonal : pasien mengalami menopouse sejak
umur 50 tahun
39

c. Pap smear terakhir : pasien belum pernah menjalani pap smear


d. Pemeriksaan payudara (SADARI): pasien tidak pernah melakukan
pemeriksaan payudara sendiri.

7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori

a.Keadaan mental: Sadar


b. Berbicara: Jelas
c. Bahasa yang dikuasai : Indonesia,
Lain-lain: Bahasa Jawa
d. Kemampuan membaca: baik, pasien
mampu membaca dengan baik
e. Kemampuan berkomunikasi: pasien
mampu berkomunikasi dengan baik, apabila berada disisis kiri
komunikais diulangi 2 kali karena pasien mengalami gangguan
pendengaran.
f. Kemampuan memahami informasi:
pasien mampu memahami informasi dengan baik.
g. Tingkat ansietas (dengan alasannya) :
ringan, pasien mengatakan saya sudah terbiasa dirawat dirumah sakit,
pasien tidak takut lagi.
h. Ketrampilan berinteraksi: Memadai
i. Pendengaran : Tuli: Kiri
j. Penglihatan: pasien menggunakan
kacamata hipermetropi.
k. Vertigo : pasien pernah mengalami
vertigo.
l. Tak nyaman/nyeri : nyeri dikaki kanan
sekitar luka, nyeri terjadi katika mau berjalan, skala nyeri 5, nyeri
berkurang apabila tidak melakukan aktivitas.
m. Upaya yang dilakukan untuk
mengatasi nyeri : tiduran.
40

8. Pola Konsep Diri

a. Identitas diri: “Saya sebagai Ibu rumah tangga harus menguruh Bapak
dirumah juga sedang sakit, habis kecelakaan, rusuknya ada yang
retak”
b. Ideal diri: “Saya ingin pulang menjadi istri yang baik mengurus
suami yang sakit”
c. Harga diri: saat ditanya tidak ada yang menemai pasien hanya
tersenyum.
d. Gambaran diri: Pasien selalu menutupi luka pada kakinya
e. Peran diri: “Selama sakit saya tidak ngajar lagi”

9. Pola Koping
a.Pengambilan keputusan : dibantu orang lain, siapa: Suami
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah: Cari pertolongan

10. Pola Peran-Berhubungan


a. Status pekerjaan: Bekerja sebagai PNS
b. Jenis pekerjaan : Guru SD
c. Apakah pasien berkecimpung dalam kelompok masyarakat
(sebutkan): Oraganisasi kegerejaan seperti: majelis, KWDWJ, PWKI
dan organisai kemasyarakatan PKK, Darma Wanita
d. Sistem pendukung :
1) Ada. Jika ada, siapa: Keluarga
2) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit: menjenguk
pasien.
e. Kesulitan dalam keluarga
1) Hubungan dengan orang tua : orang tua pasien telah meninggal
2) Hubungan dengan anak saudara: anak pasien telah merantau dan
hanya anak yang terakhir sja yang tinggal dirumah dan merawat
suami pasien secara bergantian.
3) Hubungan perkawinan : tidak terkaji.
f. Selama sakit
41

1) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga: selama pasien


dirawat dirumah sakit pasien hanya sendiri tidak ada yang
menemani. Hanya ada beberapa orang yang menjenguk
2) Bagaimana hubungan dengan masyarakat: selama dirawat dirumah
sakit pasien hanya dijenguk oleh adi-adik pasien.
3) Bagaimana hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan lain :
pasien mengalami bedrest sehingga tidak memungkinkan untuk
berpergian. Hubungan dengan anggota kesehatan baik, pasien
ramah.

11. Pola Nilai dan Keyakinan


a. Sebelum sakit
1) Larangan agama: Tidak ada larangan dari agama yang
berpengaruh pada kesehatan pasien.
2) Kegiatan keagamaan
a) Macam : Kebaktian keluaraga 2 minggu sekali
b) Ibadah minggu setiap mingu

b. Selama sakit
1) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit: tidak ada
2) Membutuhkan bantuan (sebutkan) : tidak
3) Membutuhkan kunjungan rohaniawan : tidak

D. Pengkajian Fisik
1. Tinggi Badan: 155 cm
2. Berat Badan: 55 kg
3. Pengukuran Vital Sign :
a. Tekanan darah : 120/90 mmHg, diukur di bradialis lengan kiri,
posisi pasien supinasi
b. Nadi: 85x/menit, diukur di arteri radialis sinistra.
c. Suhu: 36,60C, diukur di axila dextra.
d. Respirasi: 20/menit.
4. Tingkat Kesadaran
Kuantitatif : G : 4 C : 5 S : 6
Kualitatif : compos mentis.
5. Keadaan Umum:
Pasien tampak sakit : ringan.
Alasan : pasien beraktifitas tanpa dibantu, komunikasi lancar.
42

6. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
Wajah simetris, tidak ada massa dan luka di kepala, rambut tidak
rontok, kulit kepala bersih.
b. Mata
c. Sclera putih, konjungtiva tidak anemis,pupil isokor.
d. Telinga
Tidak ada massa pada kedua telinga, telinga kiri terdapat kotoran
berwarna kehitaman, tidak ada nyeri pada tulang mastoid, membran
timpani tidak terlihat pada telinga kiri. Pasien mengatakan telinga
kiri tidak dapat mendengar apabila telinga kanan ditutup. Raflek
cahaya telinga kanan (+) telinga kiri (-)
e. Hidung
Posisi septum ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat nyeri
pada sinus-sinus pasien.
f. Mulut dan tenggorokan
Palatum utuh, nafas tidak berbau. Tonsil: T1, uvula terletak ditengah,
membrane mukosa kering, bibir kering.
g. Leher
Leher simetris, tidak terjadi pembesaran tiroit dan tidak terjadi
pembesaran kelenjar getah bening. Tidak ada pembesaran vena
jugularis.
h. Tengkuk: Kaku kuduk (-)
i. Dada :

1) Inspeksi
Dada simetris, bentuk dada flat retraksi dada maksimal tidak
terjadi ketertinggalan gerak pada jenis pernafasan dada,
perbandingan dada anterio-posterior : transversal 2:1.
2) Palpasi
Pergerakan dada simetris, getaran suara fremitus seimbang,
tidak terdapat rasa sakit sekitar dada, tidak terdapat nyeri saat
penekanan, tidak terdapat masa, pernafasan lambat dan dalam
jenis pernafasan dada.
3) Perkusi
43

Seluruh lapang paru timpani, batas jantung atas ICS 3 batas


jangtung bawah ICS 5. Patas paru hepar ICS 6-7.
4) Auskultasi
Seluruh lapang paru vasikuler, tidak terdapat bunyi tambahan
pada BJ I ataupun BJ II

j. Payudara
Payudara Simetri payudara kiri kanan, tidak terdapat kelainan pada
putting susu warna coklat tidak terapa masa.
k. Punggung: tidak terjadi kelainan bentuk punggung, tidak terdapat
bunyi tambahan pada paru-paru
l. Abdomen
1) Inspeksi
Warna kulit putih, tidak terdapat luka, umbilikus bersih, perut
flat. Perut simetris
2) Auskultasi
Peristaltik usus 12x/menit. Tidak terdengar bunyi tambahan
pada arteri abdominalis.
3) Perkusi
Timpany diseluruh region perut.
4) Palpasi
Tidak terdapat masa di abdomen, ginjal hati dan kandung kemih
tidak teraba.Anus dan Rektum: Tak terkaji.
m. Anus dan rectum: tidak terjadi pembesaran pembuluh darah vena.
n. Ekstermitas
1) Atas
Kekuatan otot dextra 5, sinistra 5.Tidak ada edema, tidak terjadi
varises.
2) Bawah
Kekuatan otot dextra 5, sinistra 5.
Terdapat ulkus di kaki kanan., great 2, luka terdapat pus, terjadi
abses, luka lebar luka 3 cm. nyeri didaerah lutut sebelah kanan,
sakit bertambah kerika berjalan, lutut mengalami pembengkakan,
lutut berwarna merah
44

E. Rencana Pulang

1. Di tempat tinggalnya, pasien tinggal dengan : Keluaraga


2. Keinginan tinggal setelah pulang : Di rumah sendiri
3. Pelayanan kesehatan yang digunakan sebelumnya: Klinik
Keluarga
4. Kendaraaan yang digunakan saat pulang : Mobil
5. Antisipasi terhadap keuangan setelah pulang :Tabungan pribadi,
dan Hutang

6. Antisipasi masalah perawatan diri : belum terpikirkan

7. Bantuan yang diperlukansetelah pulang : belum tahu

F. Pemeriksaan Diagnostik

Laboratorium :
13 januari 2012

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hemoglobin L 11.0 Gr/dl 12.0 – 18.0
Leukosit 9.05 Ribu/mmk 4.50 – 11.0
Eusinofil 0.7 % 0.0 – 5.0
Basofil 0.2 % 0.0 – 2.0
Segmen 70.0 % 47.0 - 80.0
Limfosit 21.4 % 13.0 – 40.0
Monosit 7.7 % 2.0 – 11.0
Hematocrit L 31.6 % 36.0 – 46.0
Eritrosit L 3.79 Juta/mmk 4.10 – 5.30
RDW 12.10 % 11.60 – 14.80
MCV L 83.40 fl 92.00 – 121.00
MCH L 29.00 pg 31.00 – 37.00
MCHC 34.80 g/dl 29.00 – 36.00
Trombosit 270.000 ribu.mmk 140 – 440
PDW 10.4 fl
MPV 9.00 fl 4.00 – 11.00
Gol.darah A
SGOT (AST) H 35.1 u/l 0.0 – 32.0
SGPT (AST) 18.6 u/l
0.0 – 32.0
Ureum 31.4 mg/dl
Creatinin 0.7 md/dl 10.0 – 50.0
45

0.5 – 0.9

13 januari 2012
Glukosa sesaat 222 mg/dl
14 januari 2012
Glukosa puasa 127,2 mg/dl
15 januari 2012
Glukosa 2 jam pp 114 mg/dl
Glukosa sesaat 134,9 mg/dl
46

G. Program pengobatan

Implikasi
No Nama obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping
kep.
1 Glucotica Baru didiagnosis DM Koma diabetikum & Ggn GI sementara. Dosis 2x1
onset dewasa yang ketoasidosis. Kerusakan Mg/hari.
mengalami kelebihan BB funsi ginjal yang parah. Diberikan
atau dg BB normal& diet Penyakit kronis, gagal secara oral.
tidak dpt mengatasinya.; jantung, infark miokard,
Terapi tunggal jika terapi alkoholisme, penyakit
primer&sekunder dengan akut/kronik yg
sulfonilurea mengalami berhubungan dengan
kegagalan; Terapi hipoksia jaringan.
kombinasi dengan Penyakit yang berkaitan
sulfonilurea; Terapi dengan asidosis laktat
tambahan pada IDDM seperti syok, insufisiensi
untuk mengurangi dosis paru.
insulin; Pada penderita
diabetes non ketotik yang
lebih mudah dengan
ketergantungan pada
insulin.
2 Glimepiride Diabetes Melitus Tipe II  Hipersensitif terhadap Efek samping utama yang Dosis 1x1
yang tidak dapat glimepirid atau harus diwaspadai adalah 2mg/hari.
dikendalikan hanya senyawa OHO hipoglikemia. Gambaran klinis Diberikan
dengan diet dan olahraga. golongan sulfonilurea hipoglikemik yang parah secara oral.
lainnya menyerupai stroke. Disamping
47

 Gangguan fungsi hati itu dapat juga terjadi efek


dan ginjal yang cukup samping lain, berupa gangguan
berat saluran cerna dan gangguan
 Ketoasidosis atau susunan syaraf pusat seperti:
riwayat ketoasidosis sakit kepala, pusing, lapar,
 Diabetik pra koma tubuh lemas, lelah, mual,
atau koma. muntah, mengantuk, tidur
 Kehamilan. terganggu, daya konsentrasi
 Menyusui dan kewaspadaan menurun,
depresi, bingung, gangguan
bicara, gangguan penglihatan,
tremor, gangguan syaraf
sensoris, dan lain-lain.
Kemungkinan dapat pula
terjadi gejala-gejala kounter-
regulasi adrenergik, seperti
berkeringat, kulit lembab,
cemas, takhikardia, hipertensi,
palpitasi, dan lain-lain. Gejala
hematologik termasuk
leukopenia, trombositopenia,
agranulosistosis dan anemia
aplastik dapat terjadi walau
jarang sekali. Golongan
sulfonilurea cenderung
meningkatkan berat badan.
48

3 Amlodipine Amlodipine digunakan Amlodipine tidak boleh Secara umum amlodipine Dosis 1x1
untuk pengobatan diberikan pada pasien dapat ditoleransi dengan baik, 5 mg/hari.
hipertensi, angina stabil yang hipersensitif dengan derajat efek samping Diberikan
kronik, angina vasospastik terhadap amlodipine dan yang timbul bervariasi dari secara oral.
(angina prinzmetal atau golongan dihidropiridin ringan sampai sedang. Efek
variant angina). lainnya. samping yang sering timbul
Amlodipine dapat dalam uji klinik antara lain :
diberikan sebagai terapi edema, sakit kepala.
tunggal ataupun Secara umum : fatigue, nyeri,
dikombinasikan dengan peningkatan atau penurunan
obat antihipertensi dan berat badan.Pada keadaan
antiangina lain. hamil dan menyusui : belum
ada penelitian pemakaian
amlodipine pada wanita hamil,
sehingga penggunaannya
selama kehamilan hanya bila
keuntungannya lebih besar
dibandingkan risikonya pada
ibu dan janin. Belum diketahui
apakah amlodipine
diekskresikan ke dalam air
susu ibu. Karena keamanan
amlodipine pada bayi baru
lahir belum jelas benar, maka
sebaiknya amlodipine tidak
diberikan pada ibu menyusui.
49

4 Ciprofloxacin  Infeksi saluran kemih  Penderita yang  Gangguan saluran cerna : Dosis 2x1.
termasuk prostatitis. hipersensitif terhadap Mual,muntah,diare dan Diberikan
 Uretritis dan servisitis Ciprofloxacin atau sakit perut. secara oral.
gonorrhea. antibiotika derivat  Gangguan susunan saraf
 Infeksi saluran cerna, quinolone lainnya. pusat : Sakit
termasuk demam tifoid  Wanita hamil dan kepala,pusing,gelisah,
yang disebabkan oleh menyusui. insomnia dan euphoria.
S. thypi.  Anak-anak dibawah  Reaksi hipersensitivitas :
 Infeksi saluran nafas, usia 18 tahun. Pruritus dan urtikaria.
kecuali pneumonia  Peningkatan sementara
akibat Streptococcus. nilai enzim hati,terutama
 Infeksi kulit dan pada pasien yang pernah
jaringan lunak. mengalami kerusakan hati.
 Infeksi tulang dan  Bila terjadi efek samping
sendi. konsultasi ke Dokter.
5 Miniaspi Mencegah agregasi  Hipersensitivitas, Iritasi pencernaan, mual, Dosis 2x1.
plaletet pada infark termasuk asma. muntah, perdarahan Diberikan
miokard dan angina tdak  Tukak peptik, varisela pencernaan, tukak peptik, secara oral.
stabil.Mencegah serangan dan gejala influenza. serangan dispneu, reaksi kulit,
iskemik otak sepintas.  Perdarahan sub kutan, trombositopenia.
terapi antikoagulan.
 Hemofilia dan
trombositopenia.
 Anak-anak usia kurang
dari 12 tahun.
50

6 Ceftriaxone Infeksi–infeksi yang Hipersensitif terhadap Gangguan GI, reaksi kulit, Diberikan
disebabkan oleh 50erioper cephalosporin dan hematologi, sakit kepala, secara IV
yang 50eriopera terhadap penicillin (sebagai reaksi pusing, reaksi anafilaktik, Dosis 1x1
Ceftriaxone, seperti: alergi silang). nyeri di tempat suntik (IM), gr/hari
infeksi saluran nafas, flebitis (IV). Reversibel.
infeksi THT, infeksi
saluran kemih, sepsis,
meningitis, infeksi tulang,
sendi dan jaringan lunak,
infeksi intra abdominal,
infeksi genital (termasuk
gonore), profilaksis
50erioperative, dan infeksi
pada pasien dengan
gangguan pertahanan
tubuh.
7. Metrodinazol  Indikasi yang  Pasien yang  GI : nausea, vomiting, Diberikan
disebabkan oleh hipersensitif terhadap abdominal secara
kuman anaerob dan obat atau derivate discomfort,diare. parenteral
kuman lainyya yang nitroimidazol lainnya.  System saraf : neuropati melalui IV.
sensitive terhadap  Kehamilan trisemester perifer, kesemutan, Dosis 3x1
metrodinazol. I. paresthesia.
 Pencegahan infeksi  Hematologi : leukopenia,
anaerob sebelum dan trombositopenia,aplasia
sesudah operasi. sumsum tulang.
 Amebiasis dan  Genitonuria : urin berwarna
trikomoniasis. gelap, coklat kemerahan.
51

8 As. Mefenamat Dapat menghilangkan Pada penderita tukak Dapat terjadi gangguan saluran Dosis 500mg
nyeri akut dan kronik, lambung, radang usus, cerna, antara lain iritasi diberikan
ringan sampai sedang gangguan ginjal, asma dan
lambung, kolik usus, mual, secara oral
sehubungan dengan sakit hipersensitif terhadap
muntah dan diare, rasa 2x1 (bila
kepala, sakit gigi, asam mefenamat. mengantuk, pusing, sakit perlu)
dismenore primer, kepala, penglihatan kabur,
termasuk nyeri karena Pemakaian secara hati-hati vertigo, dispepsia.
trauma, nyeri sendi, nyeri pada penderita penyakit
otot, nyeri sehabis operasi,ginjal atau hati dan Pada penggunaan terus-
nyeri pada persalinan. peradangan saluran cerna. menerus dengan dosis 2000
mg atau lebih sehari dapat
mengakibatkan agranulositosis
dan anemia hemolitik.
9 Arcapec Untuk pengobatan -Bila diperkirakan ada Diberikan per
simtomatik pada diare sumbatan dalam usus. oral dosis
yang tidak diketahui 50mg 3x1
penyebabnya -Jangan diberikan pada
pasien, dimana konstipasi
harus dihindari.

-Hipersensitif terhadap
obat ini.
52

10 Fusycom Pengobatan infeksi kulit  Penderita yang Jarang : reaksi hipersensitifitas Dioleskan
yang disebabkan oleh hipersensitif terhadap kulit pada luka
Staphylococcus, salah satu komponen tiap hari 1x1
Streptococcus, obat.
Propionibacterium acnes,  Infeksi yang disebabkan
Corynebacterium oleh organisme yang
minutissinum dan bakteri tidak peka terhadap
lain yang rentan terhadap asam fusidat khususnya
Asam Fusidat Pseudomonas
aeruginosa.

G. Program Tindakan
1. Diet : Bubur DM

Rumus BBI: Standart Acuan BBI IMT


53

Obesitas >120% Dari BBI >30

BB (Kg) / TB (cm) – 100 x Overweight 110-120 % Dari BBI 25-30


100% Normal 80-109 % Dari BBI 20-25

Underweight <80 % Dari BBI <20

Berat Badan Ideal pasien:


55 Kg/ 155 Cm – 100 x 100 % = 100%
Berat badan pasien berdasarkan penghitungan diatas dalam batas normal.

Kebutuhan Kalori pasien:


BB> 20 Kg = 1500 Kkal + 20 Kkal/KgBB/hari
1500 + 20 x 55= 2600 Kkal/hari
Dari kebutuhan kalori diatas dibagi dalam 3x penyajian makanan, maka dalam 1x makan pasien harus mengkonsusmsi
makanan sekitar 870 Kkal

2. kebutuhan cairan:
Setiap 1 Kkal tubuh membutuhkan 1 cc air untuk membantu metabolisme, maka kebutuhan cairan pasien dalam 1 hari
dapat diperkirakan dari jumlah kebutuhan kalori pasien.
Kebutuhan kalori pasien 2600 Kkal x 1cc = 2600 Cc/hari

3. Infuse : RL 500 ml 20 tetes/menit

4. Rawat luka setiapa hari


menggunakan NaCl 0,9% dan salep obat fusicom
54

5. Obat-obatan

Non Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keteranagan
Glucotica (Metformin Hidroklorida 2x1 1 tablet Per Oral Bresamaan dengan
500 mg) makan
Glimepieid (Glimepiride 4 mg) 1x1 4 mg Per Oral Sebelum makan
Amplodipine (Amplodipien 5 mg) 3x1 5 mg Per Oral Setelah makan
Ciprofloxacin (Ciprofloxacin 500 mg) 2x1 peroral Setelah makan
Miniaspi (aspirin 80 mg) 2x1 peroral Setelah makan
Metrodinazole (metrodinasol 250 mg) 3x1 peroral Setelah makan
As. Mefenamat (As. Mefenamat 500 2x1 peroral Setelah makan
mg)
Arcapec ( 3x1 peroral Setelah makan
Attapulgite 600 mg
Pectin 5O mg
Fusicom (Fusidic Acid 20 mg) Dioleskan tipis pada luka topical Setiap rawat luka

Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keterangan
Ceftriaxone (ceftriaxone sodium 1 g) 1x1 vial IV Per 24 jam
55

H. Analisis Data

No Data Masalah Penyebab


1. DS : pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Agen injury fisik
pada kaki kanan Skala nyeri 5
DO :
 Ulkus pada kaki kanan
bagian depan.
 lutut kanan membengkak dan
berwarna merah.
2 DS : pasien mengatakan sudah Diare Efek samping
BAB 3 kali dipagi ini. medikasi
DO :
 Turgor kulit kurang elastis.
 Pasien merasa kembung.
 BAB 3 kali dipagi hari warna
kuning encer
3 Ds: pasien mengatakan minum Kekurangan volume Ketidak adekuatan
hanya minum 4-6 gelas/hari cairan intake cairan
Ds:
 Pasien diare sejak pagi warna
kuning encer
 Hb: 11,0 gr/dl
 Hct: 31,6/ Vol%
 Bibir kering
 Membrane mukosa kering
 Turgor kulit kurang elastic
4 DS : pasien mengatakan merasa Ketidak seimbangan Ketidak adekuatan
mual dan BAB sudah tiga kali nutrisi kurang dari intake makanan
pagi ini. kebutuhan tubuh
DO :
 mual
 Porsi makan yang dihabiskan
½.
 Hb L 11.0 gr/dl.
5 DS : pasien mengatakan ada luka Kerusakan integritas Kondisi gangguan
pada kaki kanan dan terasa nyeri. kulit metabolic
DO :
 Ulkus pada kaki kanan.
 Terdapat pus
 Luka great 2
 Lebar luka 3cm
56

6 DS : pasien mengatakan telinga Perubahan sensori Perubahan


kiri tidak dapat mendengar presepsi: pendengaran penerimaan sesori
apabila telinga kanan ditutup
DO :
 Membrane tympani telinga
kiri tidak terlihat.
 Terdapat kotoran berwarna
kehitaman di telinga kiri.
 Reflex cahaya telinga kiri (-)

I. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan Agen injury fisik ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan Skala nyeri 5
DO :
 Ulkus pada kaki kanan bagian depan.
 lutut kanan membengkak dan berwarna merah.
2 Diare berhubungan dengan Efek samping medikasi. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan sudah BAB 3 kali dipagi ini.
DO :
 Turgor kulit kurang elastis.
 Pasien merasa kembung.
 BAB 3 kali dipagi hari warna kuning encer
3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidak adekuatan
intake cairan. Ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan minum hanya minum 4-6 gelas/hari
Ds:
 Pasien diare warna kuning encer
 Bibir kering
 Membrane mukosa kering
 Turgor kulit kurang elastic
4 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidak adekuatan intake makanan. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan merasa mual dan BAB sudah tiga kali pagi ini.
DO :
 mual
 diare  3 kali pagi hari.
 Porsi makan yang dihabiskan ½.
 Hb L 11.0 gr/dl.

5 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Kondisi gangguan


metabolic. Ditandai dengan:
57

DS : pasien mengatakan ada luka pada kaki kanan dan terasa nyeri.
DO :
 Ulkus pada kaki kanan.
 Terdapat pus
 Luka great 2
 Lebar luka 3cm
6 Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
Perubahan penerimaan sesori. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan telinga kiri tidak dapat mendengar apabila
telinga kanan ditutup
DO :
 Membrane tympani telinga kiri tidak terlihat.
 Terdapat kotoran berwarna kehitaman di telinga kiri.
 Reflex cahaya telinga kiri (-)

Tanggal 16 januari 2012 Tanda Tangan.


58

J. Rencana Keperawatan
Nama pasien : Ny. S
Ruangan :E
Waktu : 16 januari 2012
Nama mahasiswa : Desta Windy Pamungkas

Diagnosa Keperawatan Tindakan Keperawatan


No Rasional
& Data Penunjung Tujuan & Kriteria Tindakan
1 Tgl / Jam: Tgl / Jam: Tgl / Jam: Tgl / Jam:
16 januari 2012/ 09.00 16 januari 2012/ 09.00 16 januari 2012/ 09.00 16 januari 2012/ 09.00
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakuakn pengkajian nyeri 1. Membantu dalam
Agen injury fisik ditandai dengan: keperawatan selama 2x24 yang komperhensif meliputi menentukan kefektifan
jam nyeri pasien dapat lokasi, karakteristik, awitan, terapai yang diberikan
DS : pasien mengatakan nyeri pada berkurang ditandai durasi, frekuensi, kwalitas, serta memantau
kaki kanan Skala nyeri 5 dengan: intensitas, atau perkembangan nyeri
DO : 1. Tingkat kenyamanan keparahannyeri dan faktor yang dialami oelh pasien
 Ulkus pada kaki kanan bagian (4) presipitasi.
depan. 2. Perilaku
 lutut kanan membengkak dan mengendalikan nyeri
berwarna merah. (4)
3. Nyeri: efek merusak: 2. Kendalikan faktor 2 lingkungan yang nyaman
(5) lingkungan yang dapat dan bersis memberikan rasa
4. Tingkat nyeri (5) mempengaruhi respon nyaman bagi pasien
pasien terhadap sehingga nyeri yang pasien
ketidaknyamanan. alami dapat berkurang
59

3. Berikan informasi engenai 3 memberikan penjelasan


nyeri, seperti penyebab pada pasien serta cara
nyeri, seberapa lama akan antisipasinya sehingga
berlangsung dan antisipasipasien mampu
ketidaknyamanan darimelakukannya secara
prosedur. mandiri dalam menangani
nyeri yang dialami oleh
pasien.
4. Kolaborasikan dengan tim 4 agen dalam obat tersebut
kesehatan pemberian memungkin dakan dalam
analgetic. membantu penurunan nyeri
yang dialami oleh pasien.

2 Diare berhubungan dengan Efek Setelah dilakukan 1. Evaluasi profil obat terhadap 1. melakuakn evalusai
samping medikasi. Ditandai dengan: timdakan keperawatan efek samping di saluran gastro terhadap penggunaan obat
DS : pasien mengatakan sudah BAB selam 2x24 jam intestinal yang berakibat diare dan
3 kali dipagi ini. diharapkan diare yang menggantinya dengan obat
DO : dialami pasien mampu yang membantu pasien dan
 Turgor kulit kurang elastis. gteratasi dengan criteria mengurangi diarenya.
 Pasien merasa kembung. hasil: 2 berikan Privasi dan 2 memberikan kenyamanan
 BAB 3 kali dipagi hari  Pola eliminasi (4) keamanan bagi pasien selama pada saat basien melakukan
 Diare (5) eliminasi dan defekasi defekasi.
 Kembung (5) 3 menginformasikan kepeda 3 menurunkan kegelisaahan
 Nyeri kram (5) pasien mengenai efek samping pasien.
obat yang berakibat pada diare
yang dialami
60

4 kolaborasikan dengan tim 4 penggantian obat ataupun


kesehatan mengenai diare yang pemberian diet khusus dapat
dialami pasien membantu penanganan diare

3 Kekurangan volume cairan


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan pertahankan 1 memantau status hidrasi
berhubungan dengan ketidak
keperawatan selama 2x24 keakuratan catatan asupan pasien yang komperhensif
adekuatan intake cairan. Ditandai jam diharapakan dan haluaran
dengan: kebutuhan caiaran pasien 2. Tingkatkan asupan oral 2 mempertahankan hidrasi
Ds: pasien mengatakan minum hanya dapat terpenuhi. Yang yang ade kuat sesuai dengan
minum 4-6 gelas/hari ditandai dengan: kebutuhan pasien
Ds: 1. Hidrasi adekuat 3. Berikan penyuluhan kepada 3 meningkatkan pemahaman
 Pasien diare 2600 ml/hari pasien mengenai kebutuhan asien akan status cairan
 Bibir kering 2. Frekuensi nadi dan cairan yang dibutuhkan yang diperlukan
 Membrane mukosa kering irama nadi (4) 4. Berikan terapi IV sesuai RL Membantu meningkatkan
 Turgor kulit kurang elastic 3. Kewaspadaan 500 ml kebutuhan cairan pasien.
mental dan
orientasi kognitif
(5)
4 Ketidak seimbangan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pasien mengenai 1 membantu menentukan
dari kebutuhan tubuh berhubungan keperawatan selama 2x24 makanan kesukaan, mkanan diet yang tepat bagi pasien.
dengan mual dan muntah. Ditandai jam diharapkan status pantangan serta alergi yang
dengan: nutrisi pasien dapat dialami selama diet
dilakukan.
61

DS : pasien mengatakan merasa mual terpenuhi dengan kriteria 2. Ciptakan lingkungan yang 2 Lingkingan yang nyaman
dan BAB sudah tiga kali pagi ini. hasil: menyenangkan untuk dan terbebas dari bau
DO : 1. Mempertahankan makan. atau pun barang-barang
 mual dan berat badan 55 kg yang tidak mendukung
 diare  3 kali pagi hari. pada tanggal 18 selama proses makan
 Porsi makan yang dihabiskan ½. januari 2012 dapat meningkatkan
 Hb L 11.0 gr/dl. 2. Tolerasnsi terhadap kenyamanan dalam
diet yang dilakukan makan.
3. Berikan informasi yang 3 Memberikan pemahaman
tepat tentang kebutuhan pada pasien mengenai
nutrisi dan bagaimana diet yang tepat bagi
memenuhinya. penyakit yang diderita.
4. Kolaborasikan dengan ahli 4 Membantu memenuhi
gizi mengenai alergi, kebutuhan nutrisi sesuai
ataupun makanan dengan keinginan pasien.
pantangan yang ada.
62

L. Catatan Perkembangan
Nama pasien : Ny S
Ruangan : E/2
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

No DK / MK Tgl/jam Perkembangan (SOAPIE) Tanda


Tangan.
1. Nyeri akut berhubungan dengan 16/1/12 I
Agen injury fisik ditandai 08.30 Mengobservasi nyeri yang dialami pasien
dengan: Nyeri kaki kanan skala nyeri 5.
DS : pasien mengatakan nyeri 09.00 Mengengukur vital sign
S: 36° C
pada kaki kanan Skala nyeri 5
N: 81x/menit
DO : RR: 22x/menit
 Ulkus pada kaki kanan 09.30 Memberikan obat as. Mefenamat 1 tablet
bagian depan. 10.00 Memberikan informasi mengenai nyeri
 lutut kanan membengkak dan yang dialami
berwarna merah. E
Ds:
- pasien mengatakan nyeri dikaki kiri
skala nyeri 5
Do:
- pasien Nampak menahan nyari
- muka menyeringai
Vital sign:
S: 36° C
N: 81x/menit
RR: 22x/menit

2 Diare berhubungan dengan Efek 16/1/ 12 I


samping medikasi. Ditandai
dengan: 08.30 Mengkaji diare yang dialami pasien
DS : pasien mengatakan sudah DS: pasien mengatakan Diare sudah 3 kali
pagi ini
BAB 3 kali dipagi ini.
E
DO : Ds: pasien mengatakan Diare sudah 3 kali
 Turgor kulit kurang elastis. pagi ini
 Pasien merasa kembung. Do:
 BAB 3 kali dipagi hari BAB encer, kuning
3 Kekurangan volume cairan 16/1/12 I
berhubungan dengan ketidak 08.30 Mengobservasi infuse pasien
adekuatan intake cairan. Infuse lancar.
Ditandai dengan: 09.30 Memberikan penjelasan mengenai
kebutuhan cairan yang dibutuhkan pasien
Ds: pasien mengatakan minum
63

hanya minum 4-6 gelas/hari 13.30 Mengukur balance cairan


Ds: CM: 400
 Pasien diare CK: 350
BC + 50
 Bibir kering
E:
 Membrane mukosa kering Ds:
 Turgor kulit kurang elastic Pasien mengatakan jarang minum
Do:
CM: 400
CK: 350
BC + 50

4 Ketidak seimbangan nutrisi 16/1/12


kurang dari kebutuhan tubuh 08.30 Menghidangkan makan untuk pasien bubur
berhubungan dengan mual dan DM
muntah. Ditandai dengan: Memberikan obat Glucotica 1 tablet
DS : pasien mengatakan merasa Glimepiride 1 tablet
mual dan BAB sudah tiga kali 09.00 Mengobservasi makanan pasien
pagi ini. Pasien habis ½ porsi
DO : 09.30 Memotivasi menghabiskan makana
 mual dan Pasien mengatakan masih mual kalo makan
 diare  3 kali pagi hari. E:
 Porsi makan yang dihabiskan Ds: pasien mengatakan kalo makan banyak
½. masih mual
Ds:
 Hb L 11.0 gr/dl.
Porsi makanan yang habis ½ porsi
5 Nyeri akut berhubungan dengan 17/1/12 S:
Agen injury fisik ditandai - pasien mengatakan nyeri dikaki kiri
dengan: skala nyeri 5
DS : pasien mengatakan nyeri O:
- pasien Nampak menahan nyari
pada kaki kanan Skala nyeri 5
- muka menyeringai
DO : Vital sign:
 Ulkus pada kaki kanan S: 36° C
bagian depan. N: 81x/menit
 lutut kanan membengkak dan RR: 22x/menit
berwarna merah. A: nyeri pasien belum teratasi.
P: lanjutkan intervensi 1-3
I
14.00 Mengobservasi nyeri pasien:
Pasien mengatakan masih nyeri skala nyeri
4
15.30 Mengukur vital sign
64

Suhu: 36,2°C
16.00 Nadi/: 82 x/menit
Nafas: 20x/menit
Memberikan lingkungan yang nyaman pada
pasien membuka gorden
Memberikan obat As. Mefenamat
Mengukur vital sign
Suhu: 36° C
Nadi: 80 x/menit
Nafas: 20 x /menit
TD: 120/80 mmHg
E
Ds: Pasien mengatakan masih nyeri skala
nyeri 4
Do:
Pasien nampak menyeringai saat kaki
digerakkan.
Suhu: 36° C
Nadi: 80 x/menit
Nafas: 20 x /menit
TD: 120/80 mmHg
6 Diare berhubungan dengan Efek 17/01/12 S: pasien mengatakan Diare sudah 3 kali
samping medikasi. Ditandai kemarin pagi
dengan: O: BAB encer, kuning
DS : pasien mengatakan sudah A: diare belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1-4
BAB 3 kali dipagi ini.
I
DO : 14.00 Mengkaji keluhan diare yang dialami pasien
 Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan diare sejak pagi tadi
 Pasien merasa kembung. sudah 3 kali
 BAB 3 kali dipagi hari 14.30 Mengkolaborasikan dengan dokter
pemberian obat
Diberikan obat arcapec 3x1
16.00 Memberikan obat arcapaec 1 tablet
18.00 Mengobservasi keaadaan pasien pasien
nampak tenang, ku sedang.
Pasien mengatakan sejak tadi diberi obat
parut tidak kembung.
E:
Ds: pasien mengatakan sejak tasi diberi obat
perut tidak kembung
Do:
Pasien tanang KU sedang.
7 Kekurangan volume cairan 17/01/12 S: Pasien mengatakan jarang minum
berhubungan dengan ketidak O:
adekuatan intake cairan. CM: 400
Ditandai dengan: CK: 350
BC + 50
Ds: pasien mengatakan minum
A: kebutuhan cairan pasien belum terpenuhi
hanya minum 4-6 gelas/hari P: lanjutkan intervensi 1-4
Ds:
65

 Pasien diare I:
 Bibir kering 14.00 Mengobservasi kondisi pasien
Infuse habis
 Membrane mukosa kering
14.05 Mengganti infuse pasien RL 500
 Turgor kulit kurang elastic 14.15 Memotivasi pasein untuk minum minimal
dalam sore ini 5 gelas
18.00 Mengobeservasi kondisi pasien
Turgor elastic
20.00 Menghitung balance cairan
CM: 800
CK: 600
BC: +200
E
Ds: pasien mengatakan kalo minum banyak
males bolak balik ke belakang
Do:
Balance cairan pasien
CM: 800
CK: 600
BC: +200
8 Ketidak seimbangan nutrisi 17/01/12 S: pasien mengatakan kalo makan banyak
kurang dari kebutuhan tubuh masih mual
berhubungan dengan mual dan O: Porsi makanan yang habis ½ porsi
muntah. Ditandai dengan: A: kebutuhan nutrisi pasien belum terpenuhi
P: lanjutkan intervensi 1-4
DS : pasien mengatakan merasa
I
mual dan BAB sudah tiga kali 08.00 Menghidangkan makanan pasien
pagi ini. Memberikan obat Glucotica 1 tablet
DO :
 mual dan 09.30 Mengobeservasi makanan pasien
 diare  3 kali pagi hari. Pasien habis ¾ porsi
 Porsi makan yang dihabiskan 10.00 Memotivasi pasien pentingnya makanan
½. pasien untuk proses penyembuhan luka
E
 Hb L 11.0 gr/dl. Ds: pasien mengatakan saya sudah kenyang
sekali
Do:
Makanan pasien habis ¾ porsi
9 Nyeri akut berhubungan dengan 18/01/12 S: Pasien mengatakan masih nyeri skala
Agen injury fisik ditandai nyeri 4
dengan: O:
DS : pasien mengatakan nyeri Pasien nampak menyeringai saat kaki
digerakkan.
pada kaki kanan Skala nyeri 5
Suhu: 36° C
DO : Nadi: 80 x/menit
 Ulkus pada kaki kanan Nafas: 20 x /menit
bagian depan. TD: 120/80 mmHg
 lutut kanan membengkak dan A: Nyeri pasien belum mereda
berwarna merah. P: lanjutkan intervensi 1-3
I:
66

07.00 Mengobservasi keadaan pasien


Pasien mengatakan nyeri masih sedikit
07.30 Memberikaan lingkungan yang nyaman dan
tenang.
08.00 Mengukur vital sign
S: 36°C
N: 82x/menit
RR:22x?menit
08.15 Memberikan obat As. Mefenamat
10.00 E:
Ds pasien mengatakan nyeri dudah tidak
terasa lagi.
Do:
Pasien tampak tenang
Vital sign
S: 36°C
N: 82x/menit
RR:22x?menit
S: pasien mengatakan nyeri dudah tidak
terasa lagi.
O:
Pasien tampak tenang
Vital sign
S: 36°C
N: 82x/menit
RR:22x?menit
A: masalah teratasi sebagian
P: lajutkan intervensi 1-3
I
21.00 Memebrikan lingkungan yang tenang dan
nyaman.
24.00 Mengobservasi keadaan pasien
KU sedang infuse lancar pasien tertidur
05.00 Mengutur vital sign
S: 36°C
N: 80x/menit
RR: 22x/menit
TD: 120/90
06.30 Mengobservasi nyeri yang dialami pasien
pasien mengatakan nyeri masih kadang-
kadang
E
Ds: pasien mengatakan nyeri masih kadang-
kadang
Do: pasien tampak tenang
S: 36°C
N: 80x/menit
RR: 22x/menit
TD: 120/90
67

10 Diare berhubungan dengan Efek 18/01/12 S: pasien mengatakan sejak tasi diberi obat
samping medikasi. Ditandai perut tidak kembung
dengan: O: Pasien tanang KU sedang.
DS : pasien mengatakan sudah A: masalah teratasi sebagaian
P: lanjutkan intervensi 1-3
BAB 3 kali dipagi ini.
I
DO : 07.00 Mengobservasi keadaan pasien
 Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan pagi ini sudah BAB 1
 Pasien merasa kembung. kali.
 BAB 3 kali dipagi hari 08.00 Memberikan obat arcapec 1 tablet
Mengobservasi kondisi pasien
08.05 Pasien mengatakan perut saya agak
kembung menyarankan menggunakan
minya gosok ata minyak kayu putih sebagai
antisipasi.
10.00 E
Ds:
Pasien mengatakan perut saya agak
kembung
Do:
Pasien berbaring di tempat tidur, pasien
tampak gelisahingin ke belakang.
S:
Pasien mengatakan perut saya agak
kembung
O:
Pasien berbaring di tempat tidur, pasien
tampak gelisahingin ke belakang.
A: masalah teratasi sebagia
P: lanjutkan intervensi 1-3
I
06.30 Mengobservasi BAB pasien
Pasien mengatakan Belum BAB
E:
Ds: pasien mengatakan belum BAB
Do:
Pasien tertidur, tidak terjadi bangun
dimalam hari untuk BAB
11 Kekurangan volume cairan 18/01/12 S: pasien mengatakan kalo minum banyak
berhubungan dengan ketidak males bolak balik ke belakang
adekuatan intake cairan. O:
Ditandai dengan: Balance cairan pasien
CM: 800
Ds: pasien mengatakan minum
CK: 600
hanya minum 4-6 gelas/hari BC: +200
Ds: A: masalah teratasi sebagai
 Pasien diare P lanjutkan intervensi 1-4
 Bibir kering I
 Membrane mukosa kering 07.00 Mengobeservasi keadaan pasien infuse
 Turgor kulit kurang elastic lancar
68

07.10 Mengganti infuse pasien RL 500 cc


08.00 Memotivasi minum pasien minimal pagi
hari 5 gelas
Saya sudah minum 2 gelas pagi ini
10.00 E:
Ds:
Pasien mengatakan, saya sudah minum 2
gelas pagi ini
Do:
Ganti infuse baru RL 500 cc
S: Pasien mengatakan, saya sudah minum 2
gelas pagi ini
O: Ganti infuse baru RL 500 cc
A: maslaha teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-3
I
21.00 Mengobservasi infuse pasien infuse lancar
06.30 Menghitung balance cairan 24 jam
CM: 2200
CK: 1800
BC: + 600
E:
Ds: Pasien mengatakan pagi ini saya belum
minum
Do:
Balance cairan pasien
CM: 2200
CK: 1800
BC: + 600
12 Ketidak seimbangan nutrisi 18/01/12 S: pasien mengatakan saya sudah kenyang
kurang dari kebutuhan tubuh sekali
berhubungan dengan mual dan O: Makanan pasien habis ¾ porsi
muntah. Ditandai dengan: A: masalah teratasi sebagaian
P: lanjutkan intervensi
DS : pasien mengatakan merasa
I
mual dan BAB sudah tiga kali 07.30 Memotivasi pasien menghabisakan
pagi ini. makanan 1 porsi makan yang disiapkan
DO : Memberikan obat Glucotica 1 tablet
 mual dan Glimepiride 1 tablet
 diare  3 kali pagi hari. 08.00
 Porsi makan yang dihabiskan 09.30 Menyajikan makanan Bubur DM
½. Mengkaji makanan pasien.
Pasien habis 1 porsi.
 Hb L 11.0 gr/dl.
Ds: pasien mengatakan mampu
menghabiskan makanannye
Do:
Pasien habis 1 porsi
S: pasien mengatakan mampu
menghabiskan makanannye
O:
69

Pasien habis 1 porsi


A: masalah teratasi
P: dukung peningkatak kesejahteraaan
pasien

BAB III
70

PEMBAHASAN

A. Teori medis

Teori medis mengemukakan bahwa terjadinya diabetes militus ini


dikarenakan factor keturunan pasien memiliki keluarga yang memiliki sakit
diabetes militus ini, maka perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit ini
pada keluarga ataupun pada pasien sehingga penanganan yang diberikan pun
tepat.

Penanganan yang diberikan pada pasien ini karena pasien mengalami luka
pada kaki sehingga pasien dilakuakn perawatan luka dengan menggunakan
NaCl 0,9% serta obat fusycom untuk mengurangi luka akibat bakteri. Luka
dibersihkan tiap hari, akan tetapi pendokumentasian luka yang disarankan
teori menggunakan pendokumentasian menggunakan foto tidak dapat
dilakuakn karena terbatasnya sarana yang digunakan.

Penanganan mengenai luka yang dialami pasien menimbulkan


efeksamping dari pemberian obat sehingg menyebabkan pasien diare. Oeleh
karena itu pengobatan yang dilakuakan sempat diganti dan diberikan terapi
lanjut akaibat pengobatan yang diberikan menyebabkan gangguan pada
pasien.

B. Keperawatan

1. Pengkajian

Tpengkajian yang cermat dan tepat perlu dilakuakn pada pasien dengan
diabetes militus ini, penentuan gread luka pun perlu diperhatikan guna
penanganan berikutnya, oleh karena itu ketelitian pamahaman akan
konsep media yang ada perlu dilakuakn untu membantu pengambilan
diagnose pada pasien dengan gangguan ini.
75
2. Diagnose keperawatan
71

Pengambilan diagnose keperawatan sesuai dengan masalah yang dialami


pasien perubahan yang terjadi pada pasien dikaji secar komperhensif agar
masalah tidak terlewatkan. Demikian pemerioritasannya:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik ditandai dengan:

Ds: pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan nyeri skala 5

Do:

1) Terdapat ulkus pada kaki kanan bagian depan

2) Lutut kanan membengkak dan berwarna merah

Nyeri diambil sebagai perioritas pertama karena bila tidak segera


diatasi akan menyebabkan skala nyeri terus meningkat dan kondisi
pasien akan berakibat buruk dan bisa berakibat syok (Barbara
Engram, 1996). Penanganan nyeri harus segera ditangani maka
penulis dalam pemerioritasan, memprioritaskannya sebagai diagnose
pertama dan tujuan criteria hasilpun pun penulis mencantumkan
2x24 jam diharapkan nyeri yang diamami pasien menurun.

b. Diare berhubungan dengan efeksamping medikasi ditandai dengan

Ds: pasien mengatakan sudah BAB 3 kali sejak pagi tadi.

Do:

1) Turgor kulit kurang elastic

2) Pasien merasa kembung

3) BAB 3 kali dipagi hari, konsistensi encer warna kuning.

Pengambilan diagnose ini sebagai masalah keperawatan dikarenakan


pasien mengalami gangguan ini dan masalah ini termasuk dalam
masalah keperawatan di NANDA, masalah keperawatan ini diangkat
agar pasien tidak mengalami gangguan lain seperti dehidrasi akibat
72

diare yang berlebih. Dugaan pasien mengalami gangguan ini


dikarenakan obat yang dikonsumsi pasien yang memiliki efek
samping diare sperti: As. Mefenamat, dan Ciprofloxacim. Maka
dilakukan kolaborasi dengan tim kesehatan mengenai gangguan
yang dialami pasien, pasien medapatkan pengobatan tambahan
Arcapec.

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan Ketidak adekuatan


intake cairan ditandai dengan:

Ds: pasien mengatakan minum hanya 4-6 gelas/hari

Do:

1) pasien mengalami diare sejak pagi tadi sebanyak 3 kali


konsistensi encer warna kuning

2) Bibir kering

3) Membrane mukosa kering

4) Turgor kulit tidak elastic

Masalah keperawatan ini diangkat sebagai masalah keperawatan ke 3


dikarenakan apabila pasien mengalami kekurangan cairan maka
menyebabkan metabolisme dalam tubuh pasien akan ikut menurun
dan terjadi gangguan syok hipovolemik dan berakibat pada
penurunan kesadaran pasien.
73

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Ketidak adekuatan intake makanan ditandai
dengan:

Ds: paisen mengatakn merasa mual-mual dan sudah BAB sudah tiga
kali.

Do:

1) Pasien mengalami mual-mual

2) Diare kurang lenih sudah tiga kali di pagi hari

3) Porsi makan hanya habis ½ porsi

4) Hb: 11.0 gr/dl

Perioritas ini diambil karena pasien telah mengalami penurunan Hb


walaupun tidak begitu banyak akan tetapi penurunan Hb dapat
digunakan sebagai indikator bahwa nutrisi pasien mengalami
gangguan. Apabila masalah ini terus berlajut maka pasien dapat
terjadi gangguan pemenuhan nutrisi yang menyebabkan metabolisme
dalam tubyh pasien tidak dapat dilakukan.

3. Nursing Care Plan/NCP


Planning yang dilakuakn pada pasien diambil dari NOC dan NIC
yang dapat terlihat pencapaian serta penanganan yang tepat. Panduan ke2
buku tersebut membantu perawat dalam melakuakn intervensi
keperawatan dan mudah pencapaian yang digunakan. Dan jelas dalam
batasan intervensi yang memuat ONEC dari buku tersebut maka dapat
dilihat jelas batasan-batasanna.
4. Evaluasi
Evaluasi proses keperawatan digunakan teksik SOAPIE yang dapat
melihat jelas perkembangan pasien dari hari ke hari. Metode ini cukup
74

efektif dalam hal pengevaluasian intervensi yang dietrapakan pada


pasien.
Factor pendukung yaitu kerjasama yang baikantara penulis, pasien,
dokter dan perawat ruangan serta tersedianya alat-alat medis dan obat-
obatan untuk pasien. Penulis tidak menemukan hambatan yang berarti
dalam melakukan evaluasi keperawatan.
75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemahaman akan landasan teori yang matang membuat praktik
lapangan yang dilakukan dan pengelolaan kasus yang ada dapat berjalan
dengan baik sebagai penegakan diagnose yang diterapkan pada pasien. Pada
pasien dengan diabetes militus perlu pengkajian yang terus dikembangakan
agar mengetahui permasalah yang seberanya terjadi pada pasien. Penegakan
diagnose keperawatan antara landasan teori dan pengelolaan kasus sama,
karena keluhan pasien yang sama. Pengkajian yang komperhensif perlu
dilakukan agar tidak salah dalam pengambilan diagnose serta untuk
membantu masalah pasien dalam menigkatkan derajad kesehatannya.

B. Saran
Berdasarkan hasil prektik klinik laboratorium keperawatan, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien:

1. Bagi pasien
Pengontrolan terhadap pola makan akan membantu pasien untuk
mengontrol gula dalam darah pasien, peran serta keluarga dalam
pengawasannya juga dapat membantu pasien dalam pengaturan diet yang
dilakukan. Selain itu juga pasie n perlu mengontrol pasien dalam
melakukan aktifitas karena apabila pasien mengalami cidera
penyembuhan luka nya relative lama dan bias berakibat buruk pada
pasien sehingga sangat diperlukan kehari-hatian dalam melakuakan
aktivitas gara tidak terjadi cidera.
80
76

2. Bagi perawat
Penanganan yang tepat pada pasien dengan diabetes militus ini perlu
dilakuakan, upayakan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal apabila perlu lakukan pendokumentasian foto luka pasien guna
mengevaluasi proses perawatan.
3. Bagi mahasiswa
Pembelajaran yang mendalam mengenai konsep medis perlu dilakuakn
karena efek dari penyakit ini yang begitu banyak, sehingga perlu
dilakuakn pemahaman yang matang agar ketika mendampingi pasien
tidak terjadi miss.

Anda mungkin juga menyukai