BAB I
LANDASAN TEORI
DIABETUS MILITUS
A. Medis
1. Pengertian
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah
glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.
(Brunner and Sudarth, 2002).
Diabetes Mellitus adalah suatu sindroma gangguan metabolisme
dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu
defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin
atau keduanya.
(Francis & John, 2002)
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi, meningkat setelah
makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.Kadar gula darah yang
normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70 - 110
mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120 - 140 mg/dL
pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya.
(kapita selekta kedokteran, jilid 1. 2005)
2. Anatomi Fisiologi
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira –
kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata – rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung.Pankreas merupakan kelenjar endokrin
terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia.
Bagian depan (kepala) kelenjar1 pankreas terletak pada lekukan yang
dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan
2
yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang ke arah limpa
dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.Dari segi
perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin
manusia.Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak
sama, yaitu rantai A danB. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua
4
3. Klasifikasi
a. Tipe I : Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM).
Hampir 90 - 95% islet sel pankreas hancur sebelum terjadi
hiperglikemia akibat dari antibodi islet sel. Kondisi tersebut
menyebabkan insufisiensi insulin dan meningkatkan glukosa.Glukosa
menumpuk dalam serum sehingga menyebabkan hiperglikemia,
kemudian glukosa dikeluarkan melalui ginjal (glukosuria) dan terjadi
osmotik diuresis.Osmotik diuresis menyebabkan terjadinya kehilangan
cairan dan terjadi polidipsi.Penurunan insulin menyebabkan tubuh
tidak bisa menggunakan energi dari karbohidrat sehingga tubuh
menggunakan energi dari lemak dan protein sehingga mengakibatkan
ketoasidosis dan penurunan BB.Poliphagia dan kelemahan tubuh
akibat pemecahan makanan cadangan. Awitannya mendadak, biasa
sebelum usia 30 tahun.
b. Tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).
5
4. Epidemiologi
Berbagai penelitian yang telah dilakukan, tingkat kekerapan DM di
Indonesia adalah sekitar 1,2 – 2,3 % dari penduduk berusia diatas 15
tahun. Angka tersebut cenderung meningkat seiring dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Menurut laporan terakhir dari International
Diabetes Federation/ IDF WHO, jumlang pasien DM didunia telah
meningkat secara alarming, biaya pengelolaanya menjadi tiga kali lipat
dan satu dari dua orang yang menderita DM masih belum terdiagnosis
(Perkeni, 2002).
Berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, sekitar tahun
1980-an didapatkan prevalensi DM 1,5 – 2,3%. Bahkan dalam suatu
penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi sebesar 6,1%.
Ternyata prevalensi didaerah rural masih rendah. Di Tasikmalaya
prevalensi DM 1,2%, di Toraja prevalensi 0,8%. Hasil penelitian
epidemiologis di Jakarta (daerah urban) membuktikan peningkatan
prevalensi DM dari 1,7% tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993 serta
tahun 2001 di Depok, sub urban Jakarta 12,8%. Dalam Diabetes Atlas
2000 tercantum perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar 125
juta dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6%, diperkirakan tahun 2000
pasien DM akan berjumlah 5,6 juta.
5. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
7
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.
Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,
sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
b. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor
genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat.DMTTI ditandai
dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin.Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam
pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada
membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar
glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama
dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin
yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
hiperglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga
Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu
kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
8
2) Obesitas
Dimana IMT semakin tinggi, masalah kesehatan lebih
berkembang.Dengan terjadinya obesitas/kegemukan pada tubuh
seseorang berarti factor utama penyebab timbulnya DM tipe 2
sudah terjadi dalam tubuh seseorang tersebut.Hal ini diperkirakan
80 – 90 % pasien DM tipe 2 mengalami obesitas.
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
6. Pathofisiologi
Insufisiensi Insulin
hyperglikemia Hyperlipidemia( l
emak dalam
darah)
Glikosuria
(Deuresis osmotic)
Pengeluaran
nitrogen dan
kalium dalam
urine
10
b. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >
160-180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji
dalam urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang
populer: carik celup memakai GOD.
c. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat
cepat didekarboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai
Natroprusid, 3-hidroksibutirat tidak terdeteksi
d. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah:
(Kholesterol, HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel
insula langerhans ( islet cellantibody).
Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa.
9. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi
vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah
mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi
hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien.
BB (Kg)
TB (cm) – 100
Kurus (underweight)
d. Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes).
a) Mekanisme kerja sulfanilurea.
Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra
pancreas.
Kerja OAD tingkat reseptor.
b) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai
efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat.
- Menghambat glukoneogenesis di hati.
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin.
Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah
reseptor insulin.
Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler.
2) Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
a) DM tipe I.
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan
OAD.
c) DM kehamilan.
d) DM dan gangguan faal hati yang berat.
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren).
f) DM dan TBC paru akut.
g) DM dan koma lain pada DM.
h) DM operasi.
i) DM patah tulang.
j) DM dan underweight.
k) DM dan penyakit Graves
16
10. Komplikasi
a. Hiperglikemia :
1) Insulin menurun.
2) Glukagon meningkat.
3) Pemakaian glukosa perifer terhambat.
b. Hipoglikemia :
1) KGD < 60 mg%.
2) Akibat terapi insulin.
c. Ketoasidosis Diabetik : insulin menurun, lipolisis, ketonbodi, koma.
d. Neuropati Diabetik : kesemutan, lemas, baal, mual, muntah, kembung.
e. Nefropati Diabetik : proteinuria.
f. Retinopati Diabetik : penglihatan kabur.
g. Ulkus/Gangren.
h. Kelainan Vaskuler :
1) Mikrovaskuler.
2) Makrovaskuler.
Organ/jaringan yg
Yang terjadi Komplikasi
terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek
menyumbat arteri berukuran menyebabkan
besar atau sedang di jantung, penyembuhan luka yg
otak, tungkai & penis. jelek & bisa menyebabkan
Dinding pembuluh darah kecil penyakit jantung, stroke,
mengalami kerusakan sehingga gangren kaki & tangan,
pembuluh tidak dapat impoten & infeksi.
mentransfer oksigen secara
normal & mengalami kebocoran.
Mata. Terjadi kerusakan pada pembuluh Gangguan penglihatan &
darah kecil retina. pada akhirnya bisa terjadi
kebutaan.
Ginjal. Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk.
ginjal. Gagal ginjal.
Protein bocor ke dalam air
kemih.
18
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
padaekstrimitas.
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
denganintake makanan inadekuat.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) berhubungan dengan
tingginyakadar gula darah.
g. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya.
h. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatanberhubungan dengan kurangnya informasi.
i. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk salah
satuanggota tubuh.
j. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
22
3. Perencanaan Keperawatan
Tidak mual, muntah. b. Anjurkan pasien untuk b. Kepatuhan terhadap diet dapat
Berat badan dan tinggi mematuhi diet yang telah mencegah komplikasi
badan ideal. diprogramkan. terjadinya hipoglikemia/
Pasien mematuhi hiperglikemia.
dietnya. c. Timbang berat badan setiap c. Mengetahui perkembangan
Kadar gula darah dalam seminggu sekali. berat badan pasien ( berat
batas normal. badan merupakan salah satu
Tidak ada tanda-tanda indikasi untuk menentukan
hiperglikemia/ diet ).
hipoglikemia. d. Mengetahui apakah pasien
d. Identifikasi perubahan pola telah melaksanakan program
makan. diet yang ditetapkan.
Tanda-tanda vital dalam b. Anjurkan kepada pasien dan b. Kebersihan diri yang baik
batas normal (S : 36 – keluarga untuk selalu menjaga merupakan salah satu cara
0
37,5 C). kebersihan diri selama untuk mencegah infeksi
Keadaan luka baik dan perawatan. kuman.
kadar gula darah c. Lakukan perawatan luka secara c. Untuk mencegah kontaminasi
normal. aseptik. luka dan penyebaran infeksi.
d. Anjurkan pada pasien agar d. Diet yang tepat, latihan fisik
menaati diet, latihan fisik, yang cukup dapat
pengobatan yang ditetapkan. meningkatkan daya tahan
tubuh, pengobatan yang tepat,
mempercepat penyembuhan
sehingga memperkecil
kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
e. Kolaborasi dengan dokter e. Antibiotika dapat menbunuh
untuk pemberian antibiotika kuman, pemberian insulin
dan insulin. akan menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga proses
penyembuhan.
7. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan yang a. Untuk menentukan tingkat
dengan kurangnya keperawatan selama 3x24 dialami oleh pasien. kecemasan yang dialami
pengetahuan tentang jam diharapkan ansietas pasien sehingga perawat bisa
penyakitnya. pasien hilang dengan memberikan intervensi yang
kriteria hasil : cepat dan tepat.
Pasien dapat
mengidentifikasikan b. Beri kesempatan pada pasien b. Dapat meringankan beban
sebab kecemasan. untuk mengungkapkan rasa pikiran pasien.
Emosi stabil., pasien cemasnya.
28
kurangnya informasi. dengan kriteria hasil : b. Kaji latar belakang pendidikan b. Agar perawat dapat
Pasien mengetahui pasien. memberikan penjelasan
tentang proses dengan menggunakan kata-
penyakit, diet, kata dan kalimat yang dapat
perawatan dan dimengerti pasien sesuai
pengobatannya dan tingkat pendidikan pasien.
dapat menjelaskan c. Jelaskan tentang proses c. Agar informasi dapat diterima
kembali bila ditanya. penyakit, diet, perawatan dan dengan mudah dan tepat
Pasien dapat melakukan pengobatan pada pasien sehingga tidak menimbulkan
perawatan diri sendiri dengan bahasa dan kata-kata kesalahpahaman.
berdasarkan yang mudah dimengerti.
pengetahuan yang d. Jelasakan prosedur yang kan d. Dengan penjelasdan yang ada
diperoleh. dilakukan, manfaatnya bagi dan ikut secra langsung dalam
pasien dan libatkan pasien tindakan yang dilakukan,
didalamnya. pasien akan lebih kooperatif
dan cemasnya berkurang.
e. Gunakan gambar-gambar e. Gambar-gambar dapat
dalam memberikan penjelasan membantu mengingat
( jika ada / memungkinkan). penjelasan yang telah
diberikan.
9. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan a. Kaji perasaan/persepsi pasien a. Mengetahui adanya rasa
diriberhubungan keperawatan selama 3x24 tentang perubahan gambaran negatif pasien terhadap
dengan perubahan jam diharapkan pasien diri berhubungan dengan dirinya.
bentuk salah satu dapat menerima salah satu keadaan anggota tubuhnya
anggota tubuh. perubahan bentuk yang kurang berfungsi secara
tubuhnya dengan kriteria normal.
hasil :
Pasien mau berinteraksi
30
dan beradaptasi dengan b. Lakukan pendekatan dan bina b. Memudahkan dalm menggali
lingkungan. Tanpa rasa hubungan saling percaya permasalahan pasien.
malu dan rendah diri. dengan pasien.
Pasien yakin akan c. Tunjukkan rasa empati, c. Pasien akan merasa dirinya di
kemampuan yang perhatian dan penerimaan pada hargai.
dimiliki. pasien.
d. Bantu pasien untuk d. Dapat meningkatkan
mengadakan hubungan dengan kemampuan dalam
orang lain. mengadakan hubungan dengan
orang lain dan menghilangkan
perasaan terisolasi.
e. Untuk mendapatkan dukungan
e. Beri kesempatan kepada pasien dalam proses berkabung yang
untuk mengekspresikan normal.
perasaan kehilangan. f. Untuk meningkatkan perilaku
f. Beri dorongan pasien untuk yang adiktif dari pasien.
berpartisipasi dalam perawatan
diri dan hargai pemecahan
masalah yang konstruktif dari
pasien.
10. Ganguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan a. Ciptakan lingkungan yang a. Lingkungan yang nyaman
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 nyaman dan tenang. dapat membantu
rasa nyeri pada luka di jam diharapkan kebutuhan meningkatkan tidur/ istirahat.
kaki. tidur pasien terpenuhi b. Kaji tentang kebiasaan tidur b. Mengetahui perubahan dari
dengan kriteria hasil : pasien di rumah. hal-hal yang merupakan
Pasien mudah tidur kebiasaan pasien ketika tidur
dalam waktu 30 – 40 akan mempengaruhi pola tidur
menit. pasien.
31
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
DIABETUS MILITUS
A. Identitas Pasien
1. Pasien :
a) Nama : Ny. S
b) Umur : 57 tahun
c) Jenis kelamin : Perempuan
d) Alamat : Sleman
e) Status : Kawin
f) Suku : Jawa
g) Agama : Kristen
h) Pendidikan : S1
i) Pekerjaan : PNS
j) Tgl. masuk RS : 13 Januari 2012
k) No. RM : 00957xxx
l) Ruang :E/2
m) Diagnosis kerja/medis : 13/01/2012 1.Diabetes Melitus
13/01/2012 2.Ulkus Dekubitus
X X X X
34
X X
5
8
t
h
keterangan gambar:
X : Perempuan meninggal : perempuan
: menderita penyakit
hipertensi dan Gula darah
35
b. Selama sakit :
1) Jenis makanan : diit Bubur DM 870Kkal
2) Frekuensi makan : 3x sehari
3) Porsi makan yang dihabiskan : ½ dari porsi yang diberikan
4) Banyaknya minum dalam sehari :4 – 6 gelas cc (800-1200cc)
5) Jenis minuman : air putih
6) Minuman Pantanga : pasien tidak bisa
mengkonsumsi minuman yang mengandung jahe, dikarenakan
apabila mengkonsumsi minuman tersebut parut pasien terasa penuh
dan kembung.
7) Keluhan
mual, dan diare 3 kali pagi hari. Saat dikaji
8) Alat bantu untuk memasukan zat makanan : terpasang infus di
tangan kanan RL 20tpm.
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
1) Buang air besar (BAB)
Frekuensi : 2x sehari.
Waktu : tidak menentu.
Warna : coklat.
Konsistensi : keras.
Posisi waktu BAB : duduk.
2) Buang air kecil (BAK)
36
b. Selama sakit
1) Buang air besar (BAB)
Frekuensi : 3-5x sehari.
Waktu : tidak menentu.
Warna : kekuningan.
Konsistensi : lembek.
Keluhan : diare
Diare : selama pagi ini pasien telah BAB 3x.
Upaya : diberikan obat diare.
2) Buang air kecil (BAK)
Frekuensi : 7-9x sehari.
Jumlah : 1400-1800cc.
Warna : seperti teh
Bau : khas urine.
Aktivitas 0 1 2 3 4
37
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Pindah √
Ambulasi √
Naik tangga √
Masak √
Belanja √
Merapikan rumah √
Ket. 0 = mandiri
1 = dibantu sebagian
2 = perlu bantuan orang lain
3 = perlu bantuan orang lain dan alat
4 = tergantung total
2) Kebutuhan tidur
Tidur siang : kadang – kadang.
Tidur malam : 5-7 jam.
Mengutamakan tidur pada malam hari.
Pasien tidur bersama suami.
Kebiasaan pasien sebelum tidur, dengan menonton tv
Tidak ada keluhan untuk kebutuhan tidur.
b. Selama sakit
1) Keadaan aktifitas
Ambulasi/ROM √
Ket. 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain
3 = dibantu orang lain dan alat
4 = tergantung total
2) Kebutuhan Tidur
Tidur siang : - sehari.
Tidur malam : 2x sehari.
7. Pola Kognitif-Persepsi/Sensori
a. Identitas diri: “Saya sebagai Ibu rumah tangga harus menguruh Bapak
dirumah juga sedang sakit, habis kecelakaan, rusuknya ada yang
retak”
b. Ideal diri: “Saya ingin pulang menjadi istri yang baik mengurus
suami yang sakit”
c. Harga diri: saat ditanya tidak ada yang menemai pasien hanya
tersenyum.
d. Gambaran diri: Pasien selalu menutupi luka pada kakinya
e. Peran diri: “Selama sakit saya tidak ngajar lagi”
9. Pola Koping
a.Pengambilan keputusan : dibantu orang lain, siapa: Suami
b. Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah: Cari pertolongan
b. Selama sakit
1) Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah
Sakit: tidak ada
2) Membutuhkan bantuan (sebutkan) : tidak
3) Membutuhkan kunjungan rohaniawan : tidak
D. Pengkajian Fisik
1. Tinggi Badan: 155 cm
2. Berat Badan: 55 kg
3. Pengukuran Vital Sign :
a. Tekanan darah : 120/90 mmHg, diukur di bradialis lengan kiri,
posisi pasien supinasi
b. Nadi: 85x/menit, diukur di arteri radialis sinistra.
c. Suhu: 36,60C, diukur di axila dextra.
d. Respirasi: 20/menit.
4. Tingkat Kesadaran
Kuantitatif : G : 4 C : 5 S : 6
Kualitatif : compos mentis.
5. Keadaan Umum:
Pasien tampak sakit : ringan.
Alasan : pasien beraktifitas tanpa dibantu, komunikasi lancar.
42
6. Pemeriksaan Fisik:
a. Kepala
Wajah simetris, tidak ada massa dan luka di kepala, rambut tidak
rontok, kulit kepala bersih.
b. Mata
c. Sclera putih, konjungtiva tidak anemis,pupil isokor.
d. Telinga
Tidak ada massa pada kedua telinga, telinga kiri terdapat kotoran
berwarna kehitaman, tidak ada nyeri pada tulang mastoid, membran
timpani tidak terlihat pada telinga kiri. Pasien mengatakan telinga
kiri tidak dapat mendengar apabila telinga kanan ditutup. Raflek
cahaya telinga kanan (+) telinga kiri (-)
e. Hidung
Posisi septum ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat nyeri
pada sinus-sinus pasien.
f. Mulut dan tenggorokan
Palatum utuh, nafas tidak berbau. Tonsil: T1, uvula terletak ditengah,
membrane mukosa kering, bibir kering.
g. Leher
Leher simetris, tidak terjadi pembesaran tiroit dan tidak terjadi
pembesaran kelenjar getah bening. Tidak ada pembesaran vena
jugularis.
h. Tengkuk: Kaku kuduk (-)
i. Dada :
1) Inspeksi
Dada simetris, bentuk dada flat retraksi dada maksimal tidak
terjadi ketertinggalan gerak pada jenis pernafasan dada,
perbandingan dada anterio-posterior : transversal 2:1.
2) Palpasi
Pergerakan dada simetris, getaran suara fremitus seimbang,
tidak terdapat rasa sakit sekitar dada, tidak terdapat nyeri saat
penekanan, tidak terdapat masa, pernafasan lambat dan dalam
jenis pernafasan dada.
3) Perkusi
43
j. Payudara
Payudara Simetri payudara kiri kanan, tidak terdapat kelainan pada
putting susu warna coklat tidak terapa masa.
k. Punggung: tidak terjadi kelainan bentuk punggung, tidak terdapat
bunyi tambahan pada paru-paru
l. Abdomen
1) Inspeksi
Warna kulit putih, tidak terdapat luka, umbilikus bersih, perut
flat. Perut simetris
2) Auskultasi
Peristaltik usus 12x/menit. Tidak terdengar bunyi tambahan
pada arteri abdominalis.
3) Perkusi
Timpany diseluruh region perut.
4) Palpasi
Tidak terdapat masa di abdomen, ginjal hati dan kandung kemih
tidak teraba.Anus dan Rektum: Tak terkaji.
m. Anus dan rectum: tidak terjadi pembesaran pembuluh darah vena.
n. Ekstermitas
1) Atas
Kekuatan otot dextra 5, sinistra 5.Tidak ada edema, tidak terjadi
varises.
2) Bawah
Kekuatan otot dextra 5, sinistra 5.
Terdapat ulkus di kaki kanan., great 2, luka terdapat pus, terjadi
abses, luka lebar luka 3 cm. nyeri didaerah lutut sebelah kanan,
sakit bertambah kerika berjalan, lutut mengalami pembengkakan,
lutut berwarna merah
44
E. Rencana Pulang
F. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium :
13 januari 2012
0.5 – 0.9
13 januari 2012
Glukosa sesaat 222 mg/dl
14 januari 2012
Glukosa puasa 127,2 mg/dl
15 januari 2012
Glukosa 2 jam pp 114 mg/dl
Glukosa sesaat 134,9 mg/dl
46
G. Program pengobatan
Implikasi
No Nama obat Indikasi Kontraindikasi Efek samping
kep.
1 Glucotica Baru didiagnosis DM Koma diabetikum & Ggn GI sementara. Dosis 2x1
onset dewasa yang ketoasidosis. Kerusakan Mg/hari.
mengalami kelebihan BB funsi ginjal yang parah. Diberikan
atau dg BB normal& diet Penyakit kronis, gagal secara oral.
tidak dpt mengatasinya.; jantung, infark miokard,
Terapi tunggal jika terapi alkoholisme, penyakit
primer&sekunder dengan akut/kronik yg
sulfonilurea mengalami berhubungan dengan
kegagalan; Terapi hipoksia jaringan.
kombinasi dengan Penyakit yang berkaitan
sulfonilurea; Terapi dengan asidosis laktat
tambahan pada IDDM seperti syok, insufisiensi
untuk mengurangi dosis paru.
insulin; Pada penderita
diabetes non ketotik yang
lebih mudah dengan
ketergantungan pada
insulin.
2 Glimepiride Diabetes Melitus Tipe II Hipersensitif terhadap Efek samping utama yang Dosis 1x1
yang tidak dapat glimepirid atau harus diwaspadai adalah 2mg/hari.
dikendalikan hanya senyawa OHO hipoglikemia. Gambaran klinis Diberikan
dengan diet dan olahraga. golongan sulfonilurea hipoglikemik yang parah secara oral.
lainnya menyerupai stroke. Disamping
47
3 Amlodipine Amlodipine digunakan Amlodipine tidak boleh Secara umum amlodipine Dosis 1x1
untuk pengobatan diberikan pada pasien dapat ditoleransi dengan baik, 5 mg/hari.
hipertensi, angina stabil yang hipersensitif dengan derajat efek samping Diberikan
kronik, angina vasospastik terhadap amlodipine dan yang timbul bervariasi dari secara oral.
(angina prinzmetal atau golongan dihidropiridin ringan sampai sedang. Efek
variant angina). lainnya. samping yang sering timbul
Amlodipine dapat dalam uji klinik antara lain :
diberikan sebagai terapi edema, sakit kepala.
tunggal ataupun Secara umum : fatigue, nyeri,
dikombinasikan dengan peningkatan atau penurunan
obat antihipertensi dan berat badan.Pada keadaan
antiangina lain. hamil dan menyusui : belum
ada penelitian pemakaian
amlodipine pada wanita hamil,
sehingga penggunaannya
selama kehamilan hanya bila
keuntungannya lebih besar
dibandingkan risikonya pada
ibu dan janin. Belum diketahui
apakah amlodipine
diekskresikan ke dalam air
susu ibu. Karena keamanan
amlodipine pada bayi baru
lahir belum jelas benar, maka
sebaiknya amlodipine tidak
diberikan pada ibu menyusui.
49
4 Ciprofloxacin Infeksi saluran kemih Penderita yang Gangguan saluran cerna : Dosis 2x1.
termasuk prostatitis. hipersensitif terhadap Mual,muntah,diare dan Diberikan
Uretritis dan servisitis Ciprofloxacin atau sakit perut. secara oral.
gonorrhea. antibiotika derivat Gangguan susunan saraf
Infeksi saluran cerna, quinolone lainnya. pusat : Sakit
termasuk demam tifoid Wanita hamil dan kepala,pusing,gelisah,
yang disebabkan oleh menyusui. insomnia dan euphoria.
S. thypi. Anak-anak dibawah Reaksi hipersensitivitas :
Infeksi saluran nafas, usia 18 tahun. Pruritus dan urtikaria.
kecuali pneumonia Peningkatan sementara
akibat Streptococcus. nilai enzim hati,terutama
Infeksi kulit dan pada pasien yang pernah
jaringan lunak. mengalami kerusakan hati.
Infeksi tulang dan Bila terjadi efek samping
sendi. konsultasi ke Dokter.
5 Miniaspi Mencegah agregasi Hipersensitivitas, Iritasi pencernaan, mual, Dosis 2x1.
plaletet pada infark termasuk asma. muntah, perdarahan Diberikan
miokard dan angina tdak Tukak peptik, varisela pencernaan, tukak peptik, secara oral.
stabil.Mencegah serangan dan gejala influenza. serangan dispneu, reaksi kulit,
iskemik otak sepintas. Perdarahan sub kutan, trombositopenia.
terapi antikoagulan.
Hemofilia dan
trombositopenia.
Anak-anak usia kurang
dari 12 tahun.
50
6 Ceftriaxone Infeksi–infeksi yang Hipersensitif terhadap Gangguan GI, reaksi kulit, Diberikan
disebabkan oleh 50erioper cephalosporin dan hematologi, sakit kepala, secara IV
yang 50eriopera terhadap penicillin (sebagai reaksi pusing, reaksi anafilaktik, Dosis 1x1
Ceftriaxone, seperti: alergi silang). nyeri di tempat suntik (IM), gr/hari
infeksi saluran nafas, flebitis (IV). Reversibel.
infeksi THT, infeksi
saluran kemih, sepsis,
meningitis, infeksi tulang,
sendi dan jaringan lunak,
infeksi intra abdominal,
infeksi genital (termasuk
gonore), profilaksis
50erioperative, dan infeksi
pada pasien dengan
gangguan pertahanan
tubuh.
7. Metrodinazol Indikasi yang Pasien yang GI : nausea, vomiting, Diberikan
disebabkan oleh hipersensitif terhadap abdominal secara
kuman anaerob dan obat atau derivate discomfort,diare. parenteral
kuman lainyya yang nitroimidazol lainnya. System saraf : neuropati melalui IV.
sensitive terhadap Kehamilan trisemester perifer, kesemutan, Dosis 3x1
metrodinazol. I. paresthesia.
Pencegahan infeksi Hematologi : leukopenia,
anaerob sebelum dan trombositopenia,aplasia
sesudah operasi. sumsum tulang.
Amebiasis dan Genitonuria : urin berwarna
trikomoniasis. gelap, coklat kemerahan.
51
8 As. Mefenamat Dapat menghilangkan Pada penderita tukak Dapat terjadi gangguan saluran Dosis 500mg
nyeri akut dan kronik, lambung, radang usus, cerna, antara lain iritasi diberikan
ringan sampai sedang gangguan ginjal, asma dan
lambung, kolik usus, mual, secara oral
sehubungan dengan sakit hipersensitif terhadap
muntah dan diare, rasa 2x1 (bila
kepala, sakit gigi, asam mefenamat. mengantuk, pusing, sakit perlu)
dismenore primer, kepala, penglihatan kabur,
termasuk nyeri karena Pemakaian secara hati-hati vertigo, dispepsia.
trauma, nyeri sendi, nyeri pada penderita penyakit
otot, nyeri sehabis operasi,ginjal atau hati dan Pada penggunaan terus-
nyeri pada persalinan. peradangan saluran cerna. menerus dengan dosis 2000
mg atau lebih sehari dapat
mengakibatkan agranulositosis
dan anemia hemolitik.
9 Arcapec Untuk pengobatan -Bila diperkirakan ada Diberikan per
simtomatik pada diare sumbatan dalam usus. oral dosis
yang tidak diketahui 50mg 3x1
penyebabnya -Jangan diberikan pada
pasien, dimana konstipasi
harus dihindari.
-Hipersensitif terhadap
obat ini.
52
10 Fusycom Pengobatan infeksi kulit Penderita yang Jarang : reaksi hipersensitifitas Dioleskan
yang disebabkan oleh hipersensitif terhadap kulit pada luka
Staphylococcus, salah satu komponen tiap hari 1x1
Streptococcus, obat.
Propionibacterium acnes, Infeksi yang disebabkan
Corynebacterium oleh organisme yang
minutissinum dan bakteri tidak peka terhadap
lain yang rentan terhadap asam fusidat khususnya
Asam Fusidat Pseudomonas
aeruginosa.
G. Program Tindakan
1. Diet : Bubur DM
2. kebutuhan cairan:
Setiap 1 Kkal tubuh membutuhkan 1 cc air untuk membantu metabolisme, maka kebutuhan cairan pasien dalam 1 hari
dapat diperkirakan dari jumlah kebutuhan kalori pasien.
Kebutuhan kalori pasien 2600 Kkal x 1cc = 2600 Cc/hari
5. Obat-obatan
Non Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keteranagan
Glucotica (Metformin Hidroklorida 2x1 1 tablet Per Oral Bresamaan dengan
500 mg) makan
Glimepieid (Glimepiride 4 mg) 1x1 4 mg Per Oral Sebelum makan
Amplodipine (Amplodipien 5 mg) 3x1 5 mg Per Oral Setelah makan
Ciprofloxacin (Ciprofloxacin 500 mg) 2x1 peroral Setelah makan
Miniaspi (aspirin 80 mg) 2x1 peroral Setelah makan
Metrodinazole (metrodinasol 250 mg) 3x1 peroral Setelah makan
As. Mefenamat (As. Mefenamat 500 2x1 peroral Setelah makan
mg)
Arcapec ( 3x1 peroral Setelah makan
Attapulgite 600 mg
Pectin 5O mg
Fusicom (Fusidic Acid 20 mg) Dioleskan tipis pada luka topical Setiap rawat luka
Parenteral
Obat Dosis Cara Pemberian Keterangan
Ceftriaxone (ceftriaxone sodium 1 g) 1x1 vial IV Per 24 jam
55
H. Analisis Data
I. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
1 Nyeri akut berhubungan dengan Agen injury fisik ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan nyeri pada kaki kanan Skala nyeri 5
DO :
Ulkus pada kaki kanan bagian depan.
lutut kanan membengkak dan berwarna merah.
2 Diare berhubungan dengan Efek samping medikasi. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan sudah BAB 3 kali dipagi ini.
DO :
Turgor kulit kurang elastis.
Pasien merasa kembung.
BAB 3 kali dipagi hari warna kuning encer
3 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidak adekuatan
intake cairan. Ditandai dengan:
Ds: pasien mengatakan minum hanya minum 4-6 gelas/hari
Ds:
Pasien diare warna kuning encer
Bibir kering
Membrane mukosa kering
Turgor kulit kurang elastic
4 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Ketidak adekuatan intake makanan. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan merasa mual dan BAB sudah tiga kali pagi ini.
DO :
mual
diare 3 kali pagi hari.
Porsi makan yang dihabiskan ½.
Hb L 11.0 gr/dl.
DS : pasien mengatakan ada luka pada kaki kanan dan terasa nyeri.
DO :
Ulkus pada kaki kanan.
Terdapat pus
Luka great 2
Lebar luka 3cm
6 Perubahan persepsi sensori pendengaran berhubungan dengan
Perubahan penerimaan sesori. Ditandai dengan:
DS : pasien mengatakan telinga kiri tidak dapat mendengar apabila
telinga kanan ditutup
DO :
Membrane tympani telinga kiri tidak terlihat.
Terdapat kotoran berwarna kehitaman di telinga kiri.
Reflex cahaya telinga kiri (-)
J. Rencana Keperawatan
Nama pasien : Ny. S
Ruangan :E
Waktu : 16 januari 2012
Nama mahasiswa : Desta Windy Pamungkas
2 Diare berhubungan dengan Efek Setelah dilakukan 1. Evaluasi profil obat terhadap 1. melakuakn evalusai
samping medikasi. Ditandai dengan: timdakan keperawatan efek samping di saluran gastro terhadap penggunaan obat
DS : pasien mengatakan sudah BAB selam 2x24 jam intestinal yang berakibat diare dan
3 kali dipagi ini. diharapkan diare yang menggantinya dengan obat
DO : dialami pasien mampu yang membantu pasien dan
Turgor kulit kurang elastis. gteratasi dengan criteria mengurangi diarenya.
Pasien merasa kembung. hasil: 2 berikan Privasi dan 2 memberikan kenyamanan
BAB 3 kali dipagi hari Pola eliminasi (4) keamanan bagi pasien selama pada saat basien melakukan
Diare (5) eliminasi dan defekasi defekasi.
Kembung (5) 3 menginformasikan kepeda 3 menurunkan kegelisaahan
Nyeri kram (5) pasien mengenai efek samping pasien.
obat yang berakibat pada diare
yang dialami
60
DS : pasien mengatakan merasa mual terpenuhi dengan kriteria 2. Ciptakan lingkungan yang 2 Lingkingan yang nyaman
dan BAB sudah tiga kali pagi ini. hasil: menyenangkan untuk dan terbebas dari bau
DO : 1. Mempertahankan makan. atau pun barang-barang
mual dan berat badan 55 kg yang tidak mendukung
diare 3 kali pagi hari. pada tanggal 18 selama proses makan
Porsi makan yang dihabiskan ½. januari 2012 dapat meningkatkan
Hb L 11.0 gr/dl. 2. Tolerasnsi terhadap kenyamanan dalam
diet yang dilakukan makan.
3. Berikan informasi yang 3 Memberikan pemahaman
tepat tentang kebutuhan pada pasien mengenai
nutrisi dan bagaimana diet yang tepat bagi
memenuhinya. penyakit yang diderita.
4. Kolaborasikan dengan ahli 4 Membantu memenuhi
gizi mengenai alergi, kebutuhan nutrisi sesuai
ataupun makanan dengan keinginan pasien.
pantangan yang ada.
62
L. Catatan Perkembangan
Nama pasien : Ny S
Ruangan : E/2
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus
Suhu: 36,2°C
16.00 Nadi/: 82 x/menit
Nafas: 20x/menit
Memberikan lingkungan yang nyaman pada
pasien membuka gorden
Memberikan obat As. Mefenamat
Mengukur vital sign
Suhu: 36° C
Nadi: 80 x/menit
Nafas: 20 x /menit
TD: 120/80 mmHg
E
Ds: Pasien mengatakan masih nyeri skala
nyeri 4
Do:
Pasien nampak menyeringai saat kaki
digerakkan.
Suhu: 36° C
Nadi: 80 x/menit
Nafas: 20 x /menit
TD: 120/80 mmHg
6 Diare berhubungan dengan Efek 17/01/12 S: pasien mengatakan Diare sudah 3 kali
samping medikasi. Ditandai kemarin pagi
dengan: O: BAB encer, kuning
DS : pasien mengatakan sudah A: diare belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1-4
BAB 3 kali dipagi ini.
I
DO : 14.00 Mengkaji keluhan diare yang dialami pasien
Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan diare sejak pagi tadi
Pasien merasa kembung. sudah 3 kali
BAB 3 kali dipagi hari 14.30 Mengkolaborasikan dengan dokter
pemberian obat
Diberikan obat arcapec 3x1
16.00 Memberikan obat arcapaec 1 tablet
18.00 Mengobservasi keaadaan pasien pasien
nampak tenang, ku sedang.
Pasien mengatakan sejak tadi diberi obat
parut tidak kembung.
E:
Ds: pasien mengatakan sejak tasi diberi obat
perut tidak kembung
Do:
Pasien tanang KU sedang.
7 Kekurangan volume cairan 17/01/12 S: Pasien mengatakan jarang minum
berhubungan dengan ketidak O:
adekuatan intake cairan. CM: 400
Ditandai dengan: CK: 350
BC + 50
Ds: pasien mengatakan minum
A: kebutuhan cairan pasien belum terpenuhi
hanya minum 4-6 gelas/hari P: lanjutkan intervensi 1-4
Ds:
65
Pasien diare I:
Bibir kering 14.00 Mengobservasi kondisi pasien
Infuse habis
Membrane mukosa kering
14.05 Mengganti infuse pasien RL 500
Turgor kulit kurang elastic 14.15 Memotivasi pasein untuk minum minimal
dalam sore ini 5 gelas
18.00 Mengobeservasi kondisi pasien
Turgor elastic
20.00 Menghitung balance cairan
CM: 800
CK: 600
BC: +200
E
Ds: pasien mengatakan kalo minum banyak
males bolak balik ke belakang
Do:
Balance cairan pasien
CM: 800
CK: 600
BC: +200
8 Ketidak seimbangan nutrisi 17/01/12 S: pasien mengatakan kalo makan banyak
kurang dari kebutuhan tubuh masih mual
berhubungan dengan mual dan O: Porsi makanan yang habis ½ porsi
muntah. Ditandai dengan: A: kebutuhan nutrisi pasien belum terpenuhi
P: lanjutkan intervensi 1-4
DS : pasien mengatakan merasa
I
mual dan BAB sudah tiga kali 08.00 Menghidangkan makanan pasien
pagi ini. Memberikan obat Glucotica 1 tablet
DO :
mual dan 09.30 Mengobeservasi makanan pasien
diare 3 kali pagi hari. Pasien habis ¾ porsi
Porsi makan yang dihabiskan 10.00 Memotivasi pasien pentingnya makanan
½. pasien untuk proses penyembuhan luka
E
Hb L 11.0 gr/dl. Ds: pasien mengatakan saya sudah kenyang
sekali
Do:
Makanan pasien habis ¾ porsi
9 Nyeri akut berhubungan dengan 18/01/12 S: Pasien mengatakan masih nyeri skala
Agen injury fisik ditandai nyeri 4
dengan: O:
DS : pasien mengatakan nyeri Pasien nampak menyeringai saat kaki
digerakkan.
pada kaki kanan Skala nyeri 5
Suhu: 36° C
DO : Nadi: 80 x/menit
Ulkus pada kaki kanan Nafas: 20 x /menit
bagian depan. TD: 120/80 mmHg
lutut kanan membengkak dan A: Nyeri pasien belum mereda
berwarna merah. P: lanjutkan intervensi 1-3
I:
66
10 Diare berhubungan dengan Efek 18/01/12 S: pasien mengatakan sejak tasi diberi obat
samping medikasi. Ditandai perut tidak kembung
dengan: O: Pasien tanang KU sedang.
DS : pasien mengatakan sudah A: masalah teratasi sebagaian
P: lanjutkan intervensi 1-3
BAB 3 kali dipagi ini.
I
DO : 07.00 Mengobservasi keadaan pasien
Turgor kulit kurang elastis. Pasien mengatakan pagi ini sudah BAB 1
Pasien merasa kembung. kali.
BAB 3 kali dipagi hari 08.00 Memberikan obat arcapec 1 tablet
Mengobservasi kondisi pasien
08.05 Pasien mengatakan perut saya agak
kembung menyarankan menggunakan
minya gosok ata minyak kayu putih sebagai
antisipasi.
10.00 E
Ds:
Pasien mengatakan perut saya agak
kembung
Do:
Pasien berbaring di tempat tidur, pasien
tampak gelisahingin ke belakang.
S:
Pasien mengatakan perut saya agak
kembung
O:
Pasien berbaring di tempat tidur, pasien
tampak gelisahingin ke belakang.
A: masalah teratasi sebagia
P: lanjutkan intervensi 1-3
I
06.30 Mengobservasi BAB pasien
Pasien mengatakan Belum BAB
E:
Ds: pasien mengatakan belum BAB
Do:
Pasien tertidur, tidak terjadi bangun
dimalam hari untuk BAB
11 Kekurangan volume cairan 18/01/12 S: pasien mengatakan kalo minum banyak
berhubungan dengan ketidak males bolak balik ke belakang
adekuatan intake cairan. O:
Ditandai dengan: Balance cairan pasien
CM: 800
Ds: pasien mengatakan minum
CK: 600
hanya minum 4-6 gelas/hari BC: +200
Ds: A: masalah teratasi sebagai
Pasien diare P lanjutkan intervensi 1-4
Bibir kering I
Membrane mukosa kering 07.00 Mengobeservasi keadaan pasien infuse
Turgor kulit kurang elastic lancar
68
BAB III
70
PEMBAHASAN
A. Teori medis
Penanganan yang diberikan pada pasien ini karena pasien mengalami luka
pada kaki sehingga pasien dilakuakn perawatan luka dengan menggunakan
NaCl 0,9% serta obat fusycom untuk mengurangi luka akibat bakteri. Luka
dibersihkan tiap hari, akan tetapi pendokumentasian luka yang disarankan
teori menggunakan pendokumentasian menggunakan foto tidak dapat
dilakuakn karena terbatasnya sarana yang digunakan.
B. Keperawatan
1. Pengkajian
Tpengkajian yang cermat dan tepat perlu dilakuakn pada pasien dengan
diabetes militus ini, penentuan gread luka pun perlu diperhatikan guna
penanganan berikutnya, oleh karena itu ketelitian pamahaman akan
konsep media yang ada perlu dilakuakn untu membantu pengambilan
diagnose pada pasien dengan gangguan ini.
75
2. Diagnose keperawatan
71
Do:
Do:
Do:
2) Bibir kering
Ds: paisen mengatakn merasa mual-mual dan sudah BAB sudah tiga
kali.
Do:
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemahaman akan landasan teori yang matang membuat praktik
lapangan yang dilakukan dan pengelolaan kasus yang ada dapat berjalan
dengan baik sebagai penegakan diagnose yang diterapkan pada pasien. Pada
pasien dengan diabetes militus perlu pengkajian yang terus dikembangakan
agar mengetahui permasalah yang seberanya terjadi pada pasien. Penegakan
diagnose keperawatan antara landasan teori dan pengelolaan kasus sama,
karena keluhan pasien yang sama. Pengkajian yang komperhensif perlu
dilakukan agar tidak salah dalam pengambilan diagnose serta untuk
membantu masalah pasien dalam menigkatkan derajad kesehatannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil prektik klinik laboratorium keperawatan, maka ada
beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan bagi pasien:
1. Bagi pasien
Pengontrolan terhadap pola makan akan membantu pasien untuk
mengontrol gula dalam darah pasien, peran serta keluarga dalam
pengawasannya juga dapat membantu pasien dalam pengaturan diet yang
dilakukan. Selain itu juga pasie n perlu mengontrol pasien dalam
melakukan aktifitas karena apabila pasien mengalami cidera
penyembuhan luka nya relative lama dan bias berakibat buruk pada
pasien sehingga sangat diperlukan kehari-hatian dalam melakuakan
aktivitas gara tidak terjadi cidera.
80
76
2. Bagi perawat
Penanganan yang tepat pada pasien dengan diabetes militus ini perlu
dilakuakan, upayakan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal apabila perlu lakukan pendokumentasian foto luka pasien guna
mengevaluasi proses perawatan.
3. Bagi mahasiswa
Pembelajaran yang mendalam mengenai konsep medis perlu dilakuakn
karena efek dari penyakit ini yang begitu banyak, sehingga perlu
dilakuakn pemahaman yang matang agar ketika mendampingi pasien
tidak terjadi miss.