1
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
dengan tanda-tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai jawaban dari kuranganya insulin efektif di dalam
tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga
1. Anatomi Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm,
mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas juga merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian
depan ( kepala ) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum
dan adegan pilorus dari lambung. Bagian tubuh yang merupakan adegan utama dari organ
2
ini merentang ke arah limpa dengan adegan ekornya menyentuh atau terletak pada alat
ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
a. Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
b. Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans, yang bahu-
2013).
2. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis dan
adrenal. Glukosa yang berasal dari penyerapan makanan diintestin dialirkan ke hepar
melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada ketika ini
kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai
gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica
3
lebih tinggi dari vena porta. Makara hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan
normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa
hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau
hiperglikemi. Sedangkan peran insulin dan glucagon sangat penting pada metabolisme
enzim yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk
gliogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan lebih
aktif. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hati dan yang dipergunakan oleh
jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain :
Kerja insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
pengaruh insulin.
Klasifikasi Diabetes Melitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
4
a. Diabetes Melitus
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami
Menurut Smeltzer dan Bare (2013), penyebab dari diabetes melitus adalah:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon gila dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
asing.
5
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai pola hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus tak
tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI
ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada
awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin
membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin
dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor
yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan gila antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal
dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin,
tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan
6
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang bekerjasama dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi syok dan
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia
7
- Adanya hormone aterogenik
- Merokok
- Hiperlipidemia
- Kaki dingin
- Nyeri nocturnal
- Kulit mengkilap
- Penebalan kuku
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
menurut Smeltzer dan Bare (2013), patofisiologi dari diabetes melitus ialah :
1. Diabetes tipe I
8
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi jawaban produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu,
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, jadinya glukosa tersebut muncul
dalam urin (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai jawaban dari kehilangan cairan
kelelahan dan kelemahan.Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
9
nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak
2. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua dilema yang bekerjasama dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai jawaban terikatnya insulin
dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan
lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jikalau kadar glukosanya sangat tinggi).
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)
mikroangiopati. Ulkus Diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar
disbanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
10
pembentukan ulkus bekerjasama dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf
perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik
terbentuk keratin keras pada tempat kaki yang mengalami beban terbesar.
terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya ruptur hingga permukaan kulit
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi
11
PATHWAY
Defisiensi insulin
glycosuria
Lemak Protein
Osmotic duresis
ketogenesis BUN
Dehidras
ketonemia i
Hemokonsentrasi
Mual muntah PH
trombosis
Asidosis
Defisit nutrisi aterodklerosis
Koma
Kematian
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Nitrogen urin
Retina Ginjal
12
D. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai jawaban dari ketidakseimbangan jangka pendek dari
glukosa darah.
a. Hipoglikemia.
2. Komplikasi kronik
d. Ulkus/gangren
13
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
mengalami kebocoran
14
darah kecil retina akhirnya bisa terjadi kebutaan
serangan diare
Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama
15
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
2. Diabetes Tipe II
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
3. Ulkus Diabetikum
nekrosisi tempat akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan
16
buiasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. Proses mikroangipati menyebabkan
sumbatan pembulu darah , sedangkan secara akut emboli menawarkan gejala klinis
5p yaitu:
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari
fontaine:
Klasifikasi :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
17
Derajat IV : Gangren jari kaki atau adegan distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-180%
maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin: + nilai
ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer: carik celup memakai
GOD
3. Benda keton dalam urine: materi urine segar karena asam asetoasetat cepat
tidak terdeteksi
4. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol, HDL,
LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet cellantibody).
Penatalaksanaan
1. Medis
18
a. Obat
b. Insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada ketika tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
19
h) DM operasi
c) Ketoasidosis diabetik.
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat
ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang
luka amputasi mungkin dibutuhkan untuk kasus DM. Menurut Smeltzer dan Bare
(2016: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus adalah
menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
a. Diet
Diet dan pengendalian berat tubuh merupakan dasar untuk menawarkan semua
20
1) Jumlah sesuai kebutuhan
kandungan kalorinya.
rumus:
BB (Kg)
TB (cm) – 100
21
- Obesitas berat : BBR 140 – 200 %
b. Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan
kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan
c. Pemantauan
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini ialah agar pasien dapat mempelajari keterampilan
1) Hiegene kaki:
22
- Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan
digosok
- Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan ukiran
yang berlebih
- Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
- Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk
4) Berhenti merokok
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan
diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren
dibutuhkan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan
karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat menyebabkan fluktuasi kadar gula
darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada infeksi atau infeksi
23
dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
gula darah yang baik harus diupayakan sebagai perawatan pasien secara total.
g. Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight
bearing meliputi bedrest, memakai crutch, dingklik roda, sepatu yang tertutup dan
sepatu khusus. Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki
harus dilindungi serta kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini dibutuhkan
karena kaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi
syok berulang ditempat yang sama menyebabkan basil masuk pada tempat luka.
h. Tindakan Bedah
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal
24
1. Aktivitas dan istirahat :
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung ibarat IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
3. Eliminasi
4. Nutrisi
5. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan ibarat mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi,
6. Nyeri
7. Respirasi
25
8. Keamanan
9. Seksualitas
Adanya peradangan pada tempat vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada
pria.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
26
H. RENCANA KEPERAWATAN
Monitor Nutrisi
memungkinkan.
makan.
makan.
28
7. Monitor intake nutrisi dan kalori.
(neuropati) bakteri
kebutuhan
8. Lakukan pembalutan
29
luka
balutan
tekanan
kekuatan otot
1. Aktivitas fisik 4. Pastikan klien untuk
aktivitas
Exercise promotion
tepat
sesuai toleransi
and toileting.
eliminasinya.
kebutuhan sehari-hari
kemampuan
32
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2013, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit
RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2012, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition, IOWA
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2014. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Teguh, Subianto. (2014). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus. [ serial Online] cited 12 MEI
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
33
ASUHAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
NIM :
Agama : kristen
Alamat : Kairatu
Nama : Tn. R
Umur : 71 Thn
34
Alamat : Kairatu
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : PNS
C. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama : lemas, nafsu makan berkurang, sering buang air kecil, mual, mual,
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemas, nafsu makan
berkurang, sering buang air kecil, mual, muntah tak terhitung sejak 1 minggu yang lalu,
sering sekali merasa kelelahan dan merasa sesak.kesemutan, suhu pasien 39’C.
35
GENOGRAM ( 3 Generasi)
Tn.P umur
68 tahun An. U umur
Tn. Y
Ny. I 8 tahun
ummur 34
umur tahun
59tahun
36
: Laki-laki : Pasien
: Perempua
X : Meninggal.
:Tinggal serumah
sekolah.
Hidung simetris
Dada :
b. Sistem Kardiovaskuler :
dan sesak
GDS 544mgdl
TD 130/90mmhg
Spo2 : 93%
38
DO :
menghabiskan makanan
terasa panas
- Keluarga mengatakan
DO :
- Suhu 39’c
DIAGNOSA KEPEAWATAN
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurand dari kebutuhan tubuh b/d kurang asupan makanan
39
INTERVENSI KEPERAWATAN
40
perfusi jarigan tindakan keperawatan darah
periferb/d selama 2x24 jam 2. Monitor warna
Hiperglikemia diharapan dengan kulit,suhu dan
kelembaban
Kriteria hasil :
3. Monitorsianosis
1. TTV dalam renta sentral dan ferifer
normal 4. Kolaborasi dengan
dokter pemberian
2. Gula darah
terapi pemeriksaan
normal
gula darah dan
pengobatan
2. Berikan cairan
yang tepat
42
3. Tingkatkan asupan
oral
IMPLEMENTASI
Hari pertama
tgl/jam
tidak mengalami
sianosis
Tampak kulit
pasien berwarna
tampak lemas
GDS;478 mgdl
Kolaborasi
44
dengan dokter
untuk pemberian
therapy
selanjutnya.
suhu,
respirasi, nadi
3. Berikan
cairan yang
45
tepat
EVALUASI
Hari pertama
therapy selanjutnya
47
terapi selanjutnya
Suhu : 37’C
badan
P : intervensi dilanjutkan
IMPLEMENTASI
Hari kedua
tgl/jam
48
Selasa, Ketidakefektifan 1. Memonitor Respon :
23-08- tekanan darah
perfus jarigan perifer ;
2022 dan gula
Pasien
darah
Jam mengatakan telah
2. Memonitor
09:00 wit melakukan
sianosis
pemeriksaan
sentral dan
tekanan
perifer pada
darah,nadi,suhu,
psien
pernafasan dan
3. Memonitor
gula darah
warna kulit
suhu dan
Tampak hasil
kelembaban
tanda-tanda vital
kulit
dan gula darah
4. Melakukan
TD; 130/90 mmHg
kolaborasi
N : 90x/mnt
dengan dokter
RR : 20x/mnt S :
untuk
37’C
pemeriksaan
Spo2 : 97%
gds
Tampak pasien
tidak mengalami
sianosis
Tampak kulit
pasien berwarna
tampak lemas
49
GDS;478 mgdl
Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
therapy
selanjutnya.
suhu,
50
respirasi, nadi
3. Berikan
cairan yang
tepat
EVALUASI
Hari kedua
therapy selanjutnya
terapi selanjutnya
52
Selasa,23-08- Hipertermi b.d proses penyakit S: pasien mengatakan sesak(-), lemas,
2022 kaki dan tangan bengkak (-),
Suhu : 37’C
P : intervensi dilanjutkan
53