A. Definisi
Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma
gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai
akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari
insulin atau keduanya.
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
C. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), penyebab dari diabetes melitus adalah:
a. Faktor genetic
b. Faktor imunologi
c. Faktor lingkungan
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
2) Angiopati
b) Merokok
c) Hiperlipidemia
a) Kaki dingin
b) Nyeri nocturnal
e) Kulit mengkilap
g) Penebalan kuku
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
D. Manifestasi Klinis
1. Diabetes Tipe I
a. hiperglikemia berpuasa
b. glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. keletihan dan kelemahan
d. ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi,
nafas amis buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2. Diabetes Tipe II
a. lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi
vaginal, penglihatan kabur
c. komplikaasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular
perifer)
3. Ulkus Diabetikum
a. Pain (nyeri)
b. Paleness (kepucatan)
c. Paresthesia (kesemutan)
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola
dari fontaine:
Klasifikasi :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki ibarat “ claw,callus “.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau adegan distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
1. Anatomi Pankreas
a. Fungsi eksorin yaitu membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
Anatomi Pankreas
2. Fisiologi
a. Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin Kerja
insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel.
F. Patofisiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus ialah :
1. Diabetes tipe I
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia.
2. Komplikasi kronik
d. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
H. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
b) Sistem Kardiovaskuler
Kaji adanya hipotensi ortostatik, akral dingin, nadi perifer melemah terutama
pada tibia posterior, dan dorsalis pedis, terjadinya aterosklerosis yang dapat
terbentuk baik pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) atau pembuluh
darah kecil (mikrovaskuler). Kaji pula adanya hipertensi, edema jaringan
umum, disritmia jantung, nadi lemah halus, pucat, dan takikardia serta
palpitasi menunjukkan terjadinya hipoglikemik. Apabila telah terjadi
neuropati pada kelainan jantung maka akan diperoleh kelainan gambaran
EKG lambat.
c) Sistem Pencernaa
d) Sistem Persarafan
e) Sistem Endokrin
f) Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola dan frekuensi berkemih (poliuria) dan
terkadang nokturia, rasa nyeri dan terbakar saat BAK, kesulitan berkemih
karena infeksi, bahkan bisa terjadi infeksi saluran kemih. Urine akan tampak
lebih encer, pucat, kuning, dan poliuria dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat. Urine bisa tercium bau busuk
jika infeksi. Klien sering merasa haus sehingga intake cairan bertambah.
Perlu dikaji juga adanya masalah impotensi pada laki-laki dan masalah
orgasme pada wanita serta infeksi pada vagina.
g) Sistem Muskuloskeletal
h) Sistem Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, apabila terdapat luka klien sering
mengeluh luka sulit sembuh dan malah membusuk. Akral teraba dingin, dan
integritas kulit menurun (rusak). Kulit bisa kering, gatal, bahkan terjadi
ulkus. Demam dan diaporesis dapat terjadi jika klien mengalami infeksi.
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Gluosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi
5% lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisas
2. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah > 160-
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam
urin: + nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang populer:
carik celup memakai GOD.
3. Benda keton dalam urine: materi urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
J. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Obat
b. Insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe I yang pada ketika tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
c) DM kehamilan
h) DM operasi
c) Ketoasidosis diabetik.
a. Diet
Administrasi analgetik :
Monior Nutrisi
8. Lakukan pembalutan
Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8,
Penerbit RGC, Jakarta.
Johnson, M.,et all, 2002, Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second
Edition, IOWA Intervention Project, Mosby.
Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit
Erlangga