Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Oleh :
Putri Soniah, S.Kep
21.300.0177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LEMBAR PENGESEHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

Oleh :
Putri Soniah, S.Kep
21.300.0177

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Dahlia, S.Kep.,Ns

LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang
lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain. Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami
individu dan dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain sebagai
pernyataan negatif atau mengancam (Damanik, Pardede & Manalu, 2020).
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Pardede, 2018).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan
seseorang yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian
dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama.
2. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Otonomi Kesendirian Mengisolasi Manipulasi Impulsif


Narkisisme Kebersamaan diri ketergantungan
1. Respon adaptif
Respon yang masih dapat diterima oleh norma norma sosial dan
kebudayaan secara umum serta masih dalam batas normal dalam
menyelesaikan masalah. Menyendiri : respon yang dibutuhkan
seseorang untk merenungkan apa individu sehingga tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam. Curiga : Seseorang gagal
mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain (Iyus & sutini, 2014)
3. Tanda dan Gejala
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap
dengan klien lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Posisi janin saat tidur
4. Faktor Penyebab : Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi
Peyebab dari isolasi sosial yaitu peranan negatif tentang diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, yang ditandai dengan
adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri
kurang dan juga cepat mencederai diri (Muhith, 2015)
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predispoisi (pendukung ) terjadi gangguan hubungan
yaitu : Faktor Perkembangan. Kemampuan membina hubungan yang
sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang.
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak
dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
orang tua pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa tidak percaya.
1) Faktor Biologis, genetik merupakan salah satu faktor pendukung
gangguan jiwa. Kelainan struktur otak seperti atrofi, pembesaran
vetrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik
diduga dapat menyebabkan skizofrenia
2) Faktor Sosial Budaya, faktor sosial budaya dapat menjadi faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan
orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif
diasingkan dari orang lain (Lingkungan sosial) (Muhith, 2015)
faktor Lain
3) Faktor Genetik dianggap mempunyai transmin gangguan efektif
melalui riwayat keluarga dan keturunan.
b. Stresor Presipitasi
1) Stresor Sosial Budaya, stresor sosial budaya dapat menyebabkan
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain.
Misalnya anggota keluarga yang labil yang dirawat dirumah sakit
(Muhith, 2015)
2) Stresor Psikologis, tingkat kecemasan yang berat akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Interaksi kecemasan yang ekstrem
dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk
mengatasi masalah diyakini untuk menimbulkan berbagai masalah
gangguan hubungan (Muhith, 2015)
5. Sumber Koping
Sumber Koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam
dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regrasi, represi
dan Isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan
misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan
teman, hubungan dengan hewan periharaan menggunakan kreatifitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian musik atau tulisan
(Duden, 2013).
C. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi


sensori: halusinasi
Core Problem

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah

( Budi Anna Keliat, 1999)

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
E. DATA YANG PERLU DIKAJI
No Masalah Data Subyektif Data Obyektif
. Keperawata
n
1. Resiko pe- - Klien mengatakan - Klien berbicara dan
rubahan mendengar bunyi yang tertawa sendiri
persepsi sen- tidak berhubungan - Klien bersikap seperti
sori : halusi- dengan stimulus nyata mendengar/melihat
nasi - Klien mengatakan sesuatu
melihat gambaran - Klien berhebti bicara
tanpa ada stimulus ditengah kalimat
yang nyata untuk mendengarkan
- Klien mengatakan sesuatu
mencium bau tanpa - Disorientasi
stimulus
- Klien merasa makan
sesuatu
- Klien merasa ada
sesuatu pada kulitnya
- Klien takut pada
suara/bunyi/gambar
yang dilihat dan
didengar
- Klien ingin
memukul/melempar
barang-barang
2. Isolasi - Klien mengatakan saya - Klien terlihat lebih
sosial : tidak mampu, tidak bisa, suka sendiri, bingung
menarik diri tidak tahu apa-apa, bila disuruh memilih
bodoh, mengkritik diri alternatif tindakan,
sendiri, mengungkapkan ingin mencederai
perasaan malu terhadap diri/ingin mengakhiri
diri sendiri. hidup.
3. Gangguan - Klien mengatakan: saya - Klien tampak lebih
konsep diri : tidak mampu, tidak bisa, suka sendiri, bingung
harga diri tidak tahu apa-apa, bila disuruh memilih
rendah bodoh, mengkritik diri alternatif tindakan,
sendiri, mengungkapkan ingin mencederai diri /
perasaan malu terhadap ingin mengakhiri
diri sendiri. hidup.

F. DIGAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Isolasi Sosial
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan:
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya.
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda- tanda
serta penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kajipengetahuan klien tentangmanfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
1) beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
2) diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
3) beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan:
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
1) K – P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
Tindakan:
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan:
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu kali seminggu
e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
Diagnosa 2 : harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

b. Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif


c. Utamakan memberikan pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan Tindakan:
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
1) Kegiatan mandiri
2) Kegiatan dengan bantuan sebagian
3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan:
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, L. (2020). Studi Dokumentasi Isolasi Sosial Pada Pasien Dengan
Skizofrenia. Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.
http://repository.akperykyjogja.ac.id/id/eprint/295

Pardede, J. A., Ariyo, A., & Purba, J. M. (2020). Self Efficacy Related to Family
Stress in Schizophrenia Patients. Jurnal Keperawatan, 12(4), 831-838.

Kirana, S. (2018). Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial


Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Journal of
Health Sciences, 11(1). https://doi.org/10.33086/jhs.v11i1.122

Pardede, J. A., & Ramadia, A. (2021). The Ability to Interact with


Schizophrenic Patients through Socialization Group Activity Therapy.
INTERNATIONAL JOURNAL OF CONTEMPORARY
MEDICINE, 9(1), https://doi.org/10.37506/ijocm.v9i1.2925

Pardede, J. A. (2017). The Implementation of Family Tasks with The Frequency


of Recurrence of Social Isolation Patients. Mental Health, 4(2).

Banjar, B. R. S. U. K., & Maulana, K.(2016). Asuhan keperawatan pada ny. R


dengan isolasi sosial: menarik diri akibat skizofrenia di ruang tanjung.
http://cdn.stikesmucis.ac.id/13DP277033.

Damanik, R. K., Pardede, J. A., & Manalu, L. W. (2020). Terapi Kognitif


Terhadap Kemampuan Interaksi Pasien Skizofrenia Dengan Isolasi Sosial.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 11(2), 226-235.

http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v11i2.822

Enggar, A. (2020). Studi Literatur: Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Isolasi Sosial Menarik Diri
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Ponorogo).
Fitria. (2019). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Advance Mental Health Nursing).
Bandung : Refika Aditama. https://onesearch.id/Record/IOS3318.

Gaol, H. L. (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. I Dengan Masalah


Halusinasi Pendengaran. doi. 10.31219/osf.io/r5anf

Anda mungkin juga menyukai