Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik positif yang menggambarkan kesalahan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Secara
umum gangguan jiwa yang sering muncul adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah
suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik,
pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, serta memecahkan masalah. Perilaku yang muncul pada pasien
skizofrenia adalah isolasi dan menarik diri dari hubungan sosial, harga diri
rendah, ketidaksesuaian sosial, tidak tertarik dengan aktivitas rekreasi, kerancuan
identitas gender, menarik diri dari orang lain yang berhubungan dengan stigma,
penurunan kualitas hidup. (Stuart, 2007, hlm. 241). Jika masalah ini tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan resiko tinggi mencederai orang lain serta dapat
menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri. Untuk
menyikapi masalah diatas, perawat yang berhubungan langsung dengan pasien
harus melaksanakan perannya secara profesional serta dapat
mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan yang diberikannya secara
alamiah. Prinsip penatalaksanaan asuhan keperawatan tersebut antara lain:
membina hubungan saling percaya, membantu pasien menyadari perilaku isolasi
sosial, melatih pasien cara-cara berkenalan dengan orang lain secara bertahap,
inventarisir kelebihan pasien yang dapat dijadikan motivasi untuk membangun
kepercayaan diri pasien dalam bergaul, libatkan pasien dalam interaksi dan terapi
kelompok secara bertahap.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah :
a. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan isolasi sosial dan
membandingkan asuhan keperawatan isolasi sosial secara teori dan kenyataan
b. Tujuan Khusus
1. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan baik secara teori
maupun pada pasien dengan isolasi sosial.Membandingkan antara konsep
dasar yang terkait dengan fakta yang ada di lapangan tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.
2. Mengetahui gambaran faktor pendukung dan penghambat dalam asuhan
keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.
3. Memberikan saran dan alternatif penyelesaian masalah dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada pasien
dengan isolasi sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. MasalahUtama :
Isolasisosial : Menarikdiri.

B. Proses TerjadinyaMasalah
1. Pengertian
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Selain itu
menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun
minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).Dengan
demikian menarik diri dapat disimpulkan merupakan tindakan menghindari
dari interaksi dengan orang lain.
Terjadinya perilaku menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi
dan faktor presipitasi. Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan
faktor predispoisi terjadinya perilaku menarik diri. Kegagalan perkembangan
dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri,
kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Tanda dan gejala menarik diri antara lain (Budi Anna Keliat, 1998) :
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyendiri).
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan
klien lain/perawat.
d. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.

3
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan
atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
h. Posisi janin saat tidur.

2. Penyebab
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Gejala Klinis ( Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Perasaan malut terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karenaterapi).
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri).
c. Gangguan hubungan sosial (menarikdiri).
d. Percayadiri kurang (sukar mengambil keputusan).
e. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakhiri kehidupannya.

3. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana halusinasi
adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya
klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsangan
eksternal.
Gejala Klinis (Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.

4
d. Tidakdapatmemusatkanperhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (dirisendiri, orang lain danlingkungannya),
takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.

C. PohonMasalah

Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri Core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

( Budi Anna Keliat, 1999)

D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah Keperawatan:
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2. Data Yang Perlu Dikaji


1.Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
a. Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan
stimulus nyata
b. Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
c. Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
d. Klien merasa makan sesuatu

5
e. Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
f. Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
g. Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif:
a. Klien berbicara dan tertawa sendiri
b. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
c. Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
d. Disorientasi

2. Isolasi Sosial : menarik diri


Data Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah


Data subyektif
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

Data obyektif
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

6
E. DiagnosaKeperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutikdengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
2.1 Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2.2 Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

7
Tindakan :
3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri dll)
3.2 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
a. K P
b. K P P lain
c. K P P lain K lain
d. K Kel/Klp/Masy
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

8
4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan:
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain.
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a. Salam, perkenalan diri
b. Jelaskan tujuan
c. Buat kontrak
d. Eksplorasi perasaan klien
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a. Perilaku menarik diri
b. Penyebab perilaku menarik diri
c. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
6.3 Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal satu kali seminggu
6.5 Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga

9
Diagnosa 2 : harga diri rendah
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutikdengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.2 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
2.3 Utamakan memberikan pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:
1.1 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit.
1.2 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan:
4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuaikemampuan

10
a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan bantuan sebagian
c. Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan:
5.1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
1.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat
klien denganharga diri rendah.
1.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
1.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

11
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KE 1 PSIKOTERAUPETIK PASIEN
DENGAN ISOLASI SOSIAL ( MENARIK DIRI )

Masalah Utama : Isolasi Sosial (Menarik Diri)


Hari / tanggal :
Pertemuan ke :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
a. Data obyektif
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri
dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak
berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi
menekur.
b. Data subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya
dijawab dengan singkat, ya atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri

B. STATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Tujuan khusus :
1. Klien mampu mengungkapkan hal hal yang melatarbelakangi terjadinya
isolasi sosial
2. Klien mampu mengungkapkan keuntungan berinteraksi
3. Klien mampu mengungkapkan kerugian jika tidak berinteraksi dengan
orang lain
4. Klien mampu mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
Tindakan keperawatan :
1. Mendiskusikan faktor faktor yang melatarbelakangi terjadinya isolasi
sosial

12
2. Mendiskusikan keuntungan berinteraksi
3. Mendiskusikan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
4. Mendiskusikan cara berkenalan dengan satu orang secara bertahap

SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan
ORIENTASI (PERKENALAN):
Selamat pagi
Saya perawat x , Saya senang dipanggil mas x, Saya mahasiswa STIKES
BHAMADA yang akan merawat Ibu.
Siapa nama Ibu? Senangdipanggilsiapa?
Apa keluhan ibu hari ini? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman ibu ? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit
KERJA :
(Jika pasien baru)
Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan ibu? Siapa
yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat ibu jarang
bercakap-cakap dengannya?
(Jika pasien sudah lama dirawat)
Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat disini? O.. ibu merasa sendirian?
Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini
Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?
Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
pasien yang lain?
Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah
benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu ? Ya, apa
lagi ? (sampai pasien

13
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu inginkah ya ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain
Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya
T, senang dipanggil T. Asal saya dari Slawi, hobi memancing
Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya
apa?
Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan
dengan saya!
Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali
Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.
TERMINASI:
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
ibu tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali
Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan hariannya.
Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, ibu mau kan?
Baiklah, sampai jumpa.

14
SP 2 Keluarga :
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah
isolasi sosial langsung dihadapan pasien
Orientasi:
Selamat pagi Pak/Bu
Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?
Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari
berberapa hari yang lalu?
Mari praktekkan langsung ke klien! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita
akan coba 30 menit.
Sekarang mari kita temui anak bapak
Kerja:
Selamat pagi mba. Bagaimana perasaan mba hari ini?
Bpk/Ibu mba datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong mba tunjukkan jadwal
kegiatannya!
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti
yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Bagaimana perasaan mba setelah berbincang-bincang dengan Orang tua
mba?
Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah
bagus.

15
MulaisekarangBapaksudah bisa melakukancaramerawattadikepadaanak
bapak
Tigaharilagikita akan
bertemuuntukmendiskusikanpengalamanBapakmelakukancaramerawat yang
sudahkitapelajari. Waktu dan tempatnyasamasepertisekarangPak
Sampaijumpa

SP 3 Keluarga
Menjelaskanperawatanlanjutan

ORIENTASI:
Selamat pagi Pak/Bu
Karena rencana anak bapak mau pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan
lanjutan di rumah.
Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan tersebut disini saja
Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?
KERJA:
Bpk/Ibu, ini jadwal anak bapak yang sudah dibuat. Coba dilihat, mungkinkah
dilanjutkan? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini
di rumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya
Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau anak bapak terus menerus
tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera lapor ke rumah
sakit atau bawa anak bapak ke rumah sakit
TERMINASI:
Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian anak
bapak. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala
yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Isolasi soaial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial.
Fokus pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial
adalah sebagai upaya untuk menekspolasikan perasaanya kepada orang lain,
sehingga dengan fokus pelaksaan tersebut dapat mengatasi masalah isolasi
sosial dan juga masalah imefektif koping individu, sehingga dua masalah
tersebut dapat teratasi secara langsung.

4.2 Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengetahui
ciri-ciri pasienyang mengalami isolasi sosial sehingga dapat mengantisipasi
terjadinya komplikasi dari pasien tersebut. Hendaknya perawat melibatkan
keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan jiwa.

17
DAFTAR PUSTAKA

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.2003
Keliat, B. A, 2002, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Petrick Herman. 2012. Asuhan keperawatan jiwa pada tn. a dengan isolasi sosial
diruang elang rumah sakit khusus (rsk)provinsi kalimantan baratpontianak.
Stuart, dkk 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3 Jakarta : EGC
Sulistiyowati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung
: RSJPBandung. 2000
Townsend, M. C, 2002, Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
KeperawatanPsikiatti, Edisi 3 Jakarta : EGC
Pontianak diakses melalui http://jrpatrickgaskins.blogspot.com/2012/07/asuhan-
keperawatan-jiwa-pada-tn-dengan.html pada tanggal 6 April 2015 jam 15.00 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai