Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial : Menarik Diri

B. PROSES TERJADI MASALAH


1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain. Hubungan yang sehat dapat digambarkan dengan adanya
komunikasi yang terbuka, mau menerima orang lain, dan adanya rasa
empati. Pemutusan hubungan iterpersonal berkaitan erat dengan
ketidakpuasan individu dalam proses hubungan yang disebabkan oleh
kurangnya terlibatnya dalam proses hubungan dan respons lingkungan
yang negatif. Hal tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri dan
keinginan untuk menghindar dari orang lain.
(Yusuf, Ah , 2015 halaman : 104)

Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang di ekspresikan oleh


individu dan dirasakan sebagai yang ditimbulkan oleh orang lain dan
sebagai suatu keadaan negatif. ( Townsend, 1998 )

Menarik diri merupakan gangguan berhubungan dengan menarik


diri sendiri dari orang lain yang ditandai dengan isolasi sosial dan
perawatan diri yang kurang. Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain dengan cara menghindari
hubungan dengan orang lain ( Rawlins, 1993 )
2. Tanda dan gejala
1) Menyendiri dalam ruangan
2) Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
3) Sedih, afek datar
4) Perhatian dan tindakan yang tidak sesuai dengan perkembangan
usianya
5) Berpikir menurut pikirannya sendiri, tindakan berulang dan tidak
bermakna
6) Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
7) Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya.
8) Menggunakan kata-kata simbolik (neologisme)
9) Menggunakan kata yang tak berarti
10) Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara
11) Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun, berdiam diri.

3. Penyebab
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginna, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan
sehari-hari terabaikan.
(Kusumawati, Farida 2012 halaman : 122)

Faktor predisposisi ( pendukung )

1). Faktor perkembangan.


Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh
kembang memiliki tugas yang harus dilalui oleh individu dengan
sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi,
akan maenghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurang / tidak
adanya sentuhan kasih sayang, perhatian, kehangatan dari keluarga
akan mengakibatkan rasa tidak aman sehingga individu menyendiri,
kemampuan berhubungan tidak kuat yang berakhir dengan menarik
diri. Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan akan
menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon sosial
maladaptif diantaranya menarik diri. Beberapa orang percaya bahwa
individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak
berhasil memisahkan dirinya dari orang tua ( Stuart & Sundeen,
1998 ).

2). Faktor biologis.


Faktor genetik merupakan salah satu faktor pendudung gangguan
jiwa. Berdasarkan penelitian, pada kembar monozigot apabila salah
satu diantaranya menderita skizofrenia adalah 58 %, sedangkan bagi
kembar dwizogot prosentasenya adalag 8 %. Kelainan pada struktur
otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan
volume otak serta perubahan struktur limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.

3). Faktor sosial-budaya.


Faktor sosial-budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain di mana
masing-masing individu sibuk memperjuangkan hidup sehingga
tidak ada waktu bersosialisai dengan masyarakat sekitar, misalnya
juga anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang
lain, kemiskinan, karena PHK dimana secara ekonomi kurang bisa
menghidupi keluarga. Situsai ini semua bisa mendukung individu
berperilaku menarik diri.
Faktor presipitasi ( pencetus )

1). Stresor sosial-budaya


Stresor sosial-budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam berhubungan, misalnya keluarga yang labil ( broken home),
keluarga yang di rawat di rumah sakit.

2). Stresor psikologis


Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini
akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan sosial
(menarik diri).

4. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana
halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan eksternal.

Gejala Klinis :
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya), takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung. (Budi Anna Keliat, 1999)
5. Rentang respon :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Menyendiri - Merasa Sendiri (Loneliness) - Manipulasi

- Otonomi - Menarik Diri (withdrawal) - Implusif

-Bekerja sama (mutualisme) - Bergantung (dependent) - Narsisme

- Saling tergantung (interdependence)

C. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIUJI

Masalah
No Data Subyektif Data Obyektif
keperawatan
1 Resiko gangguan - Hidup dalam dunianya
persepsi sensori : sendiri
Halusinasi - Bicara sendiri dan isi
bicara tidak bisa
dimengerti orang lain

2 Isolasi Sosial Klien mengatakan Apatis/ ekspresi sedih afek


"saya lebih suka tumpul, menyendiri,
sendiri, saya merasa berdiam diri dikamar,
tidak aman” banyak diam kontak mata
kurang (menunduk),
menolak b.d orang lain,
perawatan diri kurang
posisi menekur
3 Gangguan konsep diri Klien mengatakan “ Klien tampak lebih suka
Harga Diri Rendah Saya tidak bisa, menyendiri, bingung bila
tidak mampu, disuruh memilih alternative
bodoh/ tidak tahu tindakan, ingin menciderai
apa-apa, mengkritik diri
diri sendiri,
mengungkapkan
persaan malu
terhadap diri sendiri.
D. POHON MASALAH

Akibat ------------------------- Resiko perubahan persepsi


sensori : Halusinasi

Masalah utama ---------------- Isolasi Sosial n: Menarik Diri

Penyebab ---------------------- Gangguan konsep diri : harga


diri rendah

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
2. Resiko perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan
menarik diri
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan 1 : Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah

a. Tujuan Umum (TUM)

- Klien dapat berinteraksi dengan orang lain


b. Tujuan Khusus (TUK)

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


1.1 Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


2.1 Kaji pegetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
2.2 Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
2.3 Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
2.4 Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang
lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3.1 Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
3.2 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
3.3 Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
3.4 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3.5 Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
3.6 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
3.7 Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
3.8 Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
4.2 Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
melalui tahap:
a. Klien - Perawat
b. Klien - Perawat - Perawat lain
c. Klien - Perawat - Perawat lain - Klien lain
d. Klien - Keluarga / kelompok / masyarakat
4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah
dicapai
4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
4.5 Diskusikan jadual harian yang dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan


dengan orang lain
5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila
berhubungan dengan orang lain
5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluanga mampu


mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang
lain
6.1 Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

a. Salam, perkenalkan diri.


b. Sampaikan tujuan
c. Buat kontrak.
d. Eksplorasi perasaan keluarga
6.2 Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a. Perilaku menarik diri.
b. Penyebab perilaku menarik diri.
c. Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak
ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
6.3 Dorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain.
6.4 Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian
mengunjungi klien minimal satu kali seminggu.
6.5 Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Kusumawati Farida, Hartono Yudi, Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Farida


Kusumawati dan Yudi Hartono. – Jakarta : Salemba Medika, 2012 – Cetakan
Ketiga.

Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric Nursing,
2 nd Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC.
1998

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,


RSJP Bandung, 2000

Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan


Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

Yusuf, Ah, dkk, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. – Jakarta : Salemba
Medika, 2015.

Anda mungkin juga menyukai