DISUSUN OLEH:
Melania Octavia Tappi
2.1. Definisi
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati (Yuliana dalam NANDA, 2015).
Sel khusus pankreas menghasilkan sebuah hormon yang disebut insulin untuk
mengatur metabolisme. Tanpa hormon ini, glukosa tidak dapat masuk sel tubuh dan kadar
glukosa darah meningkat. Akibatnya, individu dapat dapat mulai mengalami gejala
hiperglikemia. Secara sederhana, proses ini dinyatakan sebagai pembentukan diabetes
melitus. (Rosdahi, 2015).
Ulkus diabetik (diabetic ulcers) sering kali disebut diabetics foot ulcers, luka
neuropati, luka diabetik neuropati. Ulkus/luka diabetik atau neuropati adalah luka yang
terjadi pada pasien yang diabetik, melibatkan gangguan pada saraf perifer dan otonomik
(Suriadi, 2004 dalam Maryunani, 2015). Ulkus/luka kaki diabetes adalah luka yang terjadi
pada kaki penderita diabetes, dimana terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes
mellitus yang tidak terkendali. (Tambunan, M, 2007 dalam Maryunani, 2015).
Ulkus kaki diabetik adalah luka yang dialami oleh penderita diabetes pada area kaki
dengan kondisi luka mulai dari luka superficial, nekrosis kulit, sampai luka dengan
ketebalan penuh (full thickness), yang dapat meluas kejaringan lain seperti tendon, tulang
dan persendian, jika ulkus dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang baik akan mengakibatkan
infeksi atau gangrene. Ulkus kaki diabetik disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
kadar glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol, neuropati perifer atau penyakit arteri
perifer. Ulkus kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi utama yang paling
merugikan dan paling serius dari diabetes melitus, 10% sampai 25% dari pasien diabetes
berkembang menjadi ulkus kaki diabetik dalam hidup mereka (Fernando, et al., 2014;
Frykberg, et al., 2006; Rowe, 2015; Yotsu, et al., 2014)
2.2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare (2011), penyebab dari diabetes melitus adalah:
2.2.1 Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat.
DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja
insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja
insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan
sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan
dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995).
Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe
II, diantaranya adalah:
a. Faktor endogen:
1) Neuropati:
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan penurunan
sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi trauma dan
otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan aliran darah,
produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah) pada
pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan penurunan
aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan memperberat timbulnya
gangrene yang luas.
a) Kaki dingin
b) Nyeri nocturnal
c) Tidak terabanya denyut nadi
d) Adanya pemucatan ekstrimitas inferior
e) Kulit mengkilap
f) Hilangnya rambut dari jari kaki
g) Penebalan kuku
h) Gangren kecil atau luas
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati, penyakit
arterial, tekanan dan deformitas kaki. Faktor yang paling banyak menyebabkan ulkus
diabetik adalah neuropati, trauma, dan deformitas kaku, yang sering disebut dengan
Critical Triad of Diabetic Ulcers. Penyebab lain ulkus diabetik adalah iskemik, infeksi,
edema, dan kalus. Ulkus diabetik merupakan penyebab tersering pasien harus diamputasi,
sehingga faktor-faktor tersebut juga merupakan faktor predisposisi terjadinya amputasi
(Frykberg dalam Dafianto, 2016).
2.5. Patofisiologi
Salah satu komplikasi kronik atau akibat jangka panjang diabetes melitus adalah ulkus
diabetik. Ulkus diabetik disebabkan oleh tiga faktor yang sering disebut Critical Triad of
Diabetic Ucers yaitu Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. Neuropati perifer merupakan
multifaktorial dan diperkirakan adalah akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa
nervorum, disfungsi endotel, defisiensi mioinositol, perubahan sintesis mielin dan
menurunnya aktivitas Na-K ATPase, hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada
saraf tubuh serta pengaruh peningkatan sorbitol dan fruktose (Frykberg dalam Dafianto,
2016). Keadaan hiperglikemia akan meningkatkan metabolisme glukosa melalui jalur
sorbitol. Sorbitol yang meningkat dapat mengakibatkan keadaan neuropati pada pasien
DM. Keadaan makroangiopati diabetik mempunyai gambaran hispatologis berupa
aterosklerosis. Pada keadaan makroangiopati diabetik akan mengakibatkan penyumbatan
vaskular dan apabila mengenai arteri-arteri perifer dapat mengakibatkan insufisiensi
vaskular perifer yang disertai klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstermitas (Price
& Wilson dalam Dafianto, 2016).
Herwood (2011) menyatakan bahwa ketika kadar glukosa dalam darah mengalami
peningkatan (hiperglikemiI, sel tubulus tidak mampu mereabsorpsi glukosa dan
mengakibatkan glukosa muncul pada urin. Glukosa yang ada pada urin akan menimbulkan
efek osmotik dan mengakibatkan tertariknya H2O ikut bersama glukosa, sehingga terjadi
poliuria. Besarnya cairan yang dibawa glukosa bersama urin akan mengakibatkan
dehidrasi dan kemudian menurunkan sirkulasi darah perifer (iskemia).
Menurut Ganong (2008), keadaan hiperglikemi akan mengakibatkan enzim aldosa
reduktase yang kemudian menyebabkan pembentukan sorbitol di dalam sel. Penimbunan
sorbitol pada jaringan saraf akan menyebabkan terjadinya neuropati, termasuk neuropati
perifer (Price & Wilson dalam Dafianto, 2016).
Keadaan hiperglikemiakan memicu pembentukan advance glycosylation end products
(AGEs) yang dapat merusak pembuluh darah dan mengganggu respons dari leukosit
terhadap infeksi. Kondisi hiperglikemi yang disertai dengan insufisiensi sirkulasi
arterosklerotik dan penurunan resistensi terhadap infeksi dapat menyebabkan terjadi ulkus
kronis dan gangren, terutama daerah kaki (Ganong, 2008).
Gangguan saraf motorik menyebabkan paralisis otot kaki dapat menyebabkan
terjadinya perubahan keseimbangan dan bentuk pada sendi kaki (deformitas), perubahan
cara berjalan, dan menimbulkan titik tekan baru dan penebalan pada telapak kaki (kalus).
Gangguan saraf sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan
terhadap trauma sehingga pasien mengalami cedera tanpa disadari. Gangguan saraf
otonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit menjadi kering dan mudah
mengalami luka yang sulit sembuh (Rebolledo dalam Dafianto, 2016).
Alterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri menebal dan menyempit
karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki
dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena berkurangnya suplai darah, sehingga
mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus diabetik
(Misnandiarly dalam Dafianto, 2016)
2.6. Penatalaksanaan Medik
Untuk penatalaksanaan pada penderita ulkus DM khususnya penderita setelah menjalani
tindakan operasi debridement yaitu termasuk tindakan perawatan dalam jangka panjang.
2.6.1 Medis
Penatalaksaan secara medis sebagai berikut :
2.6.1.1 Obat hiperglikemik Oral
2.6.1.2 Insulin
a) Ada penurunan BB dengan drastis
b) Hiperglikemi berat
c) Munculnya ketoadosis diabetikum
d) Gangguan pada organ ginjal atau hati.
2.6.1.3 Pembedahan
Pada penderita ulkus DM dapat juga dilakukan pembedahan yang bertujuan
untuk mencegah penyebaran ulkus ke jaringan yang masih sehat,
tindakannya antara lain :
a) Debridement : pengangkatan jaringan mati pada luka ulkus diabetikum.
b) Neucrotomi
c) Amputasi
2.6.2 Keperawatan
Penatalaksanaan ulkus diabetikum mencakup beberapa aspek yaitu kendali
metabolik, kendali vaskular, kendali luka, kendali tekanan, kendali infeksi, dan
edukasi mengenai perawatan kaki mandiri.
Langkah awal penatalaksanaan ulkus diabetikum adalah mengklasifikasikan
luka tersebut. Klasifikasi yang umum digunakan adalah klasifikasi Wagner, yang
dapat membantu menentukan intensitas dan durasi terapi.
2.7.2. Diagnosa
Menurut Nanda (2015) diagnosa yang sering muncul antara lain:
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen menurun karena
penyempitan pembuluh darah.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin atau penurunan masukan oral.
3. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, atau
penurunan fungsi leukosit atau perubahan pada sirkulasi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik.
5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme (ulkus
DM)
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri yang dirasakan.
8. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk jaringan.
9. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya
2.7.3 Intervensi
No DIAGNOSA/SDKI SLKI/NIC SIKI/NOC
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Ajarkan pasien untuk
suplai oksigen menurun karena penyempitan selama 3 x 24 jam tidak terjadi gangguan perfusi melakukan mobilisasi
pembuluh darah. jaringan. 2. Ajarkan tentang faktor-faktor
Kriteria Hasil : yang dapat meningkatkan aliran
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular darah: atur kaki sedikit lebih
b. Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis rendah dari jantung (posisi
c. Kulit sekitar luka teraba hangat elevasi pada waktu istirahat),
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah hindari penyilangan kaki,
parah hindari balutan ketat, hindari
e. Sensorik dan motorik membaik penggunaan bantal di belakang
lutut dan sebagainya.
3. Ajarkan tentang modifikasi
faktor-faktor risiko berupa:
hindari diet tinggi kolesterol,
teknik relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
4. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam
pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara
rutin dan terapi oksigen (HBO ).
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Timbang berat badan atau ukur
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin atau selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. lingkar lengan setiap hari sesuai
penurunan masukan oral Kriteria Hasil : indikasi.
a. Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat 2. Tentukan program diet dan pola
kelemahan makan pasien sesuai dengan
b. Peningkatan berat badan atau berat badan ideal atau kadar gula yang dimiliki
normal (dengan memakai rumus
c. Lingkar lengan meningkat atau mendekati 10 cm kebutuhan kalori untuk laki-
d. Nila laboratorium Hb untuk pria 13-16 gr/dl, untuk laki= berat badan ideal x 30,
wanita 12-14 gr/dl, nilai laboratorium yang terkait sedangkan wanita berat badan
diabetes melitus (terutama GDS 60-100mg/dl, ideal x 25).
kolesterol total 150-250 mg/dl, protein total 6-7,0 3. Libatkan keluarga pasien dalam
gr/dl) memantau waktu makan,
e. Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan jumlah nutrisi
f. Pasien tidak mengeluh mual lagi. 4. Observasi tanda-tanda
hipoglikemi (perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin,
denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala,
pusing, sempoyongan).
5. Pantau pemeriksaan
laboratorium seperti glukosa
darah, aseton, pH, dan HCO3.
6. Berikan pengobatan insulin
secara teratur dengan teknik
intravena secara intermitten
atau secara kontinyu
7. Lakukan konsultasi dengan ahli
diet
8. Auskultasi bising usus, catat
adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntah
9. Anjurkan pasien makan
makanan sedikit dan sering
(sesuai dengan jumlah kalori
yang boleh dikonsumsi)
3. Risiko tinggi infeksi/sepsis berhubungan dengan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda infeksi
kadar glukosa tinggi, atau penurunan fungsi selama 3 x 24 jam sepsis berkurang. dan peradangan.
leukosit atau perubahan pada sirkulasi. Kriteria Hasil : 2. Tingkatkan upaya pencegahan
1. Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan infeksi dengan melakukan cuci tangan,
seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesa, dan memakai handscon, masker,
angka leukosit dalam batas 5000-11000 ul. kebersihan lingkungan.
2. b. Suhu tubuh tidak tinggi (36,5oC-37oC).
3. Kadar GDS 60-100 mg/dl. 3. Pertahankan teknik aseptik dan
4. Glukosa urin negatif. sterilisasi alat pada prosedur
5. Leukosit dalam batas normal. invasif.
4. Anjurkan untuk makan sesuai
jumlah kalori yang dianjurkan
terutama membatasi masuknya
gula.
5. Bantu pasien untuk personal
hygiene.
6. Berikan antibiotik yang sesuai.
7. Lakukan pemeriksaan kultur
dan sensitivitas sesuai indikasi.
8. Atur jadwal aktivitas dan
istirahat pasien secara
berimbang.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisik (ulkus Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji faktor yang mengakibatkan
DM) selama 3 x 7 jam diharapkan nyeri klien berkurang kedidakyamanan
Kriteria Hasil: 2. Kaji nyeri secara komprehensif
a. Melaporkan nyeri berkurang (penyebab, kualitas, lokasi,
b. Mampu mengontrol nyeri skala dan waktu/durasi nyeri).
c. Menyatakan rasa nyaman 3. Observasi tanda non verbal dari
d. Ekspresi wajah pasien tidak terlihat meringis ketidaknyamanan
kesakitan
e. Nadi 80-84 x/menit 4. Control faktor lingkungan yang
f. Skala nyeri 0 atau 1 atau 2 atau 3 atau 4 mempengaruhi
ketidaknyamanan
5. Ajarkan klien dan keluarga
manajemen nyeri non
farmakologi dengan nafas
dalam
6. Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgesic
5 Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi keadaan luka : lokasi,
gangguan metabolisme (ulkus DM) selama 3x30 menit diharapkan kerusakan integritas kedalaman, karakteristik, warna
jaringan dapat berkurang cairan, granulasi, jaringan
Kriteria Hasil : nekrotik, dan tanda-tanda
1. Menunjukkan proses penyembuhan luka. infeksi lokal).
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi (kemerahan, 2. Jaga kulit agar tetap bersih dan
bengkak, teraba hangat, dan tidak ada pus) kering.
3. Lakukan perawatan luka
dengan teknik steril.
4. Berikan posisi yang nyaman
untuk mengurangi tekanan pada
luka.
5. Anjurkan klien dan keluarga
untuk menjaga daerah luka agar
tetap bersih dan kering.
6. Anjurkan klien untuk makan
makanan yang tinggi protein
7. Beri terapi kolaborasi antibiotik
jika perlu.
8. Dapatkan kultur dari drainase
luka saat masuk.
9. Berikan dilokasasilin 500 mg
per awal setiap 6 jam, mulai jam
10.00 malam amati tanda-tanda
hipersensitivitas.
BAB III
LAPORAN KASUS
Ny.G, usia 54 tahun datang ke IGD dengan keluhan luka pada kaki kanan dan terasa nyeri luka sulit
sembuh yang semakin memberat sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya, 3 bulan
sebelum masuk rumah sakit pasien sering merasa kesemutan dan kebas yang hilang timbul pada kaki
dan tangan. Selain itu, pasien sering terbangun di malam hari untuk berkemih, dan sering merasa lemas
badan. Keluhan ini dirasakan perlahan dan semakin lama semakin memberat. Karena merasa
keluhannya tak kunjung hilang, akhirnya pasien datang ke puskesmas untuk berobat. Menurut dokter
bahwa pasien memiliki kencing manis. Menurut pasien, ia pernah mendapatkan obat metformin dari
puskesmas yang diminum 2 kali dalam sehari, namun hanya dikonsumsi selama satu bulan. Karena
dirasakan keluhan berkurang, pasien tidak lagi rutin kontrol gula darah dan tidak mengonsumsi obat
kencing manis lagi. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, ketika pasien sedang membersihkan
halaman rumah dan tidak menggunakan alas kaki, tidak sengaja kaki kanan pasien menginjak serpihan
bambu kecil. Luka hanya dicuci dengan air bersih dan tidak dibalut. Awalnya luka pada kaki kecil
seukuran biji jagung. Setelah itu, pasien merasa telapak kaki kanannya terasa nyeri dan panas. Semakin
lama telapak kaki kanannya membengkak dan luka semakin besar dan muncul nanah. Selain itu pasien
juga sering merasa demam naik turun, nafsu makan pasien menurun dan pasien sering merasa mual
namun tidak sampai muntah. Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan
serupa. Pasien tidak memiliki riwayat merokok, tetapi pasien sering mengkonsumsi makanan manis.
Karena dirasa keadaan semakin memburuk, pasien datang ke RS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu 37,9 C, IMT 21,4, terdapat
luka berbentuk ulkus pada regio plantar pedis yang meluas hingga dorsum pedis dektra. Luka berukuran
8 cm x 5 cm x 0,5 cm. Pada luka terdapat edema (+), hiperemis (+), pus (+), darah (-), jaringan nekrotik
(-), bau (+), terlihat jaringan otot disekitar luka. Nyeri tekan (+), CRT sulit dinilai, pulsasi dorsalis pedis
(+) lemah. Sensorik sekitar luka mulai menurun akibat terasa sakit. Pada pemeriksaan penunjang
laboratorium darah lengkap didapatkan hemoglobin 13,1 gr/dL (normal: 12-16 g/dL), leukosit
21.040/uL (normal: 3200-10.000/uL), gula darah sewaktu 268 mg/dl (normal: <200 mg/dl ), gula darah
puasa 162 mg/dl (normal: <126 mg/dl), gula darah 2 jam PP 314 mg/dl (normal: <200 mg/dl) dan
HbA1c 12% (normal :<7%) ketika berjalan. Penatalaksanaan khusus yaitu dengan pemberian IVFD
NaCl 0,9% gtt xx/menit, Insulin long acting (Levemir) 1x8 U (0-0-0-8), Insulin short acting
(Novorapid) 3x8 U (8-8-8-0), Ceftriaxon 1 gram/12 jam, Metronidazol 500mg/8jam.
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PSIK STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Garis keluarga
: Garis keturunan
: Pasien
: Garis Serumah
4. Diagnosa Medik Pada Saat MRS, Pemeriksaan Penunjang, dan Tindakan Yang Telah
Dilakukan
1. Diagnose Medik : DM dengan ulkus pedis dextra
a. Laboratorium
Pemeriksaan Lab Hasil Nilai normal
Hemoglobin (HB) 13,1 gr/dL 12-16 g/dl (Wanita)
14-18 g/dl (Pria)
Leukosit 21.040 Ul 5000-10.000 mcl
Gula darah sewaktu 268 mg/dl 70-130 mg/dl
Gula darah puasa 162 mg/dl <100 mg/dl
Gula darah 2 jam 314 mg/dl <140 mg/dl
HbA1c 12% Dibawah 5,7% : Normal
Antara 5,7-6,4% : Prediabetes
Mencapai 6,5 %/ lebih : Diabetes
IV. Pemeriksaan Fisik (Cephalocaudal) Yang Meliputi: Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan
Auskultasi
Keluhan yang dirasakan saat ini:
TD: 110/80 mm/Hg RR: 20 x/m N: 84 x/m S: 37,9 oC
IMT : 21,4
Kepala:
a. Penglihatan
Berkurang Ganda Kabur Buta/
gelap Tidak ada gangguan
▪ Visus : tidak ada masalah
▪ Sklera : icterus
▪ Konjungtiva : anemis
▪ Nyeri : tidak ada
▪ Kornea : tidak ada masalah
▪ Alat bantu : tidak ada
b. Pendengaran
Normal Berdengung Berkurang Alat bantu
Tuli Tidak ada keluhan pendengaran
Keluhan lain : tidak ada keluhan lain
b. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris tidak ada polip, mukosa bersih tidak terdapat
secret, tidak ada lesi dan edema
Palpasi : tidak nyeri tekan saat di palpasi
c. Mulut/Gigi/Lidah
Inspeksi : mukosa mulut kering , tidak ada karies gigi , tidak ada gigi palsu ,
tidak ada lesi ,tidak ada edema ,tidak ada pembesaran pada tongsil,
bibir kering
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Respiratori
a. Dada : bentuk dada simetris, tidak ada lesi , tidak ada edema,
tidak ada nyeri tekan
b. Batuk : tidak ada
Karakteristik Sputum : tidak ada
c. Bunyi napas : tidak ada
▪ Sesak napas saat : tidak ada
➢ Ekspirasi ➢ Inspirasi ➢ Istirahat ➢ Aktivitas
Tipe pernapasan : pernafasan normal
Perut Dada Biot
Kussmaul Cynestokes Lainnya
Frekuensi napas : 20 x/mnt
Penggunaan otot-otot asesori:, tidak ada Napas Cuping Hidung : tidak ada
Fremitus : tidak ada
Vibrasi sama antara dada kiri dan kanan serta punggung kiri dan kanan.
Sianosis : tidak ada
▪ Keluhan Lain : tidak ada
Kardiovaskular
Riwayat Hipertensi : tidak ada Masalah Jantung: tidak ada
Demam Rematik : tidak ada
Bunyi Jantung : Bunyi 1-2 (lup-dup) Frekuensi: 84 x/mnt
Irama : Reguler
Kualitas : Normal Murmur: Tidak ada
Nyeri dada, Intensitas : Tidak ada Palpitasi
Pusing Cianosis
▪ Capillary refill : < 2 detik
Riwayat Keluhan lainnya : Tidak ada
▪ Edema, lokasi : Tidak ada Grade : -
▪ Hematoma, lokasi : Tidak ada
Neurologis
Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak ada
Sakit Kepala : tidak ada Lokasi nyeri: pada luka rego pedis dextra
Frekuensi:
▪ GCS : Eye = 4 Verbal = 5 Motorik = 6
▪ Pupil : tidak ada masalah
▪ Reflek cahaya : tidak ada masalah
▪ Sinistra : tidak ada masalah
▪ Dextra : tidak ada masalah
▪ Bicara : Normal
Komunikatif Aphasia Pelo
Pasien dapat berbicara normal dan kooperatif
▪ Keluhan lain :
Kesemutan Bingung Tremor Gelisah Kejang
Tidak ada keluhan
▪ Koordinasi ekastemitas
Normal Paralisis, Lokasi : Plegia, Lokasi :
Koordinasi gerakan baik dengan IMT
▪ Keluhan lain :
Terdapat nyeri dengan karakteristik nyeri P:,DM Q: R: S:, T:
Integumen
▪ Warna kulit
Kemerahan Pucat Sianosis Jaundice Normal
Tidak ada keluhan lain
▪ Kelembaban :
Lembab Kering
▪ Turgor : Elastis
> 2 detik < 2 detik
Keluhan lain : tidak ada
Abdomen
Nyeri Tekan : Tidak ada
Lunak/keras : tidak ada
Massa : tidak ada Ukuran/Lingkar Perut: tidak terkaji
Bising usus : 6 x/menit
Asites : tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
Musculoskeletal
Nyeri otot/tulang, lokasi : Tidak ada Intensitas : Tidak ada
Kaku sendi, lokasi : Tidak ada
Bengkak sendi, lokasi : Tidak ada
Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : Tidak ada
Alat bantu, jelaskan : Tidak ada
Pergerakan terbatas, jelaskan : Tidak ada
Keluhan lain, jelaskan : Tidak ada
Seksualitas
Aktif melakukan hubungan seksual : Aktif
Penggunaan alat kontrasepsi : tidak terkaji
Masalah/kesulitan seksual : tidak ada
Perubahan terakhir dalam frekuensi : tidak ada
Wanita:
Usia Menarche : tidak terkaji Lamanya siklus: -Durasi: -
Periode menstruasi terakhir : tidak terkaji Menopouse: -
Melakukan pemeriksaan payudara sendiri : tidak terkaji
PAP smear terakhir : tidak terkaji
Pria
Rabas penis : - Gangguan prostat :-
Sirkumsisi :-
Vasektomi :-
Impoten :- Ejakulasi dini :-
V. Program Terapi
− IVFD NaCl 0,9% gtt xx/menit
− Insulin long acting (Levemir) 1x8 U (0-0-0-8)
− Insulin short acting (Novorapid) 3x8 U (8-8-8-0)
− Ceftriaxon 1 gram/12 jam
− Metronidazol 500mg/8jam.
I. ANALISA DATA
No Data Penunjang Penyebab Masalah
1. DS: Deficit Insulin Gangguan integritas
kulit
− Pasien mengatakan luka DM
pada kaki kanan dan luka
Ambilan glukosa meningkat
sulit sembuh
− Pasien mengatakan nyeri Hiperglikemi
pada bagian luka Glukosa darah meningkat
− Pasien mengatakan
Penebalan membrane dasar
mempunyai riwayat vaskuler
penyakit DM
Disfungsi endotel
makrovaskular dan
DO : mikrovaskular
− Terdapat ulkus pada regio
Mikro angiopati
plantar pedis yang meluas
hingga dorsum pedis dektra Neuropati sensoris
2. DS : Dm Resiko infeksi
− Pasien mengatakan panas Terdapat Ulkus
dan nyeri pada luka
− Pasien mengatakan demam Resiko infeksi
naik turun
DO :
− Terdapat nyeri tekan pada
area ulkus
− Pada luka terdapat edema
. − Terdapat pus/nanah
− Terdapat hiperemis
− Terdapat bau
− Leukosit : 21.040/uL
− TTV
TD : 110/70 mmHg
RR: 20 x/menit
N: 84 x/menit
S: 37,9 c
Ket :
1(Memburuk)
2(Cukup memburuk)
3(Sedang)
4(Cukup membaik)
5(Membaik)
Indicator Dikaji Hasil
Kadar sel 2 5
darah
putih
2 Kerusakan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan luka
kulit/jaringan Setelah dilakukan asuhan 2.1 Monitor karakteristik luka
keperawatan selama 2 x 24 jam 2.2 Monitor tanda-tanda infeksi
maka kriteria hasil yang di 2.3 Bersihkan dengan cairan
harapkan NaCl atau pembersihan
Ket: nontoksik, sesuai kebutuhan
1(Meningkat) 2.4 Bersihkan jaringan nekrotik
2(Cukup meningkat) 2.5 Berikan salep yang sesuai
3(Sedang) pada kulit/lesi, jika perlu
4(Cukup menurun) 2.6 Pasang balutan sesuai jenis
5(Menurun) luka
Indicator Dikaji Hasil 2.7 Pertahankan teknik steril
Kerusakan 2 5 saat melakukan perawatan
jaringan luka
menurun 2.8 Ganti balutan sesuai dengan
Kerusakan 2 5 jumlah eksudat dan drainase
lapisan kulit 2.9 Anjurkan mengkonsumsi
Nyeri 3 5 makanan tinggi kalori dan
Kemerahan 3 5 protein
Hematoma 3 5 2.10 Kolaborasi prosedur
debridement, jika perlu
2.11 Kolaborasi pemberian
antibiotic, jika perlu
3 Deficit pengetahuan Tingkat pengetahuan Edukasi kesehatan
Setelah dilakukan asuhan 3.1 Identifikasi kesiapan dan
keperawatan 1 x 24 jam maka kemampuan menerima
kriteria hasil yang di harapkan informasi
Ket : 3.2 Jadwalkan pendidikan
1(Menurun) kesehatan sesuai kesepakatan
2(Cukup menurun) Berikan kesempatan untuk
3(Sedang) bertanya
4(Cukup meningkat) 3.4 Jelaskan factor resiko yang
5(Meningkat) dapat mempengaruhi kesehatan
Indicator Dikaji Hasil
Perilaku 2 5
sesuai
anjuran
CATATAN PERKEMBANGAN
3.1. Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai
dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja
insulin, atau keduanya. Ulkus kaki diabetic merupakan komplikasi akibat gejala neuropati
yang menyebabkan hilang atau berkurangnya rasa nyeri di kaki, sehingga apabila penderita
mendapat trauma akan sedikit atau tidak merasakan nyeri sehingga mendapatkan luka pada
kaki. Penatalaksanaan ulkus kaki diabetik harus dilakukan dengan segera meliputi kendali
metabolik, kendali vaskular, kendali infeksi, kendali luka, kendali tekanan, dan
penyuluhan.
3.2. Saran
Seorang Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
kanker pankreas secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai
penyakit tersebut. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam
penatalaksaan serta meningkatkan pengetahuan tentang kanker pankreas yang dideritanya.
Daftar Pustaka
WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T
Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
Rosdahl, C B dan Mary T. Kowalski. (2015). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC