OLEH
21131205
KELOMPOK C2
PROFESI NERS
T.A 2021/2022
TINJAUAN PUSTAKA
A.Konsep Dasar Penyakit
1.Defenisi
Diabetes melitus adalah penyakit kronis progresif yang dapat di tandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein (Black &
Hawks, 2014). Diabetes Melitus tipe II adalah perubahan yang disebabkan defek sekresi insulin
progresif diikuti dengan resistensi insulinkebanyakan berhubungan dengan obesitas. Diabetes
Melitus tipe II adalah resistensi terhadap aktivitas insulin biologis, baik hati maupun jaringan
perifer, keadaan ini juga disebut sebagai resistensi insulin.
Diabetes Melitus tipe II memiliki penurunan sensitivitas insulin terhadap kadar glukosa
yang mengakibatkan produksi glukosa hepatik berlanjut, bahkan sampai kadar glukosa tinggi. Hal
ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot dan jaringan lemak untuk meningkatkan ambilan
glukosa (Black & Hawks, 2014). Diabetes Melitus tipe II disebabkan oleh kombinasi resistensi
insulin dan disfungsi sekresi insulin sel β, berkisar dari resistansi terhadap insulin pradominan
disertai defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin pradominan, dengan atau tanpa
resintensi insulin (Bilous, 2014).
2. Etiologi
Menurut (Padila, 2012)etiologi diabetes melitus dibagi dalam beberapa faktor :
A. Diabetes melitus tipe II
Menurut(Padila, 2012)Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin
Faktor-faktor resiko :
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Klasifikasi Diabetes Melitus Tipe II
Secara khusus di Indonesia merujuk pada klasifikasi American Diabetes Association (ADA,
2003) yaitu :
a. Diabetes melitus tipe II yaitu tipe diabetes tidak tergantung insulin atau non insulin
dependen diabetes melitus (NIDDM), dikenal juga sebagai Maturity Onset Diabetes (MOD).
Tipe ini terbagi dua bentuk yaitu :
1) Obesitas
2) Non Obesitas
4. Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II
a. Diabetes melitus tipe II
Respons terbatas sel beta terhadap hipergilkemia tampak menjadi faktor mayor dalam
perkembangannya.Sel beta terpapar secara kronis terhadap kadargula darah tinggi menjadi
progresif kurang efesien ketika merespons peningkatan glukosa lebih lanjut. Proses
patofisiologi kedua dalam diabetes melitus tipe II adalah resistensi terhadap aktivitas insulin
biologis, dihati maupun jaringan perifer. Keadaan ini disebut resistensi insulin, diabetes
melitus tipe II memiliki penurunan sensivitas insulin terhadap kadar glukosa, mengakibatkan
produksi glukosa hepatik berlanjut bahkan sampai dengan kadar glukosa darah tinggi
(M.Black & Hawks, 2014).
5. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus
Manifestasi klinis utama diabetes berupa polifagi (peningkatan makan), polidipsi
(peningkatan rasa haus dan minum), poliuria (peningkatan buang air kecil), kelemahan, berat
badan menurun, mengantuk.Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa hari. Manifestasi
lain yang berlangsung perlahan dari beberapa hari atau beberapa minggu berupa kesemutan,
gatal, mata kabur (Hotma, 2014).
6. Komplikasi Diabetes Melitus
Menurut (Hotma, 2014). Berbagai komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes
baik yang bersifat akut maupun kronik :
a. Komplikasi akut
Ada tiga komplikasi akut pada diabetes melitus yang penting berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek yaitu :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang menunjukan kadar glukosa dalam darah
rendah. Kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl, pada penyandang diabetes
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktifitas fisik yang berat dan
berlebihan.
2) Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak.
3) Syndrom hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang di dominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang
disertai perubahan tingkat kesadaran.Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan
diuresis osmotik sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk
mempertahankan keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari intrasel ke
ruang ekstrasel.
b. Komplikasi kronik
Menurut (Hotma, 2014). Komplikasi kronik diabetes dapat menyerang semua sistem
organ tubuh, kerusakan organ tubuh disebabkan oleh menurunnya sirkulasi darah ke
organ akibat kerusakan pada pembuluh darah.
1) Komplikasi Makrovaskuler
Perubahan pembuluh darah besar akibat aterosklerotik menimbulkan masalah yang
serius pada diabetes.Arterosklerotik yang terbentuk sangat beragam tergantung pada
lokasi pembuluh darah yang terkena, derajat sumbatan yang ditimbulkan dan
lamanya sumbatan itu terjadi. Arterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah
arteri koroner, maka akan menyebabkan penyakit jantung koroner, yang terjadi pada
pembuluh darah serebral akan menyebabkan stroke.
2) Komplikasi Diabetikum
a. Retinopati diabetikum
Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina
mata, retina mengandung banyak sekali pembuluh darah kecil seperti arteriol,
venula dan kapiler.Retinopati diabetic dapat menyebabkan kebutaan.
b. Nefropati diabetikum
Bila kadar glukosa darah tinggi maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami
stres yang mengakibatkan kerusakan pada membrane filtrasi sehingga terjadi
kebocoran protein darah ke dalam urine. Kondisi ini mengakibatkan tekanan
dalam pembuluh darah ginjal meningkat.
c. Neuropati diabetikum
Terdapat 2 tipe neuropati diabetik yang paling sering dijumpai yaitu polineuropati
sensorik dan neuropati otonom.Polineuropati sensorik disebut neuropati perifer,
gejala awalnya adalah parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan dan peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari). Dengan bertambah
lanjutnya neuropati ini kaki akan terasa baal. Neuropati otonom merupakan
neuropati yang menyerang sistem saraf otonom dan mengakibatkan berbagai
disfungsi otonom otonom yang mengenai hampir seluruh sistem organ tubuh
seperti kardiovaskuler, gastrointestinal, urinarius, kelenjar adrenal dan disfungsi
seksual.
7. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Menurut PERKENI (2015), penatalaksanaan diabetes melitus terdiri :
a. Edukasi
Diabetes melitus tipe II umumnya terjadi pada saat pola hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan peyandang diabetes melitus memerlukan
partisipasi aktif pasien, keluarga, masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku. Edukasi yang diberikan meliputi :
1) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukan untuk kelompok
resiko tinggi.
2) Edukasi untuk pencegahan sekunder yaitu edukasi yang ditunjukan untuk pasien
baru. Materi edukasi berupa pengertian diabetes, gejala, penatalaksanaan, mengenal
dan mencegah komplikasi akut dan kronik.
3) Edukasi untuk pencegahan tersier yaitu edukasi yang ditunjukan pada pasien tingkat
lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi dan
perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.
b. Terapi gizi atau perencanaan makan
Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total.
Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim
(dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri).
Menurut (Almatsier, 2008)bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes melitus
meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabeteas melitus
2. Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan
mineral
3. Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil
4. Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada penderita
diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit
makrovaskuler akan menurun
5. Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi komplikasi yang dapat
ditimbulkan dari diabetes melitus
c. Latihan jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes melitus karena dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakain insulin.
Latihan juga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar
kolesterol serta trigliserida (ADA, 2012).
Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu selama
kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti :
jalan kaki, bersepeda santai, jogging dan berenang.
d. Terapi farmakologis
Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar, olahraga yang
teratur dan obat-obatan yang diminum atau suntikan insulin.Pasien diabetes melitus tipe
I diperlukan suntikan insulin setiap hari. Pasien diabetes melitus tipe II umumnya pasien
perlu minum obat anti diabetes secara oral atau tablet, pasien diabetes memerlukan
suntikan insulin pada kondisi tertentu atau bahkan kombinasi suntikan insulin dari tablet
(ADA, 2012).
e. Monitoring keton dan gula darah
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita diabetes
dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal.
Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien diabetes
melitus, monitor gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi kemungkinan
terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar
diatas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus (Almatsier, 2008)
8. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe II
Menurut (Mary, 2007) tanda dan gejala Diabetes Melitus yaitu :
a. Diabetes melitus tipe II
1. Serangan lambat karena sedikit insulin diproduksi
2. Haus meningkat (polidipsi) karena tubuh berusaha membuang glukosa
3. Urinasi meningkat (poliuria) karena tubuh berusaha membuang glukosa
4. Infeksi kandida karena bakteri hidup dari kelebihan glukosa
5. Penyembuhan tertunda/lama karena naiknya kadar glukosa di dalam darah
menghalangi proses kesembuhan
9. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan Laboratorium
1.Pemeriksaan kadar gula darah
2.Tes toleransi glukosa oral
3.HBA1C untuk control keberhasilan terapi
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A.Pengakajian
1. Identitas pasien
Biasanya terdiri dari nama, no.rekam medis, umur berapa, agama, jenis kelamin, pekerjaan,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk, yang mengirim, cara masuk RS dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh kelelahan, BB menurun, kulit pecah, sering BAK, sering merasa
haus dan lapar.
b.Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien Dm tipe II dahulunya jarang berolahraga, sering makan makanan yang
berlebihan dan suka banyak makan dan minum dan BB tidak bertambah.
3. Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Biasanya pasien cemas dengan keadaannya
4. Pola nutrisi/metabolisme
a. Pola makan
Biasanya pasien DM pola makannya meningkat
b.Pola minum
Biasanya pasien DM pola minumnya meningkat
5.Pola eliminasi
*BAB
Biasanya pasien DM Tipe II BAB normal
*BAK
Biasanya pasien Dm tipe II sering kencing karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
6.Pola aktivitas/latihan
Biasanya pasien dm tipe 2 mengalami kelelahan.
7.Pola istirahat tidur
Biasanya pasien dm tipe 2 mengalami gangguan tidur karena sering berkemih.
8.Pola kognitif persepsi
Biasanya pasien dm tipe 2 pola kognitifnya normal
9.Pola peran hubungan
Biasanya pasien dm tipe 2 peran hubungannya normal
10.Pola seksualitas/reproduksi
Biasanya pasien dm tipe 2 mengalami gangguan seksualitas dan reproduksi
11.Pola persepsi diri/konsep diri
Biasanya pasien dm tipe 2 pola persepsinya terganggu karena keadannya
12.Pola koping toleransi stress
Biasanya pasien dm tipe 2 stress dengan penyakitnya
13.Pola keyakinan nilai
Biasanya pasien dm tipe 2 pola keyakinannya meningkat
14.Pemeriksaan Fisik
*TTV
-Suhu : biasanya suhunya normal
-Nadi : biasanya normal
-Tekanan Darah : biasanya terjadi peningkatan TD
-RR : biasanya pernafasan normal
*Tinggi Badan
-BB : Biasanya menurun
-Kepala
-rambut : biasanya rambut bersih
-mata : biasanya konjungtiva tidak anemis
-hidung : biasanya lubang hidung simetris
-mulut : biasanya mukosa bibir lembab
-telinga : biasanya telinga simetris, bersih
*Leher
-trakea : biasanya berada ditengah
-JVP : biasanya normal
-kelenjar tiroid : biasanya tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
-nodus limfe : biasanya normal
*Dada
-Paru : I :biasanya normal
P :biasanya vocal fremitus kanan dan kiri sama
P :biasanya suara sonor
A :biasanya normal
-Jantung : I :biasanya ictus cordis tidak tampak
P :biasanya ictus cordis teraba
P :biasanya suara lup dup
A :biasanya tidak ada bunyi jantung tambahan
-Abdomen : I : biasanya tidak ada pembengkakan
A : biasanya adanya bising usus
P : biasanya tidak ada nyeri tekan
P : biasanya terdengar bunyi tympani
*Ekstremitas : I : biasanya terlihat kelemahan otot
P : biasanya tidak ada benjolan/akral teraba hangat
Vesikuler perifer : biasanya normal
*Integumen : I : biasanya ada ulkus
P : biasanya tugor kulit menurun
*Neurologi : -status mental/gcs : biasanya penurunan sensori
-saraf cranial : biasanya normal
-reflek fisiologis : biasanya lambat
-reflek patologis : biasanya reflek lambat
*Payudara : biasanya tidak ada masalah
*Genitalia : biasanya tidak ada masalah
*Rectal : biasanya tidak ada masalah
15.Pemeriksaan penunjang
a. Diagnostik
-kadar glukosa darah puasa <130 mg/dl
-kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl
-kadar glukosa darah setelah makan 2 jam setelah makan < 120 mg/dl
b.Uji laboratorium
-kadar haemoglobin glikosilase
-kadar albumin glikosilase
-ketonuria
-protenuria
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia
3.Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perawatan luka
C.Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Ketidakstabilan *Ketidakstabilan kadar Manajemen
kadar glukosa darah glukosa darah Hiperglikemia
b.d resistensi insulin Kriteria hasil : Tindakan :
-Mengantuk (menurun) *Observasi
-Pusing (menurun) -identifikasi kemungkinan
-Lelah/lesu (menurun) penyebab hiperglikemia
-Keluhan lapar (menurun) -ientifikasi situasi yang
-Berkeringat (menurun) menyebabkan kebutuhan
-Mulut kering (menurun) insulin meningkat
-Rasa haus (menurun) -monitor kadar glukosa
-Kadar glukosa dalam darah darah, jika perlu
(membaik) -monitor tanda dan gejala
-Kadar glukosa dalam urine hiperglikemia
(membaik) -monitor intake dan output
-Jumlah urine (membaik) cairan
*Teraupetik
-berikan asupan cairan oral
-konsultasi dengan medis,
jika tanda dan gejala
hiperglikemia tetap
ada/membaik
*Edukasi
-anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa
-anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
-ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
-ajarkan pengelolaan
diabetes (mis: penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, dll )
*Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
insulin
-kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
-kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Perfusi perifer tidak Perfusi perifer Perawatan sirkulasi
efektif b.d Kriteria hasil : Tindakan :
Hiperglikemia -denyut nadi perifer *Observasi
(meningkat) -periksa sirkulasi perifer
-peyembuhan luka (meningkat) -identifikasi factor resiko
-warna kulit pucat (menurun) gangguan sirkulasi
-edema perifer (menurun) *Teraupetik
-nyeri ekstremitas (menurun) -hindari pemasangan
-kelemahan otot (menurun) infus/pengambilan darah
-akral (membaik) diarea keterbatasan perfusi
-tugor kulit (membaik) -lakukan hidrasi
*Edukasi
-anjurkan berolahraga
rutin
-anjurkan program diet
memperbaiki sirkulasi
Perawatan emboli
perifer
Tindakan :
*Observasi
-periksa sirkulasi
pernafasan secara
menyeluruh
-monitor tanda-tanda
penurunan sirkulasi vena
*Teraupetik
-lakukan rentang gerak
aktif dan pasif
-ubah posisi setiap 2 jam
*Edukasi
-jelaskan mekanisme
terjadinya emboli perifer
*Kolaborasi
-kolaborasi pemberian anti
keunggulan
NIM : 21131205
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Pasien
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Nama : Ny.R
Umur : 16 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
PENGGUNAAN :
TB : 155 cm
Pola Makan
Di rumah
Frekuensi : 3x/hari
Di rumah sakit
Skrining Nutrisi
0 1 2 Nilai
0 = risiko rendah
1 = risiko sedang
Pola Minum
Minuman : Teh es
disukai
Intake cairan 24 jam (uraikan apa saja intake pasien) : Intake = air minum + infus
= 2.400 + 1000
= 3.400 cc
IWL : BB x 15 = 825
Ouput Cairan 24 jam (uraikan apa saja ouput pasien) : Urine + IWL
= 1.200 + 825
= 2.025
= 1.375
Keluhan pasien terkait masalah kulit (misalnya kering, gatal, adanya lesi) : Adanya edema pada
ekstremitas bawah dan turgor kulit kering.
Yang dinilai 4 3 2 1
Total skor 15
Kriteria penilaian :
16 – 20 = tidak beresiko
12 – 15 = rentan resiko √
Ukuran luka : -
Kondisi luka : -
Gambar luka : -
5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Di rumah Di rumah
sakit
( ) lainnya, .............
b. BAK
Di rumah Di rumah sakit
( ) kadang-kadang
Kateter : ( ) tidak ( √ ) ya
1 Makan √
3 Mandi √
4 Berpakaian √
5 Membersihkan diri √
6 Berpindah/berjalan √
TOTAL SKOR 10
Keterangan :
Nilai 0 bila pasien tidak dapat melakukannya, nilai 5 bila pasien dibantu melakukannya dan nilai 10
bila pasien mandiri
0 – 20 = ketergantungan total √
21 – 99 = ketergantungan sebagian
100 = mandiri
c. Alat bantu : ( ) Tidak ada ( ) Kruk ( ) Pispot ditempat tidur ( ) Walker ( ) Tongkat
( ) kursi roda
Vertigo: ( ) Ya ( √ ) Tidak
Deskripsi : P :.....................................................................................................................................
Q :....................................................................................................................................
R :.....................................................................................................................................
S :....................................................................................................................................
T : ....................................................................................................................................
Penatalaksanaan nyeri:___________________________________________________________
Lain-lain: -
Jelaskan : Pasien mengatakan mengeluh karena kondisi tubuh yang sedang sakit.
b. Role/peran
( ) overload peran ( ) perubahan peran ( √ ) transisi peran karena
sakit
( ) konflik peran ( ) keraguan peran
Jelaskan : Pasien merasa perannya sebagai ibu kurang terpenuhi karena di rawat di RS
c. Identity/identitas diri
( ) kurang percaya diri ( ) merasa kurang memiliki potensi
LILA -
Leher
P : pekak
P : Bunyi tympani
Neurologi
Saraf cranial
Reflek fisiologi
Reflek patologis
Laboratorium
16. TERAPI
. Ceftriaxone 2x/IV
. Levofloxacim 1x/IV
. Heparin IV
. Novorapid 3x/SC
.Levemir 8 unit 1x/SC
.O2 Nasal kanul 3L/i
.IVFD Nacl 0,9% 500 cc 12j/kolf
B. ANALISA DATA
No Data Penunjang Masalah Etiologi
Keperawatan
1. DS : Pola nafas tidak Hambatan upaya nafas
efektif
-Pasien mengatakan nafas
terasa sedikit sesak
-Pasien mengatakan tidak
nyaman saat bernafas
DO :
-Pasien tampak sedikit
sesak
-RR : 24x/i
-Penggunaan otot bantu
pernafasan ( O2 3l/i)
-Fase ekspirasi memanjang
2.
DS : Ketidakstabilan kadar
Resistensi Insulin
glukosa darah
-Pasien mengatakan badan
terasa lelah
DO :
-Pasien tampak lemah
-Mukosa bibir pasien
tampak kering
-Jumlah urine meningkat
- GDS : 383mg/dl
-Haus meningkat
3. DS : Perfusi perifer tidak Hiperglikemia
efektif
-Pasien mengatakan nyeri
pada ekstremitas bawahnya
-Pasien mengatakan
ekstremitas sering
kesemutan
DO :
-Warna kulit tampak pucat
-Akral teraba dingin
-Turgor kulit menurun
-CRT <3 detik
-Edema pada ekstremitas
bawah
B.Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d Hambatan upaya nafas
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d Hiperglikemia
3. Perfusi perifer tidak efektif b/d Hiperglikemia
C.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Kep SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak Pola Nafas Manajemen Jalan Nafas
efektif b.d Kriteria Hasil : Tindakan :
Hambatan upaya
nafas -Dispnea (menurun) *Observasi
-Penggunaan otot -Monitor pola nafas
bantu pernafas -Monitor bunyi nafas
(menurun) -Monitor sputum
-Pemanjangan fase *Teraupetik
ekspirasi (menurun) -Pertahankan kepatenan jalan nafas head
-Ortopnea (menurun) tilt dan chin lift
-Pernafasan cuping -Posisikan semi fowler/fowler
hidung (menurun) -Berikan minum hangat
-Frekuensi nafas -Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
(membaik) -Berikan oksigen, jika perlu
-Kedalaman nafas *Edukasi
(membaik) -Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
-Ajarkan teknik batuk efektif
*Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian bronkodilator ,
jika perlu
D.Implementasi Keperawatan
N Hari/Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Ttd
O
1. Selasa/ 1 -Memonitor pola nafas S:
14-09- -Memonitor bunyi nafas -Pasien mengatakan
2021/16.00 -Memposisikan semi nafasnya masih terasa sesak
fowler O:
-Memberikan minuman -Pasien tampak sedikit sesak
hangat -RR : 24x/i
-O2 3l/i
A:
Pola nafas tidak efektif
belum teratasi
P:
-Intervensi dilanjutkan
-Mempertahankan posisi
semi fowler
2
-Mengidentifikasi
S:
kemungkinan penyebab
-Pasien mengatakan
hiperglikemia
badannya terasa lelah
-Memonitor kadar gula
O:
darah
-Pasien tampak lemah
-Memonitor tanda dan
-Jumlah urine : 1200 cc
gejala hiperglikemia
-GDS : 383 mg/dl
-Memonitor intake dan
-suntik insulin 8 unit
ouput cairan
A:
-Ketidakstabilan kadar
glukosa darah belum teratasi
P:
-Intervensi dilanjutkan
3. -Monitor pemberian therapy
-Memeriksa sirkulasi -Pantau KGD
perifer yaitu : nadi,
edema, pengisian kapiler, S:
suhu -Pasien mengatakan
-Mengidentifikasi factor ekstremitasnya sering
resiko gangguan sirkulasi kesemutan
yaitu : diabetes O:
-Memonitor nyeri atau -Warna kulit pucat
bengkak pada ekstremitas -Edema pada ekstremitas
bawah
-CRT >3 dtk
- Suhu : 37° C
A : Perfusi perifer tidak
efektif belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2.
-Memonitor kadar gula S:
darah -Pasien mengatakan sedikit
-Memonitor intake dan pusing
ouput cairan -Keluarga mengatakan
-Menganjurkan sudah paham cara
memonitor kadar gula penggunaan insulin
darah secara mandiri O:
-Mengajarkan -GDS : 245 mg/dl
pengelolaan diabetes -Jumlah urine : 750 cc
kepada keluarga ( yaitu -Pasien dan keluarga
penggunaan insulin) tampak mengerti edukasi
yang diberikan
A:
-Ketidakstabilan kadar
glukosa darah belum teratasi
P:
-Intervensi dilanjutkan
-Pantau KGD
3.
-Memeriksa sirkulasi
S:
perifer
-Pasien mengatakan
-Memonitor panas,
esktermitasnya masih terasa
kemerahan / bengkak
kesemutaan
pada estremitas
O:
-Menghindari
-HR : 98 x/i
pemasangan
-CRT >3 dtk
infus/pengambilan darah
-Suhu : 36,5° C
pada area keterbatasan
-Warna kulit sudah sedikit
perfusi
tidak pucat
A:
-Perfusi perifer tidak efektif
belum teratasi
P:
-Intervensi dilanjutkan
3. Kamis/16- 1 -Memonitor pola nafas S:
09- -Memposisikan posisi -Pasien mengatakan
2021/10.00 semi fowler nafasnya sudah sedikit
-Memonitor bunyi nafas terasa tidak sesak
O:
-RR : 21x/i
-Pasien tampak tidak sesak
-O2 3l/i
A:
-Pola nafas tidak efektif
teratasi sebagian
P:
-Intervensi dilanjutkan
3.
-Memeriksa sirkulasi S:
perifer -Pasien mengatakan rasa
-Memonitor kesemutan pada
panas/kemerahan pada ekstremitasnya sudah sedikit
ekstremitas membaik
-Menghindari O:
pengukuran TD pada -HR : 98x/i
ekstremitas dengan -CRT >3dtk
keterbatasan perfusi -Warna kulit sudah tidak
-Menganjurkan pucat
berolahraga rutin -Suhu : 36,5° C
A:
-Perfusi perifer tidak efektif
teratasi sebagian
P:
-Intervensi dilanjutkan