Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PROFESI NERS

KEPERAWATAN DIABETES MELITUS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn. H DENGAN ULKUS DIBETIKUM


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TIPE II
DI POLIKLINIK BEDAH RSUP Dr. SARDJITO
Pembimbing Akademik: Rosa Delima E, S.Kp, M.Kes

Disusun Oleh :

Abiyyu Naufal Susanto (P07120521041)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Keperawatan Profesi Ners


Keperawatan Diabetes Melitus

Asuhan Keperawatan Pasien Tn. H dengan Ulkus Dibetikum dengan Diagnosa


Medis Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Bedah RSUP Dr. Sardjito

Disusun Oleh :

Abiyyu Naufal Susanto (P07120521041)

Telah disetujui pada :

Hari/Tanggal :

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

Rosa Delima E, S.Kp, M.Kes


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI ULKUS DIABETIKUM

A. Definisi

Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu masalah kesehatan yang

apabila terjadi komplikasi serius dapat menimbulkan risiko besar berupa

kematian. Diabetes mellitus terjadi karena kelainan pada sekresi insulin yang

dapat menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan

protein dengan ciri utama penyakit multisitem ini adalah hiperglikemi akibat

kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Bonger, Shiferaw, &

Tariku, 2018). Klien dengan dibetes mellitus tipe II mengalami retensi insulin

disertai penurunan sekresi insulin yang tingkat keparahannyaberagam mulai

dari defisiensi relatif hingga defisiensi dominan (ADA, 2017).

Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir

dan ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman

saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus

diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit

diabetes mellitus dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).

Ulkus diabetikum sering diawali dengan cedera pada jaringan lunak

kaki, pembentukan fisura antara jari-jari kaki atau di daerah kulit yang

kering, atau pembentukan sebuah kalus. Cedera tidak dirasakan oleh pasien

yang kepekaan kakinya sudah menghilang dan bisa berupa cedera termal

(misalnya, berjalan dengan kaki telanjang di jalan yang panas, atau


memeriksa air panas untuk mandi dengan menggunakan kaki), cedera kimia

(misalnya, membuat kaki terbakar pada saat menggunakan preparat kaustik

untuk menghilangkan kalus, veruka atau bunion), atau cedera traumatik

(misalnya, melukai kulit ketika menggunting kuku kaki, menginjak benda

asing dalam sepatu, atau mengenakan kaus kaki yang tidak pas) (Hidayat &

Nurhayati, 2014). Ulkus diabetikum didefinisikan sebagai erosi pada kulit

yang meluas mulai dari lapisan dermis sampai ke jaringan yang lebih dalam,

akibat dari bermacam-macam faktor dan ditandai dengan ketidakmampuan

jaringan yang luka untuk memperbaiki diri tepat pada waktunya, sehingga

timbul kerusakan integritas kulit pada pasien (Wandhani, 2019).

B. Etiologi

Menurut Smeltzer (2015) Diabetes Melitus dapat diklasifikasikan

kedalam dua kategori klinis yaitu:

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DM TIPE 1)

a. Genetik

Umunya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1

namun mewarisi sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan

genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1. Kecendurungan genetik

ini ditentukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA

(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen

yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi & proses

imunnya. (Smeltzer dan Bare, 2015)


b. Imunologi

Pada diabetes tipe 1 terdapat fakta adanya sebuah respon

autoimum. Ini adalah respon abdomal dimana antibodi terarah pada

jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya sebagai jaringan asing. (Smeltzer dan Bare,

2015)

c. Lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun

yang menimbulkan destruksi selbeta. (Smeltzer dan Bare, 2015)

2. Diabetes melitus tidak tergantung insulin (DM TIPE II)

Menurut Smeltzel (2015) mekanisme yang tepat yang

menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang

peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga
C. Patofisiologi

Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT2) terjadi sebagai akibat

kombinasi beberapa aspek yang berlangsung lama, dapat bertahun-tahun

secara subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan sekresi insulin,

resistensi insulin, dan ominous octet.

1. Penurunan Sekresi Insulin

Penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel β

pankreas. Suatu penelitian menemukan bahwa gangguan fungsi sel

pankreas ini terjadi secara dini bahkan sebelum adanya resistensi

insulin.

2. Resistensi Insulin

Resistensi insulin akan terjadi bila alur penyimpanan nutrisi yang

bertugas memaksimalkan efisiensi penggunaan energi terpapar terus

menerus dengan surplus energi. Surplus energi ini akan menurunkan

sensitifitas insulin. Paparan surplus energi dalam jangka panjang akan

menyebabkan sensitifitas insulin semakin menurun hingga terjadi

resistensi insulin, terutama pada jaringan otot, hepar, dan lemak.

Resistensi insulin akan menyebabkan penurunan asupan glukosa

perifer diiringi dengan peningkatan endogen produksi glukosa oleh

hepar melalui proses glukoneogenesis. Selain itu, jaringan tubuh yang

tidak mendapat energi juga akan memecah lipid dalam jaringan sel

lemak sehingga terjadi katabolisme lemak tubuh atau lipolisis.


3. Ominous Octet

Resistensi insulin dan penurunan sekresi insulin akan

menyebabkan terjadinya ominous octet yang menyebabkan terjadinya

hiperglikemia. Ominous octet adalah gabungan dari kondisi berikut:

a. Penurunan sekresi insulin pankreas

b. Penurunan efek inkretin

c. Peningkatan lipolisis

d. Peningkatan reabsorpsi glukosa

e. Penurunan uptake glukosa perifer

f. Disfungsi neurotransmitter

g. Peningkatan produksi glukosa oleh hepar

h. Peningkatan sekresi glukagon dari sel-sel alfa pulau Langerhans

i. Keadaan hiperglikemia yang terjadi karena ominous octet ini

dapat berlangsung selama bertahun-tahun secara subklinis

sebelum gejala klinis penyakit muncul.

D. Manifestasi Klinis

Tanda gejala pada penderita diabetes mellitus menurut Andyagreeni

(2010):

1. Ketoasidosis atau serangan diam – diam pada diabetes tipe I.

2. Keletihan akibat defisiensi energy dan keadaan katabolis.

3. Kadang – kadang tidak ada gejala (pada diabetes tipe II).


4. Diuretic osmotic yang disertai poliuria, dehidrasi, polidipsia, selaput

lender keringdan kekencangan kulit buruk.

5. Pada ketoasidosis dan keadaan non-ketotik hiperosmolar

hiperglikemik, dehidrasi berpotensi menyebebkan hipovolemia dan

syok.

6. Jika diabetes tipe I tidak dikontrol, pasien mengalami penurunan berat

badan dan selalu lapar, padahal ia sudah makan sangat banyak.

E. Komplikasi

Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe

II akan menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi

menjadi dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronik (Smeltzel dan Bare, 2015; PERKENI , 2015)

1. Komplikasi Akut

a. Ketoasidosis Diabetik (KAD)

KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai

dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600

mg/dl), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan

plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-

320 mOs/Ml) dan terjadi peningkatan anion gap

(PERKENI,2015).

b. Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar

glukosa darah hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala

hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar, banyak

keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik

seperti pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma

(PERKENI, 2015).

c. Hiperosmolar Non Ketonik (HNK)

Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah

sangat tinggi (600- 1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala

asidosis,osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380

mOs/ml),plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit

meningkat (PERKENI, 2015).

2. Komplikasi Kronis (Menahun)

Menurut Smeltzer 2015,kategori umum komplikasi jangka

panjang terdiri dari:

a. Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah

tepi, pembuluh darah otak

b. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata

(retinopati diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal

(nefropati diabetik)
c. Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di

mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera

atau penyakit

d. Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,

contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi

kulit dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.

e. Ulkus

Konsep Penyakit Ulkus Diabetikum Pada Diabetes Mellitus

Tipe 2 adalah sebagai berikut:

1) Pengertian

Ulkus diabetikum merupakan kerusakan yang terjadi

sebagian (Partial Thickness) atau keseluruhan (Full

Thickness) pada daerah kulit yang meluas ke jaringan

bawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang

terjadi pada seseorang yang menderita penyakit Diabetes

Melitus (DM), kondisi ini timbul akibat dari peningkatan

kadar gula darah yang tinggi. Apabila ulkus kaki

berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan

tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki,

infeksi, neuroarthropati dan penyakit arteri perifer

merupakan penyebab terjadinya gangren dan amputasi

ekstremitas pada bagian bawah.


2) Penyebab ulkus diabetikum

Penyebab dari ulkus kaki diabetik ada beberapa

komponen yaitu meliputi neuropati sensori perifer, trauma,

deformitas, iskemia, pembentukan kalus, infeksi dan

edema. faktor penyebab terjadinya ulkus diabetikum terdiri

dari 2 faktor yaitu faktor endogen dan eksogen. Faktor

endogen yaitu genetik metabolik, angiopati diabetik,

neuopati diabetik sedangkan faktor eksogen yaitu trauma,

infeksi, dan obat.

3) Klasifikasi ulkus diabetikum

Klasifikasi ulkus diabetik adalah sebagai berikut:

a) Derajat 0 : Tidak ada lesi yang terbuka, luka masih

dalam keadaan utuh dengan adanya kemungkinan

disertai kelainan bentuk kaki seperti “claw, callus”

b) Derajat I : Ulkus superfisial yang terbatas pada kulit.

c) Derajat II : Ulkus dalam yang menembus tendon dan

tulang.

d) Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa

adanya osteomielitis.

e) Derajat IV : Gangren yang terdapat pada jari kaki atau

bagian distal kaki dengan atau tanpa adanya selulitis.


f) Derajat V : Gangren yang terjadi pada seluruh kaki

atau sebagian pada tungkai.

F. Pathway

Gambar 1. Pathway Diabetes Melitus


Sumber : Menurut Smeltzel dan Bare (2015); Padila (2012); dan Wilkinson
(2012) dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(PPNI, 2017)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Hari, tanggal pengkajian : Senin, 9 Agustus 2021 Pukul : 11.30 WIB

Tempat : Bangsal Isolasi Abimanyu RSUD Nyi Ageng Serang

Oleh : emi Indrayati

Sumber Data : Pasien, dan keluarga

Metode : Observasi, pemeriksaan fisik, wawancara

A. Riwayat Kesehatan

Nama : Tn. E

Alamat : Kaliwiru Tuksono Sentolo KP

No. Rekam Medis : 0492XX

Tanggal Lahir : 29-04-1990 Usia : 31 tahun

Jenis kelamin : Wanita √ Laki-laki

Tipe Diabetes : v Tipe I Tipe II Lainnya: -


Lama menderita

Riwayat diabetes dalam keluarga : √ Ya Tidak


Bila ya, riwayat keluarga dari :

√ Ayah Ibu Kake Nenek Saudara Kembar


k
Genogram :

Sosial :

Pendidikan terakhir:

Tidak sekolah SD SMP √ SMA PT

Bahasa sehari-hari yang digunakan :

Bhs. Indonesia √ Bhs. Daerah: Bahasa Jawa Lainnya: -

Status pernikahan :
√ Kawin Janda Duda Belum Kawin Tidak Kawin

Sistem dukungan sosial :

Tidak ada √ Keluarga Tetangga Klpk. Sosial Lainnya:______

Jenis pekerjaan :

PNS Swasta Wiraswasta Pensiunan √ Lainnya: Tukang


parkir

Hobi :

Olah raga Musik Melukis Perjalanan jauh √ Lainnya:


mancing

Pola Makan :

Makan teratur : √ ya tidak

Frekuensi : tiga kali sehari, pukul 06.00; 12.00; 19.00


Makan umbi-umbian seperti ketela,kentang sebagai
snak setelah terdiagnosa DM

Sebelum terdiagnosa DM makan tidak terkontrol, suka jajan


diwarung ,minum soda ,minum teh manis ,dan gorengan

Minum : 1.500 cc sehari (kurang lebih 5-7 gelas kecil ukuran sekitar 210cc)
Jenis: √ air putih/mineral √ teh/kopi . sirup suplemen

Pemanis : √ murni : gula pasir buatan

Keluhan : mual muntah kembung


. √ banyak makan √ banyak minum
Komposisi makanan : √ Karbohidrat √ protein √ lemak √ bua susu
h
Sumber karbohidrat
utama: nasi (konsumsi 1
porsi piring makan 3 kali sehari). Sumber protein dari telur ayam, daging ayam, tempe.
Buah yang biasa dkonsumsi: pisang dan melon,semangka Frekuensi konsumsi buah tidak
rutin. Jarang mengonsumsi sayur.

Kategori makanan : seimbang √ tidak seimbang

Siapa yang memasak : sendiri √ keluarga pembantu catering

Kebiasaan makan di luar rumah : ya √ tidak

Konsumsi Alkohol : v ya √ tidak

Berapa banyak : tidak pernah

Berapa sering : tidak pernah

Merokok : ya √ tidak Frekuensi : - batang sehari

Riwayat berhenti merokok sejak tiga tahun yang lalu

Napza : ya √ tidak Jenis :-

Pengobatan Terakhir :

Umum untuk penyakit : untuk mencegah infeksi

nama obat/dosis : Cefixim 2x 200mg, metformin 3x


500mg,glimeirid 1x1mg, amlodipin 5 mg 1x1

Diabetes :√ OHO nama/dosis : Metformin 3x 500mg, Glimepirid 1x1 mg

√ insulin nama/dosis : -

Obat yang dibeli sendiri/bebas : tidak ada


Terapi komplementer : tidak ada

Tingkat Aktivitas Sehari-hari

Olahraga : senam jalan kaki jogging berenang

golf sepeda berkebun lat.beban lain-lain

Pasien tidak melakukan olah raga atau aktivitas fisik lainnya


karena ada ada luka dikaki seperti abses sering timbul

Frekuensi : .- /minggu

Rata-rata lama tiap aktivitas/olahraga : - menit

Keterbatasan kemampuan

Tingkat keterbatasan :

(1) Kelumpuhan : ada √tidak ket :

(2) Gangguan Pendengaran : ada √ tidak alat Bantu dengar: -

(3) Komplikasi yang berhubungan dengan diabetes :

Penurunan daya penglihatan : kaca mata kontak lens buta

Neuropati : (a) Perifer : √ ada tidak nyeri tdk√nyeri

lokasi : mati rasa pada area mata kaki kebawah , ada luka dikaki kanan
sudah 2 bulan yang lalu, terlihat jari tengah, jari ke4 menghitam,ada luka
dipunggung dan telapak kaki bernanah, bau

(b) Otonom : ada tidak ket :

Vaskuler :

(a) Jantung :

(b) √ t.a.k nyeri dada kaki bengkak sesak nafas


Kaki
dan jari kaki :

t.a.k kesemutan √ hiperpigmentas rambut rontok


i
Fungsi ginjal : jumlah urine dalam 24 jam : kurang lebih 1200 cc
ISK-

Seksualitas :

√ t.a.k disfungsi ereksi keputihan/fluor albus

(4) Mobilitas :

mandiri dengan alat/ dengan


protese bantuan/supervisi
dengan bantuan/ supervisi √
dan alat/ protese tergantung

Ket :

Pasien mengatakan 1 minggu terakhir ini aktifitas dibantu istri, kaki


kanan tidak bisa untuk berjalan, dan klau berjalan agak menggeh
menggeh

(5) Dexteritas (ketrampilan motorik halus)

√ t.a.k Terganggu Ket: -

(6) Kekuatan otot:

Ekstrimitas atas 5/5

Ekstrimitas bawah 5/5

Monitoring Diri Terhadap Kontrol Diabetes (Metode pemeriksaan)

Pemeriksaan urine : glukosa (GDS) Strip yang digunakan : -

Pemeriksaan glukosa sendiri : Ya √ Tidak Keton darah: -


Frekuensi pemeriksaan : 1 bulan 1x, dan situasional klau merasa ada keluhan cek
di apotik

Pasien perawatan luka di Puskesmas setiap hari, kontrol gula di Puskesmas 1


bulan 1x dan situasional kalau merasa ada keluhan misalnya sering kencing dr
normal

Sistem yang digunakan :

(1) Visual, jenis strip :

(2) Jenis glukometer darah : GDS

Akurasi pemeriksaan gula darah : akurat

Akurasi/teknik pemberian insulin : ya tidak

Jenis insulin : short acting intermediate long acting


Nama insulin

Frekuensi/dosis -.

Waktu pemberian :-.

Penyesuaian Psikologis Terhadap Diabetes :

v Cemas Denial Depresi Dapat menyesuaikan dengan baik

Status mental :


Harga diri baik cukup kurang

Self efficacy baik cukup kurang

Optimisme baik cukup kurang

Kontrol diri baik cukup kurang

Rasa memiliki baik cukup kurang

Pengkajian Pengetahuan Tentang Diabetes


Edukasi Diabetes sebelumnya : √ Ya Tidak
Pasien dan keluarga sudah diedukasi oleh
puskesmas saat diketahui sakit gula

Kehadiran dalam kelompok edukasi : Ya √ Tidak


Bila ya : - Teratur Tidak teratur

Nama kelompok : tidak mengikuti


kegiatan edukasi kelompok seperti prolanis DM di puskesmas

Alasan pasien dirawat di rumah sakit : Pasien rencana debridement ulkus DM


test antigen positif

B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Umum

Kesadaran :

√ Composmenti Apati somnole soporu soporocom com


s s n s a a

Suhu : 37.3oC Nadi : 96x/menit Pernafasan : 24x/menit spo2


95-96%

Tekanan darah saat berbaring : - mmHg Saat duduk : 137/88 mmHg

Postural drop/hipostatik : Ada √ Tidak

Tinggi badan : 163cm Berat badan : 75 kg

Riwayat penambahan/penurunan berat badan : v Ada Tidak

Bila ya : 30kg dalam waktu : 1 tahun

Secelum terdeteksi DM ,BB pasien 102 kg, Setelah terdeteksi DM dalam 1


tahun pasien menurunkan BB dengan olah raga lari turun 30kg, setelah BB
turun dan ada bisul dikaki tidak melakukan olah raga lagi

IMT : -

Gejala diabetes : √ rasa haus poliuria √ polidipsi letargi


Hasil pemeriksaan
urine lengkap terakhir (tanggal) : -
Hasil pemeriksaan darah terakhir : glukosa puasa, 2 jam pp/sewaktu, darah
lengkap, LDL, HDL, Trigliserida, HbA1c, C.peptide, Protein
plasma,albumin, globulin (tanggal):

GDS: 423 ( tanggal saat di poli bedah )

Keton darah : Ya Tidak

Keton urine : Ya Tidak

(2) Kulit

Hiperpigmentasi : √ Ya Tidak
Lokasi : kaki kanan terdapat luka dipunggung
kaki dan telapak kaki luas 3x4 cm, terlihat jari ke 2,3,4 nekrosis kehitaman,
hiperpigmntasi sampai mata kaki
v kenyal/elasti kering/keripu
Turgor kulit : s t

Kelainan kulit : kalus mata ikan √ luka/ulkus edema

Lokasi luka : penebalan penggumpala memar √ infeksi


n
Terdapat pus kurang lebih
2cc, berbau anyir khas
ulkus DM area plantar dan telapak kaki dekstra

(3) Mulut

Membran mukosa mulut : kering √ lembab stomatitis

Bibir : kering √ lembab radang


Halitosis : ya √ tidak

Gigi : karies gigi gusi struktur gigi yang tidak


gigi tanggal memerah benar

Lokasi : -
(4) Kaki dan Jari kaki

Suhu kaki dan jari kaki: hangat dingin v pucat

Area kaki kanan teraba dingin, kulit pucat,

ABI (Ankle Brachial Indeks) kanan : - mmHg

ABI (Ankle Brachial Indeks) kiri : - mmHg

Hiperpigmentasi : √ Ya Tidak

Lokasi : area ujung jari kaki kanan menghitam,


terdapat ulkus area plantar dekstra dan telapak sedalam 2 cm seluas 3cm x 3cm

Tanda gangguan sirkulasi : Kehilangan rambut √ mengkilat

Lokasi : area ujung jari kaki kanan


menghitam dan batas antara area kulit yang mengalami ulkus dengan jaringan
yang sehat tampak mengkilap

Kelemahan otot kaki : Ya v Tidak

Ektrimitas atas kanan kiri 5/5

Ekstrimitas bawah kanan kiri 5/5

Kaki kanan: masih bisa digunakan untuk berjalan dengan bantuan atau
merambat
Ulkus : √ Ya Tidak

Terdapat pus di telapak kaki dan luka 3x5 cm , di


plantar luka 3x 3 cm,pus bau amis

Scar : Ya √ Tidak

a. Turgor kulit lambat

b. Area akral kaki kanan teraba dingin

d. Warna kulit pada ujung jari kaki kanan menghitam

e. Tidak teraba nadi perifer terutama pada punggung kaki kanan

f. Edema pada punggung kaki kanan

Hilangnya sensasi : Ya v Tidak


Tidak terasa nyeri saat area ulkus ditekan, begitu juga saat dicoba ditekan dengan
jari perawat dan pinset pasien mengatakan tidak merasakan perbedaan sensasi

Edema di kaki : Ya v Tidak

Cappilary refill time (CRT) > 2 detik

Infeksi jamur antara jari kaki : Ya √ Tidak

Area sela jari kaki kanan menghitam, terdapat luka

Kondisi kuku : pendek panjang √ rapi/tidak rapi

Area jari kaki kanan menghitam, terdapat luka ulkus DM. Tidak pernah melakukan
pemotongan kuku jari kaki kanan

Kebersihan kaki : Bersih √ Kotor

Area jari kaki kanan menghitam, terdapat luka


ulkus DM. Tidak pernah melakukan pemotongan kuku jari kaki kanan. Luka diganti

Jenis kaos kaki : lembut dan tdk ada √ tidak


tebal lipatan/sambungan menggunakan
kaos kaki

Luka dibalut perban dan dibersihkan dengan nacl


setiap pagi
Sepatu : standar terbuka tertutup
sempit longgar √ Tidak memakai alas kaki

Catatan podiatri, nomor telphon jika ada : -

Kesimpulan Pengkajian/ Masalah Keperawatan

Nutrisi kurang dari kebutuhan Ketidakberdayaan


√ Gangguan mobilitas fisik Perubahan persepsi sensori
(Risiko) Defisit volume cairan Risiko jatuh
Koping individu/ keluarga tidak
Disfungsi seksual
adekuat
Gangguan integritas Ketidakpatuhan thd program

kulit/jaringan terapi
Perfusi jaringan yang tidak
v Ketakutan/Cemas √
efektif
Gangguan eliminasi
Konstipasi
urine/retensi urine
Diare Risiko infeksi/Sepsis
Harga diri rendah Nyeri akut/ kronik
Perawatan diri yang tidak Pola pemeliharaan kesehatan
adekuat yang tidak efektif

Masalah kolaborasi :
Risiko hipoglikemia Risiko HHNK-Coma
Risiko DKA
Tanggal pengkajian : Senin,9 Agustus 2021
Tanda tangan perawat yang mengkaji

( Emi indrayati)
ANALISA DATA

Risiko jatuh (SDKI: D.0143 hal.306)

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Pasien mengatkan: Hasil observasi dan pemeriksaan
a. Memiliki riwayat amputasi kaki tampak:
kiri sampai pada area patela a. Terdapat luka ulkus DM pada
karena luka ulkus DM satu kaki kanan
tahun yang lalu b. Mobilitas dibantu keluarga
menggunakan kursi roda

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal


amputasi kaki (SDKI: D.0054 hal.124)
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatkan: Hasil observasi dan pemeriksaan
a. Memiliki riwayat amputasi kaki tampak:
kiri sampai pada area patela a. Kekuatan otot:
karena luka ulkus DM satu
tahun yang lalu
b. Pasien mengeluh susah untuk
bergerak dan berpindah posisi
dari berbaring ke duduk.

Tangan kanan: dapat melawan


tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal
Tangan kiri: dapat melawan
tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal
Kaki kanan: bisa melawan
gravitasi tetapi tidak dapat
menahan atau melawan
tahanan pemeriksa
Kaki kiri: hanya bisa
digerakkan untuk bergeser
b. Rentang gerak (range of
motion /ROM) pada
ekstremitas atas dekstra dan
sinistra dapat dengan bebas
digerakkan, sedangkan pada
ekstremitas bawah sinistra
hanya bisa digerakkan untuk
bergeser dan pada ekstremitas
bawah dekstra bisa digerakkan
untuk bergeser serta diangkat
saat tidak ada tahanan
c. Mobilitas dibantu keluarga
menggunakan kursi roda
Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
(SDKI: D.0129 hal.282)
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatkan: Hasil observasi dan pemeriksaan
a. Pasien mengatakan mati rasa tampak:
pada area ujung jari kaki kanan a. Tampak area kaki kanan
yang menghitam menghitam
b. Terdapat luka sedalam 2 cm
seluas 5cm x 3cm pada
telapak kaki kanan
c. Terdapat pus, berbau anyir
khas ulkus DM
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
(SDKI: D.0009 hal.37)
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Pasien mengatkan: Hasil observasi dan pemeriksaan
a. mati rasa pada area ujung jari tampak:
kaki kanan yang menghitam a. Turgor kulit lambat
b. Cappilary refill time (CRT) >
2 detik
c. Area akral kaki kanan teraba
dingin
d. Warna kulit pada ujung jari
kaki kanan menghitam
e. Tidak teraba nadi perifer
terutama pada punggung kaki
kanan
f. Edema pada punggung kaki
kanan
g. GDS: 256
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Pukul : 08.50 WIB

Tempat : Poliklinik Bedah RSUP Dr. SardjitoYogyakarta

Oleh : Abiyyu Naufal Susanto

1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia

dibuktikan dengan:

a. Turgor kulit lambat

b. Cappilary refill time (CRT) > 2 detik

c. Area akral kaki kanan teraba dingin

d. Warna kulit pada ujung jari kaki kanan menghitam

e. Tidak teraba nadi perifer terutama pada punggung kaki kanan

f. Edema pada punggung kaki kanan

g. GDS: 256

h. Pasien mengatakan mati rasa pada area ujung jari kaki kanan yang

menghitam

(SDKI: D.0009 hal.37)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal

amputasi kaki dibuktikan dengan:

d. Riwayat amputasi kaki kiri sampai pada area patela karena luka ulkus

DM satu tahun yang lalu


e. Kekuatan otot:

Tangan kanan Tangan kiri


5 5
Kaki kanan Kaki kiri
3 2
Tangan kanan: dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan

maksimal

Tangan kiri: dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan

maksimal

Kaki kanan: bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau

melawan tahanan pemeriksa

Kaki kiri: hanya bisa digerakkan untuk bergeser

f. Rentang gerak (range of motion /ROM) pada ekstremitas atas dekstra

dan sinistra dapat dengan bebas digerakkan, sedangkan pada ekstremitas

bawah sinistra hanya bisa digerakkan untuk bergeser dan pada

ekstremitas bawah dekstra bisa digerakkan untuk bergeser serta diangkat

saat tidak ada tahanan

g. Pasien mengeluh susah untuk bergerak dan berpindah posisi dari

berbaring ke duduk.

h. Mobilitas dibantu keluarga menggunakan kursi roda

(SDKI: D.0054 hal.124)

3. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan neuropati perifer

dibuktikan dengan:

a. Tampak area kaki kanan menghitam


b. Terdapat luka sedalam 2 cm seluas 5cm x 3cm pada telapak kaki kanan

c. Terdapat pus, berbau anyir khas ulkus DM

d. Pasien mengatakan mati rasa pada area ujung jari kaki kanan yang

menghitam

(SDKI: D.0129 hal.282)

4. Risiko jatuh dibuktikan dengan:

a. Riwayat amputasi kaki kiri sampai pada area patela karena luka ulkus DM

satu tahun yang lalu

b. Terdapat luka ulkus DM pada kaki kanan

c. Mobilitas dibantu keluarga menggunakan kursi roda

(SDKI: D.0143 hal.306)

Abiyyu Naufal Susanto


LUARAN DAN RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN

Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Pukul : 09.00 WIB

Tempat : Poliklinik Bedah RSUP Dr. SardjitoYogyakarta

Oleh : Abiyyu Naufal Susanto

DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI


Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Pukul : 09.00 WIB

Kategori: Fisiologis Perfusi perifer (SLKI: L.02011 hal. 84) Perawatan sirkulasi (SIKI: I.02079 hal.345)
Subkategori: Respirasi Setelah asuhan keperawatan pada pasien Observasi
Perfusi jaringan perifer tidak selama 1 kali pertemuan keadekuatan a. Periksa sirkulasi perifer (nadi perifer, edema,
efektif berhubungan dengan aliran darah pembuluh darah distal untuk CRT, warna, suhu)
hiperglikemia dibuktikan mempertahankan jaringan meningkat b. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi:
dengan: dengan kriteria hasil: DM
a. Denyut nadi perifer dari cukup c. Monitor panas, kemerahan, nyeri, bengkak
a. Turgor kulit lambat menurun menjadi sedang pada ekstremitas
b. Cappilary refill time b. Warna kulit pucat dari cukup Terapeutik
(CRT) > 2 detik meningkat menjadi sedang d. Hindari pengukuran tekanan darah pada
c. Area akral kaki kanan c. Akral dari cukup memburuk ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
teraba dingin menjadi sedang e. Lakukan perawatan kaki dan kuku
d. Warna kulit pada ujung d. Pengisian kapiler dari cukup Edukasi
jari kaki kanan memburuk menjadi sedang f. Anjurkan perawatan kulit yang tepat dengan
menghitam melembabkan kulit kering pada kaki
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
e. Tidak teraba nadi Mobilitas fisik (SLKI: L.05042 hal. 65) Manajemen sensasi perifer (SIKI: I.06195
perifer terutama pada Setelah asuhan keperawatan pada pasien hal.218)
punggung kaki kanan selama 1 kali pertemuan kemampuan Observasi
f. Edema pada punggung dalam gerakan fisik dari ekstremitas a. Identifikasi penyebab perubahan sensasi
kaki kanan bawah secara mandiri meningkat dengan b. Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
g. Pasien mengatakan mati kriteria hasil: c. Monitor perubahan kulit
rasa pada area ujung a. Pergerakan ekstremitas dari Terapeutik
jari kaki kanan yang menurun menjadi cukup d. Hindari penggunaan benda-benda yang
menghitam menurun terlalu panas atau terlalu dingin
b. Kekuatan otot dari menurun Abiyyu Naufal Susanto
(SDKI: D.0009 hal.37) menjadi cukup menurun
c. ROM dari menurun menjadi
cukup menurun
d. Gerakan terbatas dari menurun
menjadi cukup menurun

Penyembuhan luka (SLKI: L.14130


hal. 78)
Setelah asuhan keperawatan pada pasien
selama 1 kali pertemuan tingkat
regenerasi sel dan jaringan pada proses
penutupan luka meningkat dengan
kriteria hasil:
a. Penyatuan kulit dari cukup
menurun menjadi sedang
b. Jaringan granulasi dari cukup
menurun menjadi sedang
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
c. Bau tidak sedap pada luka dari
cukup meningkat menjadi sedang
d. Nekrosis dari cukup meningkat
menjadi sedang
Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Pukul : 09.05 WIB
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
Kategori: Fisiologis Mobilitas fisik (SLKI: L.05042 hal. 65) Dukungan mobilisasi (SIKI: I.05173 hal.30)
Subkategori: Aktivitas/ Setelah asuhan keperawatan pada pasien Observasi
istirahat selama 1 kali pertemuan kemampuan a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
Gangguan mobilitas fisik dalam gerakan fisik dari ekstremitas lainnya
berhubungan dengan gangguan bawah secara mandiri meningkat dengan b. Identifikasi toleransi fisik melakukan
muskuloskeletal amputasi kaki kriteria hasil: pergerakan
dibuktikan dengan: a. Pergerakan ekstremitas dari Terapeutik
menurun menjadi cukup c. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
a. Riwayat amputasi kaki menurun bantu (kursi roda)
kiri sampai pada area b. Kekuatan otot dari menurun d. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
patela karena luka ulkus menjadi cukup menurun dalam meningkatkan pergerakan
DM satu tahun yang c. ROM dari menurun menjadi Edukasi
lalu cukup menurun e. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
b. Kekuatan otot: d. Gerakan terbatas dari menurun
menjadi cukup menurun Pencegahan jatuh (SIKI: I.14540 hal. 279)
Observasi
Fungsi sensori (SLKI: L.06048 hal.28) a. Identifikasi faktor risiko jatuh (neuropati,
Setelah asuhan keperawatan pada pasien riwayat amputasi)
selama 1 kali pertemuan kemampuan b. Identifikasi faktor lingkungan yang
Tangan kanan: dapat untuk merasakan stimulasi raba membaik meningkatkan risiko jatuh (lantai licin,
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
melawan tahanan dengan kriteria hasil: penerangan kurang)
pemeriksa dengan a. Persepsi stimulasi kulit dari c. Hitung risiko jatuh dengan Fall Morse Scale
kekuatan maksimal cukup menurun menjadi sedang Terapeutik
Tangan kiri: dapat d. Pastikan roda trmpat tidur dan kursi roda
melawan tahanan Toleransi aktivitas (SLKI: L.05047 terkunci serta handrail terpasang
pemeriksa dengan hal. 149) e. Gunakan alat bantu jalan (kursi roda)
kekuatan maksimal Setelah asuhan keperawatan pada pasien Edukasi
Kaki kanan: bisa selama 1 kali pertemuan respons f. Anjurkan untuk memanggil perawat atau
melawan gravitasi fisiologis terhadap aktivitas yang keluarga jika membutuhkan bantuan untuk
tetapi tidak dapat membutuhkan tenaga meningkat dengan berpindah
menahan atau melawan kriteria hasil:
tahanan pemeriksa a. Keluhan lelah dari sedang Abiyyu Naufal Susanto
Kaki kiri: hanya bisa menjadi cukup menurun
digerakkan untuk b. Frekuensi nadi dari sedang
bergeser menjadi cukup meningkat
c. Rentang gerak (range of
motion /ROM) pada
ekstremitas atas dekstra
dan sinistra dapat
dengan bebas
digerakkan, sedangkan
pada ekstremitas bawah
sinistra hanya bisa
digerakkan untuk
bergeser dan pada
ekstremitas bawah
dekstra bisa digerakkan
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
untuk bergeser serta
diangkat saat tidak ada
tahanan
d. Pasien mengeluh susah
untuk bergerak dan
berpindah posisi dari
berbaring ke duduk.
e. Mobilitas dibantu
keluarga menggunakan
kursi roda
(SDKI: D.0054 hal.124)
Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Pukul : 09.10 WIB
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
Kategori: Lingkungan Integritas kulit dan jaringan (SLKI: Perawatan integritas kulit (SIKI: I.11353 hal.
Subkategori: Keamanan dan L.14125 hal.33) 316)
Proteksi Setelah asuhan keperawatan pada pasien Observasi
Gangguan integritas jaringan selama 1 kali pertemuan keutuhan a. Identifikasi penyebab gangguan integritas
berhubungan dengan neuropati jaringan meningkat dengan kriteria hasil: kulit (perubahan sirkulasi, penurunan
perifer dibuktikan dengan: a. Kerusakan jaringan dari sedang kelembaban, penurunan mobilisasi)
menjadi cukup menurun Terapeutik
a. Tampak area kaki b. Nekrosis dari sedang menjadi b. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
kanan menghitam cukup menurun kulit kering
b. Terdapat luka sedalam c. Sensasi dari sedang menjadi Edukasi
2 cm seluas 5cm x 3cm cukup membaik c. Anjurkan minum air yang cukup
pada telapak kaki kanan d. Suhu kulit dari sedang menjadi d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
c. Terdapat pus, berbau cukup membaik e. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
anyir khas ulkus DM sayur
d. Pasien mengatakan mati Penyembuhan luka (SLKI: L.14130 f. Anjurkan menghindari terpapar suhu
rasa pada area ujung hal. 78) ekstrem
jari kaki kanan yang Setelah asuhan keperawatan pada pasien Perawatan luka(SIKI: I.14564 hal. 328)
menghitam selama 1 kali pertemuan tingkat Observasi
regenerasi sel dan jaringan pada proses a. Monitor drainase, warna, ukuran, bau luka
(SDKI: D.0129 hal.282) penutupan luka meningkat dengan b. Monitor tanda-tanda infeksi
kriteria hasil: Terapeutik
a. Penyatuan kulit dari cukup c. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
menurun menjadi sedang d. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
b. Jaringan granulasi dari cukup pembersih nontoksik
menurun menjadi sedang e. Bersihkan dengan cairan povidone iodine
c. Bau tidak sedap pada luka dari pada luka dengan pus (nanah)
cukup meningkat menjadi sedang f. Bersihkan jaringan nekrotik
d. Nekrosis dari cukup meningkat g. Perthankan teknik steril perawatan luka
menjadi sedang h. Pasang balutan sesuai jenis luka
Edukasi
Perfusi perifer (SLKI: L.02011 hal. 84) i. Jelaskan tanda gejala infeksi
Setelah asuhan keperawatan pada pasien j. Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi
selama 1 kali pertemuan keadekuatan kalori dan protein
aliran darah pembuluh darah distal untuk k. Anjurkan prosedur perawatan luka mandiri
mempertahankan jaringan meningkat Kolaborasi
dengan kriteria hasil: l. Ingatkan keluarga untuk mengelola
a. Denyut nadi perifer dari cukup pemberian antibiotik sefalosporin 250mg
menurun menjadi sedang peroral/ 8 jam dan metronidazol 500mg
b. Warna kulit pucat dari cukup
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
meningkat menjadi sedang
c. Akral dari cukup memburuk peroral/ 8 jam
menjadi sedang Dukungan perawatan diri (SIKI: I.11348 hal.36)
d. Pengisian kapiler dari cukup Observasi
memburuk menjadi sedang Observasi
a. Monitor tingkat kemandirian
b. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri, berpakaian, berhias, dan makan
Terapeutik
c. Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
Edukasi
d. Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

Abiyyu Naufal Susanto

Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021


Pukul : 09.15 WIB
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
Kategori: Lingkungan Tingkat jatuh (SLKI: L.14138 hal. Pencegahan jatuh (SIKI: I.14540 hal. 279)
Subkategori: Keamanan dan 140) Observasi
Proteksi Setelah asuhan keperawatan pada pasien a. Identifikasi faktor risiko jatuh (neuropati,
Risiko jatuh dibuktikan selama 1 kali pertemuan derajat jatuh riwayat amputasi)
dengan: berdasarkan observasi atau sumber b. Identifikasi faktor lingkungan yang
a. Riwayat amputasi kaki informasi menururn dengan kriteria hasil: meningkatkan risiko jatuh (lantai licin,
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
kiri sampai pada area a. Jatuh dari tempat tidur dari penerangan kurang)
patela karena luka ulkus sedang menjadi menurun c. Hitung risiko jatuh dengan Fall Morse Scale
DM satu tahun yang b. Jatuh saat dipindahkan dari Terapeutik
lalu sedang menjadi menurun d. Pastikan roda trmpat tidur dan kursi roda
b. Terdapat luka ulkus c. Jatuh saat duduk dari sedang terkunci serta handrail terpasang
DM pada kaki kanan menjadi menurun e. Gunakan alat bantu jalan (kursi roda)
c. Mobilitas dibantu Edukasi
keluarga menggunakan Ambulasi (SLKI: L.05038 hal. 16) f. Anjurkan untuk memanggil perawat atau
kursi roda Setelah asuhan keperawatan pada pasien keluarga jika membutuhkan bantuan untuk
(SDKI: D.0143 hal.306) selama 1 kali pertemuan aktivitas berpindah
berpindah dari datu tempat ke tempat lain
secara mandiri dengan bantuan alat (kursi Manajemen keselamatan lingkungan (SIKI:
roda) meningkat dengan kriteria hasil: I.14513 hal.192)
a. Menopag berat badan dari cukup Observasi
menurun menjadi sedang a. Identifikasi kebutuhan keselamatan (kondisi
fisik)
Mobilitas fisik (SLKI: L.05042 hal. 65) Terapeutik
Setelah asuhan keperawatan pada pasien b. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
selama 1 kali pertemuan kemampuan (fisik, biologi, kimia)
dalam gerakan fisik dari ekstremitas c. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
bawah secara mandiri meningkat dengan bahaya dan risiko
kriteria hasil: Edukasi
a. Pergerakan ekstremitas dari d. Ajarkan pasien dan keluarga terkait risiko
menurun menjadi cukup tinggi bahaya lingkungan
menurun
b. Kekuatan otot dari menurun Dukungan mobilisasi (SIKI: I.05173 hal.30)
menjadi cukup menurun Observasi
DIAGNOSIS LUARAN RENCANA INTERVENSI
c. ROM dari menurun menjadi a. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
cukup menurun lainnya
Gerakan terbatas dari menurun menjadi b. Identifikasi toleransi fisik melakukan
cukup menurun pergerakan
Terapeutik
c. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (kursi roda)
d. Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
f. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

Abiyyu Naufal Susanto

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Pukul : 15.00 WIB

Tempat : Poliklinik Bedah RSUP Dr. SardjitoYogyakarta

Oleh : Abiyyu Naufal Susanto

Diagnosis Implementasi Evaluasi


Kategori: Fisiologis Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Subkategori: Respirasi Pukul : 15.00 WIB Pukul : 15.00 WIB
Diagnosis Implementasi Evaluasi
Perfusi jaringan perifer tidak efektif 1. Memriksa nadi perifer, edema, CRT, S:
berhubungan dengan hiperglikemia warna, suhu area kaki kanan Perubahan sensasi rabaan pada area kaki
2. Mengidentifikasi faktor risiko kanan pasien akibat salah satu komplikasi
gangguan sirkulasi DM berupa neuropati perifer salah
3. Mengidentifikasi penyebab satunya karena suplai darah ke area
perubahan sensasi perifer ekstremitas bawah tidak optimal
4. Memonitor perubahan kulit Pasien mengatakan tak terasa nyeri saat
5. Memonitor panas, kemerahan, nyeri, area ulkus ditekan, begitu juga saat dicoba
bengkak pada ekstremitas bawah ditekan dengan jari perawat dan pinset
dextra pasien mengatakan tidak merasakan
6. Memeriksa perbedaan sensasi tajam perbedaan sensasi
dan tumpul di area kaki kanan O:
7. Menghindari pengukuran tekanan Nadi perifer tak teraba pada punggung
darah pada ekstremitas dengan kaki kanan, terdapat edema pada kaki
keterbatasan perfusi kanan dan saat ditekan kembali > 2 detik,
8. Menghindari penggunaan benda- kakikanan tampak berwarna hitam dari
benda yang terlalu panas atau terlalu plantar sampai ke bagian dorsal kaki
dingin kanan. Ulkus seluas kurang lebih 12cm x
9. Melakukan perawatan kaki kanan dan 8 cm, terdapat pus berwarna kuning
kuku bercampur darah kurang kebih 3cc
Pasien memiliki riwayat DM sebagai
faktor yang menyebabkan gangguan
sirkulasi
Area kaki kanan yang menghitam teraba
dingin dibanding area kulit bagian lain di
sekitarnya
Pengukuran tekanan darah dilakukan pada
Diagnosis Implementasi Evaluasi
ekstremitas atas sehingga tidak
menghambat sirkulasi area ekstremitas
bawah
Alat yang digunakan dalam perawatan
luka disimpan dalam suhu ruangan
sehingga tidakada perbedaan suhu yang
ekstrem dengan suhu badan pasien
Area pus dirawat dengan povidon iodin
yang diencerkan dalam NaCl, sedangkan
area yang tidak ada pus dirawat
menggunakan cairan NaCL, kemudian
dikeringkan dan balutan luka diganti
A:
Perfusi jaringan perifer tidak efektif
berhubungan dengan hiperglikemia
teratasi sebagian
P:
Rencana tindak lanjut pada kontrol
pertemuan berikutnya 7 hari dari
kunjungan hari ini:
Periksa nadi perifer, edema, CRT, warna,
suhu area kaki kanan
Monitor perubahan kulit
Monitor panas, kemerahan, nyeri,
bengkak pada ekstremitas bawah dextra
Periksa perbedaan sensasi tajam dan
tumpul di area kaki kanan
Diagnosis Implementasi Evaluasi
Lakukan perawatan kaki kanan dan kuku

Abiyyu Naufal Susanto


Kategori: Fisiologis Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Subkategori: Aktivitas/ istirahat Pukul : 15.00 WIB Pukul : 15.00 WIB
Gangguan mobilitas fisik berhubungan 1. Mengidentifikasi adanya nyeri S:
dengan gangguan muskuloskeletal atau keluhan fisik lainnya Pasien mengatakan tidak ada rasa nyeri
amputasi kaki 2. Mengidentifikasi toleransi fisik pada area kaki kanan yang mengalami
melakukan pergerakan ulkus DM, sedangkan pada area post
3. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi amputasi kaki kiri satu tahun lalu juga
dengan alat bantu (kursi roda) tidak ada keluhan nyeri
4. Melibatkan keluarga untuk Pasien mampu menyebutkan tujuan
membantu pasien dalam mengapa ia disarankan memaksimalkan
meningkatkan pergerakan kemampuan untuk mobilisasi misalnya
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur belajar menjalankan kursi roda dengan
mobilisasi kedua tangan secara mandiri untuk jarak
dekat yaitu untuk memaksimalkan
kemampuan diri dan menambah semangat
hidup

O:
Pasien hanya mampu bergeser posisi di
atas tempat tidur dengan bertumpuan pada
kedua tangannya, untuk pidah dari kursi
roda ke tempat tidur dibantu oleh
keluarga
Untuk memudahkan mobilisasi pasien
Diagnosis Implementasi Evaluasi
menggunakan kursi roda dengan bantuan
keluarga
A:
Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan muskuloskeletal
amputasi kaki teratasi sebagian
P:
Rencana tindak lanjut pada kontrol
pertemuan berikutnya 7 hari dari
kunjungan hari ini:
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
fisik lainnya
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (kursi roda)
Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan

Abiyyu Naufal Susanto


Kategori: Lingkungan Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Subkategori: Keamanan dan Proteksi Pukul : 15.00 WIB Pukul : 15.00 WIB
Gangguan integritas jaringan 1. Mengidentifikasi perubahan S:
berhubungan dengan neuropati perifer sirkulasi, penurunan kelembaban, Pasien mampu menyebutkan ciri luka
penurunan mobilisasi yang tidak sehat karena infeksi seperti
2. Memonitor drainase, warna, luka tak kunjung sembuh, terdapat pus,
ukuran, bau luka terasa panas, dan terjadi pembengkakan.
3. Memonitor tanda-tanda infeksi Keluarga pasien mampu menyebutkan
4. Memonitor tingkat kemandirian contoh lauk pauk yang tinggi kalori dan
Diagnosis Implementasi Evaluasi
5. Mengidentifikasi kebutuhan alat protein seperti ikan, telur, daging ayam
bantu kebersihan diri, berpakaian, tanpa kulit, tahu, tempe, kacang, dan susu
berhias, dan makan rendah lemak.
6. Menghindari produk berbahan Pasien dapat menyebutkan kebutuhan
dasar alkohol pada kulit kering untuk minum air yang cukup berdasarkan
7. Melepas balutan dan plester secara berat badan yaitu (54kg x 30ml)/hari atau
perlahan 1620ml/hari.
8. Membersihkan dengan cairan Keluarga pasien bersedia menyediakan
NaCl atau pembersih nontoksik buah dan sayur dalam setiap menu makan
9. Membersihkan dengan cairan terutama buah dan sayur yang mudah
povidone iodine pada luka dengan diperoleh seperti pisang, jambu, mangga,
pus (nanah) bayam, kol, kubis dan sejenisnya.
10. Membersihkan jaringan nekrotik Pasien mampu menjelaskan alasan
11. Memperthankan teknik steril direkomendasikan untuk tidak kontak
perawatan luka dengan suhu yang terlalu panas atau
12. Memasang balutan sesuai jenis terlalu dingin pada area luka ujung kaki
luka pada luka ulkus kaki kanan karena pada pasien DM dengan ulkus
13. Memfasilitasi pasien untuk menyebabkan sensasi yang dirasakan
menerima keadaan ketergantungan kulit berkurang.
14. Menjelaskan tanda gejala infeksi Keluarga bersedia untuk menjadi
15. Menganjurkan mengonsumsi pengingat minum obat antibiotik
makanan tinggi kalori dan protein sefalosporin 250mg peroral/ 8 jam dan
16. Menganjurkan prosedur perawatan metronidazol 500mg peroral/ 8 jam bagi
luka mandiri pasien
17. Menganjurkan melakukan Pasien mampu untuk mengidentifikasi
perawatan diri secara konsisten kebutuhan yang masih dapat dipenuhi
sesuai kemampuan secara mandiri seperti makan dan
Diagnosis Implementasi Evaluasi
18. Menganjurkan minum air yang berpakaian
cukup
19. Menganjurkan meningkatkan O:
asupan nutrisi Pada area kaki kanan teraba dingin, kulit
20. Menganjurkan meningkatkan tampak menghitam, pada batas tepian
asupan buah dan sayur luka kulit tampak mengkilap kehitaman.
21. Menganjurkan menghindari Nadi perifer tak teraba pada punggung
terpapar suhu ekstrem kaki kanan, terdapat edema pada kaki
22. Mengingatkan keluarga untuk kanan dan saat ditekan kembali > 2 detik
mengelola pemberian antibiotik Kaki kanan tampak berwarna hitam dari
sefalosporin 250mg peroral/ 8 jam plantar sampai ke bagian dorsal. Luka
dan metronidazol 500mg peroral/ kaki kanan seluas kurang lebih 12cm x 8
8 jam cm, terdapat pus berwarna kuning
bercampur darah kurang kebih 3cc, belum
tampak jaringan granulasi yang berwarna
kemerahan. Luka beraroma khas gangren
DM.
Pada area luka ulkus DM kaki kanan
teraba dingin, terdapat edema pada kaki
kanan dan saat ditekan kembali > 2 detik
Tingkat kemandirian pasien bergsntung
pada bantuan keluarga terutama untuk
mobilsasi dan mandi, untuk makan dan
memakai baju dapat dilakukan secara
mandiri oleh pasien
Luka yang nekrotik berwarna hitam
dibersihkan dengan gunting jaringan
Diagnosis Implementasi Evaluasi
sehingga area luka terbebas dari jaringan
mati
Area luka ulkus dibersihkan dengan
teknik steril menggunakan cairan NaCl
0,9% dan bagian yang terapat pus
dibersihkan dengan povidon iodine lalu
dibilas dengan NaCl 0,9% dan
dikeringkan
Luka dibalut dengan kassa steril agar
tidak kontak dengan lingkungan luar
untuk meminimalkan risiko infeksi
Selama prosedur perawatan luka keluarga
pasien ikut memperhatikan langkah-demi
langkah dan keluarga bersedia merawat
luka secara mandiri di rumah sesuai yang
telah didemonstrasikan sesuai
kemampuan
A:
Gangguan integritas jaringan
berhubungan dengan neuropati perifer
teratasi sebagian
P:
Rencana tindak lanjut pada kontrol
pertemuan berikutnya 7 hari dari
kunjungan hari ini:
Lepas balutan dan plester secara perlahan
Diagnosis Implementasi Evaluasi

Bersihkan dengan cairan NaCl atau


pembersih nontoksik

Bersihkan dengan cairan povidone iodine


pada luka dengan pus (nanah)

Bersihkan jaringan nekrotik

Perthankan teknik steril perawatan luka


Pasang balutan sesuai jenis luka pada luka
ulkus kaki kanan

Abiyyu Naufal Susanto


Kategori: Lingkungan Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021 Hari, tanggal : Senin, 9 Agustus 2021
Subkategori: Keamanan dan Proteksi Pukul : 15.00 WIB Pukul : 15.00 WIB
Risiko jatuh 1. Menghilangkan bahaya S:
keselamatan lingkungan (fisik, Keluarga mampu menyebutkan tiga
biologi, kimia) contoh lingkungan di rumah yang berisiko
2. Memodifikasi lingkungan untuk membahayakan pasien dan menyebabkan
meminimalkan bahaya dan risiko jatuh yaitu pengawasan yang kurang dari
3. Memastikan roda tempat tidur dan keluarga,lantai licin, penerangan kurang
kursi roda terkunci serta handrail Keluarga pasien mampu menunjukkan
terpasang lokasi nurse station terdekat jika
4. Menggunakan alat bantu jalan membutuhkan bantuan untuk melakukan
(kursi roda) mobilisasi pasien
5. Mengidentifikasi faktor risiko O:
Diagnosis Implementasi Evaluasi
jatuh (neuropati, riwayat Sebelum melakukan intervensi
amputasi) keperawatan terlebih dahulu memastikan
6. Mengidentifikasi faktor ruang perawatan dalam kondisi yang
lingkungan yang meningkatkan aman bagi pasien termasuk lantai yang
risiko jatuh (lantai licin, rata dan tidak licin, penerangan dan
penerangan kurang) sirkulasi udara yang representatif
7. Menghitung risiko jatuh dengan Tempat tidur yang digunakan selama
Fall Morse Scale perawatan tidak memiliki roda sehingga
8. Mengidentifikasi kebutuhan meminimalkan risiko jatuh
keselamatan (kondisi fisik) Untuk mencegah jatuh selama
9. Mengajarkan pasien dan keluarga mobilisasi,pasien dibantu keluarga
terkait risiko tinggi bahaya menggunakan kursi roda
lingkungan Pasien dengan DM mengalami neuropati
10. Menganjurkan untuk memanggil terutama pada area ekstremitas bawah
perawat atau keluarga jika akibat komplikasi dari penyakitnya selain
membutuhkan bantuan untuk itu kaki kiri pasien telah diamputasi satu
berpindah tahun lalu sehingga semakin menambah
kejadian risiko jatuh
Pengkajian Fall Morse Scale:
Tidak ada riwayat jatuh 3 bulan terakhir
(0)
Diagnosis medis selain DM:
mikroangiopati (15)
Bantuan berjalan di kursi roda (0)
Tidak terpasang IV line / heparin lock (0)
Cara berpindah terganggu (20)
Status mental mengetahui kemampuan
Diagnosis Implementasi Evaluasi
diri (0)
Total skor Fall Morse Scale:35 (risiko
rendah dengan intervensi pencegahan
jatuh standar)
A:
Risiko jatuh teratasi sebagian
P:
Hitung risiko jatuh dengan Fall Morse
Scale
Pastikan roda trmpat tidur dan kursi roda
terkunci serta handrail terpasang
Gunakan alat bantu jalan (kursi roda)
Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan (fisik, biologi, kimia)
Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
bantu (kursi roda)
Abiyyu Naufal Susanto
PEMBAHASAN

Menurut Bandyk D. F. (2018) pendekatan multidisiplin untuk merawat

kaki diabetik direkomendasikan, yang mencakup penilaian tahunan (interval 3

bulan pada pasien berisiko tinggi) oleh dokter perawatan primer dan rujukan ke

ahli penyakit kaki dan ahli bedah vaskular untuk penderita diabetes dengan ulkus

kaki untuk evaluasi kaki. Dari hasil penelitan oleh Sen, P., Demirdal, T., & Emir,

B. (2019) pada 1873 pasien yang menjalani amputasi jenis kelamin laki-laki (rasio

odds [OR]: 1,31), merokok (OR: 1,38), riwayat amputasi (OR: 1,47), Wagner

grade 4 dan 5 (OR: 4.3 dan 6.4), gangren/nekrosis (OR: 9.9), ditemukan sebagai

prediktor amputasi pada DFI (Diabetic Foot Infection). Pasien yang diasuh

merupakan pasien laki-laki, dengan riwayat amputasi dengan skor wagner untuk

ulkus DM kaki kanan pada skor 2 yang memilikigangreen dan nekrosis area kaki

kanan.

Indikator terjadinya ulkus DM yang berpotensi pada amputasi kaki

menurut Gontijo, P (2020) diantaranya adalah: suhu kulit, keringat, lesi kulit,

denyut pedal kanan dan kiri, denyut tibialis kanan dan kiri. Pasien kurang dari

sepuluh tahun memiliki skor yang lebih buruk pada ketebalan, elastisitas, denyut

tibialis kanan dan integritas jaringan. Mereka dengan waktu diagnosis lebih dari

sepuluh tahun memiliki gangguan yang lebih besar dari sensasi dan denyut nadi

kanan. Semua indikator menunjukkan beberapa gangguan integritas jaringan, dan

waktu diagnosis penyakit dikaitkan dengan enam di antaranya.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan CoHA (cobalt-

substituted hydroxyapatite) pada perawatan kaki ulkus DM meningkatkan sifat

mekanik dan aktivitas biologis PVA (polyvinyl alcohol). Evaluasi

biokompatibilitas tidak menunjukkan sitotoksisitas yang signifikan dari komposit

PVA-CoHA. Selain itu, sejumlah kecil ion kobalt dilepaskan ke media kultur dari

nanokomposit dalam periode kultur sel dan meningkatkan pertumbuhan sel.

Penambahan CoHA juga menegaskan dapat menghambat pertumbuhan E-coli.

Komposit PVA-CoHA mungkin memiliki aplikasi potensial dalam penyembuhan

trauma diabetes dan pembalut luka (Lin WC, Tang CM, 2020). Berdasarkan

temuan penelitian Lobmann R, et.al (2020) pengobatan dini DFU (diabetic foot

ulcer) dengan dressing sukrosa oktasulfat direkomendasikan dari sudut pandang

ekonomi kesehatan karena biaya pengobatan yang lebih rendah, efektivitas biaya

yang lebih besar dan tingkat penyembuhan luka yang lebih tinggi. Sedangkan

menurut Stephen S, et.al (2016) pengobatan dengan insulin topikal ditemukan

aman dan efektif dalam mengurangi ukuran ulkus dekubitus dibandingkan dengan

kasa yang direndam NaCl.

Pemilihan jenis balutan pada luka ulkus diabetes menurut Naomi R &

Fauzi MB (2020) ada kecenderungan tinggi untuk menggunakan balutan

selulosa/kolagen, karena sangat mempromosikan angiogenesis dengan tingkat

reepitelisasi yang cepat dan telah terbukti efektif dalam uji klinis. Studi

prospektif, double-blind, acak, terkontrol oleh Essa MS, et.al (2021) yang

mencakup 80 pasien dengan DFU (diabetic foot ulcer) noniskemik

mengklasifikasikan responden menjadi dua kelompok. Kelompok A diberi balutan


Gel SilvrSTAT, dan kelompok B diberi balutan konvensional (balutan basah

hingga lembab dengan atau tanpa povidone-iodine). Semua kasus memiliki

debridement minimal sebelum perawatan. Pada kedua kelompok, semua kasus

noniskemik setelah revaskularisasi berhasil baik dengan operasi bypass atau terapi

endovaskular. Tingkat penyembuhan kelompok SilvarSTAT secara signifikan

lebih tinggi daripada kelompok konvensional. Tingkat penyembuhan per minggu

dari kelompok SilvrSTAT jauh lebih tinggi daripada kelompok konvensional (P

<.0001). Dumville JC (2017) menyatakan bahwa penggunaan pembalut

antimikroba dibandingkan dengan pembalut non-antimikroba dapat meningkatkan

jumlah ulkus kaki diabetik yang sembuh selama periode tindak lanjut jangka

menengah (bukti dengan kepastian rendah); dan mungkin ada sedikit perbedaan

dalam risiko efek samping yang berhubungan dengan pengobatan antara antibiotik

sistemik dan pengobatan antimikroba topikal berdasarkan studi yang tersedia

(bukti dengan kepastian sedang).

Pilihan pengobatan nonmedis pengganti NaCl ditawarkan oleh

Jayalakshmi MS, et.al (2021) dengan irigasi ekstrak daun mimba untuk ulkus kaki

DM yang dianggap sangat aman karena tidak menimbulkan komplikasi secara

sistematis selama penelitian. Larutan ekstrak daun mimba dapat digunakan

sebagai alternatif larutan salin normal (NaCl). Mengelola DFU membutuhkan

perawatan kaki yang berkelanjutan dan identifikasi risiko dini ulkus. Terkait

dengan maslah gangguan mobilitas pada pasien yang diasuh, pengobatan lokal

dengan capsaicin 8% patch dapat dijadikan pilihan alternatif. Selain

menghilangkan rasa sakit, terapi harus meningkatkan tidur, mobilitas dan kualitas
hidup. Kesimpulannya, pengobatan multimodal DSPN (Diabetic sensorimotor

polyneuropathy) harus mempertimbangkan profil risiko individu, pengobatan

patogenetik dan manajemen nyeri menggunakan farmakoterapi (kombinasi, jika

diperlukan), serta pilihan non-farmakologis (Ziegler, D, 2021).

Dalam menentukan derajat kondisi ulkus diabetikum penulis

menggunakan klasifikasi menurut Wagner. Hal ini sesuai hasi studi dari Jorgensen

TS, et.al (2020) yang menyatakan bahwa kesepakatan interobserver pada

klasifikasi Meggitt-Wagner sangat penting dalam kelompok perawat khusus,

tetapi evaluasi dan pengobatan DFU (diabetic foot ulcer) tidak boleh secara

eksklusif didasarkan pada materi bergambar.


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan empat diagnosa yang ditegakkan sesuai dengan apa yang

penulis temukan selama melakukan asuhan keperawatan dapat diperoleh

perkembangan berdasarkan hasil evaluasi, maka dari itu dalam melakukan

asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan

adanya kerja sama antara penulis dengan pasien, keluarga pasien, perawat,

dokter, dan tim kesehatan lainnya. Penulis mengevaluasi selama satu hari

pada tangal 9 Agustus 2021 dengan kesimpulan sebagai berikut:

Pada Diagnosa Pertama yakni Perfusi jaringan perifer tidak efektif

berhubungan dengan hiperglikemia sudah tertasi sebagian karena kondisi

perifer terutama ekstremitas bawah telah terkaji dan telah disusun rencana

tindak lanjut untuk meningkatka perfusi ke area jaringan perifer utamnaya

ekdtremitas bawah.

Pada Diagnosa Kedua Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

gangguan muskuloskeletal amputasi kaki sudah teratasi sebagian karena

pasien berupaya memenuhi kebutuhan mobilisasi semaksimal mungkin yang

dia mampu dibantu dengan keluarga yang mau mendukung dan membantu

mobilisasi pasien

Untuk Diagnosa ketiga Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan

neuropati perifer teratasi sebagian karena resiko kondisi luka ulkus kaki kanan

belum nampak granulasi berwarna kemerahan meskipun pus dan jaringan


nekrotik sudah dibersihkan. Rencana tindak lanjut untuk perawatan luka dan

observasi perkembangan luka dilakukan rutin tiap pekan.

Pada Diagnosa Kempat Risiko jatuh sudah tertasi sebagian karena pasien

tidak mengalami jatuh tetapi masih memiliki faktor risiko jatuh yang harus

terus diperhatikan sesuai rencana tindak lanjut yang telah ditetapkan untuk

mencegah kejadian jatuh.


DAFTAR PUSTAKA

ADA. (2017). Panduan Terbaru ADA 2017 Berfokus pada Pendekatan Holistik.
Kalbemed, 638-639.

Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Trans


Info Media.

Bandyk D. F. (2018). The diabetic foot: Pathophysiology, evaluation, and


treatment. Seminars in vascular surgery, 31(2-4), 43–48.
https://doi.org/10.1053/j.semvascsurg.2019.02.001

Bonger, Z., Shiferaw, S., & Tariku, E. Z. (2018). Adherence to Diabetic Self-Care
Practices and Its Associated Factors Among Patients with Type II Diabetes
in Addis Ababa, Ethiopia. Patirnt Preference and Adherence, 963-970.

Dumville JC, Lipsky BA, Hoey C, Cruciani M, Fiscon M, Xia J. Topical


antimicrobial agents for treating foot ulcers in people with diabetes.
Cochrane Database Syst Rev. 2017 Jun 14;6(6):CD011038. doi:
10.1002/14651858.CD011038.pub2. PMID: 28613416; PMCID:
PMC6481886.

Essa MS, Ahmad KS, Zayed ME, Ibrahim SG. Comparative Study Between
Silver Nanoparticles Dressing (SilvrSTAT Gel) and Conventional
Dressing in Diabetic Foot Ulcer Healing: A Prospective Randomized
Study. Int J Low Extrem Wounds. 2021 Mar 9:1534734620988217. doi:
10.1177/1534734620988217. Epub ahead of print. PMID: 33686887.

Gontijo, P., Pascoal, L. M., Santos, L., Santos, F., Rolim, I., Santos Neto, M., &
Brito, P. (2020). Assessment of tissular integrity in patients with diabetic
foot. Revista brasileira de enfermagem, 73(suppl 5), e20200032.
https://doi.org/10.1590/0034-7167-2020-0032

Hidayat, A. R., & Nurhayati, I. (2014). Perawatan Kaki Pada Penderita Diabetes
Militus di Rumah. Jurnal Permata Indonesia, 5(2), 49–54. Retrieved from
http://www.permataindonesia.ac.id/wpcontent/upload/2015/07/201406.pdf

Jayalakshmi MS, Thenmozhi P, Vijayaraghavan R. Plant Leaves Extract Irrigation


on Wound Healing in Diabetic Foot Ulcers. Evid Based Complement
Alternat Med. 2021 May 11;2021:9924725. doi: 10.1155/2021/9924725.
PMID: 34055026; PMCID: PMC8131136.
Jorgensen TS, Hellsten Y, Gottlieb H, Brorson S. Assessment of diabetic foot
ulcers based on pictorial material: an interobserver study. J Wound Care.
2020 Nov 2;29(11):658-663. doi: 10.12968/jowc.2020.29.11.658. PMID:
33175625.

Lin WC, Tang CM. Evaluation of Polyvinyl Alcohol/Cobalt Substituted


Hydroxyapatite Nanocomposite as a Potential Wound Dressing for
Diabetic Foot Ulcers. Int J Mol Sci. 2020 Nov 22;21(22):8831. doi:
10.3390/ijms21228831. PMID: 33266398; PMCID: PMC7700235.

Lobmann R, Grünerbel A, Lawall H, Lüdemann C, Morbach S, Tigges W, Völkel


L, Rychlik RP. Impact of wound duration on diabetic foot ulcer healing:
evaluation of a new sucrose octasulfate wound dressing. J Wound Care.
2020 Oct 2;29(10):543-551. doi: 10.12968/jowc.2020.29.10.543. PMID:
33052796.

Naomi R, Fauzi MB. Cellulose/Collagen Dressings for Diabetic Foot Ulcer: A


Review. Pharmaceutics. 2020 Sep 17;12(9):881. doi:
10.3390/pharmaceutics12090881. PMID: 32957476; PMCID:
PMC7558961.

Padila, (2012) Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Nuha Medika,


Yogyakarta.

Sen, P., Demirdal, T., & Emir, B. (2019). Meta-analysis of risk factors for
amputation in diabetic foot infections. Diabetes/metabolism research and
reviews, 35(7), e3165. https://doi.org/10.1002/dmrr.3165

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC

Stephen S, Agnihotri M, Kaur S. A Randomized, Controlled Trial to Assess the


Effect of Topical Insulin Versus Normal Saline in Pressure Ulcer Healing.
Ostomy Wound Manage. 2016 Jun;62(6):16-23. PMID: 27356143.

Tim pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :


Definisi dan Idikator Diagnostik (Cetakan II). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(I).Jakarta: DPP PPNI.
Wandhani, I. A. (2019). Asuhan Keperawatan pada Klien Penderita Ulkus
Diabetikum dengan Kerusakan Integritas Kulit di Rumah Rawat Luka
Modern Husada Prima Mandiri Mojokerto. Journal Of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Wilkinson, Judith M. and Nancy R. Ahern (2012) BukuSaku Diagnose


Keperawatan : Diagnosa NANDA , Intervensi NIC, KriteriaHasil NOC ;
alihbahasaEstyWahyuningsih – edisi 9, EGC, Jakarta.

Ziegler, D., Papanas, N., Schnell, O., Nguyen, B., Nguyen, K. T., Kulkantrakorn,
K., & Deerochanawong, C. (2021). Current concepts in the management
of diabetic polyneuropathy. Journal of diabetes investigation, 12(4), 464–
475. https://doi.org/10.1111/jdi.13401

Anda mungkin juga menyukai