DISUSUN OLEH :
D. Manifestasi Klinis
Menurut PERKENI (2015) , penyakit diabetes melitus ini pada awalnya
seringkali tidak dirasakan dan tidak disadari penderita. Tanda awal yang
dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL dan air
seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose),sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Menurut perkeni gejala dan tanda tanda Diabetes Melitus dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Gejala penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap, bahkan mungkin tidak
menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemulaan gejala yang
ditunjukkan meliputi :
a. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (poliphagi)
b. Seing merasa haus (polidipsi)
c. Jumlah urine yang dikeluarkan banyak (poliuri)
2. Gejala kronik penyakit DM
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum
c. Ras tebal dikulit
d. Kram
e. Mudah mengantuk
f. Mata kabur
g. Biasanya sering ganti kaca mata
h. Gigi mudah goyah
i. Kemampuan seksual menurun
E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer,Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe I terdapat
ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel sel beta prankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Disamping glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dihati meskipun tetap berada dalam
darah menimbulkan hiperglikemia prospandial.jika kosentrasi glukosa
daram darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali
glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urine(glikosuria). Ketika glukosa yang berlebihan dieksresikan kedalam
urine,ekresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis ostomik,sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dal
berkemih(poliurea),dan rasa haus (polidipsi). (Smeltzer 2015 dan Bare,
2015). Difisiensi insulin juga akan menganggu metabilisme protein dalam
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunan simpanan kalori.
Namun pada penderita difisiensi insulin,proses ini akan terjadi tampa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hipergikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menganggu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebih. Normalnya
insulin akan terkait dengan reseptor khusus pada permukaan sel.sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin DM tipe
II disertai dengan penurunan reaksi intra sel. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah,harus terjadi peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. (Smeltzer dan Bare, 2015).
F. Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada penderita DM tipe II akan
menyebabkan berbagai komplikasi. Komplikasi DM tipe II terbagi menjadi
dua berdasarkan lama terjadinya yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik (Smeltzel dan Bare PERKENI , 2015)
a. Kompilasi akut
• Ketoasidosis Diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang di tandai dengan
peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),
disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton
(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/Ml) dan
terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015)
• Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60mg/dL. Gejala hipoglikemi terdiri dari gejala
adrenergic dan gejala neuroglikopenik.
• Hyperosmolar Non Ketonik
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi
(600-1200mg/dl), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas
plasma sangat meningkat.
b. Komplikasi Kronis
G. Penatalaksanaan
a. Diet
b. Olahraga
c. Edukasi/penyuluhan
d. Pemberian obat-obatan
e. Pemantauan gula darah
f. Melakukan perawatan luka
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
DISUSUN OLEH :
Klien mengatakan sebelumnya mempunyai riwayat diabetes sejak 10 tahun yang lalu
2. Kebiasaan pasien sebelum sakit: ( meroko, obat, nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat
tidur, pekerjaan, sexualitas )
Klien mengatakan tidak pernah merokok. Klien mengatakan mengkonsusi obat diabates
(glimepirid 1x 2mg) pada pagi hari sebelum makan, Klien mengatakan aktivitas sehari-
hari memasak dan suka makan – makan yang manis manis walaupun tau mempunyai
riwayat diabetes. Klien mengatakan klien mengatakan BAB sebelum sakit 1x sehari di
pagi hari dan BAK 6x sehari, klien mengatakan sebelum sakit tidur 8 jam perhari.
D. Riwayat Keluarga
K kkk
k
Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: laki-laki meninggal
: Perempuan Meninggal
: Menikah
: garis keturunan
E. Kondisi lingkungan
Kien mengatakan tidak ada kondisi lingkungan yang mempengaruhi riwayat penyakit
klien
G. Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran kealitatif Compos mentis, GCS : E 4 M 6 V 5
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36,5o C
Rr : 20x/menit
SpO2 : 99%
b. Mata: (palpebra, bola mata (nervous III, IV,VI, lapang pandang, ketajaman), sklera,
konjungtiva, pupil (nervous II)
• Mata simetris kanan dan kiri, , konjungtiva anemis, , sklera mata anikterik,
ketajaman penglihatan mata normal, reflek pupil terhadap cahaya normal
b. Sistem pernafasan
• Inspeksi : Klien tidak merasa berat saat bernafas, otot bantu nafas (-), bentuk
simetris
• Palpasi : tidak ada nyeri tekan
• Perkusi : sonor
• Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
c. Mamae
• Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, warna sawo matang
• Palpasi : tidak ada masa, tidak ada nyeri tekan
4 4
3 4
Data Laboratorium
Hematologi
Darah perifer lengkap
Hemoglobin L 11.7 g/dL 13.0 – 16.0
Hematokrit L 33.4 % 40.0 – 48.0
Eritrosit L 3.98 10^6/µL 4.50 – 5.50
Jumlah trombosit H 414 10^3/µL 150 – 400
Jumlah leukosit H 12.20 10^3/µL 5.00–10.00
Hitung Jenis
Limfosit L 14.1 % 20-40
Neutrofil limfosit Ratio 5.3 %
Monosit H 81 % 2-8
Elektrolit
Natrium (Na) darah L 130 mEq/L 135 – 145
Kalium (K) darah L 3.30 mEq/L 3.50 – 5.00
Klorida (Cl) darah 98 mEq/L 98.0–107.0
Kimia Klinik
Gliko Hb(HbA1c) H 8.7 % < 5.7 : optimal
5.7 – 6.4 :
resiko
> 6.5 :
diabetes
Pengobatan
Nama obat Dosis Kegunaan
Oral
KSR 3x600 g Meningkatkankadar
kalium
Injeksi
Mefronidazole 3x500 g Antibiotik
Ketorolac 3x30mg Untuk pereda nyeri
Arterosklorosis
Ketidakstabilan
kadar glukosa
darah
Makrovaskuler
Neuropati feriver
Partesia sensivitas
menurun - Mengganggu suplai
darah
Ganggren lapisan kulit - Bau tidak sedap Nyeri
rusak - Mempengaruhi
reseptor nyeri
Kerusakan Integritas
kulit
Analisa Data
Nama Pasien : Ny. I Tanggal masuk : 31 Juli 22
Ruangan : Sakura Tanggal Pengkajian : 1 Agustus 22
Dx. Medis : DM tipe II Ganggren
Lembar Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan Observasi :
glukosa darah b.d keperawatan kepada Ny I 1. Identifikasi kemungkinan
hiperglikemia selama 3x24jam penyebab hiperglikemia
diharapakan masalah dapat 2. Monitor kadar glukosa
teratasi dengan kriteria hasil darah
: 3. Monitor tanda dan gejala
1. Kadar glukosa dalam hiperglikemia (mis.
darah membaik Poliuria, polydipsia,
2. Kadar glukosa dalam polofagia, kelemahan,
urine membaik malaise, pandangan kabur,
3. Lelah/lesu menurun sakit kepala)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor keton urin, kadar
analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
dan frekuensi nadi
Terapeutik :
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
Edukasi
1. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
2. Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
3. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian
keton urine, jika perlu
4. Ajarkan pengelolaan
diabetes (mis. penggunaan
insulin, obat oral, monitor
asupan cairan, penggatian
karbohidrat)
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
insulin, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV, jika perlu
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3. Kolaborasi pemberian
kalium, jika perlu
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Observasi :
pencedera fisik keperawatan kepada Ny. I 1. Identifikasi lokasi,
selama 3x24jam karakteristik, durasi,
diharapakan masalah frekuensi, kualitas,
keperawatan dapat teratasi intensitas nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi faktor yang
2. Klien tidak meringis memperberat dan
3. Skala nyeri berkurang memperingan nyeri
4. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. hopnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi,
komopres hangat, dingin)
2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirhata tidur
Edukasi :
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Perluasan infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi :
ganggren keperawatan kepada Ny. I 1. Memonitor perubahan
sirkulasi (dengan mengukur
selama 3x24jam tanda-tanda vital)
diharapakan masalah 2. Monitoring kondisi luka
keperawatan dapat teratasi (meliputi ukuran luka,
dengan kriteria hasil : derajat luka, perdarahan,
1. Kemerahan warna dasar kulit, infeksi,
menurun eksudat, bau luka, kondisi
2. Tingkat nyeri tepi luka)
menurun 3. Monitoring adanya
3. Pembengkakan infeksi pada luka
menurun 4. Monitor status nutrisi
4. Kadar sel darah (mis.asupan kalori,
putih membaik protein)
Terapeutik :
5. Bersihkan kulit di sekitar
luka dengan sabun dan air
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
6. Bersihkan luka bagian
dalam menggunakan NaCl
0,9%
7. Lakukan pembalutan pada
luka, jika perlu
8. Oleskan salep,jika perlu
Edukasi :
9. Anjurkan melaporkan
tanda-tanda kerusakan
kulit
10. Ajarkan prosedur
perawatan luka
Kolaborasi :
11. Kaloborasi prosedur
debridement (mis,
enzim,biologis, mekanis,
outolitik, jika perlu )
12. Kaloborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO NO Hari/Tangga IMPLEMENTASI EVALUASI PARA
DX l/ F
KEP
Jam
1. I Senin. Melakukan manajemen S :
1/08/22 hiperglikemia
• klien mengatakan
Observasi : sering merasa haus
- Mengidentifikasi • klien mengatakan
kemungkinan penyebab Sering buang air kecil
hiperglikemia(dengan cara sebanyak ± 7 x
menanyakan bagaimana pola
makan klien) •