Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan oleh bangsa


Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal maka dikembangkan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang
mencakup upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.

Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam semua
upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat melaksanakan suatu asuhan
keperawatan dengan memperhatikan klien secara menyeluruh baik fisik, mental, sosial
maupun spiritual, dimana perawat harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
dalam proses pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin khususnya
Diabetes Melitus.

Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan merupakan suatu penyakit
yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah
klien dengan Diabetes Mellitus yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut. Menurut catatan di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Jumlah yang dirawat dari September sampai Desember 2001
sebanyak 15 orang dan dari Januari sampai Agustus 2002 sebanyak 36 Orang.

Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan mengakibatkan
timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh
darah, saraf dan lain-lain.Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan
perawatan yang sempurna sangat dibutuhkan.

Penyembuhan penyakit Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi
yang lebih penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan bagi
klien dan keluarga.

1
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan


gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
    Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan
multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin
atau kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner dan Sudarta, 1999).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia
kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol (WHO).
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis yang ditemukan di seluruh dunia
dengan prevalensi penduduk yang bervariasi dari 1 – 6 % (John MF Adam).

B. Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti
dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu
penyebab yang mendasarinya.
Faktor penyebab diabetes mellitus sesuai klasifikasi penyakit menurut (Smeltzer,
2002) antara lain :

1. DM tipe 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya reaksi
autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta insulitis. Kecenderungan ini
ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte Antigen).

a. Faktor genetik

Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi suatu


kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Kecenderungan genetik ini ditemukan
pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.

2
b. Faktor imunologi

Respon abnormal dimana Antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan distruksi sel
beta. 17

2. DM tipe 2 : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM
tipe 11 masih belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat
keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun (Suddarth, 2002).

C. Patofisiologi

Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya akan


mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin,
menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru
(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi
proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan
menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum
menurun yang menyebabkan asidosis.

Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun, sehingga
kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah dan melebihi
ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi)
sehingga terjadi dehidrasi.

Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa


lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan produksi
metabolisme energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah.

3
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga suplai
makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka tidak cepat
sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan menyebabkan terjadinya
infeksi dan terjadinya gangguan.

Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga
suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah
satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi
ginjal, sehingga terjadi nefropati, Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf
otonom dan sistem syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2005).

D. Manifestasi Klinis
Gejala yang lazim terjadi, pada Diabetes Mellitus sebagai berikut :
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui
daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula
banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena
poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.
3. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).
4. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein.
5. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari
lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

E. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik (Carpenito, 2001) 1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus

4
yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002)
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA) Ketoasedosis diabatik
merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit diabetes
mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu
perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada
KHHN (Smeltzer, 2002)
c. Hypoglikemik
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar
glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat
pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
atau karena aktifitas fisik yang terlalu berat (Smeltzer, 2002)

1. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarrnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian
tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu :(Long, 1996)

a. Mikrovaskuler
Perubahan-perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan kerusakan
membran basal pembuluh-pembuluh kapiler, merupakan hal unik pada diabetes.
Perubahan-perubahan ini sering kali terjadi pada penderita IDDM dan serinng terjadi
pada organ berikut ini :
1) Penyakit Ginjal (nefropati)
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler adalah perubahan
pada struktural dan fungsi ginjal. Empat jenis yang dapat ditimbulkan : pyelonephritis,
lesi-lesi glomerular, arteriosklerosis areteri renalis, dan aretrio afferen dan efferen, serta
lesi-lesi rubuler. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal
akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer,
2002)
2) Penyakit Mata (retinophati diabetik)
5
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan.
Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996). Katarak
disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Banyak dan berbagai macam gejala dapat timbul,
tergantung neuron yang terkena. Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan
metabolik lain dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia
dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf, jenis neuropati yang lazim, adalah
polineuropati, perifer simetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan hilangnya sensasi pada
ujung-ujung ekstremitas bawah kemudian hilangnya kemampuan motorik dan ekstremitas
atas dapat terkena pula (Long, 1996)
4) Makrovaskuler
Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis (Guthrie & Gutrie, 1991). Ini
terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang. Pada adanya kekurangan
insulin, lemak diubah menjadi glukosa untuk energi. Perubahan pada sintesis dan
katabolisme lemak mengakibatkan peningkatan kadar VDL ( very low-density
lipoprotein) dan LDL ( low- 26 density lipoprotein ). Oklusi vaskuler dari aterosklerosis
dapat menyebabkan penyakit yang diantaranya adalah :(Enggram, 1999)
1. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi
penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga
tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh
darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
2. Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik, keadaan ini
berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang
menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari celah – celah kulit yang mengalami
hipertropi, pada sel –sel kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagian kulit kaki
yang menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang terkena
trauma (Long, 1996) 3) Pembuluh darah otak Pada pembuluh darah otak dapat
terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak menurun (Long, 1996).
6
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI

1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan yang
mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :
 Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaanlaboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
1. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka
yang tidak sembuh – sembuh danberbau, adanya nyeri pada luka.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakitlain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,
maupun arterosk
lerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita
e. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang juga
menderita DM atau penyakit keturunan yangdapat menyebabkan terjadinya defisiensi insulin
misal hipertensi, jantung.

7
f. POLA FUNGSI GORDON
1. Pola persepsi
Biasanya pada penderita dm terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama
2. Pola nutrisi metabolic
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula
darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan banyak makan, banyak minum, berat
badan menurun. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan
pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ).
4. Pola aktifitas dan latihan
Biasanya pada penderita dm dapat mengalami Kelemahan, susah berjalan/bergerak,
kram otot, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan bahkan sampai terjadi
koma. Adanya luka gangren dan kelemahan otot – otot pada tungkai bawah menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
5. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka , sehingga penderita
dm mengalami kesulitan tidur.
6. Kognitif persepsi
Biasanya penderita dm cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan mengalami penurunan, gangguan
penglihatan.
7. Persepsi dan konsep diri
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.

8. Peran dan hubungan


Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar sembuh, lamanya perawatan, banyaknya
8
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan
peran pada keluarga ( self esteem)
9. Pola seksualitas
biasanya pada pola seksualitas klien dengan dm tidak ada masalah karena klien masih
bisa bercengkrama dengan anak dan istrinya dengan saling memberikan kasih sayang ,tetapi
jika klien mengalami luka maka hal tersebutlah yang akan menjadi masalah sehingga klien
tidak bisa melakukan hubungan intim.
10. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya
karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah,
kecemasan, mudah tersinggung dan lain – lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
11. . Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta luka pada kaki
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah
penderita .

G. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
– tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-
kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi
lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur
/ ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Padapenderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler

9
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen,obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan
nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi.

H. DIAGNOSA
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada klien diabetes mellitus yaitu :

a. Nyeri berhubungan dengan adanya luka gangrene


b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan , masukan yang terbatas.
c. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
d. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit
jangka panjang.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan sirkulasi.

10
RENCANA KEPERAWATAN

A. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic,


kehilangan gastrik berlebihan masukan yang terbatas.
 Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
 Intervensi:
1. Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.

2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang
adekuat.

3. Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.

4. Timbang berat badan setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

5. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan
respons pasien secara individual.

B. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


cukupan insulin penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
 Tujuan :Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat Menunjukkan tingkat energi
biasanya Berat badan stabil atau bertambah.
 Intervensi:
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan oleh pasien.

11
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan


utilisasinya).

3. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan
makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.

4. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi pada keluarga


untuk memahami nutrisi pasien.

5. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

C. Resiko infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi


leukosit, perubahan sirkulasi.
 Tujuan :Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.
 Intervensi:
1).Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2. Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.

Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.

12
4. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5. Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan memobilisasi sekret.

D. Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada orang lain, penyakit


jangka panjang.

 Tujuan : Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.Menunjukkan perbaikan


kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
 Intervensi:
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas


meskipun pasien mungkin sangat lemah.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan


aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.

Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi.

13
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.N DENGAN  DIABETES MELLITUS
TIPE II DAN GANGGREN 

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
 Identitas klien
a. Nama : Tn. N
b. Umur : 45 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Status : Sudah Menikah
e. Agama : Islam
f. Suku : Aceh
g. Pendidikan terakhir : S1
h. Pekerjaan : PNS
i. Alamat : Desa Cangguek, Kec. Tanah Pasir
j. Tanggal masuk RS : 10 April 2014
k. Tanggal pengakajian : 10 April 2014
l. Pukul : 08:30
m. No. Register :
n. Diagnose keperawatan: DM TIPE II
 Penanggung Jawab Klien
Keluarga yang bertanggung jawab bernama Ny. H, yaitu istri klien. Data didapat
dari klien dan keluarga
 Data Riwayat Masuk
Pada tanggal 08 April  2014 klien masuk rumah sakit dibawa oleh keluarga
melalui UGD dengan keluhan luka, bengkak dan nyeri pada ujung ibu jari  kaki sebelah
kanan, lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, dan aktivitas dibantu oleh
keluarganya, berat badan saat tiba di rumah sakit 55kg, tinggi badan 165cm, Temp ; 37oc,
Polse : 80 x/menit, RR : 24 x/menit. dan selanjutnya dirawat di ruang perawatan Marhamah
III .

14
a. Keluhan utama.
Klien mengatakan luka, nyeri dan bengkak pada bagian kaki sebelah kanan,
lemah dan tidak ada nafsu makan.
b. Riwayat keluhan (serangan awal, lamanya, persepsi klien)
Klien mengatakan sudah 3 hari sebelum masuk rumah sakit merasa ada kelainan pada
kakinya dan pada hari selanjutnya tiba tiba daerah yang bengkak
tersebut menjadi luka terbuka dan menimbulkan nyeri, dan juga klien merasa cepat lelah,
pusing dan badannya terasa tidak enak.
c. Alergi
Klien mengatakan tidak alergi pada makanan dan obat bila mengkonsumsinya.
d. Obat/Pengobatan  
Klien pernah berobat dirumah Sakit Cut Meutia tapi tidak tahu nama obat yang
diberikan oleh pihak rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit
Klien mengatakan mengetahui mengalami penyakit diabetes militus sejak awal
2013 dan pernah dirawat dengan penyakit yang sama di RSUD Cut Meutia pada bulan
Maret 2013 dengan keluhan yang sama. belum pernah ada Prosedur tindakan
bedah yang dilakukan.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada  anggota keluarga nya yang mengalami atau menderita
penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami klien saat ini.
       Genogram Keluarga :
4. Alat perlengkapan /bantuan yang digunakan spesial.
Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya menggunakan alat bantu kursi roda,
digunakan untuk memnuhi kebutuhan aktivitas seperti ke kamar mandi.
5. Riwayat psikosoisal
Stress yang baru dialami : cemas menghadapi penyakit yang diderita, mekanisme
koping dengan menenangkan diri/rilex dan klien beragam islam.
6. Neurologis
Orietasi : orang, kesadaran : compos mentis nilai glaslow coma : 15 (eye=4, motorik=5,
verbal=6), pupil isokor, kekuatan ekstremitas : tidak sama antara kanan dan kiri karena
adanya luka pada ekstremitas bawah bagian kanan, skala kekuatan otot 4, bicara : jelas,
sensori : kesemutan, persepsi penglihatan : normal.
7. Respirasi
15
Pola nafas : datar, frekuensi : 24 x/m, suara pernafasan : bersih, taktil fremitus : normal,
tidak ada batuk dan sekresi.
8. Kardiovaskuler
Polsus : Apical rate : 80x/menit, reguler, nadi radial kiri : 80x/menit, reguler, auskultasi
jantung tidak ada oedema, perfusi kulit terasa agak dingin dan berkeringat.
9. Gastrointestinal
Mukosa mulut : agak kering, suara peristaltik usus 4x/m, kemampuan menelan baik,
BAB frekuensi 1x/hari, tidak adanya konstipasi.
10. Genitourinarius.
Kebiasaan klien buang kecil biasanya 6-8 x/hari dengan warna kuning jernih, selama
dirawat dirumah sakit pola buang air kecil klien masih 8-10 x/hari.
11. Self care
Selama klien dirawat dirumah sakit semua kebutuhan klien dibantu oleh perawat dan
keluarga baik hygiene, berjalan, eliminasi, makan, berpakaian dan mandi.
12. Nutrisi
Penampilan umum kurus, nafsu makan kurang porsi makanan yang dihabiskan hanya ½
porsi dari yang disediakan, penurunan BB selama 6 bulan terakhir sekitar 5kg dengan tinggi
badan165 cm, berat badan sebelumnya 60kg dan BB sekarang 55kg. Diet yang diberikan
selama dirawat dirumah sakit yaitu makanan tinggi kalori tinggi protein dengan pola makan
3x sehari. Klien makan dibantu oleh keluarganya.
13. Pengkajian kulit
Penampilan secara umum elastisitas kulit tampak  jelek dengan kelembaban kering,
temperatur 37oC dan tekstur kulit tampak kasar, adanya oedema dan luka terbuka
pada bagian ujung ibu jari kaki sebelah kanan.
14.  Muskuloskeletal
Rom ekstremitas atas sama, bawah tidak sama antara kaki kiri dan kanan skala kekuatan
otot 4, dan adanya oedema pada kaki bagian kanan.

 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum lemah, Berat badan : 55 kg, Tinggi badan : 165 cm, tanda- tanda
vital : tekanan darah 140/90mmHg,  Respirasi : 24 kali/menit, Polse : 80
kali/menit, temperatur 37oc
 Kepala: simetris, kulit kepala bersih, rambut agak beruban, keadaan rambut rata,
distribusi merata dan tidak mudah dicabut serta wajah simetris, 
16
Mata: simetris, konjungtiva agak pucat, sclera anikterus, pupil isokor, fungsi
penglihatan baik. 
Mulut:mukosa mulut agak kering,  
Hidung:  simetris, sekret dan pendarahan tidak ada. Fungsi penciuman baik tidak ada
caries dentis. 
Telinga:  simetris, sekret tidak ada, tidak ada pendarahan, tidak ada benjolan, fungsi
pendengaran baik. 
Dada:  paru-paru simetris, respirasi : 24 kali /menit, taktil fremitus meningkat, 
Jantung: bunyi jantung satu dan bunyi jantung dua normal, adanya odema pada kaki
bagian kanan. 
Perut:  simetris, bising usus 4-6 kali/menit,  tidak adanya distensi. 
Kulit: elastisitas kulit tampak  jelek dengan kelembaban kering, temperatur 37oC dan
tekstur kulit tampak kasar, adanya oedema, tumor dan luka terbuka pada bagian ujung ibu jari
kaki kanan. 
Kuku:  simetris.
Punggung:  simetris tidak ada fraktur, adanya tumor. 
Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris, adanya oedema pada ekstremitas
bawah dan perlukaan dengan diameter luka 6 cm, luka terbuka dengan lebar luka 2 cm dan
kedalaman luka 3 cm,  dan nyeri dengan skala 5-6 pada bagian ujung ibu jari kaki sebelah
kanan, ekstremitas atas kanan ada terpasang IVFD RL 15 tetes/menit. 
Genetelia:  normal. 

Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 09 April 2014
Hb 10,1g% normal 12-16
Eritrosit 5,5x10/mm normal 3,8 – 5,8x10/mm
lekosit 27,1x10/mm normal 4 – 11x10/mm
Hematokrit 30,1% normal 37 – 47 %
MCV 54 normal 76 - 96
MCH 18,3 normal 27 - 32
MCHC 33,6 normal 30 - 35
RDW 15,6 normal 11- 15
Trombosit 367x10/mm normal 150 - 450
Pemeriksaan Metabolisme
Karbohidrat, Glukosa Puasa 228mg/dl normal 70 - 126
Glukosa 2 jam pp 375mg/dl normal 100 - 140

17
 Pelaksanaan/Terapi
Infus RL dengan kecepatan 15 tetes/menit, Injeksi :cefotaxime 500mg/12 jam, dexametason 1
x 1 sehari, drip tramadol ampl/8jam, neurodex 3x 1 sehari, B complex 3x1 sehari,
Catatan Cerita
Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada bagian kaki sebelah kanan. klien mengatakan
luka dan bengkak pada kaki bagian kanan. klien mengatakan tidak ada nafsu makan. klien
mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.
Data Objektif : Skala nyeri 5-6, lokasi nyeri pada Ujung ibu jari kaki bagian, luka terbuka
pada kaki sebelah kanan dengan diameter luka 6 cm dan lebar luka 2 cm dengan kedalaman
luka 3 cm. KGD 228 mg/dl. keadaan umum lemah, penampilan secara umum kurus, berat
badan 55kg dengan tinggi badan 165cm, glukosa puasa 228 mg/dl,  porsi makanan yang
disediakan tidak dihabiskan/1/2 porsi yang dihabiskan, out put cairan BAK 6-8 kali/hari,
HB : 10,1 gr %, mukosa bibir kering. keadaan umum lemah, aktivitas dibantu oleh keluarga
dan perawat, infuse RL 15 tt/m terpasang pada tangan kanan, tekanan darah 140/90 mmHg,
skala kekuatan otot 4.

B. Diagnosa keperawatan
1. Analisa Data
 Data Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada bagian kaki sebelah kanan. 
 Data Objektif : skala nyeri 5-6, lokasi nyeri pada Ujung ibu jari kaki bagian sebelah kanan,
luka terbuka pada kaki sebelah kanan dengan diameter luka 6 cm dan lebar luka 2 cm dengan
kedalaman luka 3 cm. 
 Masalah : nyeri akut
 Penyebab: adanya luka terbuka
 Data Subjektif : klien mengatakan luka dan bengkak pada kaki bagiankanan.
 Data Objektif luka terbuka, lokasi luka pada kaki bagian ujung ibu
jari kanan dengan diameter luka 6 cm dan lebar luka 2 cm dengan kedalaman luka 3 cm, KGD
228 mg/dl 
 Masalah : kerusakan integritas kulit. 
 Penyebab : terputusnya kontinuitas jaringan.
 Data Subjektif : klien mengatakan tidak ada nafsu makan. 

18
 Data Objektif : keadaan umum lemah, penampilan secara umum kurus, berat badan 55kg
dengan tinggi badan 165cm, glukosa puasa 228 mg/dl,  porsi makanan yang disediakan tidak
dihabiskan/1/2 porsi yang dihabiskan, out put cairan BAK 8-10 kali/hari, HB : 10,1 gr %,
mukosa bibir kering. 
 Masalah : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. 
 Penyebab :  penurunan masukan oral.
 Data Subjektif : klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. 
 Data Objektif : keadaan umum lemah, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, infuse
RL 15 tt/m terpasang pada tangan kanan, tekanan darah 140/90 mmHg, skala kekuatan otot 4. 
 Masalah :kelelahan. 
 Penyebab : penurunan produksi energi metabolik.

      Diagnosa keperawatan
a.      Nyeri akut b/d adanya luka terbuka.
b.      Kerusakan integritas kulit b/dterputusnya kontinuitas jaringan.
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral.
d.      Kelelahan b/d penurunan produksi energi metabolik.

C.  Perencanaan
1.    Nyeri akut b/d adanya luka terbuka.
Tujuan : rasa nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria hasil : Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri.
a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien. 
Rasional: untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri. 
Rasional: pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi
ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan
tindakan.
c. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi. 
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
pasien.
d. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

19
 Rasional :Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
e. Lakukan massage dan kompres luka dengan bethadine wond care (BWC) saat rawat luka. 
Rasional :  massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus
sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa nyaman.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat obatan analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

2.    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


Tujuan : pasien menunjukkan regenerasi jaringan.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan turgor kulit normal, Integritas kulit pasien pulih,
berkurangnya oedema sekitar luka.
a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan. 
Rasional :Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu
dalam menentukan tindakan selanjutnya.
b. Rawat luka dengan baik dan benar  : membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi
jaringan yang mati. 
Rasional :merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan
yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis
dapat menghambat proses granulasi.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian pemeriksaan  kultur pus  pemeriksaan gula darah
pemberian anti biotik.
Rasional : pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat
untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk mengetahui perkembangan
penyakit.
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :   Berat badan dan tinggi badan ideal, pasien mematuhi dietnya. kadar gula
darah dalam batas normal. tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
a. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi. 
Rasional : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

20
b. Tentukan program diet dan dan pola makanan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
telah dihabiskan pasien. 
Rasional : mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari kebutuhan terapetik.
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahan kan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
Rasional : hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
menurunkan fungsi lambung.
d. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera. 
Rasional : pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi
gastroentestinal baik.
e. Libatkan keluarga klien pada perencanaan makan sesuai dengan indikasi.
Rasional : meningkatkan rasa keterlibatannya.
g. Kolaborasi : Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stck. 
Rasional : analisa ditempat tidur terhadap guka darah lebih akurat.
f. Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glukosa darah, aseton, pH, dan HCO3. 
Rasional : gula darah akan menurun perlahan dengan pergantian cairan dan terapi insulin
terkontrol.
h. Berikan laruta glukosa misalnya dektrosa dan setenngah salin normal.
Rasional : larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah
kira-kira 250 mg/dl
g. Lakukan kolaborasi dengan ahli diit. 
Rasional : sangat bermanfaat dalam penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
klien
i. Berikan diit kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein dan 20% lemak. 
Rasional : komplek karbohidrat seperti jagung, wartel, brokoli, buncis, gandum dll.

4.    Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan


peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : memperbaiki metabolisme abnormal
Kriteria hasil : mengungkapkan peningkatan energi, Menunjukkan perbaikan kemampuan
energi untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas, buat jadwal perncanaan dengan klien
identifikasi aktifitas yang menimbulkan kelelahan. 
Rasional : pendidikan dapat menimbulkan motivasi klien.
21
b. Berikan aktivitas alternative dengan periode istirahat yang cukup tanpa diganggu.
Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan
d. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah aktivitas. 
Rasional : mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
c. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya. 
Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan
kebutuhan akan energy pada setiap kegiatan.
e. Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan yang dapat
ditoleransi.
Rasional ; meningkatkan kepercayaan diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
ditoleransi klien.

D.  Implementasi/ Evaluasi
Implementasi Tanggal 10 April 2014
a.    Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka terbuka.
Pelaksanaan Jam 09.30 wib : mengkaji skala nyeri, mengkaji frekuensi nyeri dan reaksi
nyeri yang di alami pasien, menciptakan lingkungan yang tenang, mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, mengatur posisi sesuai kebutuhan klien, melakukan massage dan
mengompres luka dengan bethadine wond care (BWC) saat merawat luka, memberikan obat
analgesik sesuai indikasi: drip tramadol 1 ampul/8 jam.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nyeri pada area kaki bagian kanan. 
Objektif:skala nyeri 5-6, lokasi nyeri pada ujung ibu jari kaki bagian kanan, adanya tumor 
dan luka terbuka pada kaki bagian kanan dengan diameter luka 6 cm dan lebar luka 2 cm,
kedalaman luka 3 cm, pasien mengikuti instruksi teknik relaksasi,  pasien nyaman dengan
posisi miring ke kiri,  
Analisa : masalah belum teratasi. 
Planning: intervensi dilanjutkan.
b.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Pelaksanaan Jam 10.30 wib: mengkaji luasnya luka dan keadaan luka, mengkaji diameter
ukuran tumor, mempertahankan teknik aseptik pada saat perawatan luka, mengangkat sisa
balutan yang menempel pada luka, memotong jaringan yang mati, mengompres luka

22
menggunakan bethadine wond care (BWC), memberikan balutan pada luka, melakukan
kolaborasi dalam pemberian antibiotik cefotaxime 500 mg/12 jam.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan merasa nyaman dengan adanya balutan pada luka. 
Objektif : luka terbalut rapih, pasien terlihat nyaman dengan adanya balutan namun masih
mengeluh adanya nyeri. 
Analisa : masalah belum teratasi. 
Planning: intervensi dilanjutkan.

c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan


masukan oral;
Pelaksanaan Jam 11.30 wib: Meninbang berat badan klien BB: 55kg, melibatkan keluarga
klien pada perencanaan makan, menganjurkan kelluarga untuk memberikan makanan
tambahan seperti jagung, melakukan konsultasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nafsu makannya masih tidak ada. 
Objektif : keadaan umum lemah,glukosa puasa 228 mg/dl,  berat badan 55kg dengan tinggi
badan 165cm, porsi makanan yang disediakan tidak dihabiskan (1/2 porsi yang dihabiskan,
HB : 10,1 gr %, mukosa bibir kering. 
Analisa : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.
 Planning:intervensi dilanjutkan.

d.   Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan


peningkatan kebutuhan energi.
Pelaksanaan Jam 12.30 wib: mendiskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas klien;
klien berharap hanya dengan dapat menjangkau kebutuhannya., memberikan waktu untuk
klien dalam melakukan aktivitas alternative dengan tidak mengganggunya. Mendiskusikan
dengan klien cara menghemat kalori selama mandi.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. 
Objektif :keadaan umum lemah, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, infuse RL 15
tt/m terpasang pada tangan kanan, tekanan darah 140/90 mmHg, skala kekuatan otot
Analisa : masalah kelelahan belum teratasi. 
23
Planning: intervensi dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 11 April 2014
a.    Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka terbuka.
Pelaksanaan Jam 08.30 wib : mengkaji skala nyeri, mengkaji frekuensi nyeri dan reaksi
nyeri yang di alami pasien, menciptakan lingkungan yang tenang, mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, mengatur posisi sesuai kebutuhan klien, melakukan massage dan
mengompres luka dengan bethadine wond care (BWC) saat merawat luka, memberikan obat
analgesik sesuai indikasi: drip tramadol 1 ampul/8 jam.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nyeri pada area kaki bagian kanan. 
Objektif :skala nyeri 5-6, lokasi nyeri pada kaki bagian kanan, adanya tumor  dan luka
terbuka pada bagian ujung ibu jari kaki dengan diameter tumor 5 cm dan lebar luka 2 cm
dengan kedalaman luka 3 cm, pasien mengikuti instruksi teknik relaksasi,  pasien nyaman
dengan posisi miring ke kiri,
Analisa : masalah belum teratasi.
Planning: intervensi dilanjutkan.

b.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.


Pelaksanaan Jam 09.30 wib: mengkaji luasnya luka dan keadaan luka, mengkaji diameter
ukuran tumor, mempertahankan teknik aseptik pada saat perawatan luka, mengangkat sisa
balutan yang menempel pada luka, memotong jaringan yang mati, mengompres luka
menggunakan bethadine wond care (BWC), memberikan balutan pada luka, melakukan
kolaborasi dalam pemberian antibiotik cefotaxime 500 mg/12 jam.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan merasa nyaman dengan adanya balutan pada luka. 
Objektif : luka masih terbuka, lokasi luka pada ujug ibu jari kaki bagian kanan, lebar luka 2
cm, kedalaman luka 3 cm, adanya tumor pada daerah punggung bagian kanan atas dengan
diameter 5 cm, luka terbalut rapih, pasien terlihat nyaman dengan adanya balutan.
Analisa : masalah belum teratasi.
Planning: intervensi dilanjutkan.

24
c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral.
Pelaksanaan Jam 10.30 wib: Menimbang berat badan klien BB: 55kg, melibatkan keluarga
klien pada perencanaan makan, menganjurkan kelluarga untuk memberikan makanan
tambahan seperti jagung, melakukan konsultasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nafsu makannya masih tidak ada. 
Objektif : keadaan umum lemah,glukosa puasa 228 mg/dl,  berat badan 55kg dengan tinggi
badan 165cm, porsi makanan yang disediakan tidak dihabiskan (1/2 porsi yang dihabiskan,
HB : 10,1 gr %, mukosa bibir lembab. 
Analisa : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi. 
Plannig: intervensi dilanjutkan.

d.   Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan


peningkatan kebutuhan energi.
Pelaksanaan Jam 11.30 wib: mendiskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas klien;
klien berharap hanya dengan dapat menjangkau kebutuhannya., memberikan waktu untuk
klien dalam melakukan aktivitas alternative dengan tidak mengganggunya. Mendiskusikan
dengan klien cara menghemat kalori selama mandi.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. 
Objektif : keadaan umum lemah, aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat, infuse RL 15
tt/m terpasang pada tangan kanan, tekanan darah 140/90 mmHg, skala kekuatan otot
Analisa : masalah kelelahan belum teratasi. 
Planning: intervensi dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 12 April 2014


a.    Nyeri akut berhubungan dengan adanya luka terbuka.
Pelaksanaan Jam 18.30 wib : mengkaji skala nyeri, mengkaji frekuensi nyeri dan reaksi
nyeri yang di alami pasien, menciptakan lingkungan yang tenang, mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam, mengatur posisi sesuai kebutuhan klien, melakukan massage dan
mengompres luka dengan bethadine wond care (BWC) saat merawat luka, memberikan obat
analgesik sesuai indikasi: drip tramadol 1 ampul/8 jam.
25
Subjektif : klien mengatakan nyeri pada kaki bagian kanan.
 Objektif : skala nyeri 4-5, lokasi nyeri pada ujung ibu jari kaki bagian kanan, adanya tumor 
dan luka terbuka pada punggung bagian kanan atas dengan diameter luka 5cm dan lebar luka
2 cm dengan kedalaman luka 3 cm, pasien mengikuti instruksi teknik relaksasi,  pasien
nyaman dengan posisi miring ke kiri,  
Analisa : masalah teratasi sebagian. 
Planning: intervensi dilanjutkan.
b.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Pelaksanaan Jam 09.30 wib: mengkaji luasnya luka dan keadaan luka, mengkaji diameter
ukuran tumor, mempertahankan teknik aseptik pada saat perawatan luka, mengangkat sisa
balutan yang menempel pada luka, memotong jaringan yang mati, mengompres luka
menggunakan bethadine wond care (BWC), memberikan balutan pada luka, melakukan
kolaborasi dalam pemberian antibiotik cefotaxime 500 mg/12 jam.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan merasa nyaman dengan adanya balutan pada luka. 
Objektif : luka masih terbuka, lokasi luka pada punggung bagian kanan atas, lebar luka 2 cm,
kedalaman luka 3 cm, adanya luka pada daerah kakibagian ujung ibu jari kaki dengan
diameter luka 5 cm, luka terbalut rapih, pasien terlihat nyaman dengan adanya balutan. 
Analisa : masalah teratasi sebagian. 
Planing: intervensi dilanjutkan.
c.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
masukan oral.
 Pelaksanaan Jam 10.30 wib: Menimbang berat badan klien BB: 55kg, melibatkan keluarga
klien pada perencanaan makan, menganjurkan kelluarga untuk memberikan makanan
tambahan seperti jagung, melakukan konsultasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhan
nutrisi klien.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan nafsu makannya sudah  ada. 
Objektif : keadaan umum mulai membaik, glukosa puasa 150 mg/dl,  berat badan 55kg
dengan tinggi badan 165cm, porsi makanan yang disediakan dihabiskan, mukosa bibir
lembab .
Analisa : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,  teratasi sebagian. 
Planing: intervensi dihentikan.

26
d.   Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik dan
peningkatan kebutuhan energi.
Pelaksanaan Jam 11.30 wib: mendiskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas klien;
klien berharap hanya dengan dapat menjangkau kebutuhannya., memberikan waktu untuk
klien dalam melakukan aktivitas alternative dengan tidak mengganggunya. Mendiskusikan
dengan klien cara menghemat kalori selama mandi.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan sudah dapat naik turun tempat tidur sendiri dan pergi ke toilet
sendiri. 
Objektif : keadaan umum mulai baik , aktivitas ada yang mandiri ada juga yang  dibantu
oleh keluarga dan perawat, infuse RL 15 tt/m terpasang pada tangan kanan, tekanan darah
130/90 mmHg, skala kekuatan otot 5. 
Analisa : masalah kelelahan teratasi. 
Planing: intervensi dihentikan

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan berkembang menjadi komplikasi
makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1995).
Penyebab dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahuo bahwa Diabetes Mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu
penyebab yang mendasarinya.
Pencegahan yang bisa kita lakukan yaitu dengan menjaga pola makan kita, rajin
berolahraga.
B. Saran
Semoga makalah yang saya buat bisa bermanfaat untuk orang lain agar selalu menjaga
kesehatan kita selalu .

28
DAFTAR PUSTAKA

https://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-medikal-bedah-kmb/askep-
diabetes-melitus/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-marzukig0a-6710-2-babii.pdf
https://www.scribd.com/doc/92460879/etiologi-DM

29

Anda mungkin juga menyukai