LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS DIABETIKUM
DI RUANG CEMPAKA RSUD H. SUWONDO KENDAL
Disusun Oleh
FAJAR ARDIAN AJI PRADANA
(201902040042)
A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus (DM) adalah kelainan metabolik akibat dari kegagalan
pankreas untuk mensekresi
mensekr esi insulin (hormon yang responsibel terhadap pemanfaatan
glukosa) secara adekuat. Akibat yang umum adalah terjadinya hiperglikemia. DM
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM
DM dengan neuropati
perifer , (Andyagreeni, 2010). Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari
Diabetes Mellitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan
penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk
terjadinya Ulkus Diabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan
plak atherosklerosis
atherosklerosis pada
pada dinding pembuluh darah, (zaidah, 2005).
Menurut Arif Mansjoer (2005), klasifikasi pada penyakit diabetes mellitus ada
dua antara lain: Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)).
Diabetes tipe ini juga jenis diabetes yang sering disebut DMTI yaitu Diabetes
Mellitus Tergantung Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh distruksi sel
beta pulau langerhans diakibatkan oleh proses autoimun serta idiopatik. Diabetes
Mellitus Tipe II, diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes mellitus
(NIDDM) atau jugu DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin.
Diabetes tipe II ini disebabkan karena adanya kegagalan relativ sel beta dan
resistensi insulin. Resistensi insulinmerupakan turunnya kemampuan insulin dalam
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer, untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati. Sel beta tersebut tidak dapat mengimbangi resistensi
insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan terjadi nya defensiensi insulin, adanya
ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin terhadap rangsangan
glukosa maupun glukosa bersama perangsang sekresi insulin yang lain, jadi sel beta
pancreas tersebut mengalami desentisisasi terhadap glukosa.
B. KLASIFIKAS
KLASIFIKASII DM
1. Tipe I : Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM)
2. Tipe II : Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM)
C. ETIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), penyebab dari diabetes melitus adalah:
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes
tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki
tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
seb agai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pankreas.
pankreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola
familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada
reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler
yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal
ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Melitus tipe
II disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus
Melit us (NIDDM)
(NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor
risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya
adalah:
1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
di atas 65 tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
3. Diabetes dengan Ulkus
a. Faktor endogen:
1) Neuropati
Terjadi kerusakan saraf sensorik yang dimanifestasikan dengan
penurunan sensori nyeri, panas, tak terasa, sehingga mudah terjadi
trauma dan otonom/simpatis yang dimanifestasikan dengan peningkatan
aliran darah, produksi keringat tidak ada dan hilangnya tonus vaskuler
2) Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
3) Iskemia
Adalah arterosklerosis (pengapuran dan penyempitan pembuluh darah)
pada pembuluh darah besar tungkai (makroangiopati) menyebabkan
penurunan aliran darah ke tungkai, bila terdapat thrombus akan
memperberat timbulnya gangrene yang luas.
Aterosklerosis dapat disebabkan oleh faktor:
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), patofisiologi dari diabetes melitus adalah :
1. Diabetes tipe I
Pada Diabetes
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria). Ketika
glukosa yang berlebih dieksresikan dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak
vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah
kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan
terjadinya trauma berulang mengakibatkan terjadinya kerusakan jaringan
dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan akhirnya
ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka abnormal manghalangi resolusi. Mikroorganisme yang
masuk mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang inadekuat
menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun
yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan
sekitarnya, (Anonim 2009).
4. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
hidroksibutirat tidak terdeteksi
5. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), fungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( inlet
cellantibody))
cellantibody
G. PATHWAY
2. Keperawatan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain
dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus
dengan larutan klorida atau larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan
kalium permanganate 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-
alat ortopedi yang secaramekanik yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki
yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
DM.Menurut
Menurut Smeltzer dan
Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Melitus
adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan
jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada
beberapa komponen dalam
dalam penatalaksanaan Ulkus Diabetik :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua
unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa
darah yang tinggi dan menurunkan kadar lemak.
Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan
kalorinya.
(1) Diit DM I : 1100 kalori
(2) Diit DM II : 1300 kalori
(3) Diit DM III : 1500 kalori
(4) Diit DM IV : 1700 kalori
(5) Diit DM V : 1900 kalori
(6) Diit DM VI : 2100 kalori
(7) Diit DM VII : 2300 kalori
(8) Diit DM VIII: 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan
kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.
e. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari
keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan
mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1. Hiegene kaki:
· Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara men
menekan,
ekan,
jangan digosok
· Setelah kering
kering diberi lotion
lotion untuk
untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan
yang berlebih
· Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
· Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
· Gunakan kaos kaki yang
yang tipis dan
dan hangat serta tidak sempit
· Bila terdapat callus, hilangkan
hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan
handuk atau dikikir jangan dikelupas.
2. Alas kaki
kaki yang
yang tepat
3. Mencegah trauma kaki
4. Berhenti merokok
5. Segera bertindak jika ada masalah
masalah
f. Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan
luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses
penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin
diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM dengan selulitis atau gangren
diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan
karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar
gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan
h. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat
dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor
I. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes melitus :
1. Aktivitas dan istirahat :
:
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma
2. Sirkulasi
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.
3. Eliminasi
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
4. Nutrisi
Nutrisi
3. Klien melaporkan perubahan terhadap gejala 3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
nyeri pada professional kesehatan 4. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat
4. Klien mengenali apa yang terkait dengan mencetuskan nyeri dan meningkatkan nyeri
gejala nyeri 5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat
5. Klien melaporkan nyeri yang terkontrol menurunkan dan memperberat nyeri
6. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk mengetasi nyeri..
7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
8. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurun nyeri non
farmakologi, sesuai kebutuhan
Nutrition Monitoring
1. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
2. Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
bersamaan dengan waktu klien makan.
3. Kerusakan integritas jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Wound care
berhubungan dengan faktor 3x24 jam diharapkan pasien mampu: 1. Catat karakteristik luka:tentukan ukuran dan
mekanik: perubahan sirkulasi, Wound healing kedalaman luka, dan klasifikasi pengaruh ulcers
imobilitas dan penurunan Kriteria hasil : 2. Catat karakteristik cairan secret yang keluar
sensabilitas (neuropati) 1. Luka mengecil dalam ukuran dan 3. Bersihkan dengan cairan anti bakteri
peningkatan granulasi jaringan 4. Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi 5. Lakukan nekrotomi K/P
3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal 6. Lakukan tampon yang sesuai
4. Pasien menunjukkan pemahaman dalam 7. Dressing dengan kasa steril sesuai kebutuhan
proses perbaikan kulit dan mencegah 8. Lakukan pembalutan
terjadinya cidera berulang 9. Pertahankan tehnik dressing steril ketika
melakukan perawatan luka
10. Amati setiap perubahan pada balutan
11. Bandingkan dan catat setiap adanya perubahan
pada luka
12. Berikan posisi terhindar dari tekanan
4.. Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan Asuhan keperawatan, dapat Terapi Exercise : Pergerakan sendi
berhubungan dengan tidak teridentifikasi Mobility level 1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami
nyaman nyeri, intoleransi Joint movement: aktif. 2. Kolaborasi dengan fisioterapi
aktifitas, penurunan kekuatan Self care:ADLs 3. Pastikan motivasi klien untuk mempertahankan
otot Dengan criteria hasil: pergerakan sendi
1. Aktivitas fisik meningkat 4. Pastikan klien untuk mempertahankan
2. ROM normal pergerakan sendi
3. Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan 5. Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan
kemampuan dalam bergerak latihan
4. Klien bisa melakukan aktivitas 6. Anjurkan ROM Exercise aktif: jadual;
5. Kebersihan diri klien terpenuhi walaupun keteraturan, Latih ROM pasif.
dibantu oleh perawat atau keluarga Exercise promotion
1. Bantu identifikasi program latihan yang sesuai
2. Diskusikan dan instruksikan pada klien mengenai
latihan yang tepat
Exercise terapi ambulasi
1. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur
sesuai toleransi
2. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi
3. Fasilitasi penggunaan alat Bantu
5. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Teaching : Dissease Process
penyakit dan perawatan nya 3x24 jam diharapkan pasien mampu: 1. Kaji tingkat pengetahuan klie
klien
n dan keluarga
Knowledge : Illness Care dg kriteria tentang proses penyakit
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman 2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan dan gejala serta penyebab yang mungkin
program pengobatan 3. Sediakan informasi tentang kondisi klien
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan 4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti
procedure yang dijelaskan secara
secara benar dengan informasi tentang perkembangan klien
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan 5. Sediakan informasi tentang diagnosa klien
kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim 6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
kesehatan lainnya diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau
pengobatan
6. Defisit self care Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Self care assistance bathing/hygiene
3x24 jam diharapkan pasien mampu: 1. Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan
Self care :Activity Daly Living (ADL) dengan diri
indicator : 2. Monitor kebutuhan akan personal hygiene,
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari berpakaian, toileting dan makan
(makan, berpakaian, kebersihan, toileting, 3. Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan
ambulasi) untuk merawat diri
2. Kebersihan diri pasien terpenuhi 4. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Mengungkapkan secara verbal kepuasan 5. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-
tentang kebersihan tubuh dan hygiene oral hari sesuai kemampuannya
kurang pengetahuan tentang meminimalkan episode hipo / hiperglikemia 2. Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar
manajemen diabetes mellitus gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat, tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak
sadar , bingung, ngantuk.
3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk /
sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar gula
darah > 69 mg/dl
4. Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol
5. K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia
1. Monitor GDR sesuai indikasi