OLEH:
1. DEFINISI
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
2. ANATOMI FISIOLOGIS
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Letak pada
3) Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.
sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur
1. Insulin
manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
mg/ml.
Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :
normal.
2. Glukagon
3. ETIOLOGI
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1) Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2) Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3) Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh
autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik
dan mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4) Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang
terdapat pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik
dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen:
1) Genetik, metabolic
2) Angiopati diabetic
3) Neuropati diabetik
Faktor eksogen :
1) Trauma
2) Infeksi
3) Obat
5. PATOFISIOLOGI
a. Diabetes Melitus
1) Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa
pada sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis
secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
2) Teori Glikosilasi
8. PENATALAKSANAAN
a. Medis
Penatalaksanaan medis pada pasien dengan diabetes mellitus meliputi:
b. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin.
3) Penghambat glukoneogenesis.
4) Penghambat glukosidase alfa.
c. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat.
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
3) Ketoasidosis diabetik.
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
d. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respon kadar
glukosa darah.
e. Keperawatanan
Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus
antara lain dengan antibiotika atau kemoterapi. Perawatan luka dengan
mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau larutan antiseptic, ringan.
Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik
yang dapat merata tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin
diperlukan untuk kasus DM.
a) Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk
memberikan semua unsur makanan esensial, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan menurunkan
kadar lemak.
b) Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur
akan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin.
c) Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara
mandiri diharapkan pada penderita diabetes dapat mengatur terapinya
secara optimal.
d) Terapi (jika diperlukan)
Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk
mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada
malam hari.
e) Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat
mempelajari keterampilan dalam melakukan penatalaksanaan diabetes
yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari diabetes itu
sendiri.
f) Kontrol nutrisi dan metabolic
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
penyembuhan luka. Adanya anemia dan hipoalbuminemia akan
berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor Hb diatas
12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada
penderita DM dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi
yaitu dengan komposisi protein 20%, lemak 20% dan karbohidrat 60%.
Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar gula darah
yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau
infeksi dapat membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita
dengan hiperglikemia yang tinggi, kemampuan melawan infeksi turun
sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan sebagai
perawatan pasien secara total.
g) Stres Mekanik
Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus.
Modifikasi weight bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi
roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus. Semua pasien yang
istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta
kedua tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan
karenamkaki pasien sudah tidak peka lagi terhadap rasa nyeri, sehingga
akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan bakteri
masuk pada tempat luka.
h) Tindakan Bedah
i) Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan
pengobatan atau pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
2) Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor.
1. Memilih makanan
yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
2. Memilih minuman
yang sesuai dengan
diet yang ditentukan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatka menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
(1854) Pengetahuan :
diet yang sehat
2. Kekuatan tubuh
bagian bawah dari skala
2 (banyak terganggu)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sedikit
terganggu)
(0007) Tingkat
kelelahan
2. Kehilangan selera
makan dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
1. Penurunan energi
dari skala 2 (cukup
besar) ditingkatkan
menjadi skala 4
(ringan)
2. Perubahan status
nutrisi dari skala 2
(cukup besar)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (ringan)
5 Domain 11. (00044) Kerusakan Pengecekan kulit (3590)
Keamanan/ integritas jaringan 1. Gunakan alat pengkajian untuk
Perlindungan Setelah dilakukan mengidentifikasi pasien yang
Kelas 2. asuhan keperawatan, berisiko mengalami kerusakan
Cidera Fisik diharapkan kerusakan kulit.
(lanjutan) integritas jaringan dapat 2. Monitor warna dan suhu kulit
Kerusakan berkurang. 3. Periksa pakaian yang terlalu
integritas (0401) Status sirkulasi ketat
jaringan 4. Monitor kulit dan selaput lendir
1. Kekuatan nadi dorsal
(000444) terhadap area perubahan warna,
pedis kanan dari skala 2
memar, dan pecah.
(deviasi cukup besar
5. Ajarkan anggota
dari kisaran normal)
kelurga/pemberi asuhan
ditingkatkan menjadi
mengenai tanda-tanda
skala 4 (deviasi ringan
kerusakan kulit, dengan tepat.
dari kisaran normal)
(1101) Integritas
jaringan : kulit dan
membran mukosa
(1102) Penyembuhan
luka : primer
1. Memperkirakan
kondisi tepi luka dari
skala 2 (terbatas)
dotingkatkan menajdi
skala 4 (besar)
1. Mengidentifikasi
faktor risiko dari skala 2
(jarang mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
2. Mengenali faktor
risiki skala 2 (jarang
mnunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
8 Domain 5. (00126) Defisiensi Fasilitasi Pembelajaran (5520)
Persepsi/ pengetahuan 1. Tekankan pentingnya mengikuti
Kognisi evaluasi medik, dan kaji ulang
Setelah dilakukan
Kelas 4. gejala yang memerlukan
asuhan keperawatan,
Defisiensi pelaporan segera ke dokter
diharapkan pengetahuan
pengetahuan 2. Diskusikam tanda/gejala DM,
pasien mengenai
(00124) contoh polidipsia, poliuria,
diabetes mellitus tipe 2 kelemahan, penurunan berat
bertambah. badan
(1820) Pengetahuan : 3. Gunakan bahasa yang umum
manajemen diabetes digunakan
4. Berikan informasi yang sesuai
1. Pencegahan
dengan lokus kontrol pasien
hiperglikemia dari skala
5. Berikan informasi sesuai tingkat
2 (pengetahuan terbatas)
perkembangan pasien
ditingkatkan menjadi
Modifikasi Perilaku (4360)
skala 4 (pengetahuan
1. Tentukan motivasi pasien
banyak)
untuk perubahan perilaku
2. Prosedur yang harus 2. Bantu pasien untuk
diikuti dalam mengobati mengidentifikasi kekuatan
hoperglikemia dari 3. Dukung untuk mengganti
skala 2 (pengetahuan kebiasaan yang tidak
terbatas) ditingkatkan diinginkan dengan kebiasaan
menjadi skala 4 yang diinginkan
(pengetahuan banyak) 4. Tawarkan penguatan yang
positif dalam pembuatan
(1621) Perilaku patuh :
keputusan mandiri pasien
diet yang sehat
1. Mencari informasi
tenyang panduan nutrisi
baku dari skala 2 (jarang
dilakukan) ditingkatkan
menjadi skala 4 (sering
dilakukan)
2. Mengikuti
rekomendasi untuk
jumlah makanan per
hari dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
1. Membahas aktivitas
rekomendasi dengan
profesional kesehatan
dari skala 2 (jarang
menunjukkan)
ditingkatkan menjadi
skala 4 (sering
menunjukkan)
9 Domain 9. (00146) Ansietas Pengurangan kecemasan (5820)
Koping/ Definisi: Mengurangi tekanan,
Toleransi Setelah dilakukan ketakutan, firasat, maupun
Stress asuhan keperawatan, ketidaknyamanan terkait dengan
Kelas 2. diharapkan ansietas sumber-sumber bahaya yang tidak
Respon pasien berkurang. teridentifikasi
Koping (1211) Tingkat Akivitas:
Ansietas kecemasan 1. Gunakan pendekatan yang
(00146) tenang dan menyakinkan
1. Tidak dapat
2. Nyatakan dengan jelas harapan
beristirahat dari skala 2
terhadap perilaku klien
(cukup berat)
3. Pahami situasi krisis yang
ditingkatkan menjadi
terjadi dari perspektif klien
skala 4 (ringan)
4. Berikan informasi faktual tekait
2. Perasaan gelisah dari diagnosa, perawatan dan
skala 2 (cukup berat) prognosis
ditingkatkan menjadi 5. Berada disisi klien untuk
skala 4 (ringan) meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan
3. Gangguan tidur dari
6. Dorong keluarga untuk
skala 2 (cukup berat)
mendampingi klien dengan cara
ditingkatkan menjadi
yang tepat
skala 4 (ringan)
7. Berikan objek yang
(0907) Memproses menunjukkan perasaan aman
informasi 8. Puji/kuatkan perilaku yang baik
secara tepat
1. Menunjukkan proses
9. Identifikasi saat terjadinya
pikir yang terorganisir
perubahan tingkat kecemasan
dari skala 2 (banyak
10. Bantu klien mengidentifikasi
terganggu) ditingkatkan
situasi yang memicu kecemasan
menjadi skala 4 (sedikit 11. Dukung penggunaan mekanisme
terganggu) koping yang sesuai
12. Pertimbangkan kemampuan
(3009) Kepuasan
klien dalam mengambil
klien : perawatan
keputusan
psikologis
13. Intruksikan klien untuk
1. Informasi di berikan menggunakan teknik relaksasi
tentang perjalanan 14. Kaji untuk tanda verbal dan non
penyakit dari skala 2 verbal kecemasan
(agak puas) Peningkatan koping (5230)
ditingkatkan menjadi Definisi : Fasilitasi usaha kognitif
skala 4 (sangat puas) untuk meneglola stressor yang
dirasakan, perubahan, atu ancaman
2. Informasi di berikan
yang mengganggu dalam rangka
mengenai respon
memenuhi kebutuhan hidup dan
emosional yang biasa
peran
terhadap penyakit dari
Aktivitas:
skala 2 (agak puas)
1. Bantu pasien dalam memecah
ditingkatkan menjadi
tujuan kompleks menjadi lebih
skala 4 (sangat puas)
kecil, dan langkah yang dapat
dikelola
2. Dukung sikap pasien terkait
dengan harapan yang realistis
sebagai upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
3. Cari jalan untuk memahami
prespektif pasien terhadap situasi
4. Kenali latar belakang
budaya/spiritual pasien
5. Dukung pasien untuk
mengklarifikasi kesalahpahaman
4. EVALUASI
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Dalam evaluasi
keperawatan menggunakan SOAP atau data subjektif, objektif, analisa dan planning
kedepannya. Jika masalah sudah teratasi intervensi tersebut dapat dihentikan, apabila
belum teratasi perlu dilakukan pembuatan planning kembali untuk mengatasi masalah
tersebut.
Evaluasi Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah
sebagai berikut :
a. Kondisi tubuh pasien stabil, tidak terjadi gangrene, tidak terjadi nyeri
b. Turgor kulit normal, tidak terjadi lesi atau integritas jaringan
c. Tanda-tanda vital normal
d. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi.
e. Cairan dan elektrolit pasien diabetes normal.
f. Infeksi dan komplikasi tidak terjadi
g. Rasa lelah atau keletihan berkurang/penurunan rasa lelah
h. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi nya yang menderita
diabetes melitus, efek prosedur dan proses pengobatan.
Ed. Herman T.H., & Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing Diagnosis,
Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.
Noor, Restyana Fatimah. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Volume 4 Nomor 5, Februari
2015.